9241545305 ind
PEDOMAN TEKIIK
DASAR UNTUK
lABORATORIUM
·KESEHATAN
(Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory)
Edisi 2
Alih Bahas.a:
. Drs. Chairlan, M. Biomed
Dra. Estu Lestari, MM
Editor Edisi Bahasa Indonesia:
dr. Albertus Agung Mahode
PENERBITBUKU KEDOKTERAN
IOOIEGCI .
Kutipan Pasal 72:
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)
I. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan danlatau denda paling sedikit
Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun danlatau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (Iima miIiar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, .atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau batang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (Iima) tahun danlatau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (Iima ratus juta
rupiah).
PENTlNG DIKETAHUI
Penerbit adalah rekanan pengarang untuk menerbitkan sebuah buku. Bersama pengarang, penerbit menciptakan buku untuk
diterbitkan. Penerbit merilpunyai hak atas penerbitan buku tersebut serta distribusinya, sedangkan pengarang memegang
hak penuh 。セウ@
karangannya dan berhak mendapatkan royalti atas penjualan bukunya dari penerbit.
Percetakan adalah perusahaan yang memiliki mesin cetak dan menjual jasa pencetakan. Percetakan tidak memiliki hak apa
pun dari buku yang dicetaknya kecuali upah. Percetakan tidak bertanggungjawab atas isi buku yang dicetaknya.
Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk diterbitkan di sebuah penerbit. p・ョァセイ。@
memiliki hak
penuh atas karangannya, namun menyerahkan hak penerbitan dan distribusi bukunya kepada penerbit yang ditunjuknya
sesuai batas-batas yang ditentukan dalam perjanjian. Pengarang berhak mendapatkan royalti atas karyanya dari penerbit,
sesuai dengan ketentuan di dalam perjanjian Pengarang-Penerbit.
Pem 「セェ。ォ@
adalah pihak yang mengambil keuntungan dari kepakaran pengarang dan kebutuhan belajar masyarakat. Pembajak
tidak mempunyai hak mencetak, tidak memiliki hak menggandakan, mendistribusikan, dan menjual buku yang digandakannya karena tidak dilindungi copyright ataupun perjimjian pengarang-penerbit. Pembajak tidak peduli atasjerih payah
pengarang. Buku pembajak dapat lebih murah karena mereka tidak perJu mempersiapkan naskah mulai dari pemilihan
judul, editing sampai persiapan pracetak, tidak membayar royalti, dan tidak terikat perjanjian dengan pihak mana pun.
PEMBAJAKAN BUKU ADALAH KruMINAL!
Andajangan menggunakan buku bajakan, demi menghargaijerih payah para pengarang yang notabene adalah para guru.
EOC 1669
Diterbitkan oleh World Health Organization pada 2003
Denganjudul MANUAL OF BASlC TECHNIQUES FOR A HEALTH LABORATORY, 2ad Ed. (TRl041173)
© World Health Organization 2003
.
Direktur Jenderal World Health Organization memberikan hak terjemahan untuk edisi bahasa Indonesia
kepada Penerbit Buku Kedokteran EGC, menjadi satu-satunya pihak yang bertanggungjawab untuk edisi Indonesia.
PEDOMAN TEKNIK DASAR UNTUK LABORATORI1JM KESEHATAN, Ed. 2
Alih bahasa': Drs. Chairlan, M.Biomed & Dra Estu Lestari, MM
Editor edisi bahasa Indonesia: dr. Albertus Agung Mahode
Copy editor: Suryani
Hak cipta terjemahan Indonesia
© 2004 Penerbit Buku Kedokteran EOC
P.O. Box 4276/Jakarta 10042
Telepon: 65306283
Anggota lKAPI
Desain kulit muka: Agus Prabowo
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan 20 II
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
World Health Organization
Pedoman teknik dasar untuk laboratorium kesehatan / WHO ; al ih bahasa, Chairlan, Estu Lesfari ;
editor edisi bahasa Indonesia, Albertus Agung Mahode. - Ed. 2. - Jakarta : EOC, 2011 .
xiv, 373 hIm . ; 21 x 29,5 cm.
Judul asli : Manual of basic techniques for a health laboratory.
ISBN 978-979-044-005-0
I. Kesehatan -
Laboratorium. 1. Judul.
n. Chairlan. Ill. Estu Lestari.
IV. Mahode, Albertus Agung.
616.0756
Isi di luar langgung jawab percelakan
Daftar Isi
••••••••
Kata Pengantar
1.
Pendahuluan
1
1.1 Tujuan Pedoman
1
1.2 Reagen dan Peralatan
1
1.2.1 Reagen
1
1.2.2 Peralatan
1
1.3 Tanggung Jawab PekeIja Laboratorium
2
1.4 Satuan Pengukuran
2
1.4.1 Besaran dan satuan dalam laboratorium klinis
2
1.4.2 Satuan SI dan nama besaran
2
Bagian I
2.
xiii
7
Merancang Laboratorium Kesehatan Perifer
8
.
2.1.1 Laboratdrium satu ruang
8
2.1.2 Laboratorium dua ruang
9
2.1 Perencanaan
2.2 Kelistrikan
8
10
2.2.1 Sumber energi listrik
10
2.2.2 Merancang peralatan listrik sederhana
12
2.2.3 Apa yang harus dilakukan bila peralatan listrik tidak berfungsi
14
2.3 Instalasi Saluran Air: Ptosedur Sederhana
17
2.3.1 Alat dan bahan
17
2.3.2 Keran
18
2.3.3 Bak tampung
20
2-4 Air untuk Laboratorium
22
2-4.1 Air bersih
22
2-4.2 Air suling
23
2-4.3 Air bebas-mineral
26
2-4-4 Air "dapar
28
2.5 Peralatan
29
2.5.1Peralatan laboratorium utama
29
2.5.2 Peralatan tambahan
30
v
vi
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan .
