Penggunaan Emoticon Pada Aplikasi Chatting BBM Siswa-Siswi SMA Taman Siswa

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Perspektif/Paradigma Kajian
Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori

sebagai dasar dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Sandjaya
(2007:5) “Paradigma adalah pandangan dalam kepercayaan yang telah
diterima dan disepakati bersama oleh masyarakat ilmuan berkaitan dengan
suatu keilmuan”.
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan,
dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
(Sukmandinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan mengiterpretasikan sesuatu, misalkan
kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang
sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang

kecendrungan yang tengah berlangsung.
Menurut pandangan Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa
penelitian deskriftip adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih
lanjut menjelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang

diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaiana yang
terdapat pada penelitian eksperimen.
Pada umumnya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek
yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini metode
penelitian deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua alasan.
Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan
penelitian dilakukan dalam betuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif
sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan
dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
Di samping kedua alasan tersebut di atas, peneliti deskriptif pada
umumnya menarik bagi peneliti, karena betuknya sangat sederhana dengan
mudah dipahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks.
Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataanya. Karena penelitian ini

sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks,
misalnya dalam penelitian penggabaran secara faktual perkembangan
sekolah, kelompok anak, maupum perkembangan individual.
Penelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penelitian
deskriptif kualitatif yang mengarah pada pendekatan humanistik, yang
menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam peristiwa sosial dan
budaya. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan
tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala
sosial yang di alami.

Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian
deskriptif kualitatif, seperti fenomenologi, interaksionalisme simbolik, dan
Etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki
perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang
mempertemukan mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat
manusia sebagai subjek yang mempunyai kebebasan menetukan pilihan
atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri masing-masing
pelaku.
Bertolak dari proposisi di atas, secara ontologis, penelitian
kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku

manusia tidak cukup dengan mereka hal-hal yang tampak secara nyata,
melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas
konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak dapat dilepaskan atau
dipisahkan begitu saja dari setiap konteks

yang melatarbelakanginya.

Berikut aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif dalam
paradigmanya.
Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau
pengalaman fenomenologikal serta suatu studi kesadaran dari perspektif
pokok dari seseorang. Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang
menekankan pada fokus pengalaman-pengalaman subjekktif manusia dan
interpretasi-interpretasi dunia. Para pakar fenomenologi berasumsi bahwa
kesadaran bukanlah dibentuk karena kebetulan.

Penelitian kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat
keteraturan. Keteraturan itu berbentuk secara natural. Karena itu tugas
peneliti adalah menentukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau
membuat sendiri batasan – batsannya berdasarkan teori yang ada.

Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu
kegiatan

sistematis untuk menemukan teori dari kancah-bukan untuk

menguji teori atau hipotesis. Karenannya, secara Epistemologis, paradigma
kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi
tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan
verifikasi.
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan merupakan penelitian
yang mengungkapkan wawancara secara terbuka untuk menelaah dan
pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang.
Penelitian ini menafsirkan dan melihat serta menggambarkan fenomena
yang terjadi disekitar lingkungan sosial dalam individu.
2.2

Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis

referensi seperti buku, jurnal paper, artikel, tesis, skripsi, hand outs,

laboratory manual, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip didalam
penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka
harus dirujuk didalam skripsi.
Dengan adannya kajian teori, peneliti akan memiliki landasan
dalam menentukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang

dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : Komunikasi, Komunikasi
Antar Pribadi, Self Disclosure, Interaksi Sosial, Remaja, New Media,
Media Sosial dan Presentasi Diri dan Media Sosial dan Perubahab Budaya
2.2.1 Komunikasi
2.2.1.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan
bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. “Sama” disini
maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam
komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si
penerima maupun si pengirim sepaham mengenai suatu pesan tertentu
(Effendy, 2002: 9). Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada
definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi
harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan fenomena yang

didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu
sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media
elektronik”, atau lebih luas lagi, misalnya “Komunikasi adalah interaksi
antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan
yang disampaikannya.”
Secara terminologis, bahwa komunikasi berati proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian
tersebut, jelas bahwa proses komunikasi melibatkan sejumlah orang,
dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi yang

terlibat dalam komunikasi tersebut adalah manusia, karena komunikasi
disini adalah komunikasi manusia. Komunikasi manusia sebagai bentuk
singkat dari komunikasi antar manusia dinamakan komunikasi sosial atau
komunikasi

kemasyarakatan

kerena

hanya


pada

manusia

yang

bermasyarakat terjadinnya komunikasi.
Komunikasi secara paradigmatis, bahwa komunikasi mengandung
tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, tertulis, tatap muka, atau
melalui media. Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat
intensional, mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan perencanaan.
Sejauh mana kadar perencanaan itu tergantung kepada pesan yang akan
dikomunikasikan.
Pengertian

komunikasi

secara


paradigmatis

yaitu

proses

penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu sesuatu mengubah sikap, pendapat ataupun perilaku, baik
secara lisan maupun tidak langsung dengan menggunakan media.
Defenisi komunikasi sangat banyak dibuat oleh para ahli,
diantarannya menurut Shanon dan Weaver komunikasi mencakup semua
prosedur, melalui mana pikiran seseorang dapat dipengaruhi orang lain.
(Fisher, 1986:10). Sedangkan menurut Hovland (dalam Efendi, 1995:10),
ilmu komunikasi adalah upaya yang sisematis untuk merumuskan secara
tegas azaz-azaz penyampaian informasi serta pembentukan atau perubahan
pendapat dan sikap.

