MAKALAH TEORI KONSTRUKTIVISTIK . docx
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullillah kami panjatkan do’a kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk serta melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyusun Makalah Teori Belajar Dan Pembelajaran Konstruktivistik yang sangat sederhana
ini.
Dan kami sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Mohammad Effendi, M.Pd M.Kes selaku Ketua Prodi PLB.
2. Shinta Yuni Susilawati S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
3. Seluruh Teman – Teman yang bekerja sama membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dalam proses
pengumpulan data maupun penyajiannya. Untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan
agar menjadi lebih baik sesuai harapan, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai masukan yang positif.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Malang, Agustus 2014
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memang terus berkembang dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Hal ini lah
yang mendorong manusia untuk terus belajar. Oleh NASUTION belajar diartikan sebagai
menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Definisi lain mengenai belajar
dikemukakan oleh ERNEST H. HILGARD yaitu Belajar adalah dapat melakukan sesuatu
yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya
menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu.
Dari pandangan-pandangan belajar dari beberapa ahli tersebut, munculah teori belajar.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Ada
beberapa teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Oleh
karena itu, makalah ini membahas salah satu teori belajar, yaitu teori belajar
konstruktivisme dan implikasinya dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami mengemukakan beberapa permasalahan antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran konstruktivistik kognitif
dan sosial?
2. Bagaimana implikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan teori konstruktivistik ?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui penerapan teori belajar dan pembelajaran
konstrutivistik kognitif dan sosial dalam pembelajaran.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Ada beberapa pendapat mengenai definisi konstruktivisme yang dikemukan beberapa
ahli. Menurut Suyono dan Hariyanto konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran
yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksi pengalaman, kita membangun,
mengkonstruksi pengetahuan kita tentang dunia tempat kita hidup. Sedangkan menurut
Sedangkan menurut Cahyo konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan
yang menekan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri sebagai hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema
yang diperlukan untuk membangun pengetahuan tersebut. Dan menurut Triyanto
konstruktivisme merupakan teori pembelajaran cognitive baru dalam psikologi pendidikan
yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi
apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivistik
adalah teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi atau menyusun kegiatan belajar
dan merubah informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri.
B. Pembelajaran menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, bahwa
siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Seperti yang dikemukakan oleh Tasker sebagai
berikut :
1.
2.
peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara
3.
bermakna.
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
2
Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme, yaitu :
1.
pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
2.
kognitif siswa.
fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara
aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan
melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo mengatakan bahwa seseorang
akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah
diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru,
pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar
tersebut. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai
berikut:
1.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan
2.
bahasa sendiri.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya
3.
4.
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
5.
6.
siswa.
Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan
siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam
refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi
3
C. Pembagian Teori Belajar dan Pembelajaran Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu menurut Piaget
(kognitif) dan Vygotsky (sosial).
1.
Teori belajar konstruktivisme Piaget (kognitif)
Menurut Piaget manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
sebuah kota-kotak yag masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, dalam proses belajar terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan
adaptasi.
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah
ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang berisi
dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasi pengetahuan yang
diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan
baru sehingga akan terjadi kesinambungan (equilibrium). Proses mengkonstruksi,
sebagaimana dijelaskan Piaget, adalah sebagai berikut :
a. Skemata
Piaget mengatakan bahwa schemata orang dewasa mulai dari schemata anak
melaui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Makin mampu
seseorang membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya, makin banyak
schemata yang dimilikinya. Dengan demikian, schemata adalah struktur
organisasi kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang
menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi dan akomodasi
b. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan baru ketika seseorang
memadukan stimulus atau presepsi ke dalam schemata atau perilaku yang sudah
ada. Pada dasarnya, asimilasi tidak mengubah schemata, tapi mempengaruhi
atau memungkinkan pertumbuhan schemata. Asimilasi terjadi secara kontinu,
berlangsung terus-menerus dalam perkembanfan intelektual anak.
c. Akomodasi
Akomodasi adalah proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai
pengalaman baru. Proses tersebut menghasilkan terbentuknya schemata baru
dan berubahnya schemata lama.
4
d. Keseimbangan
Dengan adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak yang sedang
berkambang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Piaget
membagi fase perkembangan manusia ke dalam empat perkembangan yang
tertera dalam table di bawah ini:
Tahapan
Sensorimotor
Usia
0-2
Gambaran
Bayi bergerak dari tindakan reflek
instingtif pada saat lahir sampai
permulaan pemikiran simbolis. Bayi
membangun suatu pemahaman
tentang dunia melalui
pengoorgadinasian pengalamanpengalaman sensor dengan tindakan
Operational
Concerte
2-7
fisik
Anak mulai merepresentasikan dunia
7-11
denan kata-kata dan gambar-gambar.
