DOMIN AN TERJ ADINY A V ARIAS1 ANGKA KEMATIAN BALITA
FAK'I OR-FAKTOR DOMINAN TERJADINYA V ARIAS1 ANGKA
KEMATIAN BALITA
Cholis Bachroen *
ABSTRACT
This analysis was to indicate the determinant o f Under Five Mortality Rate (U5MR).
Data from 130 countries were analysed by applying Multiple Regression Analysis. The
source o f data was 'The State o f The World's Children 1987' by James P Grant, published
b y UNICEF. The Dependent variable o f this analysis was Under Five Mortality, and the
Independent ~ariablescomprised 4 groups o f variable i.e. Education, Nutrition, Health,
and Economic.
The analysis for each group o f variable separately showed that Levcl o f Women
Education (Secondary School Enrolment Ratio o f Women and Literacy Rate o f Women)
could explain 69.9% variation o f U5MR. None o f Nutrion variables could explain variation o f U5MR. One variable o f Health (Coverage o f Polio immunization) could explain
43.1 % variation of U5MR. and Gross National Product (Economic variable) could explain
31.8% variation o f U5MR.
Further analysis o f those determinant variables (Level o f Women Education, Coverage
o f Polio Immunization, and GNP) together as independent variables and U5MR as dependent variable showed that GNP could not explain variation o f U5MR. The variables
(Level o f Women Education and Coverage o f Polio Immunization) could explain 74,1%
variation o f U5MR. In general Level o f Women Education was the most important determinant for Under Five Mortality Rate variation.
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan yang
dihadapi Indonesia adalah masih tingginya Angka Kematian BalitalS2.Indonesia mencanangkan upaya untuk menurunkan Angka Kematian Balita pada tahun 2000 sebesar 50% dari angka tahun 1980 (40 per 1000)' . Hal ini cukup beralasan mengingat sumbangan kematian Balita terhadap jumlah seluruh
*
34
kematian relatif cukup besar, meskipun
ada kecenderungan semakin turun pada
dekade 80-an. Pada tahun 1952 - 1956
di Yogyakarta proporsi kematian pada
usia 1 - 4 tahun sebesar 23,6% dari total kematian, sedang di Wonosobo pada tahun yang sama sebesar 20,4%3.
Keadaan di Pulau Jawa pada tahun 1972
menunjukkan bahwa sumbangan kematian umur 1 - 4 tahun terhadap total ke-
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Surabaya
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktorfaktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
matian 21,57L4, sedang menurut Survai
Kesehatan Rumah Tangga 1986 (dihitung kembali dari Tabel 17) sebesar
15,8%'.
Gambaran tersebut sangat menopang
upaya Indonesia untuk menurunkan
Angka Kematian Balita disamping Angka
Kematian Bayi. Analisis ini dilaksanakan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang dominan dalam menentukan variasi Angka Kematian Balita di negaranegara di lima benua pada umumnya.
Dengan demikian hasilnya diharapkan
akan merupakan informasi untuk menentukan upaya intervasi dalam penurunan
Angka Kematian Balita tersebut.
BAHAN DAN CARA
Analisis ini memanfaatkan data sekunder (Secondary Data Analysis). dari
buku 'The State of the World's Children
1987' oleh James P. Grant yang diterbitkan oleh UNICEF. Di dalam buku
tersebut Grant menyajikan Angka Kematian Balita dari berbagai negara di dunia
untuk periode 1980 - 1985. Data tersebut merupakan estimasi yang dibuat
oleh 'United Nations Population Division' dengan mempergunakan berbagai
sumber yaitu ( 1) Divisi Kependudukan
PBB, (2) Kantor Statistik PBB, (3)
UNICEF, (4) Bank Dunia, (5) UNESCO,
dan (6) WHO. Data dari 130 negara di
dunia yaitu : Eropa, Amerika, Afrika,
Asia (termasuk Indonesia), dan Australia
masing-masing sebanyak 25, 27, 41, 35,
dan 2 negara dipakai dalam analysis ini.
Variabel yang dipelajari sebagai berikut :
1. Variabel dependen adalah Angka
Kematian Balita.
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
2. Variabel independen adalah :
a. Indikator pendidikan yang terdiri dari :
1) Angka melek huruf wanita
2) Angka melek huruf pria
3) Enrolment ratio pada kelas
I Sekolah Dasar
4) Enrolment ratio SLTP untuk
wanita
5) Enrolment ratio SLTP untuk
pria
6) Ratio radio terhadap penduduk.
b. Indikator Gizi :
1) Persentase bayi lahir dengan
berat badan kurang.
2) Persentase ibu menyusui.
3) Persentase balita dengan gizi
buruk.
4) Persentase balita dengan gizi
kurang.
c. Indikator Kesehatan :
1) Persentase penduduk memanfaatkan air minum bersih.
2) Persentase penduduk mendapatkan pelayanan kesehatan.
3) Persentase bayi mendapat
imunisasi BCG.
4) Persentase bayi mendapat
imunisasi DPT.
5) Persentase bayi mendapat
imunisasi Polio.
6) Persentase bayi mendapat
imunisasi campak.
7) Persentase ibu hamil mendapat imunisasi TT.
d. Indikator Ekonomi :
1) Persentase pengeluaran negara (expenditure) untuk kesehatan.
Faktor-faktordominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Cholis Bacluoen
2) Persentase pengeluaran negara untuk pendidikan.
3) Gross National Product (GNP)
Analysis ini menerapkan salah satu
metode analisis multivariat (Multivariate
Analysis) yaitu Analisis Regresi Ganda
(Multiple Regression Analysis) dengan
metode 'Enter' pada tahap pertama
dan dilanjutkan dengan metode 'Stepwise'. Analysis statistik ini memanfaatkan fasilitas paket program komputer
'SPSS/PC+'.
HASIL
1. Angka Kematian Balita dengan Indikator Pendidikan
Dengan analisis Regresi Ganda Angka
Kematian Balita dengan ke enam variabel
Indikator Pendidikan (lihat BAHAN
DAN CARA) ternyata hanya dua variabe1 yang mempunyai peran cukup
nyata untuk menimbulkan variasi dalam
Angka
'Enrol- Kematian Balita,. yaitu
ment ratio SLTP untuk wanita' dan
'Angka melek huruf wanita'. Hal tersebut tampak jelas pada hasil analisis regresi ganda yang apabila memasukkan
keenam variabel indikator pendidikan
secara bersamasama sebagai variabel
independen diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,706. Apabila hanya
memasukkan
variabel
'Enrolment
ratio SLTP untuk wanita' diperoleh
koefisien determinasi sebesar 0,645. Bila
dua variabel yaitu 'Enrolment ratio
SLTP untuk wanita' dan 'Angka melek
huruf wanita' secara bersama sebagai
variabel independen maka diperoleh
koefisien determinasi sebesar 0,699. De-
ngan demikian 'Enrolment ratio SLTP
untuk wanita' paling dominan perannya
untuk menimbulkan variasi Angka Kematian Balita, yaitu sebesar 64,576 terjadinya variasi Angka Kematian Balita
dapat diterangkan dengan adanya variasi
'Enrolment ratio SLTP untuk wanita'.
