Rencana Kinerja Tahunan - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur Rencana Kerja 2017

RANCANGAN AKHIR

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
DINAS PETERNAKAN
Jl. Bhayangkara No. 54. Telp: (0541) 743921 /
7427745 Fax: (0541) 736228—Samarinda, Indonesia
E-mail: dinaspeternakankaltim@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan salah satu bagian dari lima
komoditas strategis nasional tersebut pada dasarnya adalah untuk penyediaan
pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) maupun kuantitas
dan turut berperan dalam mendorong terhadap peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dari sisi pemenuhan gizi melalui penyediaan konsumsi
protein hewani asal ternak yaitu daging, telur dan susu. Selain itu mendorong
tumbuhnya ekonomi yang berkerakyatan sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat peternakan.
Pencanangan target 2 (dua) juta ekor sapi di Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara oleh Gubernur Kaltim pada acara puncak bulan bakti
peternakan dan kesehatan hewan di Samarinda pada tanggal 23 Nopember
2013 menjadi landasan penetapan kebijakan strategis pembangunan
peternakan dan kesehatan hewan di Kalimantan Timur.
Penetapan program, kegiatan dan operasional pelayanan yang ada
dirancang secara berjenjang, melalui mekanisme musyawarah pembangunan
yang diformulasikan pada setiap tahunnya sebagai penjabaran dari Rencana
Strategis (Renstra) Pembangunan Peternakan. Peran pemerintah lebih banyak
kepada peran-peran stimulasi, dinamisasi, regulasi dan fasilitasi bagi
masyarakat dan pelaku usaha peternakan. Oleh karena itu partisipasi
masyarakat terus akan didorong pada setiap tahapan dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga pengawasan. Peran masyarakat dalam pengawasan
pembangunan saat ini telah berkembang dengan pesat sebagai dampak dari
keterbukaan informasi publik sehingga perlu dilakukan pengelolaan dengan baik
melalui media cetak, elektronik, website maupun bertatap muka.
Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu
(1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat. Penyusunan rancangan Renja
SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan

menjadi dokumen Renja SKPD yang definitif.
Dalam prosesnya, penyusunan rancangan Renja SKPD mengacu pada
kerangka arahan yang dirumuskan dalam rancangan awal RKPD. Oleh karena
itu penyusunan rancangan Renja SKPD dapat dikerjakan secara
simultan/paralel dengan penyusunan rancangan awal RKPD, dengan fokus
melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap kondisi eksisting SKPD,
evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya dan evaluasi
kinerja terhadap pencapaian Renstra SKPD.
Penyusunan Renja SKPD yang dilakukan melalui dua tahapan yang
merupakan suatu rangkaian proses yang berurutan, mencakup:
1. Tahap perumusan rancangan Renja SKPD; dan
2. Tahap penyajian rancangan Renja SKPD.

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 1

Adapun program prioritas Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 – 2018 adalah :
1. Percepatan pengentasan kemiskinan

2. Percepatan transformasi ekonomi
3. Pengembangan agrobisnis
4. Penguatan cadangan pangan
5. Pemenuhan kebutuhan energi ramah lingkungan
Untuk mencapai sasaran program seperti tersebut di atas, maka
disusunlah Rencana Strategis SKPD Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2013-2018. Renstra ini diwujudkan setiap tahun melalui Rencana
Kerja (Renja) SKPD yang memberikan gambaran tentang program dan kegiatan,
dimana pelaksanaannya, berapa dana yang dibutuhkan oleh SKPD untuk
mencapai sasaran program/kegiatan dalam satu tahun anggaran. Selain itu,
Renja SKPD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan
Timur mengakomodasi Renja SKPD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait lain.

1.2. Landasan Hukum
Beberapa perundangan-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum
dalam pelaksanaan penyusunan renja SKPD tahun 2017 adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
2. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

3. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
4. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
5. Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2008 tentang Tahapan
Tatacara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan
Permendagri No. 13 tahun 2006
8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2000/II/Bangda, tanggal 28
Februari
2008
tentang
Pedoman
Penyusunan
Rencana
Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD)

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor : 54 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerinta Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.
10. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kaltim Tahun
2005 -2025.

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 2

11. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2013-2018;
12. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 21 Tahun 2016 tanggal 16 Mei
2016 tentang Penetapan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2016;
13. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor

Tahun 2016 Tanggal 16
Juni 2016 tentang Pengesahan Renja SKPD Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2017.

1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai bahan acuan dan
arahan bagi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur
dalam melaksanakan program/kegiatan bidang peternakan dan kesehatan hewan
di Kalimantan Timur, sehingga tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan dan fasilitasi bidang peternakan dan kesehatan hewan di
Kalimantan Timur, antara lain diindikasikan dalam hal :
1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan
asal ternak (daging dan telur);
2. Meningkatkan efisiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan;
3. Meningkatkan jaminan keamanan pangan produk peternakan.
Tujuan yang diharapkan dari Renja SKPD ini adalah :
1. Terjabarkannya Renstra SKPD berdasarkan RKPD tahun 2017
2. Tersedianya gambaran yang jelas tentang program dan kegiatan SKPD pada
tahun 2017.

3. Tersedianya acuan dan arahan dalam pencapaian sasaran SKPD tahun 2017
4. Tersusunnya dokumen perencanaan SKPD pada tahun 2017.

1.4. Sistematika Penulisan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana
Pembangunan Daerah dan Permendagri No.54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah maka sistematika penyusunan Rancangan Rencana Kerja SKPD Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 secara
garis besar adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penyusun Renja, landasan hokum
penyusunan Renja, maksud dan tujuan penyusunan Renja dan
sistimatika penulisan dokumen Renja.


Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 3

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU
Bab ini memuat evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan
capaian Renstra SKPD, analisis kinerja pelayanan SKPD, isu-isu penting
penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD, review terhadap rancangan
awal RKPD, dan penelaahan usulan program dan kegiatan masyarakat.

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
Bab ini memuat telaahan terhadap kebijakan nasional, tujuan dan
sasaran Renja SKPD, program dan kegiatan.
BAB IV PENUTUP
Bab ini memuat ringkasan singkat dari maksud dan tujuan penyusunan
dokumen Renja SKPD, disertai dengan harapan bahwa dokumen ini
mampu menjadi pedoman pembangaunan selama 1 (satu) tahun ke
depan oleh SKPD.


Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 4

BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2015
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2015 dan capaian Renstra SKPD
Dalam Dokumen Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2009-2013 telah ditetapkan Program dan kegiatan untuk
mewujudkan visi dan misi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Kalimantan Timur sebagai operasionalisasi dalam mensukseskan visi dan misi
Gubernur Kalimantan Timur yang sekaligus sebagai visi dan misi Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur.
Pada tahun 2015, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur
melaksanakan program dan kegiatan yang mengacu pada RKPD dan Renstra
SKPD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2009-2013 melalui 6 (enam) Progam dengan 9 (sembilan) kegiatan.
Rekapitulasi evaluasi hasi renja SKPD dan pencapaian renstra SKPD s/d tahun
2015 dapat dilihat pada lampiran 1 (terlampir).

1). Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
Program ini mempunyai dana sebesar Rp.5.751.174.400,- dialokasikan untuk
2 (dua) kegiatan yang terdiri dari :
a. Kegiatan Pemeliharaan dan pencegahan penyakit menular ternak sebesar
Rp.3.800.000.000,b. Kegiatan Pelayanan Laboratorium keswan dan kesmavet sebesar
Rp.1.951.174.400,Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap
berbagai penyakit hewan sehingga Kalimantan Timur bebas dari penyakit
hewan menular strategis maupun yang bersifat ekonomis, sehingga mampu
menyediakan bahan pangan asal ternak yang ASUH.
Dari pelaksanaan kedua kegiatan tersebut, secara umum dapat terlihat
capaian kinerja sebagai berikut :
➢ Peningkatan status wilayah Jembrana sebesar 60% atau dengan
capaian sebesar 75% dari target 80% karena kejadian kasus jembrana
masih terjadi sebanyak 1 (satu) kasus di Berau. Pada tahun 2013,
kejadian Jembrana 30 kasus terjadi di 2 kabupaten yaitu Balikpapan (8
kasus) dan Kukar (22 kasus). Sedangkan pada tahun 2014 terjadi pada
Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sebanyak 9 kasus, sehingga
dari 10 kabupaten/kota hanya 6 kabupaten/kota yang terbebas dari
kasus Jembrana antara lain Kabupaten Kutim, Kubar, Paser, Samarinda,
Mahakam Hulu dan Bontang.

➢ Capaian peningkatan status wilayah AI sebesar 20% atau dengan
capaian 33,33% dari target 60% karena masih terjadi kasus AI sebanyak
1 (satu) kasus di PPU. Pada tahun 2013, kejadian AI 216 kasus terjadi di
6 kabupaten yaitu Kutim (1 kasus), Bontang (94 kasus), Berau (11
kasus), Kubar (22 kasus), Samarinda (24 kasus) dan Kukar (54 kasus).
Sedangkan pada tahun 2014 kejadian kasus AI 6 kasus terjadi di 3
kabupaten yaitu Samarinda (4 kasus), Bontang (1 kasus) dan

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 5

Balikpapan (1 kasus), sehingga dari 10 kabupaten/kota di Kaltim hanya
2 kabupaten yang terbebas dari AI yaitu Paser dan Mahakam Hulu.
Kegiatan tersebut terealisasi secara fisik 100% dan keuangan sebesar
93,53% atau sebesar Rp.5.378.782.302,2)

Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
Program ini mempunyai dana sebesar Rp.27.923.020.134,- dan dialokasi
untuk 3 (tiga) kegiatan yang terdiri dari :
a. Kegiatan Pengembangan agribisnis peternakan
b. Kegiatan Pengembangan perbibitan dan budidaya
c. Kegiatan Pembibitan dan Perawatan Ternak
Tujuan program ini adalah meningkatkan produksi dan produktifitas ternak di
Kalimantan Timur sehingga menjadi daerah yang ketercukupan akan
kebutuhan daging, telur dan susu yang memiliki aspek jaminan keamanan
pangan ASUH. Sasaran kegiatan tersebut adalah meningkatnya populasi
dan produksi ternak, sehingga diharapkan pendapatan masyarakat
meningkat.
Capaian program (outcome) ini adalah jumlah produksi daging dan telur.
Keterkaitan capaian outcome dengan sasaran adalah
▪ Keterkaitan jumlah produksi daging dengan ketersediaan lokal daging
adalah produksi daging sebesar 61.493,50 ton untuk memenuhi
konsumsi daging sebesar 64.089,40 ton maka kita mampu memasok
dari lokal sebesar 68,09% artinya semakin tinggi tingkat konsumsi
daging maka ketersediaan daging dari lokal pun semakin terpenuhi.
Sehingga keterkaitan dengan capaian tujuan adalah semakin tinggi
ketersediaan daging dari lokal maka populasi ternak di Kaltim juga
semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan daging.
▪ Keterkaitan jumlah produksi telur dengan ketersediaan lokal telur adalah
produksi daging sebesar 9.722,80 ton untuk memenuhi konsumsi
sebesar 16.174,90 ton maka kita mampu memasok dari lokal sebesar
51,72% artinya pemenuhan konsumsi telur hanya 50% saja dari lokal
sehingga keterkaitan dengan capaian tujuan adalah populasi ayam
buras dan petelur tidak mencapai target.
Kegiatan di atas sudah terlaksananya secara fisik sebesar 68,02% dengan
realisasi keuangan yang terserap sebesar 36,04% atau sebesar Rp.
10.063.690.129,-

3)

Program Peningkatan dan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
Program ini mempunyai pagu dana sebesar Rp.1.850.000.000,- dan
dialokasikan untuk :
a. Kegiatan Pengembangan Pemasaran hasil produksi Peternakan
Program ini diharapkan Kalimantan Timur merupakan daerah yang mampu
memproduksi dan memasarkan produk-produk hasil peternakan baik lokal
maupun regional bahkan internasional. Dengan produksi yang meningkat
perlunya peluang pasar untuk dapat memasarkan produk-produk
peternakan, sehingga pendapatan masyarakat dapat bertambah.

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 6

Capaian outcome dari program ini yaitu jumlah usaha pengolahan hasil
peternakan. Pada tahun 2015 mencapai 4 unit usaha pengolahan hasil
peternakan yaitu usaha telur asin Bu Endang di Kutai Kartanegara, ayam
kampung Q-TA di Kutai Timur, Abon Ayam Bintang Milono di Balikpapan dan
Kelompok bakso Arema di Samarinda.
Kegiatan ini sudah terlaksananya secara fisik sebesar 100% dengan realisasi
keuangan yang terserap sebesar 99,44% atau sebesar Rp.1.839.640.000,4)