Setiap manusia memiliki kemampuan berinteraksi, kemampuan
berinteraksi tersebut diwujudkan dalam komunikasi. Komunikasi adalah
sarana yang dibutuhkan manusia akan adanya hubungan sosial didalam

lingkungannya. Menurut Efendi (1995:3) secara umum pengertian
komunikasi dapat dilihat secara etismologis, bahwa komunikasi berasal
dari bahasa latin communicatio, yang asal katannya communis, artinnya
“sama”, atas sama makna, jadi komunikasi dapat berlangsung apabila
terdapat adannya orang-orang yang terlibat didalamnya memiliki sama
makna akan suatu hal.
Sederhananya, apabila seseorang mengerti akan sesuatu yang
dinyatakan orang lain kepadannya, maka

komunikasi berlangsung.

Dengan kata lain, hubungan mereka tersebut memiliki sifat komunikatif.
Sebaliknya, jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung, maka
hubungan antar orang tersebut tidak bersifat komunikatif walaupun adanya
komunikasi.
2.2.1.2 Prinsip – Prinsip Komunikasi
Menurut Devito (2011), ada delapan prinsip komunikasi yaitu :
1. Komunikasi adalah paket isyarat
Perilaku komunikasi, verbal, non verbal atau campuran dari
keduanya, biasanya terjadi dalam waktu bersamaan. Biasanya, verbal dan

non verbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari sistem
pesan biasanya bekerja bersam-sama untuk mengkomunikasikan makna

tertentu. Seluruh tubuh baik verbal dan non verbal, bekerja bersama –
sama untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita
2. Komunikasi adalah proses penyesuaian
Komunikasi hanya dapat terjadi apabila komunikator dan
komunikan menggunakan sistem isyarat yang sama. Kita tidak akan
bisaberkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa kita berbeda
dengannya. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita menyadari
bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan dengan sistem isyarat yang
persis

sama.

Budaya

atau

subbudaya


yang

berbeda,

meskipun

menggunakan bahasa yang persis sama, sering kali memiliki sistem non
verbal yang sangat berbeda. Bila sistem ini berbeda, komunikasi yang
bermakna dan efektif tidak akan terjadi.
3. Komunikasi mencakup dimensi dan hubungan
Komunikasi, setidak-tidaknya samapai batas waktu tertentu,
berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar
pembicaraan

dan

pendengar.

Tetapi

sekaligus,

komunikasi

juga

menyangkut hubungan di antara kedua pihak. Dalam setiap situasi
komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama, tetapi aspek hubungan dapat
berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan isisnya berbeda.
4.

Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan Komplementer
Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam

hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya.
Hubungan ini bersifat setara atau seimbang, dengan penekanan pada

meminimalkan perbedaan di antara kedua orang yang bersangkutan.
Hubungan simetris bersifat kompetitif di mana masing – masing pihak
berusaha

mempertahankan kesetaraan atau keunggunlannya dari yang

lain. Dalam hubungan komplementer dari yang lain. Dalam hubungan
komplementer, perbedaan di antara kedua pihak dimaksimalkan.
5.

Rangkai komunikasi dipungtuasi
Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang terjadi secara

terus menerus tidak ada awal dan akhir yang jelas. Paul Watzlawick, Janet
Biavin, dan Don Jackson, dalam buku mereka yang berpengaruh
Pragmatics of Human Communicatin, memberi istilah bagi kecenderungan
untuk membagi berbagai transaksi komunikasi ini dalam rangkaian
stimulus dan tanggapan sebagai pungtuasi. Jika kita menghendaki
komunikasi yang efektif, ingin memahami
Selanjutnya,

kita

terus

menyadari

bahwa

maksud orang lain.
pungtuasi

kita

tidak

mencerminkan apa yang ada dalam kenyataan, melainkan persepsi kita
sendiri yang unik dan bisa keliru.
6.

Komunikasi adalah proses transaksional
Komunikasi adalah transaksi, maksudanya dalah komunikasi

adalah proses, bahwa komponen – komponennya saling terakait, dan para
komunikatornya saling beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan
keseluruhan.

7.

Komunikasi tak terhindarkan

Kita mungkin menganggap bahwa komunikasi terjadi secara
sengaja, bertujuan dan termotivasi secara sadar. Tetapi, sering kali pula
komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau
tidak ingin berkomunikasi. Dalam interaksi, kita tidak bisa tidak
berkomunikasi. Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak
bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain. Seandainya pun kita bereaksi
secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu
berkomunikasi
8.

Komunikasi bersifat tak revesibel
Kita dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu.

Proses seperrti itu dinamakan proses revesible. Tetapi ada sistem lain yang
tak bersifat revesible (irrevesible). Prosesnya hanya berjalan dalam satu
arah, tidak bisa berbalik. Komunikasi termasuk dalam proses seperti ini,
proses tak revesible. Sekali kita mengkomunikasikan sesuatu, kita tidak
bisa bisa mengurangi dampak yang sudah terlanjur kita sampaikan tetrapi
pesan itu sendiri, sekali telah dikirimkan dan diterima, tidak bisa
dibalikkan.
2.2.1.3 Unsur – Unsur Komunikasi
Menurut Effendy (2006) dari berbagai pengertia komunikasi yang
telah ada, tampak adanya sebuah komponen atau unsur yang dicakup, yang
merupakan pernyataan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur –
unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Komunikator

: Orang yang menyampainkan pesan;

2.

