Analisis Debit Banjir Rancangan Sungai Babura Di Hilir Kawasan Kampus USU

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi menurut Suyono (2006) adalah air yang menguap ke udara
dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa
proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan.
Sedangkan siklus hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah gerakan air laut ke
udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk
presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Dalam siklus hidrologi ini
terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara proses hujan
(presipitation),

penguapan

(evaporation),

infiltrasi

(infiltration),


perkolasi

(percolation), aliran limpasan permukaan (surface run off), dan aliran bawah tanah.
Secara sederhana siklus hidrologi dapat ditunjukan seperti pada Gambar 2.1.

Gambar.2. 1 Daur siklus hidrologi (Soemarto, 1987)

Universitas Sumatera Utara

9

2. 2 Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.2. 1 Pengertian Sungai
Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah mengalir ke tempat
tempat yang lebih rendah. Setelah mengalami bermacam macam perlawanan akibat
gaya berat, air hujan akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang
panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan
disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya
disebut sungai.
Suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air

akan mengalir melalui sungai dan anak sungai disebut daerah aliran sungai (DAS).
Dalam istilah bahasa inggris disebut Catchment Area, Watershed, atau River Basin.

2.2. 2 Fungsi Sungai
Fungsi pokok sungai adalah untuk mengalirkan kelebihan air dari permukaan
tanah, sedangkan fungsi lainnya adalah dapat digunakan untuk kesejahteraan
manusia, seperti sumber air minum, PLTA, pengairan, transportasi air, untuk
meninggikan tanah yang rendah dan mengatur suhu tanah. Menurut peraturan
perundangan yang ada, fungsi sungai adalah:
a. Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam
yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan manusia.
b. Sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan
pemanfaatannya, dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.

2.2. 3 Bentuk bentuk Daerah Aliran Sungai
Bentuk bentuk DAS dapat dibagi dalam empat, antara lain:
A. Bentuk memanjang/ bulu burung
B. Bentuk radial
C. Bentuk paralel
D. Bentuk komplek


Universitas Sumatera Utara

10

A. Bentuk memanjang/ bulu burung
Biasanya induk sungainya akan memanjang dengan anak anak sungai
langsung mengalir ke induk sungai. Kadang kadang berbentuk seperti bulu
burung. Betuk ini biasanya akan menyebabkan besar aliran banjir relatif lebih
kecil karena perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda beda, dan banjir
berlangsung agak lama. Bentuk dari DAS ini ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar.2. 2 DAS bentuk memanjang
B. Bentuk radial
Bentuk DAS ini seolah olah memusat pada satu titik sehingga
menggambarkan adanya bentuk radial, kadang kadang gambaran tersebut
memberi bentuk kipas atau lingkaran. Sebagai akibat dari bentuk tersebut maka
waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak sungai
memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Sebagai contoh DAS Bengawan Solo
seperti Gambar 2.3.


Gambar.2. 3 DAS bentuk radial

Universitas Sumatera Utara

11

C. Bentuk paralel
DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu dibagian hilir. Apabila
terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah dibawah titik pertemuan.
Sebagai contoh adalah banjir di Batang Hari dibawah pertemuan Batang Tembesi
seperti Gambar 2.4.

Gambar.2. 4 DAS bentuk paralel

D. Bentuk komplek
DAS Bentuk komplek merupakan bentuk kejadian gabungan dari beberapa
bentuk DAS yang dijelaskan diatas, sebagai contoh pada Gambar 2.5.

Gambar.2. 5 DAS bentuk komplek


2.2. 4 Keadaan Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang dipisahkan
dari wilayah lainnya oleh topografi:

Universitas Sumatera Utara

12

1. Satu kesatuan wilayah tata air yang menampung dan menyimpan air hujan
yang jatuh diatasnya kemudian mengalirkannya melalui sungai utama sampai
ke laut.
2. Satu kesatuan ekosistem dengan unsur unsur utamanya sumber daya alam,
flora, fauna, tanah, air, serta manusia yang berinteraksi satu sama lain.