2.5.3 Persediaan peralatan
2.5-4 Pembuatan peralatan gelas
36
36
2.5.5 Wadah spesimen
40
2.5.6 Penyimpanan, inventarisasi, dan pemesanan stok laboratorium
42
2.6 Registrasi Spesimen dan Pembuatan Laporan Bulanan
44
2.6.1 Registrasi spesimen
44
2.6.2 Pembuatan laporan bulanan
45
3. Prosedur Laboratorium Umum
3.1 Penggunaan Mikroskop
50
50
3.1.1 Komponen mikroskop
50
3.1.2 Memasang mikroskop
55
3.1.3 Pemfokusan objektif
59
3.1.4 Penggunaan mikrometer okuler
60
3.1.5 Mikroskopi lapangan gelap
61
3.1.6 Perawatan rutin
61
3.2 Penimbangan: Penggunaan Neraca Laboratorium
64
3.2.1 Sensitivitas neraca
64
3.2.2 Neraca dua-piringan terbuka
64
3.2.3 Neraca analitis
65
66
.3.2-4 Neraca apotek
3.3 Sentrifugasi
3.3.1 Prinsip
3.3.2 Jenis-jenis centrifuge
3.3.3 Petunjuk pemakaian
3-4 Pengukuran dan Penyaluran Cairan
67
67
67
68
70
3-4.1 Pipet
71
3.4.2 Labu volumetrik
73
3.4.3 Buret
75
3-4-4 Gelas kerucut berskala
75
75
3.5 Cara Membersihkan, Disinfeksi, dan Sterilisasi
3.5.1 Membersihkan peralatan gelas, spuit, danjarum suntik yang dapat dipakai ulang
3.5.3 Membersihkan dan memelihara peralatan laboratorium lain
75
79
81
3.5.4 Disinfektan
81
3.5.5 Sterilisasi
82
88
3.5.2 Membersihkan wadah spesimen yang tidak sekali pakai
3.6 Pembuangan LimbahLaboratorium
3.6.1 Pembuangan spesimen dan peralatan terkontaminasi
88
3.6.2 Insinerasiperalatan sekali pakai
88
88
.3.6.3 Mengubur peralatan sekali pakai
3.7.1 Pengemasan spesimen untuk diltirim
89
89
3.7.2 Fiksasi clan pengiriman spesim.en biopsi untuk pemeriksaan histopatologis
90
3.7 Pengiriman Spesimen ke Laboratorium Rujukan
3.8. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium
3.8.1 Kewaspadaan untuk mencegah kecelakaan
94
95
Doftor 151
v-II
3.8.2 Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) laboratorium
96
3.9 Jaminan Mutu Laboratorium
98
3.9.1 Pengambilan spesimen
99
BllgianlI
100
4. Parasitologi
101
4.1 Pendahuluan
101
4.2 Pemeriksaan Spesimen Feses untuk Parasit
103
4.2.1 Pengambilan spesimen
103
4.2.2 Pemeriksaan visual
104
4.2.3 Pemeriksaan mikroskopik
105
4.2-4 . Pengiriman spesimen feses untuk pendeteksian parasit
105
4.3 Protozoa Usus
107
4.3.1 Identifikasi bentuk motil (trofozoit)
107
4.3.2 Identifikasi Kista
114
122
4-4 Helminthes.Usus
4-4.1 Identifikasi telur
122
4-4.2 Identifikasi helminthes dewasa
145
4.5 Teknik Konsentrasi Parasit
150
4.5.1 Teknik flotasi menggunakan larutan natrium klorida (Willis)
4.5.2 Tekniksedimentasi formaldehid-eter (AlIen & Ridley)
150
15 2
4.5.3 Teknik sedimentasi formaldehid-detergen
153
4.5-4 Teknik sedimentasi larva Strongyloides Stercoralis (Harada-Mori)
154
4.6 Uji Kimiawi Darah Samar (Occult Blood) dalam Feses
156
4.6.1 Prinsip
156
4.6.2 Alat dan bahan
156
156
. 4.6.3 Metode
4.6.4 Hasil
157
4.7 Parasit Darah dan Kulit
157
4·7·1, Filaria
4.7.2 Plasmodium spp.
157
169
4.7.3 Trypanosoma spp.
179
189
4.7.4 Leishmania spp.
5. Bakteriologi
192
5.1 Pendahuluan
192
5.2 Pembuatan dan Fiksasi Preparat
192
5.2.1 Prinsip
192
5.2.2 Alat dan bahan
192
5.2.3 Pembuatan preparat
193
5.2-4 Fiksasi apusan
193
5.3 Teknik Pewamaan
5.3.1 Pewamaangram
194
•
5.3.2 Pewamaan Albert (untuk pendeteksian Corynebacterium diphtheriae)
194
196
vIII
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan
5.3.3 Pewarnaan Ziehl-Neelsen (untukpendeteksian basil tahan asam)
197
5.3-4 Pewarnaan Ways on (untuk pendeteksian Yersinia pestis)
198.
5.3.5 Pewarnaan biru metilen Loeffler(untukpendeteksian Bacillus anthracis)
199
5-4 Pemeriksaan Spesimen Sputum dan Swab Tenggorokan
200
5-4.1 Alat dan bahan
200
5-4.2 Metode
200
5.4.3 Pemeriksaan mikroskopik
201
5-4-4 Pengiriman spesimen untuk kultur
201
5.5 Pemeriksaan Spesimen Urogenital untuk Diagnosis Gonore
202
5.5.1 Alat dan bahan
202
5.5.2 Metode
202
5.5.3 Pemeriksaan mikroskopik
203
5.5-4 Pengiriman spesimen untuk kultur
204
5.6 Pemeriksaan Spesimen Genital untuk Diagnosis Sifilis
204
5.6.1 Alat dan bahan
205
5.6.2 Metode
205
5.6.3 Pemeriksaan mikroskopik
206
5.7 Pemeriksaan Spesimen Semen
206
5.7.1 Alat dan bahan
206
5.7.2 Metode
207
5.7.3 Pemeriksaan makroskopik
207
5.'1-4 Pemeriksaan mikroskopik
207
5.8 Pemeriksaan Sekret Vagina
5.8.1 Alat dan ba.han
210
5.8.2 Metode
210 .
5.8.3 Pemeriksaan mikroskopik
210
5.9 Pemeriksaan sーセゥュ・ョ@
Feses Encer
210 '
5.9.1 Alat dan bahan
211
5.9.2 Metode
211
5.9.3 Pemeriksaan mikroskopik
211
5.9-4 Pengiriman spesimen untuk kultur
211
5.10 Pemeriksaan Aspirat, Eksudat, dan Efusi
5.11
210
212
5.10.1 Alat dan bahan
21!3
5.10 .2 Metode
213
5.10.3 Pemeriksaan mikroskopik
213
Pemeriksaan Pus untuk Identifikasi Bacillus anthracis
214
5.11.1 Alat dan bahan
214
Metode
214
5 . 11.2
5.11.3 Pemeriksaan mikroskopik
5.12 Pemeriksaan Kerokan Kulit dan Hidung untuk Identifikasi Mycobacterium leprae
214
214
5.12.1 Alat dan bahan
21 5
5.12.2 Metode
215
5.12.3 Pemeriksaan mikroskopik
218
Daftar Isi
Ix
6. Mikologi
6.1 Pemeriksaan Jamur pada Kulit dan Rambut
220
220
6.1.1 Alat dan bahan
220
6.1.2 Metode
220
6.2 Pemeriksaan Pus untuk Diagnosis Misetoma
221
6.2.1 Alat dan bahan
222
6.2.2 Metode
222
6.3 Pemeriksaan Spesimen Kulit untuk Diagnosis Pitiriasis Versikolor
223
6.3.1 Alat dan bahan
223 ·
6.3.2 Metode
223
Bagian III
225
7. PemeriksaanUrine
7.1 Pengambilan Spesimen Urine
226
226
7.1.1 Jenis-jenis spesimen urine
226
7.1.2 Pengawet spesimen urine
227
7.2 Pemeriksaan Spesimen Urine
227
7.2.1 Pemeriksaan makroskopik
227
7.2.2 Pendeteksian darah dalam urine
227
7.2.3 Pengukuran pH
227
7.2-4 Pendeteksian glukosa
229
7.2.5 Deteksi dan estim'asi protein
230
7.2.6 Pendeteksian benda-benda keton
231
7.2.7 Pendeteksian unsur-unsur abnormal
233
7.2.8 Pendeteksian infeksi Schistosoma haematobium
240
7.2.9 Pendeteksian bakteri
243
8. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal (CSF)
247
8.1 Indikasi Umum Pemer-iksaan CSF
247
8.2 Pengambilan Spesimen CSF
247
8.3 Pemeriksaan Spesimen CSF
247
. 8.3.1 Hal-hal y.ang harus diperhatikan
247
8.3.2 Pemeriksaan makroskopik
248
8.3.3 Pemeriksaan mikroskopik
250 .
