9241545305 ind

PEDOMAN TEKIIK
DASAR UNTUK
lABORATORIUM
·KESEHATAN
(Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory)

Edisi 2

Alih Bahas.a:

. Drs. Chairlan, M. Biomed
Dra. Estu Lestari, MM

Editor Edisi Bahasa Indonesia:

dr. Albertus Agung Mahode

PENERBITBUKU KEDOKTERAN

IOOIEGCI .


Kutipan Pasal 72:
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)
I. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan danlatau denda paling sedikit
Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun danlatau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (Iima miIiar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, .atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau batang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (Iima) tahun danlatau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (Iima ratus juta
rupiah).

PENTlNG DIKETAHUI

Penerbit adalah rekanan pengarang untuk menerbitkan sebuah buku. Bersama pengarang, penerbit menciptakan buku untuk
diterbitkan. Penerbit merilpunyai hak atas penerbitan buku tersebut serta distribusinya, sedangkan pengarang memegang
hak penuh 。セウ@
karangannya dan berhak mendapatkan royalti atas penjualan bukunya dari penerbit.
Percetakan adalah perusahaan yang memiliki mesin cetak dan menjual jasa pencetakan. Percetakan tidak memiliki hak apa
pun dari buku yang dicetaknya kecuali upah. Percetakan tidak bertanggungjawab atas isi buku yang dicetaknya.

Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk diterbitkan di sebuah penerbit. p・ョァセイ。@
memiliki hak
penuh atas karangannya, namun menyerahkan hak penerbitan dan distribusi bukunya kepada penerbit yang ditunjuknya
sesuai batas-batas yang ditentukan dalam perjanjian. Pengarang berhak mendapatkan royalti atas karyanya dari penerbit,
sesuai dengan ketentuan di dalam perjanjian Pengarang-Penerbit.
Pem 「セェ。ォ@
adalah pihak yang mengambil keuntungan dari kepakaran pengarang dan kebutuhan belajar masyarakat. Pembajak
tidak mempunyai hak mencetak, tidak memiliki hak menggandakan, mendistribusikan, dan menjual buku yang digandakannya karena tidak dilindungi copyright ataupun perjimjian pengarang-penerbit. Pembajak tidak peduli atasjerih payah
pengarang. Buku pembajak dapat lebih murah karena mereka tidak perJu mempersiapkan naskah mulai dari pemilihan
judul, editing sampai persiapan pracetak, tidak membayar royalti, dan tidak terikat perjanjian dengan pihak mana pun.
PEMBAJAKAN BUKU ADALAH KruMINAL!

Andajangan menggunakan buku bajakan, demi menghargaijerih payah para pengarang yang notabene adalah para guru.

EOC 1669
Diterbitkan oleh World Health Organization pada 2003
Denganjudul MANUAL OF BASlC TECHNIQUES FOR A HEALTH LABORATORY, 2ad Ed. (TRl041173)
© World Health Organization 2003
.
Direktur Jenderal World Health Organization memberikan hak terjemahan untuk edisi bahasa Indonesia

kepada Penerbit Buku Kedokteran EGC, menjadi satu-satunya pihak yang bertanggungjawab untuk edisi Indonesia.
PEDOMAN TEKNIK DASAR UNTUK LABORATORI1JM KESEHATAN, Ed. 2
Alih bahasa': Drs. Chairlan, M.Biomed & Dra Estu Lestari, MM
Editor edisi bahasa Indonesia: dr. Albertus Agung Mahode
Copy editor: Suryani
Hak cipta terjemahan Indonesia
© 2004 Penerbit Buku Kedokteran EOC
P.O. Box 4276/Jakarta 10042
Telepon: 65306283
Anggota lKAPI
Desain kulit muka: Agus Prabowo
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan 20 II
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
World Health Organization
Pedoman teknik dasar untuk laboratorium kesehatan / WHO ; al ih bahasa, Chairlan, Estu Lesfari ;
editor edisi bahasa Indonesia, Albertus Agung Mahode. - Ed. 2. - Jakarta : EOC, 2011 .
xiv, 373 hIm . ; 21 x 29,5 cm.
Judul asli : Manual of basic techniques for a health laboratory.