Keadaan yang ada pada setiap DAS dapat mempengaruhi/ merubah keadaan
sirkulasi air atau siklus hidrologi di daerah aliran sungai tersebut. Dari perubahan
siklus hidrologi ini didapat suatu petunjuk untuk mengevaluasi DAS.
Sistem adalah kumpulan bagian-bagian yang terdiri dari benda/ konsep yang
disatukan dengan keteraturan saling berhubungan atau saling ketergantungan (Chow

dalam Muliawan, 2001).
Pendekatan sistem mempunyai tujuan spesifik yaitu membangun hubungan
masukan dan keluaran yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk rekonstruksi
kejadian masa lalu atau untuk prakiraan kejadiaan yang akan datang, dengan masalah
pokok yang diperhatikan adalah operasi sistem yang digunakan (Sudjarwadi, 1995).
Gambar 2.6 dibawah ini menyajikan ilustrasi respon DAS akibat masukan
berupa hujan. Dalam gambar tersebut sistem DAS digunakan sebagai model untuk
memahami konsep transformasi masukan (hujan) menjadi keluaran (debit).

Gambar.2. 6 Bagan ilustrasi respon DAS akibat masukan berupa hujan

Universitas Sumatera Utara

13

2.3 Analisis Curah Hujan Kawasan
2.3.1 Metode Aritmatik (Aljabar)
Metode ini merupakan perhitungan curah hujan wilayah dengan rata-rata
aljabar curah hujan di dalam dan sekitar wilayah yang bersangkutan
(2. 1)

)
dimana, R: Curah hujan rata-rata wilayah atau daerah, Ri: Curah hujan di stasiun
pengamatan ke-i dan n: Jumlah stasiun pengamatan.
Hasil perhitungan yang diperoleh dengan cara aritmatik ini hampir sama
dengan cara lain apabila jumlah stasiun pengamatan cukup banyak dan tersebar
merata di seluruh wilayah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7. Keuntungan
perhitungan dengan cara ini adalah lebih objektif.

Gambar.2. 7 Aljabar

2.3.2 Metode Thiessen
Jika titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar
merata, maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh tiap titik pengamatan.
(2. 2)

dimana, R: Curah hujan daerah, Rn: Curah hujan di setiap stasiun pengamatan dan An:
Luas daerah yang mewakili tiap stasiun pengamatan.

Universitas Sumatera Utara


14

Metode Polygon Thiessen ini akan memberikan hasil yang lebih teliti dari
pada cara aritmatik, akan tetapi penentuan stasiun pengamatan dan pemilihan
ketingggian akan mempengaruhi ketelitian hasil. Metode ini termasuk memadai
untuk menentukan curah hujan suatu wilayah, tetapi hasil yang baik akan ditentukan
oleh sejauh mana penempatan stasiun pengamatan hujan mampu mewakili daerah
pengamatan sesuai dengan Gambar 2.8.

Gambar.2. 8 Polygon Thiessen

2.3.3 Metode Isohyet
Peta isohyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan 10 mm – 20 mm
berdasarkan data curah hujan pada stasiun pengamatan di dalam dan di luar daerah
yang dimaksud. Luas bagian antara dua garis isohyet yang berdekatan diukur dengan
Planimeter seperti pada Gambar 2.9. Curah hujan daerah itu dapat dihitung menurut
persamaan :

(2. 3)


Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata,
tetapi memerlukan jaringan pos penakar yang relatif lebih padat yang memungkinkan
untuk membuat isohyet.

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar.2. 9 Metode Isohyet

2.4 Analisis Frekuensi
Analisis frekuensi adalah prosedur memperkirakan frekuensi suatu kejadian
pada masa lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat digunakan
menentukan hujan rancangan dalam berbagai kala ulang berdasarkan distribusi yang
paling sesuai antara distribusi hujan secara teoritik dengan distribusi hujan secara
empirik. Hujan rancangan ini digunakan untuk menentukan intensitas hujan yang
diperlukan dalam perhitungan debit banjir menggunakan metode rasional. Dalam
penelitian ini dihitung hujan harian rancangan dengan kala ulang 2, 3, 5, 10, 25, 50,
dan 100 tahun.

Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi metode
yang dipakai dalam analisis frekuensi data curah hujan harian maksimum adalah
sebagai berikut:
3. Distribusi Normal

1. Distribusi Gumbel
2. Distribusi

Log

Pearson

4. Distribusi Log Normal

Tipe III

Universitas Sumatera Utara

16


2.4.1 Metode Distribusi Gumbel
Menurut Gumbel, curah hujan untuk periode ulang tertentu (PUH) tertentu
(Tr ) dihitung berdasarkan persamaan berikut:
X Tr =

+S

(2.4)

Y Tr = -Ln
S

(2.5)
(2.6)

=

dimana, YTr: Reduced variate, S: Standar deviasi data hujan, Sn: Reduced standar
deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel/data, Tr: Fungsi waktu balik
(tahun) dan Yn: Reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n.

