MEMBUAT MAKALAH PENJELAJAH SAMUDRA NEGAR

MEMBUAT MAKALAH PENJELAJAH SAMUDRA
NEGARA BELANDA

Nama

: Imas Intan Permata Sari

Kelas

: X MM 2

SMK MUHAMMADIYAH SALAMAN
2017

Sejarah Penjelajah Samudra Negara Belanda
Orang Belanda
Mendengar keberhasilan orang-orang Spanyol dan juga Portugis dalam
menemukan daerah baru, apalagi daerah penghasil rempah – rempah, para pelaut dan
pedagang Belanda tidak mau ketinggalan. Hingga pada akhirnya, pada tahun 1594
William Barentsz meninggalkan Amsterdam dengan 2 kapal untuk mencari celah timur
laut di utara Siberia menuju Asia Timur, dan sampai pesisir barat Novaya Zemlya.

karena memliki keyakinan bahwa bumi itu bulat maka sekalipun dari utara ke
barat akan sampai di timur, ternyata Barents tidak begitu mengenal medan hingga ia
gagal melanjutkan penjelajahannya karena kapalnya terjepit es mengingat air kutub
utara sedang membeku, Barents pun berhenti di sebuah pulau yang disebut Novaya
Zemlya, ia berusaha kembali ke negreinya tetapi ia meninggal pada 20 Juni 1597.
Saat itu ia memimpin 2 kapal yang dikapteni oleh Jan Rijp dan Jacob van
Heemskerk. Pada perjanjian kedua mereka melihat kepulauan Beruang dan
Spitsbergen, kedua kapal tersebut terpisah. Barentsz dikapteni oleh Heemskerk,
terperangkap es dan para kru terpaksa menghabiskan musim dingin di Novaya Zemlya,
dan menghancurkan bangunan bagian atas kapal dan menggunakan kayunya untuk
membangun pondok, karena kapalnya tak bisa dibebaskan dari es awal 1597,
rombongan Barentsz meninggalkannya degan 2 perahu terbuka pada tanggal 13 Juni,
dan sebagian besar kru pergi, diambil oleh kapal Jan Rijp di semenanjung Kola dekat
Murnmask. Namun Barenstz sendiri telah meninggal.
Selanjutnya Cornelis de Houtman lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2
April 1565 – meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34 tahun yang
merupakan saudara dari Frederik de Houtman, adalah seorang penjelajah Belanda yang
menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai
perdagangan rempah-rempah bagi Belanda. Saat itu Kerajaan Portugis mempunyai
monopoli terhadap perdagangan tersebut, dan perjalanan de Houtman adalah

kemenangan simbolis bagi pihak Belanda, meski perjalanan tersebut sebenarnya
berlangsung buruk.
Latar belakang dan awal perjalanan
Pada tahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang
Amsterdam ke Lisboa untuk
menemukan
sebanyak
mungkin
informasi
mengenai Kepulauan Rempah-Rempah. Pada saat de Houtman kembali
ke Amsterdam, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang
tersebut memastikan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli

rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre (yang berarti
"Perusahaan jarak jauh"), dan pada 2 April 1595 empat buah kapal meninggalkan
Amsterdam: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken.
Perjalanannya dipenuhi masalah sejak awal. Penyakit seriawan merebak hanya
beberapa minggu setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di
antara para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh
atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat

direncanakan, masalah lebih lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya
bertahan di sana selama enam bulan. (Teluk di Madagaskar tempat mereka berhenti kini
dikenal sebagai "Kuburan Belanda").
Tiba di Jawa
Pada 27 Juni 1596, ekspedisi de Houtman tiba di Banten. Hanya 249 orang yang
tersisa dari pelayaran awal. Penerimaan penduduk awalnya bersahabat, tetapi setelah
beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama
dengan petugas Portugis di Banten, mengusir kapal Belanda tersebut.
Ekspedisi de Houtman berlanjut ke utara pantai Jawa. Kapalnya takluk ke
pembajak. Beberapa tabiat buruk berujung ke salah pengertian dan kekerasan
di Madura seorang pangeran di Madura terbunuh, beberapa awak kapal Belanda
ditangkap dan ditahan sehingga de Houtman membayar denda untuk melepaskannya.
Kapal-kapal tersebut lalu berlayar ke Bali, dan bertemu dengan raja Bali. Mereka
akhirnya berhasil memperoleh beberapa pot merica pada 26 Februari 1597. Kapal-kapal
Portugis melarang mereka mengisi persediaan air dan bahan-bahan di St. Helena. Dari
249 awak, hanya 87 yang berhasil kembali. Cornelis de Houtman tewas dalam
perjalanan keduanya di atas geladak kapal di Aceh saat pertempuran dengan
pasukan Inong
Balee yang
dipimpin Malahayati tanggal 11