Meskipun angka melek huruf wanita
memberi tambahan yang relatif kecil
pada R2 (0,054) namun secara statistik tambahan tersebut bermakna. Persamaan regresi dari Angka Kematian
Balita sebagai variabel dependen dengan
'Enrolment ratio SLTP wanita' secara
terpisah maupun bersama-sama dengan
'Angka melek huruf wanita' sebagai
variabel independen adalah sebagai berikut :
a. Y = 221,34 - 2'74 X, ;
dimana sign. F = 0,000 dan R2 =
0,64 5
b. Y = 247,62 - 1'99 XI - 0,97 X2 ;
dimana sign F = 0,000 dan R2 =
0,699.
Keterangan : Y = Angka Kematian
Balita
XI = Enrolment ratio
SLTP wanita
X2 = Angka melek huruf
wanita.
Dari persamaan di atas tampak bahwa pendidikan wanita cukup berperan
dalam menentukan tinggi rendahnya
Angka Kematian Balita. Di lain pihak
pendidikan pria kurang berperan secara
nyata. Mengacu pada kedua persamaan
di atas tampak bahwa makin tinggi pendidikan wanita cenderung makin rendah
Angka Kematian Balita.
Rul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktor-faktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
2. Angka Kematian Balita dengan Indikator Gizi
Upaya untuk melihat seberapa jauh
variasi Indikator Gizi dapat menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian
Balita dengan melalui analisis regresi
ganda tampak tidak berhasil. Analisis varians untuk regresi ganda menunjukkan hasil Uji-F tidak bermakna secara statistik pada derajat kepercayaan 95% (sign. F = 0,525). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Angka Kematian Balita sebagai
variabel dependen dengan Indikator Gizi
(Persentase bayi lahir dengan berat badan kurang; Persentase Ibu menyusui;
Persentase Balita Gizi buruk; dan Persentase Balita Gizi kurang) sebagai variabel independen. Oleh sebab itu analisis regresi ganda tidak dapat diterapkan
disini.
3. Angka Kematian Balita dengan Indikator Kesehatan:
Analisis varians untuk ketujuh variabe1 dari Indikator Kesehatan (lihat BAHAN DAN CARA) sebagai variabel indenpenden dengan Angka Kematian Balita sebagai variabel dependen menunjukkan adanya assosiasi (hubungan),
yang ditunjukkan dengan uji-F yang
signifikan pada derajat kepercayaan 95%
(F = 0,005). Bila dilakukan analisis regresi ganda memasukkan ketujuh variabel
dari Indikator Kesehatan sebagai variabel
independen dan Angka Kematian Balita
sebagai variabel dependen, diperoleh
koefisien determinasi (R2) sebesar
0,5 12. Hal tersebut menunjukkan bahwa
5 1,2% terjadinya variasi Angka Kematian
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Balita dapat diterangkan oleh terjadinya
variasi ketujuh variabel kesehatan secara
bersama-sama. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa dari ketujuh variabel
kesehatan tersebut, ' Persentase Bayi
dengan imunisasi Polio' merupakan variabel yang paling dominan dapat menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian Balita.
Adanya asosiasi antara 'Persentase
Bayi mendapat imunisasi Polio' dengan
Angka Kematian Balita ditunjukkan dengan Uji-F untuk regresi ganda yang signifikasi kuat dengan derajat kepercayaan 95% (sign. F = 0,000).
Dari analisis regresi ganda diperoleh
gambaran bahwa dengan hanya memasukkan satu variabel kesehatan (Prosentase Bayi mendapat imunisasi Polio)
diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,43 1. Dengan demikian keenam
variabel kesehatan yang lain hanya
memberi kontribusi R2 yang relatif
kecil yaitu sebesar 0,09 1.
~ e n g a nR2 = 0,431 berarti sebesar
43,1% terjadinya variasi Angka Kematian Balita dapat diterangkan oleh terjadinya variasi 'Prosentase Bayi mendapat
imunisasi Polio'.
Persamaan regresi antara Angka Kematian Balita dengan 'Prosentase bayi
mendapat imunisasi Polio' adalah sebagai
berikut :
Y = 248,31 - 2,12 X ;
dimana sign. F = 0,00 dan R2 =
0,43 1
Keterangan :
Y = Angka Kematian Balita
X = Persentase Bayi mendapat
imunisasi Polio.
Faktor-faktor dominan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
Dari persamaan tersebut stampak bahwa makin besar persentase bayi mendapat imunisasi Polio, makin kecil Angka
Kematian Balita.
4. Angka Kematian Balita dengan Indikator Ekonomi
Analisis varians untuk regresi ganda
antara Angka Kematian Balita sebagai
variabel dependen dengan ketiga variabel
Indikator Ekonomi (lihat BAHAN DAN
CARA) sebagai variabel independen mennunjukkan adanya assosiasi (hubungan)
antara variabel dependen dan variabel
independennya. Hubungan terscbut ditunjukkan dengan Uji-F (sign. F = 0,000)
yang signifikan sangat kuat pada derajat
kepercayaan 95%.
Pada analisis regresi ganda dengan
memasukkan ketiga variabel ekonomi sebagai variabel independen diperoleh koefisien de terminasi sebesar 0,33 6. Hal ini
menunjukkan bahwa 33% terjadinya
variasi Angka Kematian Balita dapat diterangkan dengan adanya variasi ketiga
variabel ekonomi secara bersama-sama.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa
dari ketiga variabel ekonomi tersebut
hanya variabel 'GNP' yang paling dominan dalam menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian Balita. Dengan hanya memasukkan variabel GNP sebagai
variabel independen, analisis varians untuk regresi ganda menunjukkan adanya
assosiasi antara GNP dan Angka Kematian Balita dengan Uji-F (sign. F = 0,000)
signifikan kuat pada derajat kepercayaan 95%. Dengan analisis regresi ganda
diperoleh koefisien determinasi sebesar
0'3 18, yang berarti 3 1,8% variasi Angka
Kematian Balita dapat diterangkan oleh
adanya variasi GNP. Persamaan regresi
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y = 139,64 - 0,Ol X
dimana sign. F = 0,000 dan R2 =
0,3 18.
Keterangan :
Y = Angka Icematian Balita
X = GNP.