2.4.2 Metode Distribusi Log Pearson Tipe III

Metode ini telah mengembangkan serangkaian fungsi probabilitas yang
dapat dipakai untuk hampir semua distribusi probabilitas empiris. Tiga parameter
penting dalam Metode Log Pearson Tipe III, yaitu :
1. Harga rata-rata (R)
2. Simpangan baku (S)
3. Koefisien kemencengan (G)
(2.7)

= Log R
Log

=

(2.8)

S=

(2.9)

G=

(2.10)

Log

T

= Log

+ KS

(2.11)

dimana, R: Curah hujan rencana (mm), G: Koefisien kemencengan, S: Simpangan
baku dan K: Variabel standar untuk R yang besarnya tergantung dari nilai G.

Universitas Sumatera Utara

17

2.4.3 Metode Distribusi Normal
Distribusi normal disebut juga distribusi Gauss. Dalam pemakaian praktis
umumnya digunakan persamaan sebagai berikut:
T

=

(2.12)

+ KT S

(2.13)

KT =
dimana,

T:

Perkiraan nilai yang diharapkan akan terjadi dengan periode ulang T –
: Nilai rata-rata hitung sampel, dan KT: Faktor frekuensi, merupakan

tahunan,

fungsi dari peluang atau yang digunakan periode ulang dan tipe model matematik
distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.

2.4.4 Metode Distribusi Log Normal
Logn xT = µx + (k ×σn)
dimana,

T:

(2.14)

Intensitas curah hujan dengan periode ulang T tahun, µx: Harga rata rata

dari populasi x, K: Faktor frekuensi dan σn: Standar deviasi dari populasi x.

2.5 Uji Kecocokan (Goodnes of fittest test)
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan (the goodness of
fittest test) distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang
diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut. Di
dalam penelitian tugas akhir ini digunakan Metode Smirnov-Kolmogorof (secara
analitis). Pengujian distribusi probablitas dengan Metode Smirnov-Kolmograf
dilakukan dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
1. Urutkan data (Xi) dari besar ke kecil atau sebaliknya
2. Tentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut tersebut
(Xi) dengan rumus tertentu, rumus Weibull misalnya,
(2.15)
dimana, n: Jumlah data dan i: Nomor urut data setelah diurut dari besar ke
kecil atau sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

18

3. Tentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah di urut tersebut
P’(Xi) berdasarkan persamaan distribusi probablitas yang dipilih (Gumbel,
Normal, dan sebagainya).
4. Hitung selisih

Pi) antara peluang empiris dan teoritis untuk setiap data

yang sudah diurut:
(2.16)
5. Tentukan apakah

Pi

P kritis, jika “tidak” artinya Distribusi

Probablitas yang dipilih tidak dapat dierima, demikian sebaliknya.
6.

P kritis lihat Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Tabel Nilai

Kritis Smirnov-Kolmogrov (Kamiana, 2011)
(derajat kepercayaan)

N
0,20

0,10

0,05

0,01

5

0,45

0,51

0,56

0,67

10

0,32

0,37

0,41

0,49

15

0,27

0,30

0,34

0,40

20

0,23

0,26

0,29

0,36

25

0,21

0,24

0,27

0,32

30

0,19

0,22

0,24

0,29

35

0,18

0,20

0,23

0,27

40

0,17

0,19

0,21

0,25

45

0,16

0,18

0,20

0,24

50

0,15

0,17

0,19

0,23

N > 50

2.6 Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi, Loebis (1992). Dalam penelitian ini
intensitas hujan diturunkan dari data curah hujan harian. Menurut Loebis (1992)

Universitas Sumatera Utara

19

intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian (mm)
empirik menggunakan metode mononobe sebagai berikut:
(2.17)
dimana, I: Intensitas curah hujan (mm/jam, t: Lamanya curah hujan (jam) dan R24 :
Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).

2.7 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan
yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ketempat keluar DAS (Titik
Kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Salah satu
rumus untuk memperkirakan waktu konsentrasi (tc) adalah rumus

yang

dikembangkan oleh Kirpich (1940), yang dapat ditulis sebagai berikut.
tc= 0,87 x L 21000 x S x 0,385

(2.18)

dimana, L: Panjang saluran utama dari hulu sampai penguras dalam km dan S:
Kemiringan rata-rata saluran utama dalam m/m.
Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakan menjadi dua
komponen, yaitu:
1.

Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan
lahan sampai saluran terdekat.

2.

Conduit time (td) yakni waktu perjalanan dari pertama masuk sampai titik
keluaran.
tc = t0 + td

(2. 19)

dimana, t0 = 23 x 3,28 x L x nS (menit) dan td = Ls 60 V (menit), n: Angka kekasaran
Manning, Ls: Panjang lintasan aliran di dalam salura/sungai (m).

Universitas Sumatera Utara

20

2.8 Metode Perhitungan Debit Banjir
2.8.1 Debit Rancangan Dengan Metode Rasional
Besarnya debit rencana dihitung dengan memakai metode Rasional kalau
daerah alirannya kurang dari 80 Ha. Untuk daerah yang alirannya lebih luas sampai
dengan 5000 Ha, dapat digunakan metode rasional yang diubah. Untuk luas daerah
yang lebih dari 5000 Ha, digunakan hidrograf satuan atau metode rasional yang
diubah. Rumus metode rasional:
Q=fxCxIxA

(2.20)

dimana, C: Koefisien pengaliran, I: Intensitas hujan selama waktu konsentrasi
(mm/jam), A: Luas daerah aliran (km2) dan f: Faktor konversi = 0,278.

2.8.2 Metode Hidrograf Banjir

Kebanyakan daerah aliran sungai sebagian besar curah hujan akan menjadi
limpasan langsung. Aliran semacam ini dapat menghasilkan puncak banjir yang
tinggi. Teori hidrograf satuan menghubungkan hujan netto atau hujan efektif, yaitu
sebagian hujan total yang menyebabkan adanya limpasan permukaan, dengan
hidrograf limpasan langsung sehingga merupakan sarana untuk menghitung
hidrograf akibat hujan sebarang. Ini dikerjakan atas dasar anggapan bahwa
transformasi hujan netto menjadi limpasan langsung tidak berubah karena waktu
(time invariant). Dari sudut limpasan langsung semua hujan yang tidak memberikan
sumbangan terhadap terjadinya banjir dipandang sebagai kehilangan. Kehilangan
tersebut terdiri atas:
1. Air hujan yang tersangkut didahan pohon dan tumbuhan (interception)
2. Tampungan di cekungan (depression storage)
3. Pengisian lengas tanah (replenisment of soil moisture)
4. Pengisian air tanah (recharge) dan
5. Evapotranspirasi
Jadi hidrograf tersebut didefinisikan sebagai hubungan antara salah satu unsur
aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi tersebut dikenal ada 2 macam hidrograf,
yaitu hidrograf muka air dan hidrograf debit. Hidrograf muka air tidak lain adalah

Universitas Sumatera Utara

21

data atau garafik hasil rekaman AWLR (Automatic Water Level Recorder).
Sedangkan hidrograf debit, yang dalam pengertian sehari hari disebut hidrograf,
diperoleh dari hidrograf muka air dan lengkung debit. Hidrograf tersusun atas dua
komponen, yaitu aliran permukaan, yang berasal dari aliran langsung air hujan, dan
aliran dasar (base flow). Aliran dasar berasal dari air tanah yang pada umumnya tidak
memberikan respon yang cepat terhadap hujan.
a. Hidrograf Satuan
Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh
hujan efektif yang terjadi merata diseluruh DAS dan dengan intensitas tetap selama
satu satuan waktu yang ditetapkan, yang disebut hujan satuan. Hujan satuan adalah
curah hujan yang lamanya sedimikian rupa sehingga lamanya limpasan permukaan
tidak menjadi pendek, meskipun curah hujan itu menjadi pendek. Jadi hujan satuan
yang dipilih adalah yang lamanya sama atau lebih pendek dari periode naik hidrograf
(waktu dari titik permulaan aliran permukaan sampai puncak). Periode limpasan dari
hujan satuan semuanya adalah kira kira sama dan tidak ada sangkut pautnya dengan
intensitas hujan.
Hidrograf satuan merupakan model sederhana yang menyatakan respon DAS
terhadap hujan. Tujuan dari hidrograf satuan adalah untuk memperkirakan hubungan
antara hujan efektif dan aliran permukaan. Konsep hidrograf saatuan pertama kali
dikemukakan oleh Sherman pada tahun 1932. Dia menyatakan bahwa suatu sistem
DAS mempunyai sifat khas yang menyatakan respon DAS terhadap suatu masukan
tertentu yang berdasarkan 3 prinsip:
1.

Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,
intensitas hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan menghasilkan
limpasan dengan durasi sama, meskipun jumlahnya berbeda. Ini merupakan
aturan empiris yang mendekati kebenaran.

2.

Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,
intensitas hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan menghasilkan
hidrograf limpasan, dimana ordinatnya pada sembarang waktu memiliki proposi
yang sama dengan proposi intensitas hujan efektif. Dengan kata lain, ordinat
hidrograf satuan sebanding dengan volume hujan efektif yang menimbulkannya.

Universitas Sumatera Utara

22

Hal ini berarti bahwa hujan sebanyak n kali lipat dalam satuan waktu tertentu
akan menghasilkan suatu hidrograf dengan ordinat sebesar n kali lipat.
3. Prinsip superposisi dipakai pada hidrograf yang dihasilkan oleh hujan efektif
berintensitas seragam yang memiliki periode periode yang berdekatan dan/atau
tersendiri. Jadi, hidrograf yang merepresentasikan kombinasi beberapa kejadian
aliran permukaan adalah jumlah dari ordinat hidrograf tunggal yang member
kontribusi.
Ketiga asumsi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa tanggapan DAS
terhadap hujan adalah linier, walaupun sebenarnya kurang tepat. Namun demikian,
penggunaan hidrograf satuan telah banyak memberikan hasil yang memuaskan untuk
berbagai kondisi. Sehingga, teori hidrograf satuan banyak dipakai dalam menentukan
debit atau banjir rencana.
b. Hidrograf Satuan Sintetik
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa untuk menurunkan hidrograf
satuan diperlukan rekaman data limpasan dan data hujan, padahal sering kita jumpai
ada beberapa DAS tidak memiliki sama sekali catatan limpasan. Dalam kasus ini,
hidrograf satuan diturunkan berdasarkan data-data dari sungai pada DAS yang sama
atau DAS terdekat yang mempunyai karakteristik yang sama. Karakteristik atau
parameter daerah pengaliran tersebut terlebih dahulu perlu dicari waktu, lebar dasar,
luas, kemiringan, panjang, koefisien limpasan dan lain sebagainya. Hasil dari
penurunan hidrograf satuan ini dinamakan hidrograf satuan sintetik (HSS). Ada tiga
jenis hidrograf satuan sintetis, yaitu:
1.

Hidrograf Satuan Sintetik Nakyasu

2.

Hidrograf Satuan Sintetik Snyder

3.

Hidrograf Satuan Sintetik Gama I

4.

Hidrograf Satuan Sintetik SCS
Dalam tugas akhir ini hanya akan dibahas mengenai Hidrograf Satuan

Sintetik Nakayasu. Hidrograf tersebut penulis rasa cocok dengan kedaan lokasi studi
(Sungai Babura).

Universitas Sumatera Utara

23

c. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Stasiun pengukur debit dan tinggi muka air sungai (stasiun hidrometri) pada
umumnya hanya dipasang di tempat tempat tertentu yang dipandang oleh
pengelolanya mempunyai arti yang cukup penting. Hal tersebut disebabkan karena
tidak mungkin memasang stasiun hidrometri disembarang tempat dan biaya
pemasangannya juga tidak murah. Namun masalah yang banyak timbul adalah
ketidak-cocokan antara rencana pengembangan jaringan stasiun hidrometri.
Pengembangan suatu daerah sering tidak dapat diketahui sebelumnya, atau kalau
rencana itu diketahui tidak selekasnya diikuti dengan keiatan pengumpulan data.
Hingga pada saat dibutuhkan untuk analisis data tidak tersedia, atau tersedia dalam
jangka waktu yang sangat pendek.
Untuk mengatasi hal ini sebenarnya di Indonesia telah dikenal dan banyak
digunakan cara cara untuk memperkirakan banjir rancangan yang didasarkan atas
persamaan rasional. Cara ini mengandalkan data curah hujan sebagai dasar hitungan.
Namun dari penelitian terbukti bahwa cara cara seperti Melchior, Der Weduwen dan
Haspers mempunyai penyimpangan yang berkisar antara 2% - 80%, dengan
penyimpangan rata rata berturut turut sebesar 89%, 85% dan 56%. Selain itu tercatat
pula bahwa 77% dari kasus yang ditinjau emnunjukkan perkiraan lebih
(overestimated). Cara cara rasional untuk memperkirakan banjir yang mendapatkan
kritikan