Program Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan
Program ini mempunyai dana sebesar Rp. 10.775.000.000,- dan
dialokasikan untuk :
a. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan teknologi Peternakan tepat guna
(Inseminasi buatan dan embrio transfer).
Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan peternakan yang
nantinya diharapkan menjadi usaha peternakan rakyat.
➢ Capaian program ini adalah jumlah kawasan peternakan yang terealisasi
sebanyak 6 kawasan di Paser Kabupaten Paser yaitu 1).Longkali (1.382
ekor); 2).Long ikis (9.154 ekor); 3).Kuaro (3.242 ekor); 4).Pasir
Belengkong (2.854 ekor); 5).Batu Engau (1.113 ekor); 6) Muara Komam
(754 ekor).
➢ Sedangkan realisasi tahun 2014 juga terbentuk 6 kawasan peternakan di
Kabupaten Kutai Timur yaitu yaitu 1) Kecamatan Rantau Pulung (1.873
ekor); 2) Kecamatan Kaliorang (2.118 ekor); 3) Kecamatan Long
Mesangat (1.452 ekor); 4) Bengalon (783 ekor) 5) Muara Wahau (1.039
ekor) 6) Kongbeng (1.194 ekor). Dengan demikian jumlah ternak di 6
kecamatan tersebut sebanyak 8.459 ekor, sehingga berdasarkan kriteria
kawasan peternakan telah memenuhi lebih 3.000 ekor sapi, maka Kutai
Timur dijadikan sebagai kawasan peternakan.
➢ Target jumlah kawasan peternakan di akhir periode Renstra Tahun 2018
sebanyak 25 kawasan peternakan sedangkan dari tahun 2013 sampai
dengan 2015 sudah terbentuk kawasan peternakan sebanyak 12
kawasan. Sehingga masih diperlukan 13 kawasan untuk mencapai akhir
periode Renstra. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur
perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode
Renstra tahun 2018 adalah dengan penyebaran ternak melalui dana
bantuan Pemerintah Daerah maupun Pusat, pendataan dan pengawasan
perkembangan ternak bantuan pemerintah secara intensif baik oleh
Provinsi maupun Kabupaten/kota.
➢ Keterkaitan jumlah kawasan peternakaan ketersediaan lokal daging
adalah dengan terbentuknya kawasan peternakan 12 kawasan di Kaltim,
maka untuk memenuhi konsumsi daging dari lokal dapat terpenuhi dan
keterkaitan dengan capaian tujuan adalah bahwa dengan terbentuknya 12
kawasan peternakan maka jumlah populasi sapi potong di Kaltim semakin
meningkat. Artinya populasi sapi potong berkembang di kawasan
peternakan.
Kegiatan ini sudah terlaksananya secara fisik sebesar 100% dengan realisasi
keuangan yang terserap sebesar 96,59 % atau sebesar Rp. 10.407.503.600,-

5)

Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Peternakan

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 7

Program ini mempunyai pagu dana sebesar Rp.300.000.000,- dan
dialokasikan untuk Kegiatan Pelatihan Keterampilan Pengembangan
Budidaya Ternak. Program ini dimaksudkan untuk menanggulangi
kemiskinan melalui subsektor peternakan
➢ Program ini merupakan program prioritas indikator RPJMD Provinsi
Kalimantan Timur. Capaian outcome program ini adalah jumlah
masyarakat miskin yang beternak kambing (KK). Sesuai reviu Renstra
bahwa target indikator jumlah masyarakat miskin yang beternak kambing
tidak ada karena Kepala Keluarga (KK) miskin baru dilatih di tahun 2015
sebanyak 75 KK, sehingga KK tersebut akan menerima ternak kambing di
tahun 2016. Pelatihan budidaya ternak kambing sebanyak 75 KK di Kutai
Timur terdiri dari 55 KK di Kecamatan Rantau Pulung (desa tanjung labu
20 KK, desa tepian makmur 15 KK dan desa margo mulyo 20 KK) dan 20
KK di Kecamatan Bengalon desa tepian langsat.
➢ Keterkaitan jumlah masyarakat miskin yang beternak kambing dengan
ketersediaan lokal daging adalah bahwa masyarakat miskin yang telah
diberi pelatihan budidaya dan beternak kambing akan meningkatkan
ketersediaan daging dari lokal. Sehingga dampaknya bagi capaian tujuan
adalah apabila ketersediaan daging dari lokal terpenuhi, maka tentunya
populasi ternak kambing di Kaltim juga semakin meningkat.
Kegiatan ini sudah terlaksananya secara fisik sebesar 100% dengan realisasi
keuangan yang terserap sebesar 69,27 % atau sebesar Rp. 207.801.000,6)

Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan
Program ini mempunyai dana sebesar Rp. 8.163.693.750,- dan dialokasikan
untuk :
b. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan teknologi Peternakan tepat guna
(Inseminasi buatan dan embrio transfer).
Program ini dimaksudkan untuk melakukan pemanfaatan teknologi tepat
guna, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari hasil rekayasa
teknologi. Dengan teknologi tepat guna diharapkan peternak mampu untuk
meningkatkan produksi ternaknya.
➢ Capaian program ini adalah produksi pakan hijauan, S/C, CR dan
produksi biogas yang dihasilkan.
➢ Capaian produksi pakan hijauan pada tahun 2015 sebesar 23.766 ton
atau sebesar 61,06% dari target 38.920 ton. Realisasi tidak mencapai
target karena musim kemarau yang panjang menyebabkan rumput
hijauan pakan ternak mengalami kekeringan sehingga mempengaruhi
produksi hijauan pakan ternak. Keterkaitan capaian outcome dengan
capaian sasaran adalah produksi pakan hijauan menurun menyebabkan
banyak peternak yang memanfaatkan teknologi pakan agar dapat
memenuhi kebutuhan pakan ternaknya. Artinya dengan menurunnya
produksi pakan hijauan maka penggunaan teknologi pakan dapat
termanfaatkan karena tidak adanya ketersediaan pakan, sehingga mau
tidak mau peternak harus menggunakan teknologi pakan karena selama
ini penggunaan teknologi pakan ternak dilakukan bila ketersediaan
pakan tidak mencukupi.

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 8





Capaian S/C tahun 2015 ini sebesar 2,1 sedangkan nilai CR sebesar
47,62%. Artinya nilai kesuburan sapi betina cukup baik karena S/C yang
paling baik antara 1,6 - 2. Sedangkan nilai CR nya rendah dimana nilai
CR yang baik 60-80% artinya angka konsepsinya rendah dikarenakan
tingginya jumlah sapi yang di IB sampai dengan bunting lebih dari satu
kali, sehingga mempengaruhi angka konsepsinya. Keterkaitan capaian
outcome dengan capaian sasaran adalah nilai S/C dan CR rendah
mempengaruhi keberhasilan kebuntingan sehingga dari 3.035 akseptor
hanya 2.050 ekor sapi yang berhasil bunting. Bila dilihat dari capaian
tujuan, dari 2.050 ekor sapi yang bunting hasil IB terdapat kelahiran hasil
IB 1.462 ekor atau sebesar 71,32% dari kebuntingan hasil IB, sehingga
sapi yang bunting pada bulan mei ke atas kelahirannya di tahun depan.
Capaian produksi biogas yang dihasilkan sebesar 189 m3 karena jumlah
instalasi biogas yang terbangun sebanyak 105 unit. Keterkaitan capaian
outcome dengan capaian sasaran adalah dengan adanya produksi
biogas yang dihasilkan maka biogas tersebut telah digunakan dan
dimanfatkan oleh peternak dengan kriteria 1 unit biogas dapat
dimanfaatkan untuk 1 KK, sehingga instalasi biogas yang dibangun
sebanyak 105 unit maka dapat dimanfaatkan oleh 105 KK. Bila dikaitkan
lagi dengan capaian tujuan, dari jumlah masyarakat yang memanfaatkan
biogas 105 KK maka akan terbentuk kawasan mandiri energi yang
berbasis biogas.