5. Angka Kematian Balita dengan variabel yang dominan
Pada analisis lanjutan ini dipilih variabel independen yang dominan pengamhnya terhadap Angka Kematian Balita
untuk dianalisis bersamasama sebagai
variasi independen sedang Angka Kematian Balita sebagai variabel dependen. Dengan demikian variabel independennya
adalah :
a. Indikator Pendidikan diwakili oleh
variasi 'Angka Melek Humf wanita'
dan 'Enrolment Ratio SLTP wanita'.
b. Indikator Gizi tidak ada yang dapat
mewakili.
c. Indikator Kesehatan diwakili oleh
'Persentase Bayi mendapat Imunisasi Polio7.
d. Indikator Ekonomi diwakili oleh
'G NP'.
Analisis varians untuk regresi ganda
menunjukkan bahwa keempat variabel
independen tersebut secara bersama-sama mempunyai assosiasi dengan Angka
Kematian Balita. Hal tersebut ditunjukkan dengan Uji-F (sign. F = 0,000) yang
signifikasi sangat kuat pada derajat kepercayaan 95%.
Analisis regresi ganda menghasilkan koefisien determinasi sebesar 0,742,
yang berarti sebesar 74'2% terjadinya
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktor-faktor dominan
,
. . . , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
variasi Angka Kematian Balita dapat diterangkan ole11 adanya variasi keempat
variabel independen tersebut secara bersama-sama. Analisis lebih lanjut menunjukkarl bahwa variabel 'Enrolment Ratio
SLTP Wanita' (R2 = 0,675) merupakan
variabel yang paling dominan dalam menerangkan terjadinya variasi Angka Icematian Balita, yang kemudian secara
berturut disusul oleh variabel 'Persentase Bayi mendapat Imunisasi Polio'
(dengan tambahan R2 sebesar 0,05 2)
dan variabel 'Angka Melek Huruf Wanita' (dengan tambahan R2 sebesar 0,014).
Pada analisis ini variabel 'GNP' tidak
muncul sebagai variabel yang bermakna
untuk dapat menerangkan terjadinya
variasi Angka Kematian Balita.
Persamaan regresi ganda yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y = 259,17
0,57 X3
-
1,67 XI
-
0'89 X2 -
dimana sign. F = 0,000 dan R2 =
0,74 1
Keterangan :
Y = Angka Kematian Balita
XI = Enrolment Ratio SLTP Wanita
X2 = Persentase Bayi mendapat
Imunisasi Polio.
X3 = Angka Melek Huruf Wanita.
Dengan demikian sebesar 74,1% terjadinya variasi Angka Kematian Balita
dapat diterangkan oleh terjadinya variasi
'Enrolment Ratio SLTP Wanita', 'Persentase Bayi mendapat Imunisasi Polio',
dan 'Angka Melek Huruf Wanita' secara
bersama-sama. Disamping itu Angka Kematian Balita menurun bila ketiga variabel t6rsebut di atas meningkat.
Secara ringkas hasil analisis statistik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
HASIL ANALISIS' VARIANS DAN REGRESI GANDA DENGAN
ANGKA KEMATIAN BALITA SEBAGAI VARIABEL DEPENDEN
UJI-F
R2
KETERANGAN
0,000
0,706
Regresi Ganda Metode 'Enter'
11. Enrolment ratio SLTP untuk wanita
0,000
0,645
Metode 'Stepwise' (step 1)
111. Angka melek huruf wanita dan
Enrolment ratio SLTP untuk wanita
0,000
0,699
Metode 'Stepwise (step 2)
VARIABEL INDEPENDEN
Indikator pendidikan :
I.
Angka melek huruf wanita, Angka
melek huruf pria, Enrolment ratio
pada kelas 1 Sekolah Dasar, Enrolment ratio SLTP untuk wanita,
Enrolment ratio SLTP untuk pria,
Ratio radio terhadap penduduk.
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktor-faktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
Indikator Gizi :
I.
Persentase bayi lahir dengan berat
badan kurang, Persentase ibu menyusui, Persentase balita dengan
gizi buruk, Persentase balita dengan gizi kurang.
0,525
Uji-F notsignificant Regresi
Ganda tak dapat dilanjutkan.
Indikator Kesehatan :
I.
Persentase penduduk memanfaatkan
air minum bersih, Persentase genduduk mendapatkan pelayanan kesehatan, Persentase bayi mendapat imunisasi BCG, Persentase bayi mendapat
imunisasi DPT, Persentase bayi mendapat irnunisasi Polio, Persentase t ayi
mendapat imunisasi campak, P e r s n
tase ibu hamil mendapat imunisasi
TT.
11. Persentase bayi mendapat irnunisasi
Polio.
0,0005
Metode 'Enter'
0,000
Metode 'Stepwise'
Indikator Ekonomi :
I.
Persentase pengeluaran negara
(expenditure) untuk kesehatan, Per0,000
sentase pengeluaran negara untuk
pendidlkan, Gross National Product (GNP).
11. Gross National Product (GNP)
Metode 'Enter'
0,000
Metode 'Stepwise'
0,000
Metode 'Enter'
0,000
Metode "Stepwise (step 1)
0,000
Metode 'Stepwise' (stelp 2)
0,000
Metode 'Stepwise' (step 3)
Variabel dominan :
I.
Enrolment ratio SLTP untuk wanita, Angka melek huruf wanita. Persentase bayi mendapat imunisasi
Polio, GNP.
11. Enrolment ratio SLTP untuk wanita
111. Enrolment ratio SLTP untuk wanita,
Persentase bayi mendapat imunisasi
Polio.
IV. Enrolment ratio SLTP untuk wanita,
Persentase bayi mendapat imunisasi
Polio, Angka melek huruf wanita.
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktor-faktor dorninan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Cholis Bachroen
PEMBAHASAN
Disadari bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap
derajat kesehatan. Oleh sebab itu upaya
untuk mengetahui tingkat pendidikan
golongan mana yang paling dominan
pengaruhnya terhadap Angka Kematian Balita merupakan informasi yang
sangat berharga. Analisis yang hanya
memperhatikan indikator pendidikan
untuk melihat pengaruh terhadap Angka Kematian Balita menunjukkan bahwa
pendidikan wanita paling berpengaruh.
Hal ini tampaknya selaras dengan hasil
penelitian lain yang dilakukan di beberapa negara seperti di Sri Lanka, Kenya,
dan negara-negara Asia6. Keadaan tersebut terjadi pula di Indonesia7. Wanita
(ibu) sebagai pengasuh dan yang langsung merawat anak sudah tentu lebih
mengetahui kondisi anak setiap saat dari
pada pria (ayah). Oleh karena itu pengaruh pendidikan wanita pada perawatan kesehatan anak akan lebih nyata bila dibandingkan dengan pendidikan
pria. Tidak munculnya variabel 'Ratio
radio terhadap penduduk' sebagai variabel yang berpengaruh dalam penurunan
Angka Kematian Balita, dapat disebabkan - meskipun radio diharapkan merupakan salah satu media pendidikan namun sering dirasakan lebih sebagai
media hiburan khususnya pada masyarakat tingkat bawah.