8.3-4 Penentuan kadar glukosa
254
8.3.5 Penentuan kadar protein
255
8.3.6 Rangkuman
256
8-4 Pengiriman Spesimen CSF untuk Kultur
256
8-4.1 Alat dan bahan
256
8.4.2 Metode pengiriman dengan medium transpor Stuart
(untuk pengisolasian Neisseria meningitidis)
257
x
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan
9. Hematologi
9.1 Jenis-Jeriis Sel Darah
258
258
9.1.1 Eritrosit
258
9.1.2 Leukosit
258
9.1.3 Trombosit
258
9.2 Pengambilan Sampel Darah
260
9.2.1 Prinsip
260
9.2.2 Alat dan bahan
260
9.2.3 Metode
260
9.3 Estimasi Kadar Hemoglobin
263
9.3.1 Metode fotometrik hemiglobinsianida
264
9.3.2 Metode hematin D alkali
268
9-4 Estimasi Fraksi Volume Eritrosit
271
9-4.1 Metode skala-mikro
272
9-4.2 Metode skala-makro
277
9.5 Estimasi Konsentrasi Jumlah Eritrosit
277
9.6 Estimasi Konsentrasi Jumlah Leukosit
278
9.6.1 Prinsip
279
9.6.2 Alat dan bahan
279
9.6.3 Metode
279
9.6-4. HasH
281
9.7 Pengukuran Laju Endap Darah
282
9.7.1 Prinsip
282
9.7.2 Alat dan bahan
282
9.7.3 Metode
282
9.7.4 HasH
283
9.8 Pengukuran Masa Perdarahan: Metode Duke
284
9.8.1 Prinsip
284
9.8.2 Alat dan bahan
284
9.8.3 Metode
28 5
9.8.4 HasH
285
9.9 Pemeriksaan Retraksi Bekuan dan Pengukuran Masa Lisis Bekuan
286
9.9.1 Prinsip
286
9.9.2 Peralatan
286
9.9.3 Metode
286
9.9-4 HasH
287
9.10 Pembuatan dan Pemulasan Apusan-Darah Tipis
287
9.10.1 Prinsip
287
9.10.2 Alat dan bahan
289
9.10.3 Metode
290
9.10-4 Pemeriksaan mikroskopik
294
9.11 Uji Sel-Sabit
303
9.11.1 Prinsip
304
9.11.2 Alat dan bahan
304
, xl
Daftar Isi
9.11.3 Metode
304
9.11.4 Pemeriksaan mikroskopik
304
9.12 Estimasi Fraksi CKonsentrasi) Jumlah Retikulosit
305
'9.12.1 Prinsip
306
9.12.2 Alat dan bahan
306
9.12.3 Metode
306
9.12-4 Pemeriksaan mikroskopik
306
9.13 Estimasi Fraksi Jumlah Jenis Leukosit
308
9.13.1 Prinsip
308
9.13.2 Peralatan
308
9.13.3 Pemeriksaan mikroskopik
308
9.14 Estimasi Konsentrasi Jumlah Trombosit CHitung Trombosit)
310
9.14.1 Peralatan
310
9.14.2 Pemeriksaan mikroskopik
310
1O.Kimia Darah
10.1 Estimasi Kadar Glukosa Darah: Metode O-Toluidin
311
311
10.1.1 Prinsip
3 11
10.1.2 Alat dan bahan
311
10.1.3 Metode
3 11
10.1.4 Hasil
313
10.2 Estimasi Kadar Urea Darah: Metode Diasetil Monoksim/Tiosemikarbazid
314
10.2.1 Prinsip
3 14
10.2.2 Alat dan bahan
314
10.2.3 Metode
31 5
10.2-4 Hasil
315
11.Teknik Imunologis dan Serologis
11.1 Pengantar Imunologi
11.1.1 Antibodi
3 17
317
11.1.2 Antigen
3 17
3 18
11.1.3 Interaksi antigen-antibodi
318
11.2 Prinsip Tekniklmunokimiawi
11.2.1 Uji pengikatan primer
11.2.2 Uji pengikatan sekunder
11.3 Pemeriksaan Faktor Reumatoid dengan Teknik Aglutinasi-Lateks
319
319
321
324
11.3.1 Alat dan bahan
324
11.3.2 Metode
324
11.4 Pemeriksaan Antibodi Anti-Steptolisin 0
32 5
11.4.1 Ujianti-streptolisin 0
3 2 5,
11.4.2 Aglutinasi lateks
326
11.5 Pemeriksaanj3-Human Chorionic Gonadotropin CB-heG)
dalam Urine.dengan Teknik Inhibisi Aglutinasi
32 7
11.5.1 Alat dan bahan
32 7
11.5':2 Metode
327
xII
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan
11.6 Pemeriksaan-Kuantitatif 19A, IgG,dan IgM dengan Metode Imunodifusi Radial
11.6.1 Alat dan bahan
32 7
32 7
11.6.2 Metode
328
1.7 Pemeriksaan Antibodi HIV
328
11.7.1 ELISA
328
11.7.2 Uji carik-celup
32 9
11.8 Uji-Diagnostik Hepatitis Viral
330
11.8.1 ELISA untuk pendeteksian antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg)
331
11.8.2 Uji carik"celup untuk pendeteksian antigen permukaan: virus hepatitis B
331
11.9 Uji Carik-celup untuk Diagnosis Malaria Falsiparum
33 2
11.9.1 Alat dan bahan
332
11.9.2 Metode
333
11.10 Uji Sifilis
11.10.1 Uji RPR
334
335
11.10.2 Uji TPHA
336
Lampiran Reagen dan Cara Pembuatannya
338
Indeks
354
KAlA PENGANlAR
••••••••
Bukuini mernpakan edisi revisi Manual of basic techniquesfor a health laboratory (WHO, 1980). Revisi utama dilakukan
oleh Dr K. Engbaek, Dr C.C. Heuek, dan Mr AH. Moody. Revisi ini dianggap perlu seiring perkembangan berbagai prosedur
dan teknologi barn sejak edisi terdahulu, yang sudah terbukti bennanfaat bagi laboratorium berskala keeil di negara
berkembang. Berbagai prosedur pemeriksaan tereakup dalam bagian-bagian yang relevan di · dalam pedoman ini dan
beberapa prosedur yang dianggap usang sudah dig anti dengan teknik yang lebih mutakhir.
Tujmin awal pedoman ini tidak berubah. Pedoman ini terutama dimaksudkan untuk digunakan oleh personellaboratorium
di negara berkembang selama pelatihan dan, selanjutnya, dalam melakukan pekerjaan. Dalam pemilihan teknik, aspek
yang terutama harns diperhatikan yaitu keterjangkauan biaya, reliabilitas dan kepraktisan metode, serta ketersediaan
sumber daya di laboratorium berskala keeil.
WHO menyampaikan terinia kasih kepada semua pihak yang telah membantu revisi pedoman ini.
xiii
I
xlv
1. Pendahuluan
••••••••
1.1
Tujuan Pedoman
Pedoman ini terutama dimaksudkan untuk digunakan di laboratorium kesehatan di negara-negara berkembang. Pedoman
ini dirancang khusus untuk digunakan di laboratorium perifer (yi., laboratorium berskala kecil atau menengah yang
berdekatan dengan rumah sakit regional), klinik, dan pusat-pusat pelayanan kesehatan di pedalaman tempat ahli
laboratorium sering kali harus bekerja sendirian. Bahasa yang digunakan dalam pedoman ini dibuat sesederhana mungkin;
namun, istilah teknis umum digunakan pula ketika diperlukan.
Pedoman ini menguraikan prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mikroskop atau peralatan sederhana .
lainnya. Prosedur-prosedur tersebut meliputi:
pemeriksaan feses untuk telur cacing (helminthes);
pemeriksaan darah untuk parasit malaria;
pemeriksaan sputum untuk basil tuberkulosis;
pemeriksan urine untuk pigmenempedu;
pemeriksaan darah untuk menentukan hitung jenis leukosit;
pemeriksaan darah untuk menentukan konsentrasi glukosa.
Tujuan pedoman ini yaitu memberikan petunjuk mengenai sejumlah teknik pemeriksaan laboratorium dasaryang berguna
bagi laboratorium perifer dan dapat dikerjaka.n dengan peralatan yang sederhana.
Sebagian prosedur di atas mungkin tidak 、。セエ@
dilakukan di beberapa laboratorium. Sebagai contoh, pemeriksaan kimia
darah dan serologis mungkin tidak dapat dikerjakan di laboratorium pada pusat pelayanan kesehatan di pedalaman.