Kegiatan ini sudah terlaksananya secara fisik sebesar 100% dengan realisasi
keuangan yang terserap sebesar 96,79 % atau sebesar Rp.
7.901.686.283,00,Dalam melaksanakan pembangunan peternakan di Provinsi Kalimantan Timur
selain bersumber dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Propinsi
Kalimantan Timur, juga bersumber dari dana APBN yang berasal dari kegiatan
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian dengan pengalokasian berupa dana Konsentrasi,
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Dukungan anggaran APBD dan APBN
sejak tahun 2008 sampai dengan Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Dukungan Anggaran APBD Provinsi dan APBN tahun 2008 s/d
2015

No.

Tahun
Anggaran

1.

2008

2.

2009

3.

2010

4.

2011

APBN
DK, TP, Konsentrasi
(Rp)

APBD (Rp)

Jumlah (Rp)

11.816.193.688
Realisasi 97,23 %
12.001.119.758
Realisasi 92,68 %
12.303.500.000
Realisasi 97,30 %
43.321.540.000
Realisasi 88,91 %

14.652.220.346
Realisasi 91,02%
29.867.648.163
Realisasi 93,53 %
41.080.147.000
Realisasi 88,85 %
47.833.050.500
Realisasi 91,02 %

26.468.414.034

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

41.868.767.921
53.383.647.000
91.154.590.500

Page 9

No.

Tahun
Anggaran

5.

2012

6.

2013

7.

2014

8.

2015

APBN
DK, TP, Konsentrasi
(Rp)

APBD (Rp)

Jumlah (Rp)

31.367.206.000
Realisasi 81.05 %
35.086.258.000
Realisasi 96,03%
30.764.230.000
Realisasi 73,79
307.682.215.000
Realisasi 46,28%

54.784.714.000
Realisasi 95.72 %
72.318.668.123
Realisasi 94,53%
67.517.958.263,50
Realisasi 94,80%
80.919.778.040
Realisasi 74,52%

86.151.920.000
107.404.926.123
98.282.188.263,50
388.601.993.040

Dana APBN merupakan akumulasi Anggaran yang berasal dari Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian.
Pada Tahun anggaran 2015, Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur
mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp. 80.919.778.040,- termasuk belanja
langsung dan tidak langsung. Realiasi keuangan selama tahun 2015 mencapai
74,52% atau sebesar 60.297.800.436,-. Sedangkan realisasi fisik sebesar 80%.
Sisa anggaran APBD pada tahun 2015 sebesar Rp.22.240.745.465,dikarenakan:
1. Adanya efisiensi/penghematan anggaran belanja terhadap lelang barang dan
jasa karena penawaran pihak ketiga di bawah plafon anggaran yang tersedia.
2. Adanya Pegawai Negeri Sipil yang pensiun dan mutasi sehingga adanya dana
kelebihan tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja.
3. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur hanya terealisasi
65,46% karena merupakan sisa kontribusi yang sudah dialokasikan tetapi
dalam pelaksanaannya sudah ditanggung oleh pelaksana.
4. Kegiatan pengadaan sapi indukan Brahman Cross (BC) impor sebanyak 855
ekor tidak terealisasi karena :
➢ Menunggu revisi Permentan tentang impor indukan yang dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali sehingga memakan waktu hingga bulan September
2015 baru selesai revisi.
➢ IKHS (Instalasi Karantina Hewan Sementara) yang dibuat oleh rekanan
masih dianggap belum layak, sehingga Pihak Australia menunda ijin
ekspor sambil menunggu kelayakan IKHS. Oleh karena itu, perlu
perbaikan IKHS.
➢ Pengiriman indukan pada shipment kedua terkendala karena banyak
indukan yang sudah bunting di atas 6 bulan sehingga berdasarkan aturan
di Pemerintah Australia tidak memenuhi syarat untuk diimpor.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan
Timur tahun 2015 mendapat alokasi dana sebesar Rp.80.919.778.040,- atau
0,87% dari total anggaran belanja APBD Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015
sebesar Rp.9.338.780.250.000,-

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 10

2.2. Analisis Kinerja Pelayanan SKPD
A. Analisis Gambaran Tupoksi SKPD
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Propinsi di bidang Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
Kalimantan Timur melalui Sekretaris Daerah.
Dasar pembentukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Kalimantan Timur adalah Peraturan Daerah Nomor 48 Tahun 2016 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) SKPD Provinsi Kalimantan Timur dan
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 61/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak
Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah,
maka oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur perangkat daerah tersebut
dilakukan penataan kembali.
Susunan organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Kalimantan Timur tersebut terdiri atas 1 (satu) Eselon II yaitu Kepala Dinas; 7
(tujuh) Eselon III yaitu 1 (satu) Sekretaris, 4 (empat) Kepala Bidang dan 2 (dua)
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas; 21 (dua puluh satu) Eselon IV yaitu 5 (lima)
orang Kepala Sub Bagian dan 16 (lima belas) Kepala Seksi serta kelompok
jabatan fungsional.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, membawahi 7 (tujuh) unit
Esselon III, meliputi:
1. Sekretaris, membawahi 3 (tiga) sub bagian, yaitu:
a. Sub Bagian Perencanaan Program
b. Sub Bagian Umum
c. Sub Bagian Keuangan
2. Bidang Perbibitan dan Budidaya Peternakan, membawahi 3 (tiga) seksi),
yaitu:
a. Seksi Perbibitan Ternak
b. Seksi Budidaya Ternak dan Alat dan Mesin Peternakan
c. Seksi Penataan Kelembagaan dan Penyebaran Ternak
3. Bidang Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan, membawahi 3
(tiga) seksi), yaitu:
a. Seksi Pengembangan Kawasan dan Pakan Ternak
b. Seksi Pelayanan Usaha dan Pembiayaan Peternakan
c. Seksi Data dan Informasi Peternakan
4. Bidang Kesehatan Hewan, membawahi 3 (tiga) seksi), yaitu:
a. Seksi Perlindungan Hewan
b. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan
c. Seksi Pengawasan Obat Hewan dan Pelayanan Kesehatan Hewan

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 11

5. Bidang Pasca Panen dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, membawahi 3
(tiga) seksi), yaitu:
a. Seksi Pengolahan Hasil dan Pengawasan Mutu Produk
b. Seksi Promosi dan Pemasaran
c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner
6. UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan, membawahi 3 (tiga) seksi),
yaitu:
a. Sub Bagian Tata Usaha
b. Seksi Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak
c. Seksi Inseminasi Buatan dan Saprodi
7. UPTD Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesmavet, membawahi 3 (tiga)
seksi), yaitu:
a. Sub Bagian Tata Usaha
b. Seksi Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan
c. Seksi Penyidikan dan Pengujian Kualitas Hasil Peternakan

8. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat
pada Gambar Bagan berikut.