ISBN 978-979-044-005-0
I. Kesehatan -

Laboratorium. 1. Judul.

n. Chairlan. Ill. Estu Lestari.

IV. Mahode, Albertus Agung.
616.0756

Isi di luar langgung jawab percelakan

Daftar Isi

••••••••

Kata Pengantar
1.

Pendahuluan


1

1.1 Tujuan Pedoman

1

1.2 Reagen dan Peralatan

1

1.2.1 Reagen

1

1.2.2 Peralatan

1

1.3 Tanggung Jawab PekeIja Laboratorium


2

1.4 Satuan Pengukuran

2

1.4.1 Besaran dan satuan dalam laboratorium klinis

2

1.4.2 Satuan SI dan nama besaran

2

Bagian I
2.

xiii


7

Merancang Laboratorium Kesehatan Perifer

8

.
2.1.1 Laboratdrium satu ruang

8

2.1.2 Laboratorium dua ruang

9

2.1 Perencanaan

2.2 Kelistrikan

8

10

2.2.1 Sumber energi listrik

10

2.2.2 Merancang peralatan listrik sederhana

12

2.2.3 Apa yang harus dilakukan bila peralatan listrik tidak berfungsi

14

2.3 Instalasi Saluran Air: Ptosedur Sederhana

17

2.3.1 Alat dan bahan


17

2.3.2 Keran

18

2.3.3 Bak tampung

20

2-4 Air untuk Laboratorium

22

2-4.1 Air bersih

22

2-4.2 Air suling


23

2-4.3 Air bebas-mineral

26

2-4-4 Air "dapar

28

2.5 Peralatan

29

2.5.1Peralatan laboratorium utama

29

2.5.2 Peralatan tambahan


30

v

vi

Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan .

2.5.3 Persediaan peralatan
2.5-4 Pembuatan peralatan gelas

36
36

2.5.5 Wadah spesimen

40

2.5.6 Penyimpanan, inventarisasi, dan pemesanan stok laboratorium

42

2.6 Registrasi Spesimen dan Pembuatan Laporan Bulanan

44

2.6.1 Registrasi spesimen

44

2.6.2 Pembuatan laporan bulanan

45

3. Prosedur Laboratorium Umum
3.1 Penggunaan Mikroskop

50
50

3.1.1 Komponen mikroskop

50

3.1.2 Memasang mikroskop

55

3.1.3 Pemfokusan objektif

59

3.1.4 Penggunaan mikrometer okuler

60

3.1.5 Mikroskopi lapangan gelap

61

3.1.6 Perawatan rutin

61

3.2 Penimbangan: Penggunaan Neraca Laboratorium

64

3.2.1 Sensitivitas neraca

64

3.2.2 Neraca dua-piringan terbuka

64

3.2.3 Neraca analitis

65
66

.3.2-4 Neraca apotek
3.3 Sentrifugasi
3.3.1 Prinsip
3.3.2 Jenis-jenis centrifuge
3.3.3 Petunjuk pemakaian
3-4 Pengukuran dan Penyaluran Cairan

67
67
67
68
70

3-4.1 Pipet

71

3.4.2 Labu volumetrik

73

3.4.3 Buret

75

3-4-4 Gelas kerucut berskala

75
75

3.5 Cara Membersihkan, Disinfeksi, dan Sterilisasi
3.5.1 Membersihkan peralatan gelas, spuit, danjarum suntik yang dapat dipakai ulang
3.5.3 Membersihkan dan memelihara peralatan laboratorium lain