1.2
1.2.1
Reagen dan Peralatan
Reagen
Tiap reagen diberi nomor. Reagen yang dibutuhkan beserta nomornya dicantumkan dalam penjelasan masing-masing
teknik pemeriksaan. Daftar alfabetis semua reagen yang digunakan, beserta nomor, komposisi, cara pembuatan, dan
syarat-syarat penyimpanannya tercantum dalam Lampiran di bagian akhir pedoman ini. Sebagai contoh, salah satu reagen
yang diperlukan dalam pewarnaan Gram yaitu kristal violet,modifikasi Hucker (reagen no. 18). Komposisi kristal violet
dan metode pembuatannya dicantumkan dalam daftar alfabetis reagen (lihat Lampiran).
1.2.2
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk tiap teknik pemeriksaan tercantum di awal bagian bersangkutan. Daftar peralatan yang
dibutuhkan suatu laboratorium untuk seluruh jenis pemeriksaan dapat ditemukan dalam bagian 2.5.
Ketika peralatan tertentu tidakada, ahli laboratorium sebaiknya dapat menemukan alternatifnya sesuai kebutuhan;
antibiotik injeksi ("botol penisilin") dan wadah bekas obat-obatan lain
sebagai contoh, b?tol kosong yang tadinya 「セイゥウ@
dapat disimpan; rak tempat tabung reaksi dim slide dapat dibuat sendiri; kaleng-kaleng kosong dapat digunakan untuk
membuat penangas air.
2
1.3
Pedoman Teknik Dasar unluk Laboralorium Kesehalan
Tonggung Jowob Pekerjo Loborotorium
Pekerja laboratorium melakukan pemeriksaan untuk menyediakan informasi bagi dokter sehin.gga dapat digunakan dalam
penanganan pasien. Karena itu, pekerja laboratorium berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit pasien. Pada
saat bersamaan, sejalan dengan pekerjaannya, mereka memperoleh cukup banyak informasi mengenai pasien dan
penyakitnya. Pekerja laboratorium, seperti halnya dokter, wajib merahasiakan informasi mengenai hasil pemeriksaannya;
hanya dokter yang meminta pemeriksaan tersebut yang berhak menerima laporannya. Ketika pasien meminta keterangan
mengenai hasil pemeriksaan tersebut, pasien diberi tahu agar menanyakannya kepada dokter.
Di kebanyakan negara, terdapat standar perilaku moral dan profesional yang tinggi bagi para dokter serta personel
laboratorium yang kompeten. Setiap pekerja laboratorium yang bekerja dengan bahan-bahan klinis harus menjaga standar
tersebut.
1.4
Sotuon Pengukuron
Di laboratorium, Anda akan melakukan pekerjaan yang hampir selalu berhubungan dengan besaran (kuantitas) dan
satuan pengukuran, dan perbedaan kedua istilah tersebut harus dipahami.
Setiap sifat fisis yang dapat diukur disebut besaran (kuantitas). Perlu dicatat bahwa istilah "kuantitas" memiliki dua arti;
arti secara ihniah seperti yang baru saja ditegaskan, sementara dalam kehidupan sehari-hari, kuantitas berarti ''jumlah''.
Dalam aplikasi ilmiah, tinggi, panjang, kecepatan, suhu, dan arus listrik merupakan besaran, sementara standar
pengukurannya disebut satuan.
1.4.1
Besaran dan satuan dalam laboratorlum kllnis
Hampir semua pekerjaan di laboratorium melibatkan pengukuran besaran dan penggunaan satuan untuk melaporkan
hasil pengukuran tersebut. Karena kesehatan - bahkan kehidupaR - seorang pasien juga bergantung pada ketelitian Anda
dalam melakukan pengukuran dan cara melaporkan hasilnya, Anda harus sepenuhnya memahami:
besaran yang diukur;
nama besaran;
satuan yang dipakai.
1.4.2 Satuan SI dan nama besaran
Satuan-satuan pengukuran standar yang praktis telah menjadi cita-cita ilmuwan selama hampir dua abad. Sistem metrik
diperkenalkan pada tahun 1901. Sejak saat itu, sistem ini secara bertahap telah dikembangkan, dan pada tahun 1960,
diberi nama "Systeme international d'Unites" (Satuan Dasar Sistem Internasional) dan singkatan internasionalnya "SI".
Satuan pengukuran yang terdapat dalam sistem ini disehut "Satuan SI". Satuan ini telah digunakan secara luas dalam ilmu
pengetahuan, terutama kimia dan fisika, sejak tahun 1901 Uauh sebelum satuan ini disebut satuan SI), tetapi kebanyakan
dari satuan ini dikenal dalam bidang kedokteran baru setelah tahun 1960.
Seiring diperkenalkannya satuan SI, ilmuwan di bidang ' medis membuat suatu daftar sistematik untuk nama besaran.
Beberapa di antaranya sama seperti yang terdapat dalam sistem konvensional; namun, nama konvensional ini dianggap
tidak akurat, membingungkan, atau taksa (ambigu). Karena itu, beberapa nama baru dibuat sebagai pengganti nama
konvensional.
Pedoman 'ini menggunakan satuan SI dan nama besaran terkini yang sudah diakui. NaqlUn, karena, satuan clan nama
kuantitas konvensional masihdigunakan di beberapa laboratorium, satuan dan nama kuantitas tersebutjuga dimasukkan
dan diberikan penjelasan mengenai hubungan antara keduanya:
Pada bagian berikut, diterangkan secara singkat mengenai satuan SI dan nama kuantitas yang digunakan'dalam pedoman
ini.
Satuan SI yang digunakan
Semua satuan SI mengacu kepada tujuh satuan dasar SI. Hanya empat dari tujuh satuan tersebut yang digunakan dalam
pedoman ini; satuan-satuan tersebut, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam Tabel1.1.
Tiga besaran dan satuan pertama dalam tabel di atas cukup familiar untuk Anda; meskipun begitu, besaran "massa" dan
"jumlah zat" serta satuan "mol" mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut.
1, Pendahuluan
3
Massa merupakan istilah yang lebih tepat bctgi istilah awam "berat", (Pengertian teknis untuk istilah "berat", yaitu ukuran
gaya,yaitu gravitasi bumi, yang menarik sejumlahmassa, Massa, di lain pihak, tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi,
Kedua istilah di atas tercampur-baur dalam penggunaan'sehari-hari; dalam bagian selanjutnya, pengukuranmassa disebut
sebagai "penimbangan"). "Jumlah zat" dan セ。エオョケL@
mol, merupakan istilah yang penting dalam dunia ォ・、ッエイセョ@
dan
lebih banyak memengaruhi pekerjaan Anda di laboratorium dibandingkan besaran atau satuan SI lainnya. Ketika dua atau
lebih zat kimia bereaksi bersamaan, tidak dEjmikian halnya yang terjadi pada massa zat-zat itu. Sebagai contoh:
natrium bikarbonat + as am ィゥ、イッォャセ。@
セ@ natrium hidroklorida + karbon dioksida + air
Dalam reaksi ini, 1 kg (1 k.ilogram) natrium blkarbonat tidak bereaksi dengan 1 kg asam hidroklorida; dalam kenyataannya,
1 mol natrium bikarbonat bereaksi dengan 1, mol as am bidroklorida. Setiap saat zat-zat kimia berin!eraksi, demikian pula
halnya dengan "massa molekul relatif' (istilah baru yang dulu dikenal sebagai "berat molekul") zat-zat tersebut. Karena itu,
penggunaan mol, yang berdasarkan massa molekul relatif, menghasilkan ukuran jumlah yang ekuivalen antara dua atau
lebih zat berbeda (penggunaan satuan massa tidak demikian) .