Pesan

: Pernyataan yang didukung oleh lambang;

3.

Komunikan

: Orang yang menerima pesan;

4.

Media

: Sasaran atau saluran yang mendukung pesan
bila komunikan jauh tempatnya atau banyak
jumlahnya;

5.

Efek

: Dampak sebagai suatu pesan;

2.2.1.4 Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan motif komunikasi menurut Devito (2011) yaitu :
1.

Menemukan
Penemuan diri (personal discovery) merupakan salah satu tujuan

utama dari komunikasi. Melalui komunikasi dengan orang lai, kita tidak
hanya belajar mengenai diri kita sendiri melainkan juga tentang orang lain.
Persepsi – persepsi yang kita punya sebagian besar dihasilkan dari apa
yang telah kita pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama
komunikasi, khususnya dalam komunikasi interpersonal. Selain itu
penemuan diri dapat dilakukan melalui proses perbandingan sosial,
melalui pembandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai dan
kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, evaluasi diri sendiri dapat
dilakukan dengan membandingkan diri kita dengan orang lain.
Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar, dunia
yang di penuhi objek, peristiwa, dan manusia lain
2. Untuk Berhubungan

Salah satu alasan kita yang paling kuat untuk melakukan
komunikasi adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Kita ingin merasa dicintai dan
disukai orang lain, dan kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain.
3. Untuk Meyakinkan
Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar
mengubah sikap dan perilaku kita. Tetapi, selain itu kita juga sering
melakukan persuasi interpersonal, baik sebagai sumber maupun sebagai
penerima. Dalam komunikasi interpersonal sehari – hari kita berusaha
mengubah sikap dan perilaku orang lain.
4. Untuk bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk
bermain dan menghibur diri kita. Kita mendengarkan pelawak,
pembicaraan, musik dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikkian
pula, banyak dari perilaku komunikassi kita dirancang untuk menghibur
orang lain. Adalakalanya hiburan ini merupakan tujuan akjir, tetapi
adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang lain
sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
2.2.1.5 Ruang Lingkup Kehidupan
1.

Bidang Komunikasi
Berdasarkan bidangnya (Purba, 2010), komunikasi meliputi jenis-

jenis sebagai berikut :
a. Komunkasi sosial (sosial communication)

b. Komunikasi organisasi/manajemen (organisasi/management
communication)
c. Komunikasi bisnis (bussines communication)
d. Komunikasi politik (political communication)
e. Komunikasi international (international communication)
f. Komunikasi antar budaya (intercultural communication)
g. Komunikasi pembangunan (development communikation)
h. Komunikasi teadisional (traditional communication)
i. Komunikasi lingkungan (enviromental communication)
2.

Sifat Komunikasi
Ditinjau dari sifatnya (Purba, 2010) komunikasi diklasifikasikan

sebagai berikut:
a. Komunikasi verbal (verbal communication)
- Komunikasi lisan (oval communication)
- Komunikasi tulisan (written communication)
b. Komunikasi non verbal (non verbal communication)
- Komunikasi kial (gestural/body communication)
- Komunikasi gambar (pictorial communication)
c. Komunikasi tatap muka (fice to face communication)
d. Komunikasi bermedia (mediated communication)
3.

Bentuk/Tatanan komunikasi

Berdasarkan jumlah komunikan, (Purba, 2010) maka diklasifikasikan
menjadi bentuk – bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi pribadi (personal communication)
- Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
- Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
b. Komunikasi kelompok (group communication)
- Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
- Komunikasi kelompok besar (large group communication)
c. Komunikasi organisasi (organization communiaction)
d. Komunikasi massa (mass communication)
- Komunikasi media massa cetak (printed mass media
communication)
- Komunikasi media massa elektronik (electronic mass
communiaction)
e. Komunikasi media (media communication)
4.

Metode komunikasi
Metode komunikasi, (Purba, 2010) diklasifikasikan menjadi :
a. Komunikasi informatif (informative communication)
b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)
c. Komunikasi pervasif (pervasive communication)
d. Komunikasi koersif (coersive communication)
e. Komunikasi intruktif (intruktive communication)
f. hubungan manusia (human relation)

2.2.2

Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi ini dikatakan efektif apabila, pesan yang
mengandung kesamaan makna mengenai apa saja yang di komunikasikan
komunikator kepada komunikan dapat ditangkap dengan baik di antara
keduanya. Kekhasan yang ada pada komunikasi antar pribadi ini adalah
arus timbal balik yang langsung bisa ditangkap baik secara verbal maupun
non verbal melalui gerak-gerik bahasa tubuh dan perilaku posisi yang
signifikan anatara komunikan dan komunikator.
Menurut

Effendi

(dalam

Liliweri,

1991:12)

komunikasi

antarpribadai adalah komunkasi antara komunikator dan seorang
komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap efektif dalam merubah
sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubungan prosesenya yang
dialogis. Sementara Barnlud (1968) (dalam Liliweri, 1991:12) menyatakan
komunikaasi antar pribadi biasannya terjadi sangat spontan dan tidak
berstruktur.
Jadi menurut Barnlud, proses pelaksanaan komunikasi antarpribadi
tidak perlu adannya perencanaan (terjadi secara spontan) dan dapat mudah
terjadi diantara orang-orang yang bertemu. Oleh Devito (dalam Liliweri,
1991:12) menyatakan komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman
pesan dari seseorang dan diterima orang lain dengan efek dan umpan balik
langsung.