75
79
81

3.5.4 Disinfektan

81

3.5.5 Sterilisasi

82
88

3.5.2 Membersihkan wadah spesimen yang tidak sekali pakai

3.6 Pembuangan LimbahLaboratorium
3.6.1 Pembuangan spesimen dan peralatan terkontaminasi

88

3.6.2 Insinerasiperalatan sekali pakai

88
88

.3.6.3 Mengubur peralatan sekali pakai
3.7.1 Pengemasan spesimen untuk diltirim

89
89

3.7.2 Fiksasi clan pengiriman spesim.en biopsi untuk pemeriksaan histopatologis

90

3.7 Pengiriman Spesimen ke Laboratorium Rujukan

3.8. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium
3.8.1 Kewaspadaan untuk mencegah kecelakaan

94

95

Doftor 151

v-II

3.8.2 Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) laboratorium

96

3.9 Jaminan Mutu Laboratorium

98

3.9.1 Pengambilan spesimen

99

BllgianlI

100

4. Parasitologi

101

4.1 Pendahuluan

101

4.2 Pemeriksaan Spesimen Feses untuk Parasit

103

4.2.1 Pengambilan spesimen

103

4.2.2 Pemeriksaan visual

104

4.2.3 Pemeriksaan mikroskopik

105

4.2-4 . Pengiriman spesimen feses untuk pendeteksian parasit

105

4.3 Protozoa Usus

107

4.3.1 Identifikasi bentuk motil (trofozoit)

107

4.3.2 Identifikasi Kista

114
122

4-4 Helminthes.Usus
4-4.1 Identifikasi telur

122

4-4.2 Identifikasi helminthes dewasa

145

4.5 Teknik Konsentrasi Parasit

150

4.5.1 Teknik flotasi menggunakan larutan natrium klorida (Willis)
4.5.2 Tekniksedimentasi formaldehid-eter (AlIen & Ridley)

150
15 2

4.5.3 Teknik sedimentasi formaldehid-detergen

153

4.5-4 Teknik sedimentasi larva Strongyloides Stercoralis (Harada-Mori)

154

4.6 Uji Kimiawi Darah Samar (Occult Blood) dalam Feses

156

4.6.1 Prinsip

156

4.6.2 Alat dan bahan

156
156

. 4.6.3 Metode
4.6.4 Hasil

157

4.7 Parasit Darah dan Kulit

157

4·7·1, Filaria
4.7.2 Plasmodium spp.

157
169

4.7.3 Trypanosoma spp.

179
189

4.7.4 Leishmania spp.
5. Bakteriologi

192

5.1 Pendahuluan

192

5.2 Pembuatan dan Fiksasi Preparat

192

5.2.1 Prinsip

192

5.2.2 Alat dan bahan

192

5.2.3 Pembuatan preparat

193

5.2-4 Fiksasi apusan

193

5.3 Teknik Pewamaan
5.3.1 Pewamaangram

194


5.3.2 Pewamaan Albert (untuk pendeteksian Corynebacterium diphtheriae)

194
196

vIII

Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan

5.3.3 Pewarnaan Ziehl-Neelsen (untukpendeteksian basil tahan asam)

197

5.3-4 Pewarnaan Ways on (untuk pendeteksian Yersinia pestis)

198.

5.3.5 Pewarnaan biru metilen Loeffler(untukpendeteksian Bacillus anthracis)

199

5-4 Pemeriksaan Spesimen Sputum dan Swab Tenggorokan

200

5-4.1 Alat dan bahan

200

5-4.2 Metode

200

5.4.3 Pemeriksaan mikroskopik

201

5-4-4 Pengiriman spesimen untuk kultur

201

5.5 Pemeriksaan Spesimen Urogenital untuk Diagnosis Gonore

202

5.5.1 Alat dan bahan

202

5.5.2 Metode

202

5.5.3 Pemeriksaan mikroskopik

203

5.5-4 Pengiriman spesimen untuk kultur

204

5.6 Pemeriksaan Spesimen Genital untuk Diagnosis Sifilis

204

5.6.1 Alat dan bahan

205

5.6.2 Metode

205

5.6.3 Pemeriksaan mikroskopik

206

5.7 Pemeriksaan Spesimen Semen

206

5.7.1 Alat dan bahan

206

5.7.2 Metode

207

5.7.3 Pemeriksaan makroskopik

207

5.'1-4 Pemeriksaan mikroskopik

207

5.8 Pemeriksaan Sekret Vagina
5.8.1 Alat dan ba.han

210

5.8.2 Metode

210 .

