Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Agency Theory
Topik perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen
laba (earnings management). Seperti halnya manajemen laba penjelasan konsep
perataan laba juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency teory).
Jensen dan Meckling dalam Sari (2010) menyatakan bahwa hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Teori
keagenan membahas hubungan antara manajemen dan pemegang saham, dimana
yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah
manajemen (Belkaouli, 2006). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan
agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan
principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).
Agency Theory juga menyatakan bahwa pemilik perusahaan diasumsikan
hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atas investasi mereka dalam
perusahaan, sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut
(Harto, 2009).


Universitas Sumatera Utara

Hertanti (2005) mengatakan bahwa inti dari hubungan keagenan adalah
terdapat pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Principal
akan menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan serta
mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan kepada agen.

Principal

memiliki harapan bahwa agen akan menghasilkan return dari uang yang mereka
investasikan. Di lain pihak, agen memiliki kewajiban untuk mengelola perusahaan
sesuai dengan keinginan principal.
Karena perbedaan kepentingan inilah masing-masing pihak berusaha untuk
memperbesar keuntungan pribadi. Principal menginginkan return yang besar dan
cepat atas investasi mereka dan menilai prestasi manajer berdasarkan
kemampuannya untuk memperbesar laba yang akan dialokasikan pada pembagian
dividen.

Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk


mengoptimalkan keuntungan para principal dengan memperoleh kompensasi
sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda
di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
Untuk memenuhi tuntutan prinsipal dan mendapat intensif yang tinggi,
manajer akan memainkan beberapa kondisi perusahaan sedemikian rupa agar
seolah-olah target tercapai bila tidak ada pengawasan yang memadai dalam
kinerja manajer.

9
Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1: “Laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap

biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai arus kas, atau

laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan
oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Perkembangan
perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai
kebutuhan utama setiap perusahaan.

Semakin berkembangnya pasar modal

menyebabkan semakin besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia
akuntansi, transparansi dapat dimaksudkan dengan seberapa jauh pembaca
laporan keuangan atau pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap
laporan keuangan suatu perusahaan dapat mengetahui dan menggali kandungan
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Menurut Djarwanto (2004) laporan keuangan merupakan hasil refleksi dari
sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Kondisi dan hasil
operasi (kinerja) perusahaan tercermin pada laporan keuangan. Informasi tentang
kondisi keuangan dan hasil operasi yang tercermin dalam laporan keuangan
merupakan komunikasi antara laporan keuangan dengan berbagai pihak yang
berkepentingan.


10
Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Laba Akuntansi
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang
memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Pengertian laba yang dianut
oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih
pengukuran pendapatan dan biaya.

Besar kecilnya laba sebagai pengukur

kenaikan aktiva sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan
biaya.

Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak

didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang.
Menurut PSAK 46 paragraf ketujuh laba akuntansi adalah laba atau rugi
bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Laba akuntansi diukur

berdasarkan konsep laba akrual. Tujuan utama akuntansi akrual adalah
pengukuran laba. Dua proses utama dalam pengukuran laba adalah pengakuan
pendapatan dan pengaitan beban.
Menurut Belkaouli laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai
perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode
tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya.
Di sisi lain, akuntan mendefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan
sebagai suatu kesatuan. Laba akuntansi (accounting income) secara operasional
didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari transaksi
yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan
tersebut.

11
Universitas Sumatera Utara

Belkaouli menyebutkan bahwa laba akuntansi mempunyai lima karakteristik
sebagai berikut:
1. laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari
penjualan barang atau jasa,
2. laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada

kinerja perusahaan selama satu periode tertentu,
3. laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus mengenai definisi, pengukuran dan pengakuan
pendapatan,
4. laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam
bentuk cost historis,
5. laba akuntansi menghendaki adanya perbandingan (matching) antara
pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.

