Teknik Audit Keuangan Sektor Publik

Teknik Audit Keuangan Sektor Publik
Oleh: Eka Wirajuang D.
Magister Akuntansi UII

Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan
roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh
karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara
pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.
Pemerintahan yang bersih atau good govermance ditandai dengan tiga pilar utama
yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut
adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik
harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam
pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif,
Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan
pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam negara demokrasi, “pelaporan keuangan yang transparan” merupakan
sesuatu yang dituntut oleh rakyat kepada pemerintahnya. Sebaliknya, dalam
negara demokrasi, pemerintah berkewajiban memberikan laporan keuangan yang
transparan kepada rakyat. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi
sektor publik pemerintah merupakan instrumen utama untuk menciptakan
akuntabilitas sektor publik.

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor
publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta
value for money dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin
dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka
diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit yang dilakukan
tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun perlu diperluas
dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.
Audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai adalah sebagai berikut: “Audit
sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan
pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan

pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara
kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.” Audit sektor publik di
Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit keuangan negara ini
diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung jawab Keuangan Negara.
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit
keuangan negara, yaitu:
1. Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah

laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem
akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta
transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.
2. Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan
kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi
yang diaudit. audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal
tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan
kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses
yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif,
agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi
operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan
terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan
kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihakpihak pengguna laporan tersebut.


3. Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan
dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang
diaudit. Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination),
reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures). Audit
dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan,
audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian internal.
Untuk mempersempit pembahasan maka hanya akan dipaparkan mengenai
audit keuangan sektor publik. Tujuan pengujian atas laporan keuangan oleh
auditor adalah
 Ekspresi suatu opini secara jujur tentang posisi keuagan.
 Hasil operasi.
 Arus kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi.
Laporan auditor merupakan media mengepresikan opini auditor atau dalam
kindisi tertentu dalam menyangkal opini. Dalam mengeluarkan opini maka auditor
akan meneliti bukti-bukti. Untuk mendapatkan bukti maka diperlukan teknik
audit. Teknik audit keuangan sektor publik adalah sebagai berikut:
1. Prosedur Analitis (Analytical Procedurs)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara
data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana,

analisis vertikal, atau laporan persentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya
dengan data historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan
statistik, seperti analisa regresi.
2. Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam
auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti, baik bottom up maupun top-down.
3. Konfirmasi (Confirming)
Kegiatan

konfirmasi

adalah

bentuk

permintaan

keterangan


yang

memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber
independen di luar organisasi sektor publik yang diaudit.

4. Permintaan Keterangan (Inquiring)
Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh
auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen
atau karyawan organisasi sektor publik, yang umumnya berupa pertanyaanpertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis.
5. Penghitungan (Counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan (counting) adalah
perhitungan fisik
sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan akuntansi
seluruh dokumen, dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered).
6. Penelusuran (Tracing)
Dalam penelusuran (tracing), yang sering kali disebut sebagai penelusuran
ulang, auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan,
dan menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah
dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar).

7. Pemeriksaan Bukti Pendukung (Vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) meliputi pemilihan ayat jurnal
dalam catatan akuntansi, dan mendapatkan serta memeriksa dokumen yang
digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan
ketelitian pencatatan akuntansi.
8. Pengamatan (Observing)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatannya dapat berupa pemrosesan
rutin atau jenis transaksi tertentu, seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah
para pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan
dan prosedur organisasi sektor publik.
9. Pelaksanaan Ulang (Reperforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang
(reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dilakukan oleh organisasi sektor
publik yang diaudit.
10. Teknik Audit Berbantuan Komputer (Computer-Assisted Audit Technique)

Apabila catatan akuntansi organisasi sektor publik dilaksanakan melalui media
elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan komputer
untuk

membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.
11. Pengujian Pengendalian
Terdapat dua jenis pengujian pengendalian, yaitu:
a. Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengan keefektifan
desain kebijakan atau prosedur dan apakah benar- benar digunakan dalam
kegiatan organisasi
b. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan dan
prosedur serta bagaimana pengaplikasiannya, konsistensinya dengan
aplikasi terdahulu, dan oleh siapa tersebut dilakukan selama periode audit
12. Pengujian Substantif
Dua kategori umum pengujian substansif adalah:
a. Prosedur analitis, yang merupakan prosedur dalam menyediakan buktibukti tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca, atau
sebaliknya, tentang kesalahan atau ketidakberesan yang terjadi.
b. Pengujian yang terinci atas transaksi atau neraca merupakan pengujian
untuk menyediakan bukti- bukti tentang validitas perlakuan akuntansi atas
transaksi

dan

neraca,


atau

sebaliknya,

tentang

kesalahan

ketidakberesan yang terjadi.
Sumber:
https://merahkuning.wordpress.com/2012/05/20/contoh-makalah-audit-sektorpublik/
https://drive.google.com/file/d/0B_7Y8DQpJLhMRUtzb19ySTk0Zk0/view

atau