5.8.3 Pemeriksaan mikroskopik

210

5.9 Pemeriksaan sーセゥュ・ョ@

Feses Encer

210 '

5.9.1 Alat dan bahan

211

5.9.2 Metode

211

5.9.3 Pemeriksaan mikroskopik

211

5.9-4 Pengiriman spesimen untuk kultur

211

5.10 Pemeriksaan Aspirat, Eksudat, dan Efusi

5.11

210

212

5.10.1 Alat dan bahan

21!3

5.10 .2 Metode

213

5.10.3 Pemeriksaan mikroskopik

213

Pemeriksaan Pus untuk Identifikasi Bacillus anthracis

214

5.11.1 Alat dan bahan

214

Metode

214

5 . 11.2

5.11.3 Pemeriksaan mikroskopik
5.12 Pemeriksaan Kerokan Kulit dan Hidung untuk Identifikasi Mycobacterium leprae

214
214

5.12.1 Alat dan bahan

21 5

5.12.2 Metode

215

5.12.3 Pemeriksaan mikroskopik

218

Daftar Isi

Ix

6. Mikologi

6.1 Pemeriksaan Jamur pada Kulit dan Rambut

220

220

6.1.1 Alat dan bahan

220

6.1.2 Metode

220

6.2 Pemeriksaan Pus untuk Diagnosis Misetoma

221

6.2.1 Alat dan bahan

222

6.2.2 Metode

222

6.3 Pemeriksaan Spesimen Kulit untuk Diagnosis Pitiriasis Versikolor

223

6.3.1 Alat dan bahan

223 ·

6.3.2 Metode

223

Bagian III

225

7. PemeriksaanUrine

7.1 Pengambilan Spesimen Urine

226

226

7.1.1 Jenis-jenis spesimen urine

226

7.1.2 Pengawet spesimen urine

227

7.2 Pemeriksaan Spesimen Urine

227

7.2.1 Pemeriksaan makroskopik

227

7.2.2 Pendeteksian darah dalam urine

227

7.2.3 Pengukuran pH

227

7.2-4 Pendeteksian glukosa

229

7.2.5 Deteksi dan estim'asi protein

230

7.2.6 Pendeteksian benda-benda keton

231

7.2.7 Pendeteksian unsur-unsur abnormal

233

7.2.8 Pendeteksian infeksi Schistosoma haematobium

240

7.2.9 Pendeteksian bakteri

243

8. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal (CSF)

247

8.1 Indikasi Umum Pemer-iksaan CSF

247

8.2 Pengambilan Spesimen CSF

247

8.3 Pemeriksaan Spesimen CSF

247

. 8.3.1 Hal-hal y.ang harus diperhatikan

247

8.3.2 Pemeriksaan makroskopik

248

8.3.3 Pemeriksaan mikroskopik

250 .