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 12

LAMPIRAN XXII PERDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
NOMOR : 48 TAHUN 2016
TANGGAL : 01 DESEMBER 2016
TENTANG : STRUKTUR DINAS PETERNAKAN
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEPALA DINAS

DINAS
KELOMPOK
JABATABN
FUNGSIONAL

SEKRETARIS

KASUBBAG
UMUM

KEPALA BIDANG
PENGEMBANGAN KAWASAN
DAN USAHA PETERNAKAN

KEPALA BIDANG
a.
PASCAPANEN DAN
KESMAVETb.

KASI PENGOLAHAN HASIL DAN
PENGAWASAN MUTU PRODUK

c. DAN
KASI PROMOSI
PEMASARAN
d.

KASI KESEHATAN
MASYARAKAT VETERINER

KASI PENGEMBANGAN
KAWASAN DAN PAKAN
TERNAK

KASUBBAG
PERENCANAAN PROGRAM

KEPALA BIDANG PERBIBITAN
DAN BUDIDAYA

KA.UPTD PEMBIBITAN DAN
INSEMINASI BUATAN

KEPALA BIDANG
KESEHATAN HEWAN

KASI PERBIBITAN TERNAK

KASI PERLINDUNGAN
HEWAN

KASI PENATAAN
KELEMBAGAAN DAN
PENYEBARAN TERNAK

KASI PENCEGAHAN
DAN
PEMBERANTASAN
PENYAKIT HEWAN

KASI PELAYANAN USAHA
DAN PEMBIAYAAN
PETERNAKAN

KASI DATA DAN
INFORMASI PETERNAKAN

KASI BUDIDAYA TERNAK DAN
ALAT MESIN PETERNAKAN

KASI PENGAWASAN
OBAT HEWAN DAN
PELAYANAN
KESEHATAN HEWAN

KA.UPTD LABORATORIUM KESWAN
DAN KESMAVET

KASUBBAG TATA USAHA

KASUBBAG TATA USAHA

KASI PEMBIBITAN TERNAK DAN
HIJAUAN MAKANAN TERNAK

KASI PENYIDIKAN DAN
PENGUJIAN PENYAKIT HEWAN

KASI INSEMINASI BUATAN DAN
SAPRODI

KASI PENYIDIKAN DAN
PENGUJIAN KUALITAS HASIL
PETERNAKAN

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

KASUBBAG
KEUANGAN

Page 13

B. Analisis Capaian Kinerja Pelayanan SKPD

Capaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat
terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur)
Persentase Ketersediaan Lokal Daging dan Telur
Tabel 2. Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 1 (satu) ketersediaan lokal
daging dan telur

Permintaan daging sapi diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring
dengan pertumbuhan penduduk, perbaikan ekonomi masyarakat, dan
meningkatnya kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani.
Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini terutama ketersediaan lokal daging
baik, karena mencapai 68,09% dengan capaian 93,27%. Namun untuk
ketersediaan lokal telur cukup baik karena baru mencapai 51,72% dengan
capaian 76,62%.
Tabel 3. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 ketersediaan lokal daging dan telur
NO

INDIKATOR

SATUAN

2014

2015

KINERJA
NAIK/TURUN

1

2

3

4

5

6

1

Ketersediaan Lokal :
- Daging

Persen

75,09

68,09

-9,32

- Telur

Persen

40,90

51,72

26,45

Pada tahun 2014, ketersediaan lokal daging mencapai 75,09% dan
ketersediaan lokal telur mencapai 40,90%. Hal ini menunjukkan bahwa ada
penurunan ketersediaan lokal daging sebesar 9,32%. Namun ketersediaan lokal
terhadap telur mengalami peningkatan disebabkan karena peningkatan populasi
ayam petelur 42,61% dan ayam buras 23,67%.
Tabel 4. Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 ketersediaan lokal daging
dan telur
NO

INDIKATOR

SATUAN

REALISASI
2013

REALISASI
2014

1

2

3

4

5

1 Ketersediaan Lokal :
- Daging
- Telur

REALISASI TARGET RPJMD
2015
2014
2016
6

7

8

Persen

70,91

75,09

68,09

71

80

Persen

65,95

40,90

51,72

66,5

70

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 14

Pencapaian kinerja ketersediaan lokal daging dan telur dari tahun 2013 s.d
2015 terlihat fluktuatif. Namun capaian tahun 2015 ketersediaan lokal daging
dan telur belum mencapai target kinerja pada akhir RPJMD pada tahun 2018
yaitu ketersediaan lokal daging sebesar 80% dan ketersediaan telur sebesar
70%. Sedangkan realisasi tahun 2014 ketersediaan lokal daging 70,91% dan
ketersediaan lokal telur 65,95%.

Grafik 1. Produksi dan Konsumsi Daging (dalam Ton)

80.000,00
60.000,00
Produksi Daging

40.000,00

Konsumsi Daging

20.000,00
0,00
2011
Produksi Daging

2012

2013

2014

2015

47.593,80 51.158,50 58.656,40 59.707,50 61.493,50

Konsumsi Daging 49.848,60 52.883,10 61.491,20 66.767,80 64.089,40

Pada grafik 1 terlihat adanya peningkatan produksi daging diiringi dengan
peningkatan konsumsi daging. Hal ini menunjukkan bahwa adanya permintaan
daging yang semakin meningkat setiap tahunnya sebagai akibat dari
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang berdampak pada
peningkatan gizi disamping itu juga tumbuh dan berkembangnya perusahaan
asing (perusahaan pertambangan) di Kalimantan Timur. Produksi daging secara
keseluruhan pada tahun 2015 mencapai 61.493,5 ton sedangkan Konsumsi
daging mencapai 64.089,4 ton, hal ini terdapat selisih dengan produksi daging
sebesar 2.595,9 ton, kekurangan ini dipenuhi dengan pemasukan daging beku.
Untuk konsumsi daging secara keseluruhan, kita mampu memasok dari lokal
sebesar 68,09 % dan dari luar Kaltim sebesar 31,91 %. Namun, jika dilihat dari
kemampuan pasokan sapi potong lokal, kita baru mampu memasok sapi potong
sebanyak 141.855 ekor atau 39,43 % dari populasi ternak sapi kita tahun 2014
yaitu sebanyak 101.743 ekor
Grafik 2. Produksi dan Konsumsi Telur (dalam Ton)