tajam,

karena

pemakaian

koefisien

limpasan

(runoff

coefficient)

mengundang subjektivitas yang sangat besar dan merupakan salah satu faktor
penyebab penyimpangannya. Penyebab lainnya adalah koefisien reduksi (reduction
coefficient). Persamaan rasional hanya dianjurkan untuk DAS kecil, kurang dari 80
hektar, atau untuk DAS yang memiliki unsur unsur penyusun yang seragam. Dalam
perancangan diharapkan perkiraan banjir rancangan yang menyimpang sekecil
mungkin. Sudah barang tentu perkiraan yang tepat tidak akan dapat diharapkan,
karena proses pengalihragaman hujan menjadi banjir merupakan proses alam yang
sangat kompleks yang tidak dapat diungkapkan dengan persamaan matematik secara
tuntas. Cara cara lain yang lebih baik hampir seluruhnya menuntut ketersediaan data
pengukuran sungai yang memadai. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu ini
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan kesulitan tersebut. Cara ini
dapat digunakan disembarang lokasi yang dikehendaki dalam suatu DAS tanpa

Universitas Sumatera Utara

24

tergantung ada atau tidaknya data pengukuran sungai. Akan tetapi, perlu ditegaskan
bahwa kegiatan hidrometrik masih tetap merupakan pilihan utama, sehingga
walaupun telah ditemukan cara pendekatan yang akan banyak mengatasi masalah
kelangkaan data, namun prioritas pengukuran sungai ditempat mutlak masih
diperlukan. Hidrograf satuan ini secara sederhana dapat disajikan sebagai berikut ini:

i

Tr
t
0.8 Tr

Q

Tg

Lengkung Naik
Lengkung Turun
Qp
0.3 Qp

0.3
t

Tp

T0.3

1.5T0.3

Gambar.2. 10 Hidrograf satuan sintetik Nakayasu

Nakayasu (1950) telah menyelidiki hidrograf satuan di Jepang dan
memberikan seperangkat persamaan untuk membentuk suatu hidrograf satuan
sebagai berikut:
1.

Waktu kelambatan (tg), rumusnya:
(2.21)
(2.22)

2.

Waktu pucak dan debit puncak hidrograf satuan sintetis dirumuskan
sebagai berikut:
(2.23)

3.

Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak:
(2.24)

4.

Waktu puncak
(2.25)

5.

Debit puncak hidrograf satuan sintetis dirumuskan sebagai berikut:
(2.26)

Universitas Sumatera Utara

25

6.

Bagian lengkung naik (0 < t < tp)
(2.27)

7.

Bagian lengkung turun


Jika
(2.28)



Jika
(2.29)



Jika
(2.30)

2.9 Tata Guna Lahan
Daerah studi merupakan daerah urban, persawahan, ladang, perkebunan,
rawa, dan daerah terbuka. Sedangkan daerah urban meliputi daerah perkampungan,
daerah perkantoran dan perdagangan serta daerah industri dan berkonsentrasi
didalam kota Medan. Sebagian besar sawah dan daerah rawa menyebar meliputi
daerah dataran rendah. Sedangkan sebagian lagi daerah perkebunan yang ditanami
karet, kelapa sawit, tembakau, kopi dan tebu.

Tabel 2. 2 Sebaran Tingkat Kemiringan Lahan

Sumber : Pengolaham data peta administrasi

Universitas Sumatera Utara

26

Tabel 2. 3 Zona Penggunaan Lahan

Sumber : Analisa data dan peta RBI Medan

Perhitungan koefisien pengaliran C rerata DAS adalah sebagai berikut :
Crerata =

C1 A1 + C2 A2 + ..... + Cn A3
Atotal

(2.31)

dimana, C: Koefisien pengaliran, A: Luas area dan Atotal : Luas total daerah
aliran sungai.