8.3-4 Penentuan kadar glukosa

254

8.3.5 Penentuan kadar protein

255

8.3.6 Rangkuman

256

8-4 Pengiriman Spesimen CSF untuk Kultur

256

8-4.1 Alat dan bahan

256

8.4.2 Metode pengiriman dengan medium transpor Stuart
(untuk pengisolasian Neisseria meningitidis)

257

x

Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan

9. Hematologi
9.1 Jenis-Jeriis Sel Darah

258
258

9.1.1 Eritrosit

258

9.1.2 Leukosit

258

9.1.3 Trombosit

258

9.2 Pengambilan Sampel Darah

260

9.2.1 Prinsip

260

9.2.2 Alat dan bahan

260

9.2.3 Metode

260

9.3 Estimasi Kadar Hemoglobin

263

9.3.1 Metode fotometrik hemiglobinsianida

264

9.3.2 Metode hematin D alkali

268

9-4 Estimasi Fraksi Volume Eritrosit

271

9-4.1 Metode skala-mikro

272

9-4.2 Metode skala-makro

277

9.5 Estimasi Konsentrasi Jumlah Eritrosit

277

9.6 Estimasi Konsentrasi Jumlah Leukosit

278

9.6.1 Prinsip

279

9.6.2 Alat dan bahan

279

9.6.3 Metode

279

9.6-4. HasH

281

9.7 Pengukuran Laju Endap Darah

282

9.7.1 Prinsip

282

9.7.2 Alat dan bahan

282

9.7.3 Metode

282

9.7.4 HasH

283

9.8 Pengukuran Masa Perdarahan: Metode Duke

284

9.8.1 Prinsip

284

9.8.2 Alat dan bahan

284

9.8.3 Metode

28 5

9.8.4 HasH

285

9.9 Pemeriksaan Retraksi Bekuan dan Pengukuran Masa Lisis Bekuan

286

9.9.1 Prinsip

286

9.9.2 Peralatan

286

9.9.3 Metode

286

9.9-4 HasH

287

9.10 Pembuatan dan Pemulasan Apusan-Darah Tipis

287

9.10.1 Prinsip

287

9.10.2 Alat dan bahan

289

9.10.3 Metode

290

9.10-4 Pemeriksaan mikroskopik

294

9.11 Uji Sel-Sabit

303

9.11.1 Prinsip

304

9.11.2 Alat dan bahan

304

, xl

Daftar Isi

9.11.3 Metode

304

9.11.4 Pemeriksaan mikroskopik

304

9.12 Estimasi Fraksi CKonsentrasi) Jumlah Retikulosit

305

'9.12.1 Prinsip

306

9.12.2 Alat dan bahan

306

9.12.3 Metode

306

9.12-4 Pemeriksaan mikroskopik

306

9.13 Estimasi Fraksi Jumlah Jenis Leukosit

308

9.13.1 Prinsip

308

9.13.2 Peralatan

308

9.13.3 Pemeriksaan mikroskopik

308

9.14 Estimasi Konsentrasi Jumlah Trombosit CHitung Trombosit)

310

9.14.1 Peralatan

310

9.14.2 Pemeriksaan mikroskopik

310

1O.Kimia Darah
10.1 Estimasi Kadar Glukosa Darah: Metode O-Toluidin

311
311

10.1.1 Prinsip

3 11

10.1.2 Alat dan bahan

311

10.1.3 Metode

3 11

10.1.4 Hasil

313

10.2 Estimasi Kadar Urea Darah: Metode Diasetil Monoksim/Tiosemikarbazid

314

10.2.1 Prinsip

3 14

10.2.2 Alat dan bahan

314

10.2.3 Metode

31 5

10.2-4 Hasil

315

11.Teknik Imunologis dan Serologis
11.1 Pengantar Imunologi
11.1.1 Antibodi

3 17
317

11.1.2 Antigen

3 17
3 18

11.1.3 Interaksi antigen-antibodi

318

11.2 Prinsip Tekniklmunokimiawi
11.2.1 Uji pengikatan primer
11.2.2 Uji pengikatan sekunder
11.3 Pemeriksaan Faktor Reumatoid dengan Teknik Aglutinasi-Lateks