Indikator gizi yang dipakai dalam
penelitian ini tampaknya kurang peka
untuk dapat menerangkan terjadinya
variasi Angka Kematian Balita. Bayi
lahir dengan berat badan kurang misal-
Bul. Peneli.. Kesehat. 18 (2) 1990
nya, lebih Bampak efeknya pada kematian neonatal, sedang kematian pada usia
yang lebih tua (anak-anak) lebih dipengaruhi oleh faktor sosio-ekonomi8. Persentase ibu menyusui juga tidak tampak
perannya dalam menerangkan variasi
Angka Kematian Balita, mengingat ibu
menyusui lebih berdampak pada keadaan gizi anak usia kurang dari 2 tahun saja, khususnya pada bayi di daerah/
negara dengan tingkat sosioekonomi
rendab9. Status gizi Balita meskipun merupakan predominan te rjadinya kematian, akan tetapi karena pengaruh variabel
langsung lain cukup besar maka pada
analisis, ini juga tidak muncul sebagai
variabel yang dapat menerangkan variasi
Angka Kematian Balita. Dari beberapa
variabel cal .upan imunisasi (BCG, DPT,
Polio, Campak, dan TT Ibu hamil) ternyata hanya cakupan Polio (Persentase
bayi mendapat imunisasi Polio) yang
dapat menjelaskan terjadinya variasi
Angka Kematian Balita. Hal ini mungkin karena imunisasi lain (kecuali Polio)
hanya gencar dilaksanakan di negaranegara 'sedang berkembang'. Kurang
gencarnya imunisasi di negara 'berkembang' mungkin juga karena resiko penularan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi relatif lebih rendah
dari pada di negara 'sedang berkembang'.
Memang menurut laporan kemajuan imu.
nisasi UNICEF., sasaran mayoritas sdalah negara 'sedang berkembang.1°
~ a r i a b e Ekonomi
l
yang dapat menerangkan te rjadinya variasi Angka Kematian Balita, pada penelitian ini adalah
Gross National Product (GNP). Hal ini
Faktor-faktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
tampaknya selaras dengan hasil analisis
'United Nations' yang menyatakan adanya asosiasi yang cukup kuat antara
GNP dengan tingkat kematian (angka
kematian bayi dan angka harapan hidup
waktu lahir)" . Variabel 'Persentase pengeluaran negara untuk kesehatan' dan
'Prosentase pengeluaran negara untuk
pendidikan' tidak dapat menerangkan
terjadinya variasi Angka Kematian Balita
pada analisis ini. Hal ini diterangkan dengan asumsi bahwa untuk sampai pada
dampak penurunan Angka Kematian
Balita maka anggaran kesehatan harus
dipakai untuk program dengall daya
ungkit besar dan sifatnya siiuasional
untuk masing-masing negara. Pada analisis pendidikan (lihat HASIL Point 1) telah diutarakan bahwa bukan pendidikan secara umum yang dapat berpengaruh
pada Angka Kematian Balita tetapi pen
didikan wanita.
Meskipun GNP pada analisis terpisah tiap kelompok variabel (indikator)
yang diteliti dapat menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian Balita,
tetapi setelah dianalisls dengan variabel
tingkat pendidikan wanita dan cakupan
imunisasi Polio, pengaruh GNP tidak
muncul. Hal ini mungkin karena variabel
antara pada GNP untuk sampai pada kematian Balita jauh lebih banyak dari
pada variabel tingkat pendidikan wanita
dan cakupan Polio, sehingga lebih banyak variabel pengganggu pada hubungan antara GNP dan Angka Kematian
Balita.
KESIMPULAN
1. Indikator Pendidikan yang paling
dominan dalam menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian Balita adalah Tingkat Pendidikan Wanita yang dimanifestasikan dengan
'Enrolment Ratio SLTP Wanita' dan
'Angka
Melek Huruf Wanita.
-
2. Indikator Gizi yang dipakai dalam
analisis ini kurang peka m t u k dapat
menerangkan terjadinya Angka Kematian Balita
3. Pada Indikator Kesehatan ternyata
hanya cakupan Imunisasi Polio yang
dapat menerangkan terjadinya variasi
Angka Kematian Balita.
4. Variasi GNP sebagai salah sa& Indikator Ekonomi dapat menjelaskan
terjadinya variasi Angka Kematian
Balita.
5. Hasil analisis lanjut dari variabel
dominan pada masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menunjukkan bahwa Tingkat Pendidikan Wanita (Enrolment Ratio
LSTP wanita dan Angka melek
Humf Wanita) dan Cakupan Imunisasi Polio dapat menjelaskan 74,1%
terjadinya variasi Angka Kematian
Balita.
KEPUSTAKAAN :
1. Indonesia. Departemen Kesehatan (1982).
Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
2. Grant. James P. (1987) The State of The
World's Children 198% New York :
Oxford University Press.
3. Timmer, (1970), M. Population Prrssure
and Child. Mortality. Rotterdam :
Drukkenj Bronder - Offset N.V.,
1970.
4. Utomo, Budi and Meiwita B Iskandar
B U Penelit.
~
Kesehat.
18 (2) 1990
Faktor-faktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . Cholis Bachroeil
(1986). Mortality Transition in Indonesia 1950 - 1980. Bangkok : United
Nations.
5. Budiarso, Ratna L. et al. Suwai Kesehatan
Rumah Tangga 1986 Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, tth.
6. United Nations (1986) Determinants o f
Mortality Changes and Differential in
Developing Countries. New York.
8. Perera, Terence and King Moung Lwin.
(1984). Perinatal Mortality Morbidity
Including Low Birth Weight. SEAR0
Regional Health Paper No. 3. New
Delhi: WHO.
9. Schmidt, Benjamin Jose (1983). BreastFeeding and Infant Mortality and
Morbidity in Developing Countries.
7. Mc. Donald, Peter F., Mohammad Yasin,
and Gavin W. Jones (1976) Levels and
Trends in Fertility and Childhood
Mortality in Indonesia. Jakarta : Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia,
10. Grant, James P. Situasi Anak-Anak di
Dunia 1988, Jakarta : UNICEF,
tth.
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Journal o f Pediam'c Gastroenterology
and Nutrition 2 (Suppl. 1). p. S127S 130. New York : Raven Press.