2.10 Kependudukan
Wilayah Kota

Medan mencakup 21 wilayah kecamatan, 151 kelurahan

dengan total luas area 265,10 km2, dan mempunyai jumlah penduduk 2.036.185 jiwa
(2005) dengan laju penduduk rata rata 1,33% per tahun. Pertumbuhan penduduk
yang cukup tinggi disebabkan karena posisi kota Medan menjadi pusat perdagangan
dan kota pelabuhan dikawasan pulau Sumatera bagian utara yang menjadikan kota
terbesar urutan ketiga di Indonesia. Keadaan tersebut membentuk daerah Kota
Medan dan sekitarnya menjadi daerah urban bertumbuh dan berkembang dengan
masuknya penduduk dari luar daerah ke Kota Medan.
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010, penduduk Kota Medan
berjumlah 2.109.339 jiwa, yang terdiri dari 1.040.680 jiwa penduduk laki-laki dan
1.068.659 jiwa penduduk perempuan dengan sex ratio sebesar 97,38. Di siang hari,
jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah

Universitas Sumatera Utara

27

penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 019 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).
Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung
mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah
0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk
mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk
paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan
Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru,
Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada di
kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004,
angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71
tahun.
Berdasarkan SP periode 1990-2000, besarnya angka pertumbuhan penduduk
Kota Medan adalah 0,71% per tahun. Angka ini merupakan angka pertumbuhan
terendah di antara 6 (enam) daerah kota di Sumatera Utara. Selanjutnya,
pertumbuhan penduduk periode tahun 2000-2004, naik menjadi 2,22 % per tahun.

2.11 Hydologic Engineering Center River Analysis System (HEC-RAS)
HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran di sungai,
River Analysis System (RAS), dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC)
yang merupakan satuan kerja di bawah US Army Corps of Engineers (USACE).
HEC-RAS merupakan model satu dimensi aliran permanen maupun tak-permanen
(steady and unsteady one-dimensional flow model). HEC-RAS memiliki empat
komponen model satu dimensi: (1) Hitungan profil muka air aliran permanen, (2)
Simulasi aliran tak permanen, (3) Hitungan transport sedimen, dan (4) Hitungan
kualitas (temperatur) air.
Satu elemen penting dalam HEC-RAS adalah keempat komponen tersebut
memakai data geometri yang sama, routine hitungan hidraulika yang sama, serta
beberapa fitur desain hidraulik yang dapat diakses setelah hitungan profile muka air
dilakukan.
HEC-RAS merupakan program aplikasi yang mengintegrasikan fitur graphical
user interface, analisis hidraulik, manajemen dan penyimpanan data, grafik, serta
pelaporan.

Universitas Sumatera Utara

28

2.11.1 Graphical User Interface
Interface ini berfungsi sebagai penghubung antara pemakai dan HEC-RAS.
Graphical interface dibuat untuk memudahkan pemakaian HEC-RAC dengan tetap
mempertahankan efisiensi. Melalui graphical interface ini, dimungkinkan untuk
melakukan hal-hal berikut ini dengan mudah:


Manajemen file



Menginputkan data serta mengeditnya



Melakukan analisis hidraulik



Menampilkan data masukan maupun hasil analisis dalam bentuk tabel dan grafik



Penyusunan laporan, dan



Mengakses On-Line help

2.11.2 Analisis Hidraulika
Steady Flow Water Surface Component. Modul ini berfungsi untuk
menghitung profil muka air aliran permanen berubah beraturan (steady gradually
varied flow). Program ini mampu memodelkan jaringan sungai, sungai dendritik,
maupun sungai tunggal. Regime aliran yang dapat dimodelkan adalah aliran subkritik, super- kritik, maupun campuran antara keduanya.
Modul aliran permanen HEC-RAS mampu memperhitungkan pengaruh
berbagai hambatan aliran, seperti jembatan (bridges), gorong-gorong (culverts),
bendung (weirs), ataupun hambatan di bantaran sungai. Modul aliran permanen
dirancang untuk dipakai pada permasalahan pengelolaan bantaran sungai dan
penetapan asuransi resiko banjir berkenaan dengan penetapan bantaran sungai dan
dataran banjir. Modul aliran permanen dapat pula dipakai untuk perkiraan perubahan
muka air akibat perbaikan alur atau pembangunan tanggul.
Unsteady Flow Simulation. Modul ini mampu mensimulasikan aliran takpermanen satu dimensi pada sungai yang memiliki alur kompleks. Semula, modul
aliran tak-permanen HEC-RAS hanya dapat diaplikasikan pada aliran sub-kritik dan
mensimulasikan regime aliran campuran (sub-kritik, super-kritik, loncat air, dan
draw-downs). Fitur spesial modul aliran tak-permanen mencakup analisis dam-break,
limpasan melalui tanggul dan tanggul jebol, pompa, operasi dam navigasi, serta
aliran tekan dalam pipa.