319
319
321
324

11.3.1 Alat dan bahan

324

11.3.2 Metode

324

11.4 Pemeriksaan Antibodi Anti-Steptolisin 0

32 5

11.4.1 Ujianti-streptolisin 0

3 2 5,

11.4.2 Aglutinasi lateks

326

11.5 Pemeriksaanj3-Human Chorionic Gonadotropin CB-heG)

dalam Urine.dengan Teknik Inhibisi Aglutinasi

32 7

11.5.1 Alat dan bahan

32 7

11.5':2 Metode

327

xII

Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan

11.6 Pemeriksaan-Kuantitatif 19A, IgG,dan IgM dengan Metode Imunodifusi Radial
11.6.1 Alat dan bahan

32 7
32 7

11.6.2 Metode

328

1.7 Pemeriksaan Antibodi HIV

328

11.7.1 ELISA

328

11.7.2 Uji carik-celup

32 9

11.8 Uji-Diagnostik Hepatitis Viral

330

11.8.1 ELISA untuk pendeteksian antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg)

331

11.8.2 Uji carik"celup untuk pendeteksian antigen permukaan: virus hepatitis B

331

11.9 Uji Carik-celup untuk Diagnosis Malaria Falsiparum

33 2

11.9.1 Alat dan bahan

332

11.9.2 Metode

333

11.10 Uji Sifilis
11.10.1 Uji RPR

334
335

11.10.2 Uji TPHA

336

Lampiran Reagen dan Cara Pembuatannya

338

Indeks

354

KAlA PENGANlAR

••••••••
Bukuini mernpakan edisi revisi Manual of basic techniquesfor a health laboratory (WHO, 1980). Revisi utama dilakukan
oleh Dr K. Engbaek, Dr C.C. Heuek, dan Mr AH. Moody. Revisi ini dianggap perlu seiring perkembangan berbagai prosedur
dan teknologi barn sejak edisi terdahulu, yang sudah terbukti bennanfaat bagi laboratorium berskala keeil di negara
berkembang. Berbagai prosedur pemeriksaan tereakup dalam bagian-bagian yang relevan di · dalam pedoman ini dan
beberapa prosedur yang dianggap usang sudah dig anti dengan teknik yang lebih mutakhir.
Tujmin awal pedoman ini tidak berubah. Pedoman ini terutama dimaksudkan untuk digunakan oleh personellaboratorium
di negara berkembang selama pelatihan dan, selanjutnya, dalam melakukan pekerjaan. Dalam pemilihan teknik, aspek
yang terutama harns diperhatikan yaitu keterjangkauan biaya, reliabilitas dan kepraktisan metode, serta ketersediaan
sumber daya di laboratorium berskala keeil.
WHO menyampaikan terinia kasih kepada semua pihak yang telah membantu revisi pedoman ini.

xiii

I

xlv

1. Pendahuluan

••••••••

1.1

Tujuan Pedoman

Pedoman ini terutama dimaksudkan untuk digunakan di laboratorium kesehatan di negara-negara berkembang. Pedoman
ini dirancang khusus untuk digunakan di laboratorium perifer (yi., laboratorium berskala kecil atau menengah yang
berdekatan dengan rumah sakit regional), klinik, dan pusat-pusat pelayanan kesehatan di pedalaman tempat ahli
laboratorium sering kali harus bekerja sendirian. Bahasa yang digunakan dalam pedoman ini dibuat sesederhana mungkin;
namun, istilah teknis umum digunakan pula ketika diperlukan.
Pedoman ini menguraikan prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mikroskop atau peralatan sederhana .
lainnya. Prosedur-prosedur tersebut meliputi:
pemeriksaan feses untuk telur cacing (helminthes);
pemeriksaan darah untuk parasit malaria;
pemeriksaan sputum untuk basil tuberkulosis;
pemeriksan urine untuk pigmenempedu;
pemeriksaan darah untuk menentukan hitung jenis leukosit;
pemeriksaan darah untuk menentukan konsentrasi glukosa.
Tujuan pedoman ini yaitu memberikan petunjuk mengenai sejumlah teknik pemeriksaan laboratorium dasaryang berguna
bagi laboratorium perifer dan dapat dikerjaka.n dengan peralatan yang sederhana.
Sebagian prosedur di atas mungkin tidak 、。セエ@
dilakukan di beberapa laboratorium. Sebagai contoh, pemeriksaan kimia
darah dan serologis mungkin tidak dapat dikerjakan di laboratorium pada pusat pelayanan kesehatan di pedalaman.

