Studi Pemanfaatan Pohon Kaliandra Sebagai Sumber Energi Primer

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini energi listrik sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat
modern. Kebutuhan energi listrik semakin meningkat seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan peradaban sebuah bangsa. Kebutuhan daya yang
semakin besar ini harus diimbangi dengan pembangunan pembangkit-pembangkit
baru. Sebagian besar bahan bakar untuk pembangkit kita adalah bahan bakar fosil
seperti bahan bakar minyak, batu bara dan gas. Bahan bakar fosil adalah bahan bakar
yang tidak dapat diperbaharui. Berbanding terbalik dengan kebutuhan terhadap
energi listrik yang semakin besar, cadangan energi dari bahan bakar fosil malah
semakin sedikit dan akan segera habis.
Pemenuhan kebutuhan terhadap energi masih sangat tergantung pada bahan
bakar fosil. Sementara itu, cadangan energi fosil kita semakin menurun. Di sisi lain,
rasio elektrifikasi Indonesia masih berada di angka 80,4% (PLN, 2013). Rasio
elektrifikasi terendah berada di daerah Nusa Tenggara Timur (54,77%) dan Papua
(36,41%).
Rasio elektrifikasi yang rendah sebagian besar terjadi di daerah pelosok dan
juga pulau-pulau kecil. Infrastruktur yang belum memadai dan juga biaya yang
mahal untuk membangun saluran transmisi ke daerah-daerah terpencil dan juga

pulau-pulau kecil menjadi kendala utama.

1

Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah pelosok dan terpencil adalah
dengan pembangunan dan pengembangan pembangkit-pembangkit baru di daerah
pelosok dan pulau terpencil. Pembangunan pembangkit-pembangkit di daerah kecil
dilakukan dalam kapasitas yang kecil sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut.
Selain itu, harus diusahakan juga bahan bakar yang mudah didapatkan di daerah
tersebut untuk keberlangsungan pembangkitan energi listrik.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi krisis listrik adalah dengan
memanfaatkan Sumber Energi terbarukan (Renewable energy resources). Di
Indonesia, ada banyak sekali sumber daya energi yang bisa dimanfaatkan. Salah
satunya adalah biomassa. Salah satu alternatif bahan bakar untuk pembangkit di
daerah pelosok dan pulau-pulau terpencil adalah dari pohon Kaliandra.
Kaliandra Merah (calothirsus) merupakan tanaman perintis yang sangat
mudah tumbuh di segala tempat kecuali di rawa. Kaliandra tahan pada tanah yang
terbatas airnya, kering dan tandus, karena perakarannya yang dalam, Kaliandra
mampu mengikat air sehingga dapat dipakai untuk merehabilitasi kandungan air
tanah. Saat tanaman sudah setinggi 1 meter, akan bisa bertahan dan tumbuh subur

meskipun saat musim kering (kemarau).
Kaliandra akan berbunga dan tumbuh subur pada kondisi cuaca yang ekstrim
(panas >33 derajat celcius) dan daerah yang tandus, akan tetapi perkembangan
generatif terganggu, bunga rontok sebelum jadi buah dan biji, sehingga untuk
perbanbanyakannya dengan vegetatif (cangkok, stek, dll). Pada setiap pagi, bila kita
amati, di pangkal benang sari terdapat titik-titik air berwarna kekuningan, dan bila
dijilat berasa manis. Itulah nektar yang disukai lebah, sehingga kaliandra menjadi

2

tanaman primadona bagi pelebah. Sebuah survey di Eropa, dengan 1 ha luasan tanah
untuk budidaya kaliandara dalam satu tahun mampu menghasilkan 2 ton madu.
Di Jawa Barat, kaliandra telah dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak
kambing dan domba. Di Bedugul, Bali, kaliandra dipakai sebagai pakan sapi. Di
berbagai penelitian, telah mempublikasikan kaliandra sebagai tanaman yang sangat
mudah beradaptasi dan sebagai tanaman yang mampu merehbilitasi tanah yang
tercemar. Di Kalimantan, kaliandra dipakai untuk merehabilitasi tanah bekas
tambang batu baru. Kaliandra mampu mengikat unsur-unsur tertentu (hara) sehingga
mampu memulihkan kesuburan tanah, dan juga mampu menguraikan zat pencemar
seperti sisa hasil tambang.

Kaliandra merah dapat diolah menjadi wood pellet sehingga memiliki nilai
kalori yang tinggi. Di negara-negara Eropa sendiri, penggunaan wood pellet sendiri
sudah sangat banyak sebagai bahan bakar pemanas rumah tangga dan juga sebagai
bahan bakar pembangki. Di Indonesia, ada beberapa perusahaan yang bergerak
dalam pengolahan wood pellet. Wood pellet sebagian besar diekspor ke luar negeri
terutama ke Korea Selatan dan Kanada. Wood pellet ini memiliki keunggulan karena
sisa pembakarannya yang rendah sekali polutannya.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari tugas akhir
ini adalah sebagai berikut:

3

1. Mekanisme pengolahan Kaliandra sampai menghasilan daya listrik.
2. Besar kalori yang dihasilkan pelet kayu (wood pellet) Kaliandra.
3. Berapa besar daya listrik (Kwh) yang dihasilkan oleh dengan menggunakan pohon
Kaliandra untuk setiap kilo.
4. Potensi pemanfaatan pelet kayu (wood pellet) Kaliandra sebagai bahan bakar energi
primer.


1.3. Tujuan Penulisan Tugas Akhir
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Sebagai salah satu bahan bakar alternatif PLTU .
2.

Untuk mempelajari cara kerja dan mekanisme pengolahan hingga
menghasilkan energi listrik pelet Kaliandra Merah.

1.4. Batasan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini :
1. Hanya akan membahas tentang perhitungan besar daya listrik yang mampu
dihasilkan oleh Kaliandra untuk setiap satuan berat pelet Kaliandra.
2. Menampilkan perhitungan biaya listrik/kwh pada PLTU berbahan bakar pelet
Kaliandra Merah.
3. Tidak menyertakan rancangan instalasi mesin dan listrik dari pembangkit.

4

1.5. Manfaat

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang cara pengolahan pelet kayu Kaliandra hingga
menghasilkan daya listrik.
2. Memberikan informasi tentang besar daya listrik yang dapat dihasilkan dari
pelet kayu Pohon Kaliandra Merah.
3. Memberikan informasi tentang biaya listrik/kwh pada PLTU menggunakan
pelet Pohon Kaliandra Merah.

5