September 1599 dalam pertempuran satu lawan satu dengan Malahayati.
Akibat dari perjalanan ini
Meski perjalanan ini bisa dibilang gagal, ini juga dapat dianggap sebagai
semacam kemenangan bagi Belanda. Pihak Belanda sejak saat itu mulai berlayar untuk
berdagang ke Timur. Dalam lima tahun kemudian, 65 kapal Belanda telah berlayar ke
wilayah tersebut dan bisa disebut memulai penjajahan Hindia Belanda.

Pieter Dirkszoon Keyser
Pieter Dirkszoon Keyser (1540 — 11 September 1596), dikenal juga
sebagai Petrus Theodori adalah seorang navigator Belanda yang memetakan langit
selatan.
Setelah beberapa perjalanan ke Brasil, Keyser berpartisipasi sebagai kelasi
pertama dan navigator kepala dari ekspedisi penjelajahan pertama Belanda ke Hindia
Timur ("Eerste Schipvaart"), yang meninggalkan Texel dengan empat kapal pada 2
April, 1595. Ia telah dilatih secara khusus oleh Petrus Plancius untuk
memetakan bintang-bintang di langit sebelah selatan. Ketika armada akhirnya dapat
memperoleh perbekalan segar di Madagaska pada 13 September, 71 di antara 248
orang pelaut tewas, kebanyakan karena avitaminosis C. Kru yang tersisa tinggal selama
beberapa bulan di pulau tersebut, untuk pulih dan membuat reparasi, ketika Keyser
mungkin membuat kebanyakan pengamatan langitnya. Sesudah meninggalkan

Madagaskar, pelayaran masih mengambil waktu empat bulan lagi (Feb-Jun 1596) untuk
sampai di Sumatra dan akhirnya Banten di Jawa. Perundingan perdagangan dengan
pihak kerajaan Banten menjadi tidak mengenakkan, barangkali disebabkan oleh
penghasut Portugis, atau juga mungkin karena kurang pengalaman, dan kru dipaksa
untuk menemukan air minum dan persediaan lain di Sumatra di seberang Selat Sunda,
pada saat inilah Keyser meninggal. Pada 14 Agustus, 1597, 81 orang yang selamat
kembali ke Texel, termasuk Frederick de Houtman, yang mungkin mengantarkan hasil
pengamatan Keyser kepada Plancius.
Keyser, De Houtman, dan Plancius diakui sebagai pencipta dua belas rasi baru
langit selatan yang kini termasuk ke dalam rasi modern. Sebagian besar dinamai
menurut berbagai makhluk yang pernah ditemui para penjelajah abad ke-16 (seperti
burung cendrawasih, bunglon, burung toucan, dan ikan terbang). Rasi-rasi tersebut
diterbitkan pada peta langit Plancius di akhir 1597 oleh Jodocus Hondius. Willem
Janszoon Blaeu menyalin rasi-rasi ini pada peta langit buatannya pada tahun 1602 dan
membuat peta langit baru pada 1603 berdasarkan pengamatan Frederick de Houtman
selama penjelajahan kedua ke Hindia Timur. Johann Bayer kemudian menyalin rasi-rasi
selatan ini dari peta Plancius/Hondius pada Uranometria, peta bintang buatannya pada
tahun 1603 dan memberikan pengakuan kepada "Petrus Theodori" sebagai penemunya,
tetapi ia tidak mengetahui penerbitan lebih awal, dan oleh karena itu sering secara salah
memberi pengakuan dengan memperkenalkan mereka.


Abel Tasman

Abel Janszoon Tasman lahir di Lutjegast, Groningen pada tahun 1603 meninggal
di Batavia, 10Oktober 1659adalah penjelajah dan pedagang berkebangsaan Belanda ya
ng terkenal dengan perjalanannya pada 1642 dan 1644 untuk Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC). Ia adalah orang Eropa pertama yang diketahui mencapai
kepulauan Tanah Van Diemen (sekarang Tasmania) dan Selandia Baru serta melihat
kepulauan Fiji pada tahun 1643. Ia dan awak kapalnya berhasil memetakan cukup
banyak bagian Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik yang mereka temui.
Abel Tasman menghabiskan sisa hidupnya sebagai tuan tanah di Batavia dan
meninggal di sana.