1.2
1.2.1

Reagen dan Peralatan
Reagen

Tiap reagen diberi nomor. Reagen yang dibutuhkan beserta nomornya dicantumkan dalam penjelasan masing-masing
teknik pemeriksaan. Daftar alfabetis semua reagen yang digunakan, beserta nomor, komposisi, cara pembuatan, dan
syarat-syarat penyimpanannya tercantum dalam Lampiran di bagian akhir pedoman ini. Sebagai contoh, salah satu reagen
yang diperlukan dalam pewarnaan Gram yaitu kristal violet,modifikasi Hucker (reagen no. 18). Komposisi kristal violet
dan metode pembuatannya dicantumkan dalam daftar alfabetis reagen (lihat Lampiran).

1.2.2

Peralatan

Peralatan yang diperlukan untuk tiap teknik pemeriksaan tercantum di awal bagian bersangkutan. Daftar peralatan yang
dibutuhkan suatu laboratorium untuk seluruh jenis pemeriksaan dapat ditemukan dalam bagian 2.5.
Ketika peralatan tertentu tidakada, ahli laboratorium sebaiknya dapat menemukan alternatifnya sesuai kebutuhan;
antibiotik injeksi ("botol penisilin") dan wadah bekas obat-obatan lain
sebagai contoh, b?tol kosong yang tadinya 「セイゥウ@
dapat disimpan; rak tempat tabung reaksi dim slide dapat dibuat sendiri; kaleng-kaleng kosong dapat digunakan untuk
membuat penangas air.

2

1.3

Pedoman Teknik Dasar unluk Laboralorium Kesehalan

Tonggung Jowob Pekerjo Loborotorium

Pekerja laboratorium melakukan pemeriksaan untuk menyediakan informasi bagi dokter sehin.gga dapat digunakan dalam
penanganan pasien. Karena itu, pekerja laboratorium berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit pasien. Pada
saat bersamaan, sejalan dengan pekerjaannya, mereka memperoleh cukup banyak informasi mengenai pasien dan
penyakitnya. Pekerja laboratorium, seperti halnya dokter, wajib merahasiakan informasi mengenai hasil pemeriksaannya;
hanya dokter yang meminta pemeriksaan tersebut yang berhak menerima laporannya. Ketika pasien meminta keterangan
mengenai hasil pemeriksaan tersebut, pasien diberi tahu agar menanyakannya kepada dokter.
Di kebanyakan negara, terdapat standar perilaku moral dan profesional yang tinggi bagi para dokter serta personel
laboratorium yang kompeten. Setiap pekerja laboratorium yang bekerja dengan bahan-bahan klinis harus menjaga standar
tersebut.

1.4

Sotuon Pengukuron

Di laboratorium, Anda akan melakukan pekerjaan yang hampir selalu berhubungan dengan besaran (kuantitas) dan
satuan pengukuran, dan perbedaan kedua istilah tersebut harus dipahami.
Setiap sifat fisis yang dapat diukur disebut besaran (kuantitas). Perlu dicatat bahwa istilah "kuantitas" memiliki dua arti;
arti secara ihniah seperti yang baru saja ditegaskan, sementara dalam kehidupan sehari-hari, kuantitas berarti ''jumlah''.
Dalam aplikasi ilmiah, tinggi, panjang, kecepatan, suhu, dan arus listrik merupakan besaran, sementara standar
pengukurannya disebut satuan.

1.4.1

Besaran dan satuan dalam laboratorlum kllnis

Hampir semua pekerjaan di laboratorium melibatkan pengukuran besaran dan penggunaan satuan untuk melaporkan
hasil pengukuran tersebut. Karena kesehatan - bahkan kehidupaR - seorang pasien juga bergantung pada ketelitian Anda
dalam melakukan pengukuran dan cara melaporkan hasilnya, Anda harus sepenuhnya memahami:
besaran yang diukur;
nama besaran;
satuan yang dipakai.