2.1.4. Income Smoothing
Bieldman dalam Belkaouli (2000) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan
sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat
laba yang dianggap normal bagi perusahaan.
Perataan laba adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan
laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil (Fudenberg dalam Syahriana,
2006:14). Perataan laba sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang
12
Universitas Sumatera Utara


diinginkan baik secara artifisial (melalui metode akuntansi) maupun secara riil
(melalui transaksi). Tindakan perataan laba telah dianggap sebagai tindakan yang
umum dilakukan (Koch dalam Syahriana, 2006:15).
Alasan perataan laba adalah bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan
kreditur, investor, dan karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses
psikologis yaitu:
1. mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan,
2. meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan karena laba yang
stabil akan mendukung kebijakan pembayaran dividen yang stabil,
3. meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan
laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan
kenaikan gaji atau upah,
4. siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan gelombang
optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai
usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan.
Adapun keuntungan yang diperoleh manajemen dari tindakan perataan laba
ini (Parikesit, 2003) adalah :
1. Skema kompensasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang

disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena setiap fluktuasi
dalam laba akan berpengaruh langsung dalam kompensasi.

13
Universitas Sumatera Utara

2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi
pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilan atau
penggantian manajemen secara langsung.

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing
2.1.5.1. Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan. Sedangkan Horne dan Wachowicz
(2005:222) mengatakan rasio profitabilitas menghubungkan laba dengan
penjualan dan laba dengan investasi yang secara bersama-sama keduanya
menunjukkan efektivitas keseluruhan operasi perusahaan.
Profitabilitas

adalah


kemampuan

perusahaan

untuk

menghasilkan

keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas
dalam

arti

kemampuan

perusahaan

menghasilkan


profit

yang

diukur

menggunakan rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva umum digunakan
karena mampu menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dari
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Peneliti memutuskan untuk
menggunakan Return on Asset (ROA) sebagai pengukuran profitabilitas.
Return on Asset (ROA) biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas
total aktiva.

Rasio ini mencoba untuk mengukur efektivitas pemakaian total

sumber daya oleh perusahaan.

14
Universitas Sumatera Utara


ROA merupakan rasio yang digunakan dalam menganalisis laporan
keuangan atas kinerja keuangan perusahaan. Menurut Jumingan (2006) “Ratio
operating income dengan operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari
investasi modal dalam aktiva tanpa mengandalkan dari sumber mana modal
tersebut berasal (keseluruhan modal)”.
Return on Asset yaitu rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan total
asset.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan tingkat keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam
perusahaan (Albahi, dkk., 2009).

ROA memberitahu besar pendapatan yang

dihasilkan dari besar modal yang ditanamkan. Aset perusahaan terdiri dari hutang
dan ekuitas. Angka ROA memberikan gambaran bagaimana efektivitas
perusahaan dalam mengkonversi uang untuk berinvestasi ke dalam laba bersih.
Semakin tinggi ROA semakin baik, karena perusahaan akan mendapatkan uang
lebih dari investasi yang ditanamkan.
ROA memiliki keunggulan sebagai berikut (Utomo dalam Djoesvita, 2011).
1. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai
absolute.
3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit
usaha.
Menurut Djarwanto (2004) profitabilitas bertujuan mengukur efisiensi
aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.

15
Universitas Sumatera Utara

Profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin
pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan.
Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan
perusahaan memperoleh laba.

Perusahaan yang rasio profitabilitasnya besar

cenderung melakukan praktik perataan laba daripada perusahaan yang rasio
profitabilitasnya kecil.
2.1.5.2. Financial Leverage
Munawir (2004) mengatakan bahwa rasio leverage atau solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya, baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin tinggi
rasio leverage berarti semakin besar proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai
dari hutang.
Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak
tertagihnya suatu utang. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan
rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi,
karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih
tinggi.

Menurut Schipper (1981) dalam Almilia (2007), tambahan informasi

diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap
dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur.