Sedangkan

menurut

Tan

(dalam

Liliweri,

1991:12)

mengemukakan komunikasi antarpribadi adalah komunikaasi tatap muka
antara dua atau lebih orang.

Ada

tujuh

karakteristik

yang

menunjukkan

bahwa

suatu

komunikasi antara dua individu merupkan komunikasi antar pribadi. Tujuh
karakteristik komunikasi antarpribadi itu adalah (Hardjana, 2003:86-90)
sebagai berikut :
1. Melibatkan didalamnya perilaku verbal dan non
verbal.
2. Melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional.
3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis, melainkan
dinamis.
4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi
dua orang atau lebih, dan koherensi (pernyataan yang
satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
5. Komunikasi antar pribadi dipandu oleh tata aturan
yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan
dan tindakan
7. Melibatkan di dalamnya bidang persuasif
2.2.3

Self Disclosure
Berbeda sedikit dengan Liliweri (1991:49), mengemukakan bahwa

Teori Self Disclosure ini adalah teori yang dikembangkan atas hubungan
manusia dan memandangnya dari sisi psikologi. Sehingga alter – teori Self
Disclosure ini disebut sebagai teori Jendela Johari (Johari’s Window). Para
pakar psikologi mengemukakan bahwa model teoritis yang dia ciptakan ini

merupakan dasar untuk memahami dan menjelaskan interaksi antar pribadi
secara manusiawi. Johari mengemukakan bentuk kuadran sebagai berikut :
Gambar 1. Teori Johari Window
Di ketahui oleh
Orang lain

Terbuka

Buta

Di ketahui oleh
Orangh lain

Tersembunyi

Tidak Dikenal

Sumber : Sasa Djuarsa Senjaya dkk, Teori Komunikasi (Jakarta:universitas
Terbuka, 2007,p2,45)

Jendela Johari Window terdiri dari 4 kotak. Masing – masing kotak
berfungsi menjelaskan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan
orang lain. Asumsi Johari Window dalam setiap individu dapat memahami
diri sendiri maka dia dapat mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di
saat berhubungan denan orang lain.
Pada bingkai 1, menunjukkan orang terbuka terhadap orang lain.
Hal tersebut terjadi karena dua pihak ( saya dan orang lain) sama – sama
mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi,
gagasan, dan lain-lain. Johari menyebutnya bidang terbuka, bidang yang
ideal untuk berkomunikasi antar pribadi. Kemudian bingkai 2, adalah
bidang buta, merupakan bidang yang menjelaskan bahwa orang tidak
mengetahui dirinya sendiri tetapi orang lain banyak tahu tentang dia. Lalu
di bingkai 3, dimana seseorang menyembunyikan banyak hal tentang
dirinya dan tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Pada bingkai

terakhir atau keempat, yang menunjukkan berbagai keadaan diri sendiri
yang tidak diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.
Jika salah satu bingkai diperbesar maka akan terjadi ketimpangan.
Kecuali hal tersebut terjadi pada bingkai yang pertama. Karena telah ada
dua pihak (saya dan orang lain) yang sama-sama mengakui dan
mengetahui, sehingga pantas disebut orang yang open minded perseson.
Apabila bingkai kedua diperbesar maka, manusia tersebut sering disebut
sebagai orang yang sering menonjolkan diri terhadap orang lain, tetapi
tidak mengetahui dirinya sendiri. Pada bingkai 3 diperbesar, maka orang
itu tipikal introvert, dia selalu menyendiri tanpa ada tema. Kemudian di
bingkai ke 4 adalah tipikal orang yang mengetahui banyak hal teentang
orang lain, tetapi dia juga tidak mau terbuka untuk orang lain.
Berdasarkan pemikiran yang di ciptakan Sidney Jourard, membuat
Altmen dan Taylor mengembangkan teori tersebut menjadi teori penetrasi
Sosial. Dimana melihat dari sisi lain bahwa orang lain mencoba masuk
kedalam diri sosial orang lain tanpa merasa terganggu dengan
kehadirannya.
Dasar dari pemikiran teori ini adalah jika keterbukaan semakin
tinggi maka hubungan akan semakin membaik. Dalam teori ini, manusia
selaku sesama pelajar siswa – siswi SMA Tamansiswa tentunya akan
berusaha menggunakan emoticon BBM sebagai pelengkap chatting untuk
mencapai komunikasi yang intens. Dimana komunikasi yang intens
tersebut bisa membuat orang – orang yang saling berkomunikasi bisa

mencapai kedekatan di antara sesama teman- temannya. Sehingga apabila
kedekatan itu telah terjadi artinya komunikasi dengan menggunakan
emoticon BBM saat chatting bisa dikatakan pencapaian dalam
berkomunikasi itu berhasil. Serta tentunya mungkin ada halangan dan
rintangan saat permulaan komunikasi itu sejak permulaannya. Jadi
pengertian teori ini secara umum adalah semakin sering kita berhubungan
dengan orang lain, maka semakin sering pulakita membuka diri untuk
mendapatkan hubungan yang lebih baik.
Altmen dan Taylor mendapatkan ide teori ini dengan perumpamaan
sebuah bawang. Menurut mereka hubungan manusia ini seperti bawang.
Pada awalnya kulitnya terpisah-pisah, sehingga masih sulit untuk
menemukan kesamaan sifat dan pengalaman (frame of reference and
experience). Namun, ketika keduanya telah membuka kulitnya satu persatu
dan makin kedalam, maka akan kelihatan kesamaan di antara mereka.
Kulit bagian luar adalah perumpamaan dari apa yang bisa terkihat dan
diketahui sebelum hubungan meningkat. Kettika sampai pada bagian inti,
informasi, perasaan, kehidupan pribadi dan lain sebagainya akan
terungkap. Altmen dan taylor mengatakan bahwa ketika mereka merasa
dirugikan dari hubungan tersebut, maka mereka tidak akan ragu-ragu
menutup dirinya. Hal ini sangat sesuai dengan pernyataan ciri-ciri
komunikasi antarpribadi yang bisa menghasilkan suatu hal yang tidak
terduga.
2.2.4

Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
individu manusia, dimana perilaku individu yang satu memengaruhi,
mengubah

atau

memperbaiki

perilaku

individu

lain

(Gerungan,

2004).Sedangkan menurut Setiadi dan Kolip (2011:62) interaksi sosial
merupakan hubungan antar manusia yang sifat dari hubungan tersebut
dinamis, artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika.
Suatu hubunnga berinteraksi manusia dimana setiap orang membutuhkan
hubungan sosial dengan orang-orang lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi
melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk
mempersatukan manusia yang satu dengan lainnya, yang tanpa
berkomunikasi akan terisolasi (Gea, dkk, 2003).
Menurut Setiadi dan Kolip (2011:65) interaksi sosial tidak cukup
di jelaskan sebagai hubungan timbal balik antar manusia berdasarkan polapola tertentu, sebab interaksi sosial tetap didasarkan pada ciri-ciri atau
karakter tertentu. Agar dapat dikategorikan sebagai bentuk interaksi, maka
hubungan timbal balik antarmanusia tersebut harus memiliki kriteria
tertentu, yaitu:
1. Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu
2. Ada komunikasi dengan pelaku dengan menggunakan simbolsimbol
3. Ada dimensi waktu (yaitu, lampau, kini dan mendatang)
4. Ada tujuan-tujuan tertentu.

Menurut M. Sitorus (dalam Setiadi dan Klip, 2011:66) para ahli
sosiologi memahami tindakan manusia dari sudut pandang perilakunya.
Tindakan manusia dipahami sebagai perbuatan, perilaku atau aksi yang
dilakukan manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan manusia
dibedakan dalam dua macam, yaitu :
1. Tindakan yang terorganisasi, artinya tindakan yang dilatarbelakangi
oleh seperangkat kesadaran sehingga apa yang dilakukan didorong
oleh tingkat kesadaran yang berasal dari dalam dirinya
2. Tindakan yang dilakukan tanpa kesadaran, yaitu tindak refleks yang
di kategorikan sebagai tindakan sosial, sebab tindakan itu tidak
terorganisasi melalui kesadaran diri.
Menurut Setiadi dan Kolip (2011:67) proses interaksi sosial yang
terjadi dalam masyarakat bersumber dari tindakan sosial, tindakan yang
terorganisasi memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi proses
terbentuknya, diantaranya :
1.

Imitasi
Imitasi merupakan tindakan manusia untuk meniru tingkah pekerti
orang lain yang berada di sekitarnya.

2.

Sugesti
Sugesti di pahami sebagai tingkah laku yang mengikuti pola-pola
yang berada di dalam dirinya.

3.

Identifikasi

Identifikasi timbul ketika seseorang mulai sadar bahwa didalam
kehidupan ini ada norma-norma atau peraturan-peraturan yang harus
dipenuhi, dipelajari dan ditaatinya.
4.

Simpati
Simpati adalah faktor tertariknya seseorang atau sekelompok orang
terhadap orang atau kelompok orang yang lain.
Mengenai interaksi yang terjalin tersebut, yang dianggap paling

ideal adalah secara tatap muka. Interaksi tatap muka lebih memungkinkan
suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal balik secara langsung.
Pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling
mempengaruhi antara pihak-pihak yang beriteraksi di dalamnya. Suatu
interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat (Soekanto, 2002), yaitu :
1. Adanya kontak sosial (sosial-contact)
2. Adanya komunikasi (communication)
2.2.4.1 Adanya Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin con dan cum (yang artinya
bersama-sama) tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah
adalah bersam-sama menyentuh. Tetapi secara gejala sosial., kontak tidak
perlu berarti suatu hubungan berdaniah,. Seperti pada perkembangan
teknologi dewasa ini orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang
lainnya melalui telepon, telegrap, radio, surat, dan seterusnya.
Kontak dapat bersifat primer maupun sekunder. Kontak primer
terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan bertatap

muka face-to-face (berjabat tangan, saling menyapa, dan lain-lain)
sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara seperti telepon,
telegraf, radio, surat, dan sebagainya.
2.2.4.2 Adanya Komunikasi
Suatu komunikasi yang efektif apabila si penerima pesan
menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan
oleh pengirim pesan. Salah satu cara terbaik bahwa pesan benar-benar
diterima secara tepat sebagaimana yang dimaksud adalah dengan
mendapatkan umpan balik pesan tersebut. Umpan balik adalah proses yang
memungkinkan sesorang pengirim mengetahui bagaimana pesan yang
dikirimkannya telah ditangkap oleh si penerima atau tidak. Selain itu cara
seseorang mendengarkan dan menanggapi lawan bicara juga sangatlah
penting dalam berkomunikasi. Memberikan tanggapan penuh pemahaman
dalam mendengarkan dapat menghindari kecendruangan kesalahpahaman
komunikasi antara pihak terkait (Gea, dkk, 2003).
Mengenai interaksi yang terjalin tersebut yang di anggap paling
ideal adalah secara tatap muka (langsung), (Sarwono, 2002).interaksi tatap
muka lebih memungkinkan suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal
balik secara langsung. Selain itu. Pertukaran informasi secara tatap muka
dapat mempercepat proses saling mempengaruhi anatara pihak-pihak yang
berinteraksi didalmnya (Morey, 2004). Komunikasi antar manusia yang
langsung (bertatap muka) adalah yang efektif serta paling lengkap
mengandung aspek psikologis, aspek tersebut anatara lain :

1.