1.4.2 Satuan SI dan nama besaran
Satuan-satuan pengukuran standar yang praktis telah menjadi cita-cita ilmuwan selama hampir dua abad. Sistem metrik
diperkenalkan pada tahun 1901. Sejak saat itu, sistem ini secara bertahap telah dikembangkan, dan pada tahun 1960,
diberi nama "Systeme international d'Unites" (Satuan Dasar Sistem Internasional) dan singkatan internasionalnya "SI".
Satuan pengukuran yang terdapat dalam sistem ini disehut "Satuan SI". Satuan ini telah digunakan secara luas dalam ilmu
pengetahuan, terutama kimia dan fisika, sejak tahun 1901 Uauh sebelum satuan ini disebut satuan SI), tetapi kebanyakan
dari satuan ini dikenal dalam bidang kedokteran baru setelah tahun 1960.
Seiring diperkenalkannya satuan SI, ilmuwan di bidang ' medis membuat suatu daftar sistematik untuk nama besaran.
Beberapa di antaranya sama seperti yang terdapat dalam sistem konvensional; namun, nama konvensional ini dianggap
tidak akurat, membingungkan, atau taksa (ambigu). Karena itu, beberapa nama baru dibuat sebagai pengganti nama
konvensional.
Pedoman 'ini menggunakan satuan SI dan nama besaran terkini yang sudah diakui. NaqlUn, karena, satuan clan nama
kuantitas konvensional masihdigunakan di beberapa laboratorium, satuan dan nama kuantitas tersebutjuga dimasukkan
dan diberikan penjelasan mengenai hubungan antara keduanya:
Pada bagian berikut, diterangkan secara singkat mengenai satuan SI dan nama kuantitas yang digunakan'dalam pedoman
ini.

Satuan SI yang digunakan
Semua satuan SI mengacu kepada tujuh satuan dasar SI. Hanya empat dari tujuh satuan tersebut yang digunakan dalam
pedoman ini; satuan-satuan tersebut, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam Tabel1.1.
Tiga besaran dan satuan pertama dalam tabel di atas cukup familiar untuk Anda; meskipun begitu, besaran "massa" dan
"jumlah zat" serta satuan "mol" mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut.

1, Pendahuluan

3

Massa merupakan istilah yang lebih tepat bctgi istilah awam "berat", (Pengertian teknis untuk istilah "berat", yaitu ukuran
gaya,yaitu gravitasi bumi, yang menarik sejumlahmassa, Massa, di lain pihak, tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi,
Kedua istilah di atas tercampur-baur dalam penggunaan'sehari-hari; dalam bagian selanjutnya, pengukuranmassa disebut
sebagai "penimbangan"). "Jumlah zat" dan セ。エオョケL@
mol, merupakan istilah yang penting dalam dunia ォ・、ッエイセョ@
dan
lebih banyak memengaruhi pekerjaan Anda di laboratorium dibandingkan besaran atau satuan SI lainnya. Ketika dua atau
lebih zat kimia bereaksi bersamaan, tidak dEjmikian halnya yang terjadi pada massa zat-zat itu. Sebagai contoh:
natrium bikarbonat + as am ィゥ、イッォャセ。@
セ@ natrium hidroklorida + karbon dioksida + air
Dalam reaksi ini, 1 kg (1 k.ilogram) natrium blkarbonat tidak bereaksi dengan 1 kg asam hidroklorida; dalam kenyataannya,
1 mol natrium bikarbonat bereaksi dengan 1, mol as am bidroklorida. Setiap saat zat-zat kimia berin!eraksi, demikian pula
halnya dengan "massa molekul relatif' (istilah baru yang dulu dikenal sebagai "berat molekul") zat-zat tersebut. Karena itu,
penggunaan mol, yang berdasarkan massa molekul relatif, menghasilkan ukuran jumlah yang ekuivalen antara dua atau
lebih zat berbeda (penggunaan satuan massa tidak demikian) .
Sebagian besar satuan SI disebut satuan turunan SI. Satuan turunan diperoleh dengan menggabungl