Pada saat ini anak dapat berpikir
operational
secara logis mengenai peristiwa-
Formal
peristiwa yang konkret
Anak remaja berpikir dengan cara
11-15
operational
yang lebih abstrak dan logis.
Pemikiran lebih idealistik
2. Teori belajar konstruktivisme Vygotsky (sosial)
Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu
konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh
Vygotsky disebut konstruktivisme sosial.
5
D. Implikasi Teori Pembelajaran Secara Konstruktivistik Kognitif dan Sosial Dalama
Pembelajaran
1.
Fase Start
Guru mungkin ingin mulai dengan mengukur pengetahuan murid sebelumnya dan
menetapkan berbagai kegiatan. Guru dapat mulai dengan pertanyaan umum terbuka lalu
mendorong murid untuk memberikan jawaban-jawaban terbuka, dan mendiskusikan
tentang subyek ini. Sebagai altrnatif adalah mulai dengan sebuah masalah yang relevan
dengan kehidupan murid sehari-hari.Setelah itu topik pelajaran yang dimaksud dapat
diintroduksikan. Guru mungkin juga memutuskan untuk mengintroduksikan sebuah
situasi yang membingungkan atau mengejutkan, yang menyebabkan murid memikirkan
tentang situasi tersebut. Alih-alih langsung mengintroduksikan sebuah definisi atau
konsep pada murid-murid, guru akan berusaha membuat mereka menemukan berbagai
aturan dan definisi dan akan menetapkan sebuah kegiatan yang memungkinkan mereka
untuk melakukan hal itu.
3. Fase Eksplorasi
Murid sakarang mengerjakan kegiatan yang ditetapkan guru di fase 1. Kegiatan ini
biasanya bersifat eksploratik, melibatkan situsi atau bahan-bahan riil,dan memberikan
kesempatan untuk kerja kelompok. Kegiatannya mestinya distrukturisasikan
sedemikian rupa sehingga para murid menghadapi isi-isu yang memungkinkan mereka
mengembangkan pemahaman, dan mestinya juga cukup menantang(meskipun tidak
melamppaui kemampuan mereka). Ada baiknya juga untuk mengingatkan murid
tentang proses-proses metakognitif yang mungkin ingin mereka terapkan ketika
menyelesaikan masalah.
4. Fase Refleksi
Selama fase ini, murid mungkin diminta untuk menengok kembali kegiatan itu dan
menganalisisa serta mendiskusikan apa yang telah mereka kerjakan, baik dengan
kelompok-kelompok lain atau dengan guru. Guru dapat memberikan scaffolding yang
bermanfaat selama fase ini, melalui pertanyaan dan komentar yang dirancang untuk
mengaitan eksplorasi itu dengan konsep kunci yang sedang dieksplorasi.
5. Fase Aplikasi dan Diskusi
Setelah itu guru dapat meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan berbagai
temuan dan menarik kesimpulan. Langkah berikutnya dapat diidentifikasi oleh
guru dan murid,dan poin-poin kunci direkap.
6
E. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KONSTRUTIVISME
1.
Kelebihan
Berfikir
: Alam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
Faham
: Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh
mengapliksikannya dalam semua situasi.
Ingat
: Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini
membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
Seronok
2.
: Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin
dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok
belajar dalam membina pengetahuan baru.
Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam
proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu
mendukung.
Beberapa kelebihan dalam pembelajaran ini adalah:
Pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut.
Melibatkan secara aktif memecahkan maslah dan menuntut ketrampilan berfikir
pebelajar yang lebih tinggi tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga
pembelajaran bermakna.
Pembelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang
diseleseikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan
motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahan yang dipelajari.
Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan dewasa mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar.
Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajaran dan temuannya sehingga pencapaian kesempatan belajar pebelajar dapat
diharapkan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa
mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks
untuk membangun pengetahuan secara mandiri dan inisiatif. Dalam implikasi
teori konstruktivisme dalam pembelajaran terbagi dalam lima fase, yaitu
orientasi, elicitasi, restrukturisasi ide, aplikasi ide, dan reviw.
8
DAFTAR PUSTAKA
Mardevin Kartianto. 2013. Makalah Konstruktivisme dalam Belajar dan Pembelajaran.
Blogspot.com
http://warnet178meulaboh.blogspot.com/2013/05/makalah-konstruktivisme-dalambelajar.html
Indri. 2014. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASI TERHADAP
PEMBELAJARAN. Blogspot.com
http://indrierb.blogspot.com/2014/01/teori-belajar-konstruktivisme-dan.html
Abdul Aziz. 2011. penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran
. Blogspot.com
2014.http://azizcemara.blogspot.com/2011/07/penerapan-teori-belajar-konstruktivisme.html
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung:
Rosda
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva
Press
Puji syukur Alhamdullillah kami panjatkan do’a kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk serta melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyusun Makalah Teori Belajar Dan Pembelajaran Konstruktivistik yang sangat sederhana
ini.