11. United Nations (1982). Levels and Trends
of Mortality Since 1950. New York.
KEMATIAN BALITA
Cholis Bachroen *
ABSTRACT
This analysis was to indicate the determinant o f Under Five Mortality Rate (U5MR).
Data from 130 countries were analysed by applying Multiple Regression Analysis. The
source o f data was 'The State o f The World's Children 1987' by James P Grant, published
b y UNICEF. The Dependent variable o f this analysis was Under Five Mortality, and the
Independent ~ariablescomprised 4 groups o f variable i.e. Education, Nutrition, Health,
and Economic.
The analysis for each group o f variable separately showed that Levcl o f Women
Education (Secondary School Enrolment Ratio o f Women and Literacy Rate o f Women)
could explain 69.9% variation o f U5MR. None o f Nutrion variables could explain variation o f U5MR. One variable o f Health (Coverage o f Polio immunization) could explain
43.1 % variation of U5MR. and Gross National Product (Economic variable) could explain
31.8% variation o f U5MR.
Further analysis o f those determinant variables (Level o f Women Education, Coverage
o f Polio Immunization, and GNP) together as independent variables and U5MR as dependent variable showed that GNP could not explain variation o f U5MR. The variables
(Level o f Women Education and Coverage o f Polio Immunization) could explain 74,1%
variation o f U5MR. In general Level o f Women Education was the most important determinant for Under Five Mortality Rate variation.
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan yang
dihadapi Indonesia adalah masih tingginya Angka Kematian BalitalS2.Indonesia mencanangkan upaya untuk menurunkan Angka Kematian Balita pada tahun 2000 sebesar 50% dari angka tahun 1980 (40 per 1000)' . Hal ini cukup beralasan mengingat sumbangan kematian Balita terhadap jumlah seluruh
*
34
kematian relatif cukup besar, meskipun
ada kecenderungan semakin turun pada
dekade 80-an. Pada tahun 1952 - 1956
di Yogyakarta proporsi kematian pada
usia 1 - 4 tahun sebesar 23,6% dari total kematian, sedang di Wonosobo pada tahun yang sama sebesar 20,4%3.
Keadaan di Pulau Jawa pada tahun 1972
menunjukkan bahwa sumbangan kematian umur 1 - 4 tahun terhadap total ke-
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Surabaya
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktorfaktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
matian 21,57L4, sedang menurut Survai
Kesehatan Rumah Tangga 1986 (dihitung kembali dari Tabel 17) sebesar
15,8%'.
Gambaran tersebut sangat menopang
upaya Indonesia untuk menurunkan
Angka Kematian Balita disamping Angka
Kematian Bayi. Analisis ini dilaksanakan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang dominan dalam menentukan variasi Angka Kematian Balita di negaranegara di lima benua pada umumnya.
Dengan demikian hasilnya diharapkan
akan merupakan informasi untuk menentukan upaya intervasi dalam penurunan
Angka Kematian Balita tersebut.
BAHAN DAN CARA
Analisis ini memanfaatkan data sekunder (Secondary Data Analysis). dari
buku 'The State of the World's Children
1987' oleh James P. Grant yang diterbitkan oleh UNICEF. Di dalam buku
tersebut Grant menyajikan Angka Kematian Balita dari berbagai negara di dunia
untuk periode 1980 - 1985. Data tersebut merupakan estimasi yang dibuat
oleh 'United Nations Population Division' dengan mempergunakan berbagai
sumber yaitu ( 1) Divisi Kependudukan
PBB, (2) Kantor Statistik PBB, (3)
UNICEF, (4) Bank Dunia, (5) UNESCO,
dan (6) WHO. Data dari 130 negara di
dunia yaitu : Eropa, Amerika, Afrika,
Asia (termasuk Indonesia), dan Australia
masing-masing sebanyak 25, 27, 41, 35,
dan 2 negara dipakai dalam analysis ini.
Variabel yang dipelajari sebagai berikut :
1. Variabel dependen adalah Angka
Kematian Balita.
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
2. Variabel independen adalah :
a. Indikator pendidikan yang terdiri dari :
1) Angka melek huruf wanita
2) Angka melek huruf pria
3) Enrolment ratio pada kelas
I Sekolah Dasar
4) Enrolment ratio SLTP untuk
wanita
5) Enrolment ratio SLTP untuk
pria
6) Ratio radio terhadap penduduk.
b. Indikator Gizi :
1) Persentase bayi lahir dengan
berat badan kurang.
2) Persentase ibu menyusui.
3) Persentase balita dengan gizi
buruk.
4) Persentase balita dengan gizi
kurang.
c. Indikator Kesehatan :
1) Persentase penduduk memanfaatkan air minum bersih.
2) Persentase penduduk mendapatkan pelayanan kesehatan.
3) Persentase bayi mendapat
imunisasi BCG.
4) Persentase bayi mendapat
imunisasi DPT.
5) Persentase bayi mendapat
imunisasi Polio.
6) Persentase bayi mendapat
imunisasi campak.
7) Persentase ibu hamil mendapat imunisasi TT.
d. Indikator Ekonomi :
1) Persentase pengeluaran negara (expenditure) untuk kesehatan.
Faktor-faktordominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Cholis Bacluoen
2) Persentase pengeluaran negara untuk pendidikan.
3) Gross National Product (GNP)
Analysis ini menerapkan salah satu
metode analisis multivariat (Multivariate
Analysis) yaitu Analisis Regresi Ganda
(Multiple Regression Analysis) dengan
metode 'Enter' pada tahap pertama
dan dilanjutkan dengan metode 'Stepwise'. Analysis statistik ini memanfaatkan fasilitas paket program komputer
'SPSS/PC+'.
HASIL
1. Angka Kematian Balita dengan Indikator Pendidikan
Dengan analisis Regresi Ganda Angka
Kematian Balita dengan ke enam variabel
Indikator Pendidikan (lihat BAHAN
DAN CARA) ternyata hanya dua variabe1 yang mempunyai peran cukup
nyata untuk menimbulkan variasi dalam
Angka
'Enrol- Kematian Balita,. yaitu
ment ratio SLTP untuk wanita' dan
'Angka melek huruf wanita'. Hal tersebut tampak jelas pada hasil analisis regresi ganda yang apabila memasukkan
keenam variabel indikator pendidikan
secara bersamasama sebagai variabel
independen diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,706. Apabila hanya
memasukkan
variabel
'Enrolment
ratio SLTP untuk wanita' diperoleh
koefisien determinasi sebesar 0,645. Bila
dua variabel yaitu 'Enrolment ratio
SLTP untuk wanita' dan 'Angka melek
huruf wanita' secara bersama sebagai
variabel independen maka diperoleh
koefisien determinasi sebesar 0,699. De-
ngan demikian 'Enrolment ratio SLTP
untuk wanita' paling dominan perannya
untuk menimbulkan variasi Angka Kematian Balita, yaitu sebesar 64,576 terjadinya variasi Angka Kematian Balita
dapat diterangkan dengan adanya variasi
'Enrolment ratio SLTP untuk wanita'.