25,000.00
20,000.00
15,000.00

Produksi Telur

10,000.00

Konsumsi Telur

5,000.00
0.00
2011
Produksi Telur

2012

2013

2014

2015

13,284.5 14,112.6 16,072.2 9,286.20 9,722.80

Konsumsi Telur 21,335.0 18,822.1 20,925.8 21,765.5 16,174.9

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 15

Pada grafik 2 terlihat adanya peningkatan konsumsi telur dibandingkan produksi
telur. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan telur meningkat setiap tahunnya
sedangkan produksi telur menurun disebabkan karena total afkir ayam petelur
pada tahun 2014 sejumlah 896.334 ekor dengan jumlah yang keluar kaltim
530.000 ekor dan jumlah yang dipotong 266.334 ekor serta kematian 4,38%
atau sebanyak 52.339 ekor. Pada tahun 2015 produksi telur mencapai 9.722,80
ton atau 60,11% dari kebutuhan konsumsi. Kebutuhan konsumsi telur tahun
2015 sebesar 16.174,90 ton sehingga masih diperlukan pemasukan telur dari
luar Kaltim sebesar 6.452,1 ton atau 39,89%. Pemasukan telur berasal dari
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Pulau Jawa. Untuk konsumsi telur
secara keseluruhan, kita mampu memasok dari lokal sebesar 51,72% dan dari
luar Kaltim sebesar 48,28 %.
Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai ketersediaan lokal daging dan
telur adalah :
1) Ketersediaan lokal diperoleh melalui pemotongan sapi lokal, sedangkan
populasi sapi lokal masih rendah. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan
daging Prov.kaltim didatangkan dari luar. Selama ini untuk mencukupi
kebutuhan daging lokal terbesar dipenuhi dari produksi daging ayam
potong.
2) Para peternak banyak beralih usaha ke bidang ayam potong sehingga
populasi ayam buras dan ayam petelur menurun signifikan.
Target persentase ketersediaan lokal daging dan telur di akhir periode Renstra
tahun 2018 yaitu ketersediaan lokal daging sebesar 80% dan telur 70%, namun
realisasi tahun 2015 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 ketersediaan
lokal daging baru mencapai 68,09% dan ketersediaan lokal telur baru mencapai
51,72%, sehingga untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018
diperlukan upaya-upaya untuk memenuhi ketersediaan lokal daging dan telur
antara lain :
1) meningkatkan kemampuan para peternak sapi potong dalam rangka
meningkatkan produksi daging, serta
2) dilakukan pemasukan sapi potong siap potong untuk meningkatkan
pemotongan sekaligus produksi daging sapi, serta
3) meningkatkan produksi daging ayam maupun telur dengan memberikan
pelayanan serta pelatihan terhadap peternak agar dapat memelihara
ternak mereka lebih baik.
Tabel 5. Alternative Solusi pada sasaran 1 (satu)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 16

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat efisiensi sasaran ini sangat baik. Hal ini
menunjukkan sasaran sebesar 84,95% dapat tercapai dengan serapan
anggaran sebesar 58,32. Artinya untuk mencapai target sasarandiperlukan
serapan anggaran yang tinggi. Namun hasilnya akan lebih optimal apabila
pengadaan indukan sapi potong impor dapat terealisasi, sehingga dengan
penambahan indukan sapi potong dapat meningkatnya ketersediaan lokal
daging di Kaltim dan impactnya adalah adanya penambahan populasi sapi
potong di Kaltim.
Program yang sudah dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan
Timur untuk meningkatkan ketersediaan lokal daging dan telur pada tahun 2015
adalah :
1.
2.
3.
4.

Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
Program Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan
Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Peternakan.

Selain itu, program/kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan lokal
daging dan telur melalui dukungan APBN yaitu Program pemenuhan pangan
asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat melalui kegiatan peningkatan
produksi ternak. Salah satu kegiatannya adalah pengembangan indukan sapi
potong melalui integrasi sapi sawit sebanyak 1.926 ekor indukan sapi Brahman
Cross (BC) impor dan pengadaan sapi lokal sebanyak 674 ekor. Diharapkan
dapat menambah dan meningkatkan populasi sapi potong di Kalimantan Timur.

Capaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya penerapan teknologi
peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan
sumber daya alam terbarukan
Indikator pada capaian sasaran 2 (dua) ini adalah :
1) Jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas (KK)
2) Jumlah kebuntingan hasil IB (ekor)
3) Jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan (KK)
Penjelasan analisis sasaran 2 (dua) antara lain :
1. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas (KK)
Biogas merupakan solusi terbaik dalam mengatasi krisis energi yang menjadi
masalah yang sangat krusial pada saat ini, apalagi jika diterapkan di
masyarakat yang berpenghasilan rendah. Pemanfaatan biogas sebagai
energi alternatif terbarukan mulai banyak dikembangkan oleh peternak.

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 17

Tabel 6. Pengukuran capaian sasaran strategis 1 (satu) pada sasaran 2.1

Tabel 7. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 pada sasaran 2.1

Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini sangat baik, karena mencapai 105
KK dengan capaian 100% dari target 105 KK. Sesuai kriteria ketentuan
bantuan instalasi biogas kepada peternak bahwa 1 (satu) KK mendapatkan 1
(satu) unit biogas. Artinya dari instalasi biogas yang dibangun sebanyak 105
unit, maka masyarakat (KK) yang memanfaatkan biogas sebagai sumber
energi alternatif ada 105 KK. Pada tahun 2014, capaiannya 115 KK sesuai
jumlah alokasi unit biogas yang terbangun sebanyak 105 unit dari dukungan
APBD dan 10 unit dari dukungan APBN.
Tabel 8. Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 pada sasaran 2.1

Dari tabel di atas, terlihat bahwa adanya penurunan jumlah masyarakat yang
memanfaatkan biogas setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena terkait
dengan alokasi anggaran yang tersedia untuk bantuan instalasi biogas
kepada masyarakat. Namun bila dilihat dari target 2015, maka realisasinya
tercapai 100% atau 105 KK, sehingga penetapan target instalasi biogas
tergantung pada alokasi anggaran yang tersedia. Sebenarnya banyak
peternak yang mengajukan permohonan bantuan instalasi biogas, namum
untuk mendapatkan biogas ada ketentuan yang harus dipenuhi di antaranya
peternak harus mempunyai kandang dengan kepemilikan ternak minimal 3-4
ekor dengan sasaran petani peternak yang belum sejahtera kehidupannya.
Sedangkan petani/peternak yang memiliki kesejahteraan yang rendah
terkadang belum bisa menyediakan kandang yang layak bagi ternak yang
dimiliki. Sehingga kriteria yang harus dipenuhi bagi para pemohon bantuan
tersebut belum memenuhi pesyaratan.