Dan kami sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Mohammad Effendi, M.Pd M.Kes selaku Ketua Prodi PLB.
2. Shinta Yuni Susilawati S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
3. Seluruh Teman – Teman yang bekerja sama membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dalam proses
pengumpulan data maupun penyajiannya. Untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan
agar menjadi lebih baik sesuai harapan, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai masukan yang positif.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Malang, Agustus 2014
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memang terus berkembang dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Hal ini lah
yang mendorong manusia untuk terus belajar. Oleh NASUTION belajar diartikan sebagai
menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Definisi lain mengenai belajar
dikemukakan oleh ERNEST H. HILGARD yaitu Belajar adalah dapat melakukan sesuatu
yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya
menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu.
Dari pandangan-pandangan belajar dari beberapa ahli tersebut, munculah teori belajar.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Ada
beberapa teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Oleh
karena itu, makalah ini membahas salah satu teori belajar, yaitu teori belajar
konstruktivisme dan implikasinya dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami mengemukakan beberapa permasalahan antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran konstruktivistik kognitif
dan sosial?
2. Bagaimana implikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan teori konstruktivistik ?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui penerapan teori belajar dan pembelajaran
konstrutivistik kognitif dan sosial dalam pembelajaran.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Ada beberapa pendapat mengenai definisi konstruktivisme yang dikemukan beberapa
ahli. Menurut Suyono dan Hariyanto konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran
yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksi pengalaman, kita membangun,
mengkonstruksi pengetahuan kita tentang dunia tempat kita hidup. Sedangkan menurut
Sedangkan menurut Cahyo konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan
yang menekan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri sebagai hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema
yang diperlukan untuk membangun pengetahuan tersebut. Dan menurut Triyanto
konstruktivisme merupakan teori pembelajaran cognitive baru dalam psikologi pendidikan
yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi
apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivistik
adalah teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi atau menyusun kegiatan belajar
dan merubah informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri.
B. Pembelajaran menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, bahwa
siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Seperti yang dikemukakan oleh Tasker sebagai
berikut :
1.
2.
peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara
3.
bermakna.
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
2
Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme, yaitu :
1.
pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
2.
kognitif siswa.
fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara
aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan
melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo mengatakan bahwa seseorang
akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah
diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru,
pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar
tersebut. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai
berikut:
1.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan
2.
bahasa sendiri.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya
3.
4.
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
5.
6.
siswa.
Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan
siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam
refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi
3
C. Pembagian Teori Belajar dan Pembelajaran Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu menurut Piaget
(kognitif) dan Vygotsky (sosial).
1.
Teori belajar konstruktivisme Piaget (kognitif)
Menurut Piaget manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
sebuah kota-kotak yag masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, dalam proses belajar terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan
adaptasi.
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah
ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang berisi
dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasi pengetahuan yang
diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan
baru sehingga akan terjadi kesinambungan (equilibrium). Proses mengkonstruksi,
sebagaimana dijelaskan Piaget, adalah sebagai berikut :
a. Skemata
Piaget mengatakan bahwa schemata orang dewasa mulai dari schemata anak
melaui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Makin mampu
seseorang membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya, makin banyak
schemata yang dimilikinya. Dengan demikian, schemata adalah struktur
organisasi kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang
menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi dan akomodasi
b. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan baru ketika seseorang
memadukan stimulus atau presepsi ke dalam schemata atau perilaku yang sudah
ada. Pada dasarnya, asimilasi tidak mengubah schemata, tapi mempengaruhi
atau memungkinkan pertumbuhan schemata. Asimilasi terjadi secara kontinu,
berlangsung terus-menerus dalam perkembanfan intelektual anak.
c. Akomodasi
Akomodasi adalah proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai
pengalaman baru. Proses tersebut menghasilkan terbentuknya schemata baru
dan berubahnya schemata lama.
4
d. Keseimbangan
Dengan adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak yang sedang
berkambang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Piaget
membagi fase perkembangan manusia ke dalam empat perkembangan yang
tertera dalam table di bawah ini:
Tahapan
Sensorimotor
Usia
0-2
Gambaran
Bayi bergerak dari tindakan reflek
instingtif pada saat lahir sampai
permulaan pemikiran simbolis. Bayi
membangun suatu pemahaman
tentang dunia melalui
pengoorgadinasian pengalamanpengalaman sensor dengan tindakan
Operational
Concerte
2-7
fisik
Anak mulai merepresentasikan dunia
7-11
denan kata-kata dan gambar-gambar.