Sebagian besar satuan SI disebut satuan turunan SI. Satuan turunan diperoleh dengan menggabungl
DASAR UNTUK
lABORATORIUM
·KESEHATAN
(Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory)
Edisi 2
Alih Bahas.a:
. Drs. Chairlan, M. Biomed
Dra. Estu Lestari, MM
Editor Edisi Bahasa Indonesia:
dr. Albertus Agung Mahode
PENERBITBUKU KEDOKTERAN
IOOIEGCI .
Kutipan Pasal 72:
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)
I. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan danlatau denda paling sedikit
Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun danlatau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (Iima miIiar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, .atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau batang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (Iima) tahun danlatau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (Iima ratus juta
rupiah).
PENTlNG DIKETAHUI
Penerbit adalah rekanan pengarang untuk menerbitkan sebuah buku. Bersama pengarang, penerbit menciptakan buku untuk
diterbitkan. Penerbit merilpunyai hak atas penerbitan buku tersebut serta distribusinya, sedangkan pengarang memegang
hak penuh 。セウ@
karangannya dan berhak mendapatkan royalti atas penjualan bukunya dari penerbit.
Percetakan adalah perusahaan yang memiliki mesin cetak dan menjual jasa pencetakan. Percetakan tidak memiliki hak apa
pun dari buku yang dicetaknya kecuali upah. Percetakan tidak bertanggungjawab atas isi buku yang dicetaknya.
Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk diterbitkan di sebuah penerbit. p・ョァセイ。@
memiliki hak
penuh atas karangannya, namun menyerahkan hak penerbitan dan distribusi bukunya kepada penerbit yang ditunjuknya
sesuai batas-batas yang ditentukan dalam perjanjian. Pengarang berhak mendapatkan royalti atas karyanya dari penerbit,
sesuai dengan ketentuan di dalam perjanjian Pengarang-Penerbit.
Pem 「セェ。ォ@
adalah pihak yang mengambil keuntungan dari kepakaran pengarang dan kebutuhan belajar masyarakat. Pembajak
tidak mempunyai hak mencetak, tidak memiliki hak menggandakan, mendistribusikan, dan menjual buku yang digandakannya karena tidak dilindungi copyright ataupun perjimjian pengarang-penerbit. Pembajak tidak peduli atasjerih payah
pengarang. Buku pembajak dapat lebih murah karena mereka tidak perJu mempersiapkan naskah mulai dari pemilihan
judul, editing sampai persiapan pracetak, tidak membayar royalti, dan tidak terikat perjanjian dengan pihak mana pun.
PEMBAJAKAN BUKU ADALAH KruMINAL!
Andajangan menggunakan buku bajakan, demi menghargaijerih payah para pengarang yang notabene adalah para guru.
EOC 1669
Diterbitkan oleh World Health Organization pada 2003
Denganjudul MANUAL OF BASlC TECHNIQUES FOR A HEALTH LABORATORY, 2ad Ed. (TRl041173)
© World Health Organization 2003
.
Direktur Jenderal World Health Organization memberikan hak terjemahan untuk edisi bahasa Indonesia
kepada Penerbit Buku Kedokteran EGC, menjadi satu-satunya pihak yang bertanggungjawab untuk edisi Indonesia.
PEDOMAN TEKNIK DASAR UNTUK LABORATORI1JM KESEHATAN, Ed. 2
Alih bahasa': Drs. Chairlan, M.Biomed & Dra Estu Lestari, MM
Editor edisi bahasa Indonesia: dr. Albertus Agung Mahode
Copy editor: Suryani
Hak cipta terjemahan Indonesia
© 2004 Penerbit Buku Kedokteran EOC
P.O. Box 4276/Jakarta 10042
Telepon: 65306283
Anggota lKAPI
Desain kulit muka: Agus Prabowo
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan 20 II
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
World Health Organization
Pedoman teknik dasar untuk laboratorium kesehatan / WHO ; al ih bahasa, Chairlan, Estu Lesfari ;
editor edisi bahasa Indonesia, Albertus Agung Mahode. - Ed. 2. - Jakarta : EOC, 2011 .
xiv, 373 hIm . ; 21 x 29,5 cm.
Judul asli : Manual of basic techniques for a health laboratory.
ISBN 978-979-044-005-0
I. Kesehatan -
Laboratorium. 1. Judul.
n. Chairlan. Ill. Estu Lestari.
IV. Mahode, Albertus Agung.
616.0756
Isi di luar langgung jawab percelakan
Daftar Isi
••••••••
Kata Pengantar
1.
Pendahuluan
1
1.1 Tujuan Pedoman
1
1.2 Reagen dan Peralatan
1
1.2.1 Reagen
1
1.2.2 Peralatan
1
1.3 Tanggung Jawab PekeIja Laboratorium
2
1.4 Satuan Pengukuran
2
1.4.1 Besaran dan satuan dalam laboratorium klinis
2
1.4.2 Satuan SI dan nama besaran
2
Bagian I
2.
xiii
7
Merancang Laboratorium Kesehatan Perifer
8
.
2.1.1 Laboratdrium satu ruang
8
2.1.2 Laboratorium dua ruang
9
2.1 Perencanaan
2.2 Kelistrikan
8
10
2.2.1 Sumber energi listrik
10
2.2.2 Merancang peralatan listrik sederhana
12
2.2.3 Apa yang harus dilakukan bila peralatan listrik tidak berfungsi
14
2.3 Instalasi Saluran Air: Ptosedur Sederhana
17
2.3.1 Alat dan bahan
17
2.3.2 Keran
18
2.3.3 Bak tampung
20
2-4 Air untuk Laboratorium
22
2-4.1 Air bersih
22
2-4.2 Air suling
23
2-4.3 Air bebas-mineral
26
2-4-4 Air "dapar
28
2.5 Peralatan
29
2.5.1Peralatan laboratorium utama
29
2.5.2 Peralatan tambahan
30
v
vi
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan .
2.5.3 Persediaan peralatan
2.5-4 Pembuatan peralatan gelas
36
36
2.5.5 Wadah spesimen
40
2.5.6 Penyimpanan, inventarisasi, dan pemesanan stok laboratorium
42
2.6 Registrasi Spesimen dan Pembuatan Laporan Bulanan
44
2.6.1 Registrasi spesimen
44
2.6.2 Pembuatan laporan bulanan
45
3. Prosedur Laboratorium Umum
3.1 Penggunaan Mikroskop
50
50
3.1.1 Komponen mikroskop
50
3.1.2 Memasang mikroskop
55
3.1.3 Pemfokusan objektif
59
3.1.4 Penggunaan mikrometer okuler
60
3.1.5 Mikroskopi lapangan gelap
61
3.1.6 Perawatan rutin
61
3.2 Penimbangan: Penggunaan Neraca Laboratorium
64
3.2.1 Sensitivitas neraca
64
3.2.2 Neraca dua-piringan terbuka
64
3.2.3 Neraca analitis
65
66
.3.2-4 Neraca apotek
3.3 Sentrifugasi
3.3.1 Prinsip
3.3.2 Jenis-jenis centrifuge
3.3.3 Petunjuk pemakaian
3-4 Pengukuran dan Penyaluran Cairan
67
67
67
68
70
3-4.1 Pipet
71
3.4.2 Labu volumetrik
73
3.4.3 Buret
75
3-4-4 Gelas kerucut berskala
75
75
3.5 Cara Membersihkan, Disinfeksi, dan Sterilisasi
3.5.1 Membersihkan peralatan gelas, spuit, danjarum suntik yang dapat dipakai ulang
3.5.3 Membersihkan dan memelihara peralatan laboratorium lain
75
79
81
3.5.4 Disinfektan
81
3.5.5 Sterilisasi
82
88
3.5.2 Membersihkan wadah spesimen yang tidak sekali pakai
3.6 Pembuangan LimbahLaboratorium
3.6.1 Pembuangan spesimen dan peralatan terkontaminasi
88
3.6.2 Insinerasiperalatan sekali pakai
88
88
.3.6.3 Mengubur peralatan sekali pakai
3.7.1 Pengemasan spesimen untuk diltirim
89
89
3.7.2 Fiksasi clan pengiriman spesim.en biopsi untuk pemeriksaan histopatologis
90
3.7 Pengiriman Spesimen ke Laboratorium Rujukan
3.8. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium
3.8.1 Kewaspadaan untuk mencegah kecelakaan
94
95
Doftor 151
v-II
3.8.2 Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) laboratorium
96
3.9 Jaminan Mutu Laboratorium
98
3.9.1 Pengambilan spesimen
99
BllgianlI
100
4. Parasitologi
101
4.1 Pendahuluan
101
4.2 Pemeriksaan Spesimen Feses untuk Parasit
103
4.2.1 Pengambilan spesimen
103
4.2.2 Pemeriksaan visual
104
4.2.3 Pemeriksaan mikroskopik
105
4.2-4 . Pengiriman spesimen feses untuk pendeteksian parasit
105
4.3 Protozoa Usus
107
4.3.1 Identifikasi bentuk motil (trofozoit)
107
4.3.2 Identifikasi Kista
114
122
4-4 Helminthes.Usus
4-4.1 Identifikasi telur
122
4-4.2 Identifikasi helminthes dewasa
145
4.5 Teknik Konsentrasi Parasit
150
4.5.1 Teknik flotasi menggunakan larutan natrium klorida (Willis)
4.5.2 Tekniksedimentasi formaldehid-eter (AlIen & Ridley)
150
15 2
4.5.3 Teknik sedimentasi formaldehid-detergen
153
4.5-4 Teknik sedimentasi larva Strongyloides Stercoralis (Harada-Mori)
154
4.6 Uji Kimiawi Darah Samar (Occult Blood) dalam Feses
156
4.6.1 Prinsip
156
4.6.2 Alat dan bahan
156
156
. 4.6.3 Metode
4.6.4 Hasil
157
4.7 Parasit Darah dan Kulit
157
4·7·1, Filaria
4.7.2 Plasmodium spp.
157
169
4.7.3 Trypanosoma spp.
179
189
4.7.4 Leishmania spp.
5. Bakteriologi
192
5.1 Pendahuluan
192
5.2 Pembuatan dan Fiksasi Preparat
192
5.2.1 Prinsip
192
5.2.2 Alat dan bahan
192
5.2.3 Pembuatan preparat
193
5.2-4 Fiksasi apusan
193
5.3 Teknik Pewamaan
5.3.1 Pewamaangram
194
•
5.3.2 Pewamaan Albert (untuk pendeteksian Corynebacterium diphtheriae)
194
196
vIII
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan
5.3.3 Pewarnaan Ziehl-Neelsen (untukpendeteksian basil tahan asam)
197
5.3-4 Pewarnaan Ways on (untuk pendeteksian Yersinia pestis)
198.
5.3.5 Pewarnaan biru metilen Loeffler(untukpendeteksian Bacillus anthracis)
199
5-4 Pemeriksaan Spesimen Sputum dan Swab Tenggorokan
200
5-4.1 Alat dan bahan
200
5-4.2 Metode
200
5.4.3 Pemeriksaan mikroskopik
201
5-4-4 Pengiriman spesimen untuk kultur
201
5.5 Pemeriksaan Spesimen Urogenital untuk Diagnosis Gonore
202
5.5.1 Alat dan bahan
202
5.5.2 Metode
202
5.5.3 Pemeriksaan mikroskopik
203
5.5-4 Pengiriman spesimen untuk kultur
204
5.6 Pemeriksaan Spesimen Genital untuk Diagnosis Sifilis
204
5.6.1 Alat dan bahan
205
5.6.2 Metode
205
5.6.3 Pemeriksaan mikroskopik
206
5.7 Pemeriksaan Spesimen Semen
206
5.7.1 Alat dan bahan
206
5.7.2 Metode
207
5.7.3 Pemeriksaan makroskopik
207
5.'1-4 Pemeriksaan mikroskopik
207
5.8 Pemeriksaan Sekret Vagina
5.8.1 Alat dan ba.han
210
5.8.2 Metode
210 .
5.8.3 Pemeriksaan mikroskopik
210
5.9 Pemeriksaan sーセゥュ・ョ@
Feses Encer
210 '
5.9.1 Alat dan bahan
211
5.9.2 Metode
211
5.9.3 Pemeriksaan mikroskopik
211
5.9-4 Pengiriman spesimen untuk kultur
211
5.10 Pemeriksaan Aspirat, Eksudat, dan Efusi
5.11
210
212
5.10.1 Alat dan bahan
21!3
5.10 .2 Metode
213
5.10.3 Pemeriksaan mikroskopik
213
Pemeriksaan Pus untuk Identifikasi Bacillus anthracis
214
5.11.1 Alat dan bahan
214
Metode
214
5 . 11.2
5.11.3 Pemeriksaan mikroskopik
5.12 Pemeriksaan Kerokan Kulit dan Hidung untuk Identifikasi Mycobacterium leprae
214
214
5.12.1 Alat dan bahan
21 5
5.12.2 Metode
215
5.12.3 Pemeriksaan mikroskopik
218
Daftar Isi
Ix
6. Mikologi
6.1 Pemeriksaan Jamur pada Kulit dan Rambut
220
220
6.1.1 Alat dan bahan
220
6.1.2 Metode
220
6.2 Pemeriksaan Pus untuk Diagnosis Misetoma
221
6.2.1 Alat dan bahan
222
6.2.2 Metode
222
6.3 Pemeriksaan Spesimen Kulit untuk Diagnosis Pitiriasis Versikolor
223
6.3.1 Alat dan bahan
223 ·
6.3.2 Metode
223
Bagian III
225
7. PemeriksaanUrine
7.1 Pengambilan Spesimen Urine
226
226
7.1.1 Jenis-jenis spesimen urine
226
7.1.2 Pengawet spesimen urine
227
7.2 Pemeriksaan Spesimen Urine
227
7.2.1 Pemeriksaan makroskopik
227
7.2.2 Pendeteksian darah dalam urine
227
7.2.3 Pengukuran pH
227
7.2-4 Pendeteksian glukosa
229
7.2.5 Deteksi dan estim'asi protein
230
7.2.6 Pendeteksian benda-benda keton
231
7.2.7 Pendeteksian unsur-unsur abnormal
233
7.2.8 Pendeteksian infeksi Schistosoma haematobium
240
7.2.9 Pendeteksian bakteri
243
8. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal (CSF)
247
8.1 Indikasi Umum Pemer-iksaan CSF
247
8.2 Pengambilan Spesimen CSF
247
8.3 Pemeriksaan Spesimen CSF
247
. 8.3.1 Hal-hal y.ang harus diperhatikan
247
8.3.2 Pemeriksaan makroskopik
248
8.3.3 Pemeriksaan mikroskopik
250 .