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 18

Grafik 3. Jumlah biogas (unit) dan Masyarakat yang memanfaatkan biogas (KK)
150
100
50

Unit Biogas
KK

0
2011

2012

2013

2014

2015

Unit Biogas

29

72

117

115

105

KK

29

72

117

115

105

Dari grafik di atas terlihat adanya peningkatan jumlah biogas seiring dengan
peningkatan jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas. Hal ini
menunjukkan permintaan dan minat masyarakat dalam memanfaatkan
teknologi biogas cukup tinggi karena dampak dari penggunaan biogas
sangat dirasakan sekali oleh peternak terutama dalam penyediaan bahan
bakar untuk memasak sehari-hari dan hasil samping dari pengolahan pupuk
organik yang merupakan limbah dari pengolahan biogas dengan nilai harga
yang cukup menjanjikan mengingat Kalimantan Timur merupakan daerah
pertanian yang memiliki potensi dalam penggunaan pupuk kandang/organik
yang cukup banyak, terlebih pada daerah-daerah lahan bekas tambang yang
memerlukan pupuk kandang untuk reklamasi lahan. Peran Dinas Peternakan
adalah memfasilitasi para peternak tersebut mendapatkan akses dalam
menjalin kerjasama dengan pihak luar sehingga pupuk dari hasil pengolahan
biogas mendapat nilai ekonomi yang baik.
Beberapa keuntungan biogas bagi peternak adalah sebagai berikut :
1) Keluarga-keluarga
yang
menggunakan
Biogas
sudah
tidak
membutuhkan pembelian bahan bakar karena sudah bisa terpenuhi
kebutuhannya dari kotoran ternak yang dipeliharanya;
2) Bagi peternak yang biasanya mencari/memotong kayu bakar di hutan
kini waktunya bisa dipergunakan untuk kegiatan yang memberikan nilai
tambah ekonomis, dengan pekerjaan sambilan yang lain;
3) Kotoran ternak menjadi sangat berharga, oleh karena itu para peternak
rajin merawat ternaknya sehingga kondisi kandang menjadi bersih dan
kesehatan ternak menjadi lebih baik, pada akhirnya membawa
keuntungan dengan penjualan ternak yang lebih cepat dan berharga
lebih tinggi;
4) Keluarga peternak yang biasanya menggunakan pupuk kimia untuk
menanam, kini bisa menghemat biaya produksi karena sudah tersedia
pupuk organik dalam jumlah yang memadai dan kualitas pupuk yang
lebih baik.
Dalam pencapaian sasaran ini tidak mengalami kendala karena tercapainya
realisasi masyarakat yang memanfaatkan biogas didukung program/kegiatan
yang bersumber dana APBD yaitu :

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 19

➢ Program Peningkatan Teknologi Peternakan melalui Kegiatan
Pengembangan Teknologi Peternakan Tepat Guna. Capaian outcome
dari program ini adalah produksi gas yang dihasilkan sebesar 189 m3
karena jumlah instalasi biogas yang terbangun sebanyak 105 unit.
Keterkaitan capaian outcome dengan capaian sasaran adalah dengan
adanya produksi biogas yang dihasilkan maka biogas tersebut telah
digunakan dan dimanfatkan oleh peternak dengan kriteria 1 unit biogas
dapat dimanfaatkan untuk 1 KK, sehingga instalasi biogas yang
dibangun sebanyak 105 unit maka dapat dimanfaatkan oleh 105 KK. Bila
dikaitkan lagi dengan capaian tujuan, dari jumlah masyarakat yang
memanfaatkan biogas 105 KK maka akan terbentuk kawasan mandiri
energi yang berbasis biogas.
➢ Jika kabupaten/kota penerima bantuan biogas dapat mengalokasikan
dana pendampingan dari dana APBD II (Kab/Kota), maka hasilnya akan
lebih optimal, karena adanya monitoring yang dapat dilakukan oleh dinas
Kab/Kota.

Target jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas di akhir periode
Renstra tahun 2018 ada 770 KK, namun realisasi dari tahun 2013 sampai
dengan tahun 2015 sebanyak 337 KK, sehingga masih terdapat kekurangan
sebanyak 433 KK untuk mencapai target akhir periode Renstra 2018. Untuk
itu, realisasi renstra 2018 perlu didukung dari alokasi anggaran yang
disediakan untuk Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur
untukmencukupi jumlah KK yang telah ditargetkan. Selain itu, Dinas
Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk
mencapai target akhir periode Renstra melalui dukungan dana APBN
maupun APBD II (Kab/Kota), sehingga kegiatan ini tidak bertumpu pada satu
alokasi anggaran di APBD Provinsi. Jika ingin menjadikan kawasan mandiri
energi di kalimantan timur, maka perlu adanya komitmen dari masing-masing
kepala daerah dalam membangun kesejahteraan masyarakat yang merata
dan berkeadilan karena masyarakat di perdesaan terutama petani/peternak
sangat memerlukan bantuan tersebut.
2. Jumlah kebuntingan hasil IB (Ekor)
Tabel 9. Pencapaian Sasaran Strategis 1 (satu) pada sasaran 2.2

Tabel 10. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 pada sasaran 2.2

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 20

Indikator ini menjelaskan bahwa banyaknya Inseminasi Buatan (IB) yang
dilakukan pada sapi betina sampai ternak tersebut berhasil bunting.
Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini cukup baik, karena jumlah
kebuntingan hasil IB mencapai 2.050 ekor dengan capaian 79,67% dari
target 2.573 ekor. Kebuntingan hasil IB tergantung jumlah akseptor yang di
IB. Namun keberhasilan kebuntingan hasil IB sangat dipengaruhi jumlah
partus induk sapi yang diukur dengan seberapa besar S/C dan CR pada
sapi. S/C atau (Service per conception) adalah banyaknya perkawinan atau
inseminasi buatan yang dilakukan hingga ternak menjadi bunting, sedangan
CR atau (Conception Rate) adalah angka persentase sapi betina yang
bunting pada perkawinan pertama.
Pada tahun 2014, jumlah kebuntingan hasil IB mencapai 1.750 ekor. Bila
dilihat dari capaian 2015 menunjukkan adanya peningkatan jumlah
kebuntingan hasil IB sebanyak 300 ekor atau kenaikan sebesar 17,14%.
Tabel 11.Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 pada sasaran 2.2