Universitas Sumatera Utara

29

Sediment Transport/ Movable Boundary Computations. Modul ini mampu
mensimulasikan transport sedimen satu dimensi (simulasi perubahan dasar sungai)
akibat gerusan atau deposisi dalam waktu yang cukup panjang (umumnya tahunan,
namun dapat pula dilakukan simulasi perubahan dasar sungai akibat sejumlah banjir
tunggal). Potensi transpor sedimen dihitung berdasarkan fraksi ukuran butir sedimen
sehingga memungkinkan simulasi armoring dan sorting. Fitur utama modul
transport sedimen mencakup kemampuan untuk memodelkan suatu jaring (network)
sungai, dredging, berbagai alternatif tanggul, dan pemakaian berbagai persamaan
(empiris) transport sedimen.
Modul transport sedimen dirancang untuk mensimulasikan trend jangka
panjang gerusan dan deposisi yang diakibatkan oleh perubahan frekuensi dan durasi
debit atau muka air, ataupun perubahan geometri sungai. Modul ini dapat pula
dipakai untuk memprediksi deposisi didalam reservoir, desain kontraksi untuk
keperluan

navigasi,

mengkaji

pengaruh

dredging

terhadap

laju

deposisi,

memperkirakan kedalaman gerusan akibat banjir, serta mengkaji sedimentasi di suatu
saluran.
Water Quality Analysis. Modul ini dapat dipakai untuk melakukan analisis
kualitas air di sungai. HEC-RAS versi 4.0 Beta saat ini baru dapat dipakai untuk
melakukan analisis temperatur air. Versi ini akan akan dapat dipakai untuk
melakukan simulasi transpor berbagai konstituen kualitas air.

2.11.3 Penyimpanan Data dan Manajemen Data
Penyimpanan data dilakukan ke dalam “flat” files (format ASCII dan biner),
serta file HEC-DSS. Data masukan dari pemakai HEC-RAS disimpan kedalam filefile yang dikelompokkan menjadi: project, plan, geometry, steady flow, unsteady
flow, dan sediment data. Hasil keluaran model disimpan kedalam binary file. Data
dapat ditransfer dari HEC-RAS ke program aplikasi lain melalui HEC-DSS file.
Manajemen data dilakukan melalui user interface. Pemakai diminta untuk
menuliskan satu nama file untuk project yang sedang dia buat. HEC-RAS akan
menciptakan beberapa file secara automatik (file-file: plan, geometry, steady flow,
unsteady flow, output, etc.) dan menamainya sesuai dengan nama file project yang
dituliskan oleh pemakai. Penggantian nama file, pemindahan lokasi penyimpanan

Universitas Sumatera Utara

30

file, penghapusan file dilakukan oleh pemakai melalui fasilitas interface; operasi
tersebut dilakukan berdasarkan project-by-project. Penggantian nama, pemindahan
lokasi penyimpanan, ataupun penghapusan file yang dilakukan dari luar HEC-RAS
(dilakukan langsung pada folder), biasanya akan menyebabkan kesulitan pada saat
pemakaian HEC-RAS mengingat pengubahan tersebut kemungkinan besar tidak
dikenali oleh HEC-RAS. Oleh karena itu, operasi atau modifikasi file-file harus
dilakukan melalui perintah dari dalam HEC-RAS.

2.11.4 Grafik dan Pelaporan
Fasilitas grafik yang disediakan oleh HEC-RAS mencakup grafik X-Y alur
sungai, tampang lintang, rating curves, hidrograf, dan grafik-grafik lain yang
merupakan plot X-Y berbagai variabel hidraulik. HEC-RAS menyediakan pula fitur
plot 3D beberapa tampang lintang sekaligus. Hasil keluaran model dapat pula
ditampilkan dalam bentuk tabel. Pemakai dapat memilih antara memakai tabel yang
telah disediakan oleh HEC-RAS atau membuat/mengedit tabel sesuai kebutuhan.
Grafik dan tabel dapat ditampilkan di layar, dicetak, atau dicopy ke clipboard untuk
dimasukkan kedalam program aplikasi lain (word processor, spreadsheet). Fasilitas
pelaporan pada HEC-RAS dapat berupa pencetakan data masukan dan keluaran hasil
pada printer atau plotter.

Gambar 2.11. Tampilan HEC-RAS 4.0

Universitas Sumatera Utara

31