Meskipun angka melek huruf wanita
memberi tambahan yang relatif kecil
pada R2 (0,054) namun secara statistik tambahan tersebut bermakna. Persamaan regresi dari Angka Kematian
Balita sebagai variabel dependen dengan
'Enrolment ratio SLTP wanita' secara
terpisah maupun bersama-sama dengan
'Angka melek huruf wanita' sebagai
variabel independen adalah sebagai berikut :
a. Y = 221,34 - 2'74 X, ;
dimana sign. F = 0,000 dan R2 =
0,64 5
b. Y = 247,62 - 1'99 XI - 0,97 X2 ;
dimana sign F = 0,000 dan R2 =
0,699.
Keterangan : Y = Angka Kematian
Balita
XI = Enrolment ratio
SLTP wanita
X2 = Angka melek huruf
wanita.
Dari persamaan di atas tampak bahwa pendidikan wanita cukup berperan
dalam menentukan tinggi rendahnya
Angka Kematian Balita. Di lain pihak
pendidikan pria kurang berperan secara
nyata. Mengacu pada kedua persamaan
di atas tampak bahwa makin tinggi pendidikan wanita cenderung makin rendah
Angka Kematian Balita.
Rul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktor-faktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
2. Angka Kematian Balita dengan Indikator Gizi
Upaya untuk melihat seberapa jauh
variasi Indikator Gizi dapat menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian
Balita dengan melalui analisis regresi
ganda tampak tidak berhasil. Analisis varians untuk regresi ganda menunjukkan hasil Uji-F tidak bermakna secara statistik pada derajat kepercayaan 95% (sign. F = 0,525). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Angka Kematian Balita sebagai
variabel dependen dengan Indikator Gizi
(Persentase bayi lahir dengan berat badan kurang; Persentase Ibu menyusui;
Persentase Balita Gizi buruk; dan Persentase Balita Gizi kurang) sebagai variabel independen. Oleh sebab itu analisis regresi ganda tidak dapat diterapkan
disini.
3. Angka Kematian Balita dengan Indikator Kesehatan:
Analisis varians untuk ketujuh variabe1 dari Indikator Kesehatan (lihat BAHAN DAN CARA) sebagai variabel indenpenden dengan Angka Kematian Balita sebagai variabel dependen menunjukkan adanya assosiasi (hubungan),
yang ditunjukkan dengan uji-F yang
signifikan pada derajat kepercayaan 95%
(F = 0,005). Bila dilakukan analisis regresi ganda memasukkan ketujuh variabel
dari Indikator Kesehatan sebagai variabel
independen dan Angka Kematian Balita
sebagai variabel dependen, diperoleh
koefisien determinasi (R2) sebesar
0,5 12. Hal tersebut menunjukkan bahwa
5 1,2% terjadinya variasi Angka Kematian
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Balita dapat diterangkan oleh terjadinya
variasi ketujuh variabel kesehatan secara
bersama-sama. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa dari ketujuh variabel
kesehatan tersebut, ' Persentase Bayi
dengan imunisasi Polio' merupakan variabel yang paling dominan dapat menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian Balita.
Adanya asosiasi antara 'Persentase
Bayi mendapat imunisasi Polio' dengan
Angka Kematian Balita ditunjukkan dengan Uji-F untuk regresi ganda yang signifikasi kuat dengan derajat kepercayaan 95% (sign. F = 0,000).
Dari analisis regresi ganda diperoleh
gambaran bahwa dengan hanya memasukkan satu variabel kesehatan (Prosentase Bayi mendapat imunisasi Polio)
diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,43 1. Dengan demikian keenam
variabel kesehatan yang lain hanya
memberi kontribusi R2 yang relatif
kecil yaitu sebesar 0,09 1.
~ e n g a nR2 = 0,431 berarti sebesar
43,1% terjadinya variasi Angka Kematian Balita dapat diterangkan oleh terjadinya variasi 'Prosentase Bayi mendapat
imunisasi Polio'.
Persamaan regresi antara Angka Kematian Balita dengan 'Prosentase bayi
mendapat imunisasi Polio' adalah sebagai
berikut :
Y = 248,31 - 2,12 X ;
dimana sign. F = 0,00 dan R2 =
0,43 1
Keterangan :
Y = Angka Kematian Balita
X = Persentase Bayi mendapat
imunisasi Polio.
Faktor-faktor dominan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
Dari persamaan tersebut stampak bahwa makin besar persentase bayi mendapat imunisasi Polio, makin kecil Angka
Kematian Balita.
4. Angka Kematian Balita dengan Indikator Ekonomi
Analisis varians untuk regresi ganda
antara Angka Kematian Balita sebagai
variabel dependen dengan ketiga variabel
Indikator Ekonomi (lihat BAHAN DAN
CARA) sebagai variabel independen mennunjukkan adanya assosiasi (hubungan)
antara variabel dependen dan variabel
independennya. Hubungan terscbut ditunjukkan dengan Uji-F (sign. F = 0,000)
yang signifikan sangat kuat pada derajat
kepercayaan 95%.
Pada analisis regresi ganda dengan
memasukkan ketiga variabel ekonomi sebagai variabel independen diperoleh koefisien de terminasi sebesar 0,33 6. Hal ini
menunjukkan bahwa 33% terjadinya
variasi Angka Kematian Balita dapat diterangkan dengan adanya variasi ketiga
variabel ekonomi secara bersama-sama.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa
dari ketiga variabel ekonomi tersebut
hanya variabel 'GNP' yang paling dominan dalam menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian Balita. Dengan hanya memasukkan variabel GNP sebagai
variabel independen, analisis varians untuk regresi ganda menunjukkan adanya
assosiasi antara GNP dan Angka Kematian Balita dengan Uji-F (sign. F = 0,000)
signifikan kuat pada derajat kepercayaan 95%. Dengan analisis regresi ganda
diperoleh koefisien determinasi sebesar
0'3 18, yang berarti 3 1,8% variasi Angka
Kematian Balita dapat diterangkan oleh
adanya variasi GNP. Persamaan regresi
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y = 139,64 - 0,Ol X
dimana sign. F = 0,000 dan R2 =
0,3 18.
Keterangan :
Y = Angka Icematian Balita
X = GNP.