Tatap muka itu sendiri yang membedakannya dengan komunikasi
jarak jauh atau komunikasi dengan menggunakan alat. Dalam
komunikasi tatap muka ada peran yang harus diperankan yang di
jalankan masing-masing pihak (pemberi informasi-penerima
informasi, ibu-anak, ayah-anak suami-isteri, dan-lain lain) dan
ditunjukkan dengan jelas.

2.

Adanya hubungan dua arah secara langsung. Dengan adanya
pertukaran pesan dalam komunkasi tatap muka, terjadi saling
pengertian akan makna atau arti pesan. Jadi dalam komunikasi ini
yang terpenting bukanlah pesannya semata, melainkan arti
meaning dari pesan tersebut

3.

Adanay niat, kehendak, atau intense dari kedua belah pihak. Hal
tersebut akan memproses adanya saling pengertian secara kognitif
dalam komunikasi antar manusia.
Komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung (memerlukan

perantara, seperti telpon, telegeraf, radio, surat, dll). Mempunyai dampak
yang berbeda dengan komunikasi secara langsung

(tatap muka) .

komunikasi tidak langsung dapat memyebabkan timbulnya kegagalan
saling komunikasi (hambatan-hambatan), dalam arti penerima
menagkap makna pesan berbeda dari maksud oleh se pengirim
(Gea, dkk, 2003). Hamabatan-hambatan tersebut antara lain :
1.

Gagalnya menangkap maksud konotatif dibalik maksud seseorang .

2.

Hanya mengartikan kata atau kalimat secara murni tidak
mengembangkan pemahamannya.

3.

Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi.

4.

Adanaya gangguan fisik, misalnya gangguan suara telepon, hasil
cetakan yang tidak baik, tampilan layer yang kurang jelas, desain
format yang tidak baik.

2.2.5

Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain yang berarti

“tumbuh”

atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti

lebih luas, mencakup kematangan mental, emosiaonal, sosial dan fisik
(Hurlock, 2011). Apabila digolongkan sebagai anak-anak maka golongan
remaja sudah melewati masa tersebut, tetapi bila digolongakan dengan
orang dewasa juga masih belum sesuai. Banyak istilah golongan remaja ini
dirasakan tumpang tindih pengertiannya. Istilah yang digunakan adalah
Rumini dan Sundari H. S (2004), dimana masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa anak dengan masa memasuki masa dewasa.
Adapaun Hurlock (dalam Yudrik, 2011) membedakan masa remaja
menjadi masa remaja awal (13 hingga 16) dan masa remaja akhir (16 dan
17 tahun hingga 18 tahun), pada periode remaja akhir individu telah
mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
2.2.5.1 Lingkungan Sosial Remaja

Menurut Gea, Wulandari dan Babari (2003), lingkungan sosial
yang paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja adalah
lingkungan sosial awal, yakni keluarga. Keluarga adalah lingkungan yang
paling utama dimana kita mengalami kedekatan dan kebersamaan yang
sangat intensif, serta lingkungan kita tempat menjalani sosisalisasi
berbagai nilai dasar kemanusiaan. Menurut Soekanto (2002), orang tua
dan saudara melakukan sosialisasi yang biasa diterapkan melalui kasih
sayang. Atas dasar kasih sayang tersebut, seseorang individu di didik
untuk mengenal nilai-nilai tertentu. Menurut Hurlock (2011), konsep
hubungan keluarga mempengaruhi konsep diri remaja dimana seseorang
remaja mempunyai hubungan erat dengan anggota keluarga akan
mengidetifikasikan diri dengan orang dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama
2.2.5.2 Perilaku Remaja
Suatu perilaku behavior yang merupakan cara bertindak dapat
dipandang sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun bersifat
kompleks. Sebagai mahkluk sosial, perilaku remaja banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik dari dalam diri remaja itu sendiri maupun dari
lingkungannya. Menurut Kurt Lewis (dalam Azwar, 2003), perilaku adalah
fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu
meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilaim, sifat kepribadian,
dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lainnya dan kemudian

berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menetukan
perilaku
2.2.6 New Media
Dalam mendukung teori-teori yang ada dalam penelitian ini, maka
penulis menambahkan sumber teori dari media internet mengenai
penggunaan emoticon BBM di kalangan siswa-siswi SMA Taman Siswa
khususnya teori New Media dan disini peneliti cukup kesulitan untuk
menemukannya didalam bentuk hardcopy. Namun dikarenakan dalam kajian
pustaka diperbolehkan mengambil referensi dari internet maka peneliti
memilih

sumber

referensi

dari

salah

sattu

situs

internet

http://ahlikomunikasi.wordpress.com/2012/11/01/teori-media-baru/.