8.3-4 Penentuan kadar glukosa
254
8.3.5 Penentuan kadar protein
255
8.3.6 Rangkuman
256
8-4 Pengiriman Spesimen CSF untuk Kultur
256
8-4.1 Alat dan bahan
256
8.4.2 Metode pengiriman dengan medium transpor Stuart
(untuk pengisolasian Neisseria meningitidis)
257
x
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan
9. Hematologi
9.1 Jenis-Jeriis Sel Darah
258
258
9.1.1 Eritrosit
258
9.1.2 Leukosit
258
9.1.3 Trombosit
258
9.2 Pengambilan Sampel Darah
260
9.2.1 Prinsip
260
9.2.2 Alat dan bahan
260
9.2.3 Metode
260
9.3 Estimasi Kadar Hemoglobin
263
9.3.1 Metode fotometrik hemiglobinsianida
264
9.3.2 Metode hematin D alkali
268
9-4 Estimasi Fraksi Volume Eritrosit
271
9-4.1 Metode skala-mikro
272
9-4.2 Metode skala-makro
277
9.5 Estimasi Konsentrasi Jumlah Eritrosit
277
9.6 Estimasi Konsentrasi Jumlah Leukosit
278
9.6.1 Prinsip
279
9.6.2 Alat dan bahan
279
9.6.3 Metode
279
9.6-4. HasH
281
9.7 Pengukuran Laju Endap Darah
282
9.7.1 Prinsip
282
9.7.2 Alat dan bahan
282
9.7.3 Metode
282
9.7.4 HasH
283
9.8 Pengukuran Masa Perdarahan: Metode Duke
284
9.8.1 Prinsip
284
9.8.2 Alat dan bahan
284
9.8.3 Metode
28 5
9.8.4 HasH
285
9.9 Pemeriksaan Retraksi Bekuan dan Pengukuran Masa Lisis Bekuan
286
9.9.1 Prinsip
286
9.9.2 Peralatan
286
9.9.3 Metode
286
9.9-4 HasH
287
9.10 Pembuatan dan Pemulasan Apusan-Darah Tipis
287
9.10.1 Prinsip
287
9.10.2 Alat dan bahan
289
9.10.3 Metode
290
9.10-4 Pemeriksaan mikroskopik
294
9.11 Uji Sel-Sabit
303
9.11.1 Prinsip
304
9.11.2 Alat dan bahan
304
, xl
Daftar Isi
9.11.3 Metode
304
9.11.4 Pemeriksaan mikroskopik
304
9.12 Estimasi Fraksi CKonsentrasi) Jumlah Retikulosit
305
'9.12.1 Prinsip
306
9.12.2 Alat dan bahan
306
9.12.3 Metode
306
9.12-4 Pemeriksaan mikroskopik
306
9.13 Estimasi Fraksi Jumlah Jenis Leukosit
308
9.13.1 Prinsip
308
9.13.2 Peralatan
308
9.13.3 Pemeriksaan mikroskopik
308
9.14 Estimasi Konsentrasi Jumlah Trombosit CHitung Trombosit)
310
9.14.1 Peralatan
310
9.14.2 Pemeriksaan mikroskopik
310
1O.Kimia Darah
10.1 Estimasi Kadar Glukosa Darah: Metode O-Toluidin
311
311
10.1.1 Prinsip
3 11
10.1.2 Alat dan bahan
311
10.1.3 Metode
3 11
10.1.4 Hasil
313
10.2 Estimasi Kadar Urea Darah: Metode Diasetil Monoksim/Tiosemikarbazid
314
10.2.1 Prinsip
3 14
10.2.2 Alat dan bahan
314
10.2.3 Metode
31 5
10.2-4 Hasil
315
11.Teknik Imunologis dan Serologis
11.1 Pengantar Imunologi
11.1.1 Antibodi
3 17
317
11.1.2 Antigen
3 17
3 18
11.1.3 Interaksi antigen-antibodi
318
11.2 Prinsip Tekniklmunokimiawi
11.2.1 Uji pengikatan primer
11.2.2 Uji pengikatan sekunder
11.3 Pemeriksaan Faktor Reumatoid dengan Teknik Aglutinasi-Lateks
319
319
321
324
11.3.1 Alat dan bahan
324
11.3.2 Metode
324
11.4 Pemeriksaan Antibodi Anti-Steptolisin 0
32 5
11.4.1 Ujianti-streptolisin 0
3 2 5,
11.4.2 Aglutinasi lateks
326
11.5 Pemeriksaanj3-Human Chorionic Gonadotropin CB-heG)
dalam Urine.dengan Teknik Inhibisi Aglutinasi
32 7
11.5.1 Alat dan bahan
32 7
11.5':2 Metode
327
xII
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan
11.6 Pemeriksaan-Kuantitatif 19A, IgG,dan IgM dengan Metode Imunodifusi Radial
11.6.1 Alat dan bahan
32 7
32 7
11.6.2 Metode
328
1.7 Pemeriksaan Antibodi HIV
328
11.7.1 ELISA
328
11.7.2 Uji carik-celup
32 9
11.8 Uji-Diagnostik Hepatitis Viral
330
11.8.1 ELISA untuk pendeteksian antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg)
331
11.8.2 Uji carik"celup untuk pendeteksian antigen permukaan: virus hepatitis B
331
11.9 Uji Carik-celup untuk Diagnosis Malaria Falsiparum
33 2
11.9.1 Alat dan bahan
332
11.9.2 Metode
333
11.10 Uji Sifilis
11.10.1 Uji RPR
334
335
11.10.2 Uji TPHA
336
Lampiran Reagen dan Cara Pembuatannya
338
Indeks
354
KAlA PENGANlAR
••••••••
Bukuini mernpakan edisi revisi Manual of basic techniquesfor a health laboratory (WHO, 1980). Revisi utama dilakukan
oleh Dr K. Engbaek, Dr C.C. Heuek, dan Mr AH. Moody. Revisi ini dianggap perlu seiring perkembangan berbagai prosedur
dan teknologi barn sejak edisi terdahulu, yang sudah terbukti bennanfaat bagi laboratorium berskala keeil di negara
berkembang. Berbagai prosedur pemeriksaan tereakup dalam bagian-bagian yang relevan di · dalam pedoman ini dan
beberapa prosedur yang dianggap usang sudah dig anti dengan teknik yang lebih mutakhir.
Tujmin awal pedoman ini tidak berubah. Pedoman ini terutama dimaksudkan untuk digunakan oleh personellaboratorium
di negara berkembang selama pelatihan dan, selanjutnya, dalam melakukan pekerjaan. Dalam pemilihan teknik, aspek
yang terutama harns diperhatikan yaitu keterjangkauan biaya, reliabilitas dan kepraktisan metode, serta ketersediaan
sumber daya di laboratorium berskala keeil.
WHO menyampaikan terinia kasih kepada semua pihak yang telah membantu revisi pedoman ini.
xiii
I
xlv
1. Pendahuluan
••••••••
1.1
Tujuan Pedoman
Pedoman ini terutama dimaksudkan untuk digunakan di laboratorium kesehatan di negara-negara berkembang. Pedoman
ini dirancang khusus untuk digunakan di laboratorium perifer (yi., laboratorium berskala kecil atau menengah yang
berdekatan dengan rumah sakit regional), klinik, dan pusat-pusat pelayanan kesehatan di pedalaman tempat ahli
laboratorium sering kali harus bekerja sendirian. Bahasa yang digunakan dalam pedoman ini dibuat sesederhana mungkin;
namun, istilah teknis umum digunakan pula ketika diperlukan.
Pedoman ini menguraikan prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mikroskop atau peralatan sederhana .
lainnya. Prosedur-prosedur tersebut meliputi:
pemeriksaan feses untuk telur cacing (helminthes);
pemeriksaan darah untuk parasit malaria;
pemeriksaan sputum untuk basil tuberkulosis;
pemeriksan urine untuk pigmenempedu;
pemeriksaan darah untuk menentukan hitung jenis leukosit;
pemeriksaan darah untuk menentukan konsentrasi glukosa.
Tujuan pedoman ini yaitu memberikan petunjuk mengenai sejumlah teknik pemeriksaan laboratorium dasaryang berguna
bagi laboratorium perifer dan dapat dikerjaka.n dengan peralatan yang sederhana.
Sebagian prosedur di atas mungkin tidak 、。セエ@
dilakukan di beberapa laboratorium. Sebagai contoh, pemeriksaan kimia
darah dan serologis mungkin tidak dapat dikerjakan di laboratorium pada pusat pelayanan kesehatan di pedalaman.