Pada saat ini anak dapat berpikir
operational
secara logis mengenai peristiwa-
Formal
peristiwa yang konkret
Anak remaja berpikir dengan cara
11-15
operational
yang lebih abstrak dan logis.
Pemikiran lebih idealistik
2. Teori belajar konstruktivisme Vygotsky (sosial)
Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu
konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh
Vygotsky disebut konstruktivisme sosial.
5
D. Implikasi Teori Pembelajaran Secara Konstruktivistik Kognitif dan Sosial Dalama
Pembelajaran
1.
Fase Start
Guru mungkin ingin mulai dengan mengukur pengetahuan murid sebelumnya dan
menetapkan berbagai kegiatan. Guru dapat mulai dengan pertanyaan umum terbuka lalu
mendorong murid untuk memberikan jawaban-jawaban terbuka, dan mendiskusikan
tentang subyek ini. Sebagai altrnatif adalah mulai dengan sebuah masalah yang relevan
dengan kehidupan murid sehari-hari.Setelah itu topik pelajaran yang dimaksud dapat
diintroduksikan. Guru mungkin juga memutuskan untuk mengintroduksikan sebuah
situasi yang membingungkan atau mengejutkan, yang menyebabkan murid memikirkan
tentang situasi tersebut. Alih-alih langsung mengintroduksikan sebuah definisi atau
konsep pada murid-murid, guru akan berusaha membuat mereka menemukan berbagai
aturan dan definisi dan akan menetapkan sebuah kegiatan yang memungkinkan mereka
untuk melakukan hal itu.
3. Fase Eksplorasi
Murid sakarang mengerjakan kegiatan yang ditetapkan guru di fase 1. Kegiatan ini
biasanya bersifat eksploratik, melibatkan situsi atau bahan-bahan riil,dan memberikan
kesempatan untuk kerja kelompok. Kegiatannya mestinya distrukturisasikan
sedemikian rupa sehingga para murid menghadapi isi-isu yang memungkinkan mereka
mengembangkan pemahaman, dan mestinya juga cukup menantang(meskipun tidak
melamppaui kemampuan mereka). Ada baiknya juga untuk mengingatkan murid
tentang proses-proses metakognitif yang mungkin ingin mereka terapkan ketika
menyelesaikan masalah.
4. Fase Refleksi
Selama fase ini, murid mungkin diminta untuk menengok kembali kegiatan itu dan
menganalisisa serta mendiskusikan apa yang telah mereka kerjakan, baik dengan
kelompok-kelompok lain atau dengan guru. Guru dapat memberikan scaffolding yang
bermanfaat selama fase ini, melalui pertanyaan dan komentar yang dirancang untuk
mengaitan eksplorasi itu dengan konsep kunci yang sedang dieksplorasi.
5. Fase Aplikasi dan Diskusi
Setelah itu guru dapat meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan berbagai
temuan dan menarik kesimpulan. Langkah berikutnya dapat diidentifikasi oleh
guru dan murid,dan poin-poin kunci direkap.
6
E. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KONSTRUTIVISME
1.
Kelebihan
Berfikir
: Alam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
Faham
: Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh
mengapliksikannya dalam semua situasi.
Ingat
: Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini
membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
Seronok
2.
: Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin
dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok
belajar dalam membina pengetahuan baru.
Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam
proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu
mendukung.
Beberapa kelebihan dalam pembelajaran ini adalah:
Pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut.
Melibatkan secara aktif memecahkan maslah dan menuntut ketrampilan berfikir
pebelajar yang lebih tinggi tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga
pembelajaran bermakna.
Pembelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang
diseleseikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan
motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahan yang dipelajari.
Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan dewasa mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar.
Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajaran dan temuannya sehingga pencapaian kesempatan belajar pebelajar dapat
diharapkan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa
mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks
untuk membangun pengetahuan secara mandiri dan inisiatif. Dalam implikasi
teori konstruktivisme dalam pembelajaran terbagi dalam lima fase, yaitu
orientasi, elicitasi, restrukturisasi ide, aplikasi ide, dan reviw.
8
DAFTAR PUSTAKA
Mardevin Kartianto. 2013. Makalah Konstruktivisme dalam Belajar dan Pembelajaran.
Blogspot.com
http://warnet178meulaboh.blogspot.com/2013/05/makalah-konstruktivisme-dalambelajar.html
Indri. 2014. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASI TERHADAP
PEMBELAJARAN. Blogspot.com
http://indrierb.blogspot.com/2014/01/teori-belajar-konstruktivisme-dan.html
Abdul Aziz. 2011. penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran
. Blogspot.com
2014.http://azizcemara.blogspot.com/2011/07/penerapan-teori-belajar-konstruktivisme.html
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung:
Rosda
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva
Press