yaitu:
Berikut

ringkasan sumber yang peneliti peroleh dan peneliti terapkan di penelitian ini.
Dalam artian luas Media baru atau New Media adalah istilah yang
dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer, atau jaringan
teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar
teknologi yang digambarkan sebagai “media baru” adalah digital, seringkali
memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, interaktif
dan tidak memihak. Beberapa contoh dapat Internet, website, komputer
multimedia, permainan komputer, CD-ROMS, dan DVD. Media baru
bukanlah televisi, film, majalah, buku, atau publikasi berbasis kertas.
Dalam pengertian sederhana, New Media terdiri dari 2 kata yaitu New
dan Media. New yang berarti Baru dan Media yang berarti Perantara. Jadi
New Media merupakan Sarana perantara yang baru. Baru dalam arti disini
dilihat dari segi waktu, manfaat, produksi, dan distribusinya. dan terbentuk

dari interaksi antara manusia dengan komputer dan internet secara khususnya.
Termasuk di dalamnya adalah web, blog, online social network, dan online
forum
Defenisi teori new media menurut para ahli :
1. Menurut McLuhan, kehadiran New Media dapat membuat sebuah proses
komunikasi menjadi global, sehingga menyebabkan mengapa dunia saat
ini disebut dengan Global Village. McLuhan mengatakan bahwa dunia
akan menjadi satu desa global (Global Village) dimana produk produk
yang ada akan menjadi cita rasa semua orang. Global Village menjelaskan
bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat
berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang
sangat singkat dengan menggunakan teknologiinternet. Global Village
adalah konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana
dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. McLuhan
memperkenalkan konsep ini pada awal tahun 60-an dalam bukunya yang
berjudul Understanding Media: Extension of A Man. Konsep ini
berangkat dari pemikiran McLuhan bahwa suatu saat nanti informasi akan
sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang.
2. Manuel Castells mengatakan, ia mengemukakan bahwa bukanlah sebuah
‘desa’ yang dikatakan seragam , melainkan masyarakat dalam jaringan
global yang saling terhubung lewat New Media, Network society.
Menurutnya, media tidak lagi merupakan Media Massa melainkan
menjadi media jaringan, atau jaringan interaktif multimedia, yang akan

menjadikan komunikasi dunia suatu jarring-jaringraksasa, suatu dunia
yang saling terhubung. Di ibaratkan sebagai berikut: manusia sebagai
laba-laba yang membangun jaring-jaringnya, dimana teknologi informasi
dalam berbagai fitur dan bentuk sebagai new media elektronik interaktif
yang hidup di tengah jaringan tersebut. Jaring-jaring tersebut menjadi
sarang dan alat untuk mencari makan, dimana laba-laba dan jaring adalah
bentuk yang tak terpisahkan. Teori Castells tentang network society
adalah sebuah bentuk jaringan yang mewakili morfologi sosial baru
sebuah masyarakat dan penyebaran logika networking secara substansial
memodifikasi operasi dan hasil di dalam proses produksi, pengalaman,
kekuasaan, dan budaya.
Media sosial merupakan media baru (New Media) atau lebih sering
disebut sebagai media konvergensi. Dengan keberadaan media sosial
sebagai media baru, maka dalam penelitian ini teori yang digunakan
sebagai alat ukur atau pendukung adalah teori media baru. Peneliti
menganggap teori ini relevan dengan keberadaan media sosial yang
merupakan pendatang baru dalam ranah media.
Pendekatan teori new media:
1.

Media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup
kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan
komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi yang
digambarkan sebagai “media baru” adalah digital, seringkali memiliki
karakteristik yang dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat,

interaktif dan tidak memihak. Beberapa contoh dapat Internet,
website, komputer multimedia, permainan komputer, CD-ROMS, dan
DVD. Media baru bukanlah televisi, film, majalah, buku, atau
publikasi berbasis kertas
2.

Teori media baru merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh
Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa media baru merupakan teori
yang membahas mengenai perkembangan media. Dalam teori media
baru, terdapat dua pandangan.
1.

pertama pandangan interaksi sosial, yang membedakan media
menurut kedekatannya dengan interaksi tatap muka. Pierre
Levy memandang World Wide Web (WWW) sebagai sebuah
lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel, dan dinamis,
yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi
pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia
demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa
yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat.

2. Kedua Pandangan integrasi sosial, yeng merupakan gambaran
media

bukan

dalam

bentuk

informasi,

interaksi,

atau

penyebarannya, tetapi dalam bentuk ritual, atau bagaimana
manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan
masyarakat. Media bukan hanya sebuah instrumen informasi
atau cara untuk mencapai ketertarikan diri, tetapi menyatukan
kita dalam beberapa bentuk masyarakat dan memberi kita rasa

salingmemiliki.(http://ahlikomunikasi.wordpress.com/2012/11/
01/teori-media-baru/)
2.2.6

Media Sosial dan Presentasi Diri
Pada dasarnya setiap orang memiliki langkah-langkah khusus

dalam mempresentasikan dirinya

kepada orang lain. Apalagi, jika

kesempatan mempresentasikan diri ini berada pada konteks media sosial.
Sekilas terlihat bahwa kehadiran media sosial seperti facebook, twitter,
blog dan www memberikan ruang yang seluas-luasnya