Willem Janszoon
Willem Janszoon

Willem Janszoon (kira-kira 1570-1630), gubernur kolonial dan ahli
navigasi Belanda, ialah orang Eropa pertama yang berhasil melihat pantai Australia.
Namanya kadang-kadang disingkat menjadi Willem Jansz. (dengan atau tanpa tanda
titik). Janszoon bekerja untuk Hindia Belanda selama beberapa periode (1603–1611,

1612–1616, termasuk periode sebagai gubernur Benteng Henricus di Pulau Solor.

Kehidupan dini
Tidak ada yang diketahui dari kehidupan dini Willem Janszoon. Barangkali dia
dilahirkan di Amsterdam, Belanda dan merupakan seorang yatim piatu. Dia adalah yang
pertama tercatat memasuki penugasan Oude compagnie (perusahaan lama), salah satu
pendahulu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), sebagai awak kapal Hollandia,
bagian dari pelayaran kedua di bawah kendali Jacob Cornelisz. van Neck, dikirimkan
oleh Belanda ke Hindia Timur pada tahun 1598. Pada 5 Mei 1601, dia lagi-lagi berlayar
ke Hindia Timur sebagai penanggung jawab Lam, salah satu tiga bahtera dalam
rombongan pelayaran yang dipimpin oleh Joris van Spilbergen.
Janszoon berlayar dari Belanda menuju Hindia Timur untuk kali yang ketiga pada
18 Desember 1603, sebagai kapten Duyfken (atau Duijfken, yang berarti “Merpati
Kecil”), salah satu dari 12 bahtera dalam rombongan besar pelayaran Steven van der
Hagen. Ketika bahtera lainnya meninggalkan Pulau Jawa, Janszoon dikirim untuk
mencari pasar perdagangan lainnya, terkhusus di “pulau besar Papua dan pulau-pulau
lain di Timur dan Selatan.” Dia juga dikenal sebagai orang Eropa pertama yang
menemukan benua Australia sebelum orang Belanda lainnya.

Eksplorasi

Pada 18 November 1605, Duyfken berlayar dari Banten ke pantai barat Pulau
Papua. Janszoon kemudian melintasi ujung timur Laut Arafura, tanpa melihat Selat
Torres, menuju Teluk Carpentaria. Pada 26 Februari 1606, dia berlabuh di Sungai
Pennefather di pesisir barat Semenanjung Tanjung York di Queensland, di dekat sebuah
tempat yang kini menjadi kota Weipa. Inilah pendaratan Eropa pertama ke benua
Australia yang tercatat dalam sejarah. Janszoon melanjutkan perjalanannya sejauh kirakira 320km dari pesisir ini, yang menurut dugaannya sebagai kelanjutan Pulau Papua.
Menemukan daratan ini berawa-rawa dan penduduknya tidak begitu ramah
(sepuluh dari awak kapalnya terbunuh pada beberapa ekspedisi di pesisir ini), di
Tanjung Keerweer (“Turnabout”), selatan Teluk Albatross, Willem Janszoon
berketetapan hati untuk kembali dan tiba di Banten pada bulan Juni 1606. Dia menyebut
daratan yang dia temukan itu sebagai “Nieu Zeland” sebuah nama yang terilhami oleh
salah satu provinsi Belanda, Zeeland, tetapi nama itu tidak digunakan dan sebagai
gantinya digunakan oleh Abel Tasman untuk menyebut Selandia Baru.
Duyfken sebenarnya mencapai Selat Torres pada bulan Maret 1606, beberapa pekan
sebelum Torres berlayar melaluinya. Pada tahun 1607 Cornelis Matelieff de
Jonge mengirimnya ke Pulau Ambon dan Banda Pada tahun 1611 Janszoon kembali ke

Belanda dengan kepercayaan bahwa pantai selatan Pulau Papua adalah menyatu
dengan daratan yang berhasil dia telusuri, dan peta-peta Belanda memperbanyak
kekeliruan ini selama bertahun-tahun. Meskipun terdapat petunjuk bahwa para navigator

terdahulu dari Cina, Perancis, atau Portugal mungkin saja telah berhasil menemukan
bagian-bagian Australia, tetapi Duyfken adalah bahtera Eropa pertama yang
mencapainya.