Dari tabel di atas, terlihat jumlah kebuntingan hasil IB fluktuatif setiap
tahunnya. Bila dibanding capaian tahun 2013 dan 2014 terlihat adanya
penurunan kebuntingan hasil IB sebanyak 608 ekor. Sedangkan pada tahun
2015, terlihat adanya peningkatan jumlah kebuntingan hasil IB sebanyak 300
ekor karena dari akseptor IB 3.035 ekor yang berhasil bunting 67,55% atau
sebanyak 2.050 ekor dan sapi yang di IB pada bulan oktober sampai dengan
desember 2015 maka baru dapat diketahui kebuntingannya 3 – 4 bulan
setelah pelaksanaan IB, sehingga kebuntingan hasil IB dapat diketahui pada
tahun berikutnya. Angka kebuntingan hasil IB merupakan hasil dari
pelaksanaan IB dari Bulan Januari sampai dengan Oktober tahun 2014.
Kolektif laporan dari kabupaten/kota kurang maksimal karena petugas di
lapangan tidak memiliki pencatatan yang baik.
Dari data kebuntingan hasil IB pada tahun 2011 (4.161 ekor), 2012 (3.019
ekor) dan 2013 (2.358 ekor) tahun 2014 (1.750 ekor) serta tahun 2015 (2.050
ekor) menunjukkan bahwa kebuntingan hasil IB mengalami penurunan setiap
tahunnya karena jumlah akseptor IB yang juga menurun. Banyak faktor yang
mempengaruhi penurunan jumlah akseptor IB, yakni masih kurangnya
pemahaman petani terhadap ternak yang birahi sehingga terlambat
melaporkan ke petugas IB, sedangkan jangkauan wilayah inseminator cukup
luas dengan medan yang berat sehingga petugas tdak mendapatkan waktu
yang baik untuk melaksanakan IB. Hal tersebut membuat pelaksanaan IB
terhambat, dan akseptor IB banyak yang beralih menjadi akseptor kawin
alam.

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 21

60
40
20
0
2011

2012

2013

2014

2015

CR (%)

20

29

39

48,08

47,62

S/C

2,8

3,62

2,56

2,48

2,1

Grafik 4. Nilai S/C (dalam rasio) dan CR (dalam persen)
Pada grafik diatas, nilai S/C tiap tahunnya belum baik yakni masih
menunjukkan angka diatas 2, padahal nilai S/C yang paling baik berkisaran
antara 1,6 - 2. Apabila S/C rendah, maka nilai kesuburan sapi betina
semakin tinggi dan apabila nilai S/C tinggi, maka semakin rendah tingkat
kesuburan sapi betina tersebut. Berarti perlu menggunakan 2-3 straw/semen
beku untuk dapat membuntingkan satu ekor sapi betina produktif, sehingga
produktivitas ternak dianggap rendah, padahal banyak faktor yang
mempengaruhi tingginya angka S/C, yaitu :
1) Kurangnya ketersediaan N2 Cair di lapangan sehingga straw yang
digunakan untuk melaksanakan IB sampai ke lapangan sudah terjadi
penurunan kualitas straw/semen beku, kebanyakan petugas di
lapangan melakukan thawing (proses pengenceran semen beku) di
pos IB/Depo Straw dan bukan di lokasi IB. Sehingga straw/semen beku
yang digunakan dalam kondisi kualitas yang kurang baik (sperma di
dalam semen banyak yang mati).
2) Peternak terlambat mendeteksi saat berahi atau terlambat melaporkan
berahi sapinya kepada inseminator,
3) Adanya kelainan pada alat reproduksi induk sapi,
4) Inseminator kurang terampil,
5) Fasilitas pelayanan inseminasi yang terbatas,
6) Kurang lancarnya transportasi.
Keberhasilan IB dapat juga dilihat dari nilai CR (Conception Rate). Angka CR
dari tahun 2011 – 2015 di bawah 60%-80% yaitu 47,62%. Ini menunjukkan
bahwa angka konsepsinya rendah dikarenakan tingginya jumlah sapi yang di
IB sampai dengan bunting lebih dari satu kali, sehingga mempengaruhi
angka konsepsinya. Hal tersebut banyak dipengaruhi beberapa faktor seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Besarnya angka konsepsi juga dapat
dipengaruhi oleh tingkat kesuburan ternak/sapi betina. Peningkatan
keterampilan petugas inseminator, keterampilan peternak dalam mendeteksi
Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 22

berahi ternaknya, penanganan semen beku (handling straw) di pos IB/Depo
IB dan kemudahan sarana komunikasi maupun prasarana jalan dan
peralatan IB yang lengkap adalah solusi yang dapat dilakukan untuk
perbaikan manajemen IB di Lapangan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan IB yaitu :
1) Jangkauan wilayah yang masih relatif luas dengan jumlah tenaga
teknis yang masih sedikit;
2) Ketersediaan sarana operasional (kendaraan roda 2) masih terbatas;
3) Masih adanya rangkap jabatan petugas dan alih fungsi petugas
dilapangan;
4) Masih adanya perbedaan-perbedaan persepsi antara kabupaten/kota
dengan provinsi.
5) Sumber N2 cair yang jauh dan hanya didominasi oleh satu
perusahaan yang berada di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai
Kartanegara sehingga jarak yang ditempuh untuk penyediaan N2 Cair
pada 5 Kab/Kota (Kutim, PPU, Paser, Kubar, Bontang) cukup sulit,
membuat harga N2 cair masih relatif mahal dan perlu ada bantuan
untuk biaya tambahan transportasi.
6) Tenaga Inseminator swadaya masih terbatas.
7) Kurangnya pelaporan/petugas recording di Kab/Kota dan Kurang
berjalannya sistem pelaporan yang baik dari tingkat petugas
inseminator, kabupaten hingga ke provinsi;
8) Pola pemeliharaan sapi yang di adopsi masyarakat peternak di
kalimantan timur secara ekstensif dan semi intensif yakni di
gembalakan di kebun kelapa sawit dan perkebunan lainnya, sehingga
pengontrolan ternak berahi jarang dilakukan dan biasanya kawin
secara alami. Padahal potensi betina produktifnya sangat besar
mengingat sapi yang digembalakan di perkebunan memiliki kondisi
tubuh yang baik;
9) Peternakan di Provinsi Kalimantan Timur merupakan peternak
konvensional, dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan
keterampilan peternak relatif masih rendah terlebih dalam mendeteksi
sapi yang berahi. Sehingga sapi banyak terjadi kawin alam,
sedangkan pejantan yang digunakan memiliki mutu genetik yang
kurang baik dan berdarah campu