5. Angka Kematian Balita dengan variabel yang dominan
Pada analisis lanjutan ini dipilih variabel independen yang dominan pengamhnya terhadap Angka Kematian Balita
untuk dianalisis bersamasama sebagai
variasi independen sedang Angka Kematian Balita sebagai variabel dependen. Dengan demikian variabel independennya
adalah :
a. Indikator Pendidikan diwakili oleh
variasi 'Angka Melek Humf wanita'
dan 'Enrolment Ratio SLTP wanita'.
b. Indikator Gizi tidak ada yang dapat
mewakili.
c. Indikator Kesehatan diwakili oleh
'Persentase Bayi mendapat Imunisasi Polio7.
d. Indikator Ekonomi diwakili oleh
'G NP'.
Analisis varians untuk regresi ganda
menunjukkan bahwa keempat variabel
independen tersebut secara bersama-sama mempunyai assosiasi dengan Angka
Kematian Balita. Hal tersebut ditunjukkan dengan Uji-F (sign. F = 0,000) yang
signifikasi sangat kuat pada derajat kepercayaan 95%.
Analisis regresi ganda menghasilkan koefisien determinasi sebesar 0,742,
yang berarti sebesar 74'2% terjadinya
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktor-faktor dominan
,
. . . , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
variasi Angka Kematian Balita dapat diterangkan ole11 adanya variasi keempat
variabel independen tersebut secara bersama-sama. Analisis lebih lanjut menunjukkarl bahwa variabel 'Enrolment Ratio
SLTP Wanita' (R2 = 0,675) merupakan
variabel yang paling dominan dalam menerangkan terjadinya variasi Angka Icematian Balita, yang kemudian secara
berturut disusul oleh variabel 'Persentase Bayi mendapat Imunisasi Polio'
(dengan tambahan R2 sebesar 0,05 2)
dan variabel 'Angka Melek Huruf Wanita' (dengan tambahan R2 sebesar 0,014).
Pada analisis ini variabel 'GNP' tidak
muncul sebagai variabel yang bermakna
untuk dapat menerangkan terjadinya
variasi Angka Kematian Balita.
Persamaan regresi ganda yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y = 259,17
0,57 X3
-
1,67 XI
-
0'89 X2 -
dimana sign. F = 0,000 dan R2 =
0,74 1
Keterangan :
Y = Angka Kematian Balita
XI = Enrolment Ratio SLTP Wanita
X2 = Persentase Bayi mendapat
Imunisasi Polio.
X3 = Angka Melek Huruf Wanita.
Dengan demikian sebesar 74,1% terjadinya variasi Angka Kematian Balita
dapat diterangkan oleh terjadinya variasi
'Enrolment Ratio SLTP Wanita', 'Persentase Bayi mendapat Imunisasi Polio',
dan 'Angka Melek Huruf Wanita' secara
bersama-sama. Disamping itu Angka Kematian Balita menurun bila ketiga variabel t6rsebut di atas meningkat.
Secara ringkas hasil analisis statistik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
HASIL ANALISIS' VARIANS DAN REGRESI GANDA DENGAN
ANGKA KEMATIAN BALITA SEBAGAI VARIABEL DEPENDEN
UJI-F
R2
KETERANGAN
0,000
0,706
Regresi Ganda Metode 'Enter'
11. Enrolment ratio SLTP untuk wanita
0,000
0,645
Metode 'Stepwise' (step 1)
111. Angka melek huruf wanita dan
Enrolment ratio SLTP untuk wanita
0,000
0,699
Metode 'Stepwise (step 2)
VARIABEL INDEPENDEN
Indikator pendidikan :
I.
Angka melek huruf wanita, Angka
melek huruf pria, Enrolment ratio
pada kelas 1 Sekolah Dasar, Enrolment ratio SLTP untuk wanita,
Enrolment ratio SLTP untuk pria,
Ratio radio terhadap penduduk.
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktor-faktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
Indikator Gizi :
I.
Persentase bayi lahir dengan berat
badan kurang, Persentase ibu menyusui, Persentase balita dengan
gizi buruk, Persentase balita dengan gizi kurang.
0,525
Uji-F notsignificant Regresi
Ganda tak dapat dilanjutkan.
Indikator Kesehatan :
I.
Persentase penduduk memanfaatkan
air minum bersih, Persentase genduduk mendapatkan pelayanan kesehatan, Persentase bayi mendapat imunisasi BCG, Persentase bayi mendapat
imunisasi DPT, Persentase bayi mendapat irnunisasi Polio, Persentase t ayi
mendapat imunisasi campak, P e r s n
tase ibu hamil mendapat imunisasi
TT.
11. Persentase bayi mendapat irnunisasi
Polio.
0,0005
Metode 'Enter'
0,000
Metode 'Stepwise'
Indikator Ekonomi :
I.
Persentase pengeluaran negara
(expenditure) untuk kesehatan, Per0,000
sentase pengeluaran negara untuk
pendidlkan, Gross National Product (GNP).
11. Gross National Product (GNP)
Metode 'Enter'
0,000
Metode 'Stepwise'
0,000
Metode 'Enter'
0,000
Metode "Stepwise (step 1)
0,000
Metode 'Stepwise' (stelp 2)
0,000
Metode 'Stepwise' (step 3)
Variabel dominan :
I.
Enrolment ratio SLTP untuk wanita, Angka melek huruf wanita. Persentase bayi mendapat imunisasi
Polio, GNP.
11. Enrolment ratio SLTP untuk wanita
111. Enrolment ratio SLTP untuk wanita,
Persentase bayi mendapat imunisasi
Polio.
IV. Enrolment ratio SLTP untuk wanita,
Persentase bayi mendapat imunisasi
Polio, Angka melek huruf wanita.
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Faktor-faktor dorninan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Cholis Bachroen
PEMBAHASAN
Disadari bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap
derajat kesehatan. Oleh sebab itu upaya
untuk mengetahui tingkat pendidikan
golongan mana yang paling dominan
pengaruhnya terhadap Angka Kematian Balita merupakan informasi yang
sangat berharga. Analisis yang hanya
memperhatikan indikator pendidikan
untuk melihat pengaruh terhadap Angka Kematian Balita menunjukkan bahwa
pendidikan wanita paling berpengaruh.
Hal ini tampaknya selaras dengan hasil
penelitian lain yang dilakukan di beberapa negara seperti di Sri Lanka, Kenya,
dan negara-negara Asia6. Keadaan tersebut terjadi pula di Indonesia7. Wanita
(ibu) sebagai pengasuh dan yang langsung merawat anak sudah tentu lebih
mengetahui kondisi anak setiap saat dari
pada pria (ayah). Oleh karena itu pengaruh pendidikan wanita pada perawatan kesehatan anak akan lebih nyata bila dibandingkan dengan pendidikan
pria. Tidak munculnya variabel 'Ratio
radio terhadap penduduk' sebagai variabel yang berpengaruh dalam penurunan
Angka Kematian Balita, dapat disebabkan - meskipun radio diharapkan merupakan salah satu media pendidikan namun sering dirasakan lebih sebagai
media hiburan khususnya pada masyarakat tingkat bawah.