1.2
1.2.1
Reagen dan Peralatan
Reagen
Tiap reagen diberi nomor. Reagen yang dibutuhkan beserta nomornya dicantumkan dalam penjelasan masing-masing
teknik pemeriksaan. Daftar alfabetis semua reagen yang digunakan, beserta nomor, komposisi, cara pembuatan, dan
syarat-syarat penyimpanannya tercantum dalam Lampiran di bagian akhir pedoman ini. Sebagai contoh, salah satu reagen
yang diperlukan dalam pewarnaan Gram yaitu kristal violet,modifikasi Hucker (reagen no. 18). Komposisi kristal violet
dan metode pembuatannya dicantumkan dalam daftar alfabetis reagen (lihat Lampiran).
1.2.2
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk tiap teknik pemeriksaan tercantum di awal bagian bersangkutan. Daftar peralatan yang
dibutuhkan suatu laboratorium untuk seluruh jenis pemeriksaan dapat ditemukan dalam bagian 2.5.
Ketika peralatan tertentu tidakada, ahli laboratorium sebaiknya dapat menemukan alternatifnya sesuai kebutuhan;
antibiotik injeksi ("botol penisilin") dan wadah bekas obat-obatan lain
sebagai contoh, b?tol kosong yang tadinya 「セイゥウ@
dapat disimpan; rak tempat tabung reaksi dim slide dapat dibuat sendiri; kaleng-kaleng kosong dapat digunakan untuk
membuat penangas air.
2
1.3
Pedoman Teknik Dasar unluk Laboralorium Kesehalan
Tonggung Jowob Pekerjo Loborotorium
Pekerja laboratorium melakukan pemeriksaan untuk menyediakan informasi bagi dokter sehin.gga dapat digunakan dalam
penanganan pasien. Karena itu, pekerja laboratorium berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit pasien. Pada
saat bersamaan, sejalan dengan pekerjaannya, mereka memperoleh cukup banyak informasi mengenai pasien dan
penyakitnya. Pekerja laboratorium, seperti halnya dokter, wajib merahasiakan informasi mengenai hasil pemeriksaannya;
hanya dokter yang meminta pemeriksaan tersebut yang berhak menerima laporannya. Ketika pasien meminta keterangan
mengenai hasil pemeriksaan tersebut, pasien diberi tahu agar menanyakannya kepada dokter.
Di kebanyakan negara, terdapat standar perilaku moral dan profesional yang tinggi bagi para dokter serta personel
laboratorium yang kompeten. Setiap pekerja laboratorium yang bekerja dengan bahan-bahan klinis harus menjaga standar
tersebut.
1.4
Sotuon Pengukuron
Di laboratorium, Anda akan melakukan pekerjaan yang hampir selalu berhubungan dengan besaran (kuantitas) dan
satuan pengukuran, dan perbedaan kedua istilah tersebut harus dipahami.
Setiap sifat fisis yang dapat diukur disebut besaran (kuantitas). Perlu dicatat bahwa istilah "kuantitas" memiliki dua arti;
arti secara ihniah seperti yang baru saja ditegaskan, sementara dalam kehidupan sehari-hari, kuantitas berarti ''jumlah''.
Dalam aplikasi ilmiah, tinggi, panjang, kecepatan, suhu, dan arus listrik merupakan besaran, sementara standar
pengukurannya disebut satuan.
1.4.1
Besaran dan satuan dalam laboratorlum kllnis
Hampir semua pekerjaan di laboratorium melibatkan pengukuran besaran dan penggunaan satuan untuk melaporkan
hasil pengukuran tersebut. Karena kesehatan - bahkan kehidupaR - seorang pasien juga bergantung pada ketelitian Anda
dalam melakukan pengukuran dan cara melaporkan hasilnya, Anda harus sepenuhnya memahami:
besaran yang diukur;
nama besaran;
satuan yang dipakai.
1.4.2 Satuan SI dan nama besaran
Satuan-satuan pengukuran standar yang praktis telah menjadi cita-cita ilmuwan selama hampir dua abad. Sistem metrik
diperkenalkan pada tahun 1901. Sejak saat itu, sistem ini secara bertahap telah dikembangkan, dan pada tahun 1960,
diberi nama "Systeme international d'Unites" (Satuan Dasar Sistem Internasional) dan singkatan internasionalnya "SI".
Satuan pengukuran yang terdapat dalam sistem ini disehut "Satuan SI". Satuan ini telah digunakan secara luas dalam ilmu
pengetahuan, terutama kimia dan fisika, sejak tahun 1901 Uauh sebelum satuan ini disebut satuan SI), tetapi kebanyakan
dari satuan ini dikenal dalam bidang kedokteran baru setelah tahun 1960.
Seiring diperkenalkannya satuan SI, ilmuwan di bidang ' medis membuat suatu daftar sistematik untuk nama besaran.
Beberapa di antaranya sama seperti yang terdapat dalam sistem konvensional; namun, nama konvensional ini dianggap
tidak akurat, membingungkan, atau taksa (ambigu). Karena itu, beberapa nama baru dibuat sebagai pengganti nama
konvensional.
Pedoman 'ini menggunakan satuan SI dan nama besaran terkini yang sudah diakui. NaqlUn, karena, satuan clan nama
kuantitas konvensional masihdigunakan di beberapa laboratorium, satuan dan nama kuantitas tersebutjuga dimasukkan
dan diberikan penjelasan mengenai hubungan antara keduanya:
Pada bagian berikut, diterangkan secara singkat mengenai satuan SI dan nama kuantitas yang digunakan'dalam pedoman
ini.
Satuan SI yang digunakan
Semua satuan SI mengacu kepada tujuh satuan dasar SI. Hanya empat dari tujuh satuan tersebut yang digunakan dalam
pedoman ini; satuan-satuan tersebut, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam Tabel1.1.
Tiga besaran dan satuan pertama dalam tabel di atas cukup familiar untuk Anda; meskipun begitu, besaran "massa" dan
"jumlah zat" serta satuan "mol" mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut.
1, Pendahuluan
3
Massa merupakan istilah yang lebih tepat bctgi istilah awam "berat", (Pengertian teknis untuk istilah "berat", yaitu ukuran
gaya,yaitu gravitasi bumi, yang menarik sejumlahmassa, Massa, di lain pihak, tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi,
Kedua istilah di atas tercampur-baur dalam penggunaan'sehari-hari; dalam bagian selanjutnya, pengukuranmassa disebut
sebagai "penimbangan"). "Jumlah zat" dan セ。エオョケL@
mol, merupakan istilah yang penting dalam dunia ォ・、ッエイセョ@
dan
lebih banyak memengaruhi pekerjaan Anda di laboratorium dibandingkan besaran atau satuan SI lainnya. Ketika dua atau
lebih zat kimia bereaksi bersamaan, tidak dEjmikian halnya yang terjadi pada massa zat-zat itu. Sebagai contoh:
natrium bikarbonat + as am ィゥ、イッォャセ。@
セ@ natrium hidroklorida + karbon dioksida + air
Dalam reaksi ini, 1 kg (1 k.ilogram) natrium blkarbonat tidak bereaksi dengan 1 kg asam hidroklorida; dalam kenyataannya,
1 mol natrium bikarbonat bereaksi dengan 1, mol as am bidroklorida. Setiap saat zat-zat kimia berin!eraksi, demikian pula
halnya dengan "massa molekul relatif' (istilah baru yang dulu dikenal sebagai "berat molekul") zat-zat tersebut. Karena itu,
penggunaan mol, yang berdasarkan massa molekul relatif, menghasilkan ukuran jumlah yang ekuivalen antara dua atau
lebih zat berbeda (penggunaan satuan massa tidak demikian) .
Sebagian besar satuan SI disebut satuan turunan SI. Satuan turunan diperoleh dengan menggabungl