bagi setiap

individu user untuk berkreasi, khususnya dalm menapilkan diri masingmasing. Oleh karena itu tulisan ini bertujuan untuk mengurangi cara
presentasi diri yang dilakukan oleh pengguna melalui beberapa media
sosial yang ada.
Ada beberapa jenis penampilan yang bisa terlihat secara kasat mata
yaitu menulis kata-kata bijak di status maupun di tweets, menyampaikan
kritik, mengkomunikasikan kondisi pribadi saat ini, menyampaikan
aktifitas dan lokasi saaat ini, dan berbagai cara lainnya, selain kata-kata
presentasi diri juga dikombinasikan dengan video, gambar dan foto hasil
foto-foto di berbagai lokasi, foto bersama public figur : seperti pejabat
Negara, pakar atau ahli, aktor/aktris dan foto hasil karya sendiri. Berbagai
ekspresi yang di lakukan oleh pengguna user media sosial akan
mengerucut pada jenis-jenis strategi presentasi diri.
Kondisi ini terlihat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi
sebelum adannya new media, khususnya media sosial yang menjadi trend

baru dalam new media dewasa ini. Ruang untuk mempresentasikan diri
belum bisa dijangkau secara bebas oleh setiap orang. Dengan demikian,
kehadiran media sosial, yang membuat setiap pengguna menjadi pengirim
sekaligus penerima pesan, meningkatkan variasi atau memberikan ruang
yang luas dalam presentasi diri.
Bagi pengguna media sosial, memeriksa akun media sosial adalah
sebuah aktivitas yang lazim dilakukan. Namun, ketika pengguna menata
akun media sosial , yang pengguna lakukan sebenarnya sedang menata
wajah atau penampilan di dunia maya. Ketika melakukan penataan
terhadap tema atau warna halaman depan di media sosial kita, maka kita
seakan-akan sedang memilih pakaian yang mana atau warna apa yang
cocok dengan diri sendiri.Begiti pula pengguna hendak melakukan
pembaruan status atau menulis di akun media sosial , maka penggunapun
mengalami proses selayaknya ingin mengungkapkan sesuatu kepada lawan
bicara yang sedang ada di depan kita. Apalagi, bagi pengguna yang
menyadari bahwa audiens (atau pengguna lainya) tidak hanya satu atau
dua orang melainkan berpotensi sangat layak (selayaknya sekumpulan
massa). Penataan media sosial akan menjadi sebuah tindakan yang tidak
serta merta spontan, tetapi melalui sebuah ‘meja editorial’ di dalam dirinya
sendiri. (Komunikasi Teoritisasi dan Implikasi. Jandy E. Luik. Flew,
Terry. 2002. New Media: An Introduction. UK, Oxford University Press)
2.2.7 Media Sosial dan Perubahan Budaya

Dalam kehidupan masyarakat cyber pada saat ini, media sosial
mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan interaksi dan
pembangunan relasi. Kehadiran media sosial seperti friendster, blog,
facebook, sampai twitter ibarat kebutuhan primer dalam kehidupan
masyarakat. Bak, kebutuhan sandang, pangan dan papan dalam kehidupan
masyarakat. Media sosial berhasil membuat masyarakat “seakan-akan”
tidak dapat hidup tanpa media sosial. Setiap detik yang dimiliki oleh
masyarakat ‘serasa’terus membutuhkan kehadiran media sosial ini.
Kondisi ini hampir mirip dengan ‘perlakuan’ masyarakat terhadap
alat komunikasi yang namanya ‘Handphone’ beberapa waktu yang lalu,
bahkan sampai sekarang. Handphone menjadi media komunikasi yang
tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Ketika seseorang lupa menaruh
handphonenya, atau kehilangan handphonenya dalam satu menit saja,
mereka sudah kebingungan dan ketakutan kalau ada hal-hal penting yang
disampaikan kepada mereka. Hal yang sama juga berlaku dengan media
sosial dalam kehidupan masyarakat kita pada saat ini. Media sosial
menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan mereka. Seseorang akan gusar
dan kebingungan ketika media sosial ini tidak dapat diakses dalam
beberapa jam saja, mereka merasa ada sesuatu yang hilang, bahkan kurang
dalam kehidupan mereka.
Disatu sisi lain. Media sosial ini mempunyai peranan yang sangat
besar dalam kehidupan masyarakat. Tetapi disisi lain, tanpa disadari media
sosial ternyata telah mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat

termasuk mengubah budaya dan perilaku buadaya. Dari sisi yang positif,
media sosial mempunyai peranan yang sangat besar dalam membangun
hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Melalui media
sosial ini terbentuk jaringan komunikasi antara orang-orang yang berasal
dari satu daerah maupun antara orang-orang yang berasal dari satu daerah
yang berbeda. Peranan positif lainnya yang dapat di lakukan media sosial
saat ini adalah mampu menghubungkan kembali jaringan sosial antara
orang-orang yang sudah lama tidak bertemu. Selain itu media, media
sosial mempunyai peranan yang sangat besar dalam transfer pengetahuan,
transfer informasi bahkan proses pembelajaran. (Komunikasi Teoritisasi
dan Implikasi. Rini Darmastuti. Liliweri, alo (2003). Dasar-dasar
Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar Offset)
2.3 Model Teoritis
Objek Penelitian
Penggunaan Emoticon pada
Aplikasi Chatting BBM dan
seluruh Siswa-siswi SMA
Tamansiswa Pematangsiantar
yang beralamatkan di Jl. RA.
Kartini Kota Pematangsiantar

1.

2.

3.

Tujuan penelitian
Untuk mengetahui alasan penggunaan
emoticon BBM di kalangan siswa-siswi SMA
Tamansiswa Pematangsiantar
Untuk mengetahui kelebihan penggunaan
emoticon BBM di kalangan siswa-siswi SMA
Tamansiswa Pematangsiantar
Untuk mengetahui kekurangan penggunaan
emoticon BBM di kalangan siswa-siswi SMA
Tamansiswa Pematangsiantar