Indikator gizi yang dipakai dalam
penelitian ini tampaknya kurang peka
untuk dapat menerangkan terjadinya
variasi Angka Kematian Balita. Bayi
lahir dengan berat badan kurang misal-
Bul. Peneli.. Kesehat. 18 (2) 1990
nya, lebih Bampak efeknya pada kematian neonatal, sedang kematian pada usia
yang lebih tua (anak-anak) lebih dipengaruhi oleh faktor sosio-ekonomi8. Persentase ibu menyusui juga tidak tampak
perannya dalam menerangkan variasi
Angka Kematian Balita, mengingat ibu
menyusui lebih berdampak pada keadaan gizi anak usia kurang dari 2 tahun saja, khususnya pada bayi di daerah/
negara dengan tingkat sosioekonomi
rendab9. Status gizi Balita meskipun merupakan predominan te rjadinya kematian, akan tetapi karena pengaruh variabel
langsung lain cukup besar maka pada
analisis, ini juga tidak muncul sebagai
variabel yang dapat menerangkan variasi
Angka Kematian Balita. Dari beberapa
variabel cal .upan imunisasi (BCG, DPT,
Polio, Campak, dan TT Ibu hamil) ternyata hanya cakupan Polio (Persentase
bayi mendapat imunisasi Polio) yang
dapat menjelaskan terjadinya variasi
Angka Kematian Balita. Hal ini mungkin karena imunisasi lain (kecuali Polio)
hanya gencar dilaksanakan di negaranegara 'sedang berkembang'. Kurang
gencarnya imunisasi di negara 'berkembang' mungkin juga karena resiko penularan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi relatif lebih rendah
dari pada di negara 'sedang berkembang'.
Memang menurut laporan kemajuan imu.
nisasi UNICEF., sasaran mayoritas sdalah negara 'sedang berkembang.1°
~ a r i a b e Ekonomi
l
yang dapat menerangkan te rjadinya variasi Angka Kematian Balita, pada penelitian ini adalah
Gross National Product (GNP). Hal ini
Faktor-faktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cholis Bachroen
tampaknya selaras dengan hasil analisis
'United Nations' yang menyatakan adanya asosiasi yang cukup kuat antara
GNP dengan tingkat kematian (angka
kematian bayi dan angka harapan hidup
waktu lahir)" . Variabel 'Persentase pengeluaran negara untuk kesehatan' dan
'Prosentase pengeluaran negara untuk
pendidikan' tidak dapat menerangkan
terjadinya variasi Angka Kematian Balita
pada analisis ini. Hal ini diterangkan dengan asumsi bahwa untuk sampai pada
dampak penurunan Angka Kematian
Balita maka anggaran kesehatan harus
dipakai untuk program dengall daya
ungkit besar dan sifatnya siiuasional
untuk masing-masing negara. Pada analisis pendidikan (lihat HASIL Point 1) telah diutarakan bahwa bukan pendidikan secara umum yang dapat berpengaruh
pada Angka Kematian Balita tetapi pen
didikan wanita.
Meskipun GNP pada analisis terpisah tiap kelompok variabel (indikator)
yang diteliti dapat menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian Balita,
tetapi setelah dianalisls dengan variabel
tingkat pendidikan wanita dan cakupan
imunisasi Polio, pengaruh GNP tidak
muncul. Hal ini mungkin karena variabel
antara pada GNP untuk sampai pada kematian Balita jauh lebih banyak dari
pada variabel tingkat pendidikan wanita
dan cakupan Polio, sehingga lebih banyak variabel pengganggu pada hubungan antara GNP dan Angka Kematian
Balita.
KESIMPULAN
1. Indikator Pendidikan yang paling
dominan dalam menerangkan terjadinya variasi Angka Kematian Balita adalah Tingkat Pendidikan Wanita yang dimanifestasikan dengan
'Enrolment Ratio SLTP Wanita' dan
'Angka
Melek Huruf Wanita.
-
2. Indikator Gizi yang dipakai dalam
analisis ini kurang peka m t u k dapat
menerangkan terjadinya Angka Kematian Balita
3. Pada Indikator Kesehatan ternyata
hanya cakupan Imunisasi Polio yang
dapat menerangkan terjadinya variasi
Angka Kematian Balita.
4. Variasi GNP sebagai salah sa& Indikator Ekonomi dapat menjelaskan
terjadinya variasi Angka Kematian
Balita.
5. Hasil analisis lanjut dari variabel
dominan pada masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menunjukkan bahwa Tingkat Pendidikan Wanita (Enrolment Ratio
LSTP wanita dan Angka melek
Humf Wanita) dan Cakupan Imunisasi Polio dapat menjelaskan 74,1%
terjadinya variasi Angka Kematian
Balita.
KEPUSTAKAAN :
1. Indonesia. Departemen Kesehatan (1982).
Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
2. Grant. James P. (1987) The State of The
World's Children 198% New York :
Oxford University Press.
3. Timmer, (1970), M. Population Prrssure
and Child. Mortality. Rotterdam :
Drukkenj Bronder - Offset N.V.,
1970.
4. Utomo, Budi and Meiwita B Iskandar
B U Penelit.
~
Kesehat.
18 (2) 1990
Faktor-faktor dominan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . Cholis Bachroeil
(1986). Mortality Transition in Indonesia 1950 - 1980. Bangkok : United
Nations.
5. Budiarso, Ratna L. et al. Suwai Kesehatan
Rumah Tangga 1986 Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, tth.
6. United Nations (1986) Determinants o f
Mortality Changes and Differential in
Developing Countries. New York.
8. Perera, Terence and King Moung Lwin.
(1984). Perinatal Mortality Morbidity
Including Low Birth Weight. SEAR0
Regional Health Paper No. 3. New
Delhi: WHO.
9. Schmidt, Benjamin Jose (1983). BreastFeeding and Infant Mortality and
Morbidity in Developing Countries.
7. Mc. Donald, Peter F., Mohammad Yasin,
and Gavin W. Jones (1976) Levels and
Trends in Fertility and Childhood
Mortality in Indonesia. Jakarta : Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia,
10. Grant, James P. Situasi Anak-Anak di
Dunia 1988, Jakarta : UNICEF,
tth.
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990
Journal o f Pediam'c Gastroenterology
and Nutrition 2 (Suppl. 1). p. S127S 130. New York : Raven Press.
11. United Nations (1982). Levels and Trends
of Mortality Since 1950. New York.