Oleh karena itu perusahaan

dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi

16
Universitas Sumatera Utara

kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, sehingga perusahaan akan
menyediakan informasi secara lebih komprehensif.
Ada beberapa pengukuran dengan menggunakan rasio leverage yaitu: rasio
utang terhadap aktiva, rasio utang terhadap ekuitas, dan rasio kelipatan
pembayaran bunga. Peneliti menggunakan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to
Equity Ratio) untuk mengukur leverage. Rasio ini (leverage) diukur dengan
rumus perbandingan antara utang dengan ekuitas. Dengan pengukuran DER dapat
dilihat bagaimana ekuitas perusahaan menjamin hutang perusahaan.
Rasio leverage yang besar mengakibatkan turunnya minat investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga dapat memicu adanya
tindakan perataan laba (Narsa, dkk., 2003).

Semakin besar rasio financial

leverage semakin besar pula risiko yang ditanggung oleh pemilik modal yang
pada akhirnya mengakibatkan turunnya minat investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan dengan rasio financial leverage
yang besar cenderung melakukan praktik perataan laba daripada perusahaan
dengan rasio financial leverage yang kecil.

2.1.5.3. Dividend Payout Ratio
Dividen adalah pembagian berupa kas, aktiva lain, wesel, dan dividen saham dari
suatu perusahaan kepada para pemegang saham, secara proporsional sesuai
dengan banyaknya lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
Sedangkan dividend payout ratio merupakan rasio pembagian dividen itu sendiri.
Menurut Stice (2004 : 907), dividen diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:
17
Universitas Sumatera Utara

1. dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang diterima oleh
investor dalam bentuk kas. Bagi Perusahaan, dividen ini mengurangi akun
Laba Ditahan dan Kas, sedangkan bagi investor dividen tunai ini
menghasikan kas dan mencatatnya sebagai Pendapatan Dividen.
2. dividen properti (property dividends) merupakan distribusi kepada
pemegang saham yang terhutang dalam bentuk aktiva selain kas. Properti
yang biasa dijadikan sebagai dividen adalah efek dari perusahaan lain yang
dimiliki oleh perusahaan.
3. dividen saham (stock dividends) merupakan saham tambahan dari
perusahaan kepada pemegang saham sebagai pengembalian atas saham
yang mereka miliki dalam perusahaan tersebut.
4. dividen likuidasi (liquidating dividend) merupakan suatu pembagian
kepada pemegang saham atas sebagian dari modal disetor. Dividen
likuidasi dicatat oleh perusahaan dengan mengurangi Agio Saham.
Besar kecilnya dividen tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh
sehingga perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba (Sartono,
2001). Laba yang meningkat akan meningkatkan porsi (nominal) dividen yang
akan diterima oleh para pemegang saham. Semakin tinggi laba suatu perusahaan
maka akan semakin mendorong para pemegang saham untuk menuntut dividen
yang pantas atas setiap lembar saham yang mereka miliki. Jadi, semakin tinggi
porsi dividen atas semakin meningkatnya laba perusahaan, maka semakin
cenderung pula perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba. Perusahaan
dengan dividend payout ratio yang lebih tinggi cenderung melakukan praktik

18
Universitas Sumatera Utara

perataan laba dibanding dengan perusahaan yang memiliki dividend payout ratio
yang lebih rendah.

2.2. Penelitian Terdahulu
Pada tahun 2004 Muhammad Yusuf dan Soraya telah melakukan penelitian
berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada
Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia” dengan variabel independen:
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, dan status perusahaan, dan
mengambil variabel dependen perataan laba. Hasil penelitian ini adalah leverage
operasi berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, sementara ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap
perataan laba.
Igan Budiasih, pada tahun 2006, mengangkat judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba” pada penelitian yang menjadikan ukuran
perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan dividen payout ratio sebagai
variabel independennya, dan perataan laba sebagai variabel dependennya.
Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan dividen
payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba, sedangkan
financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Alwan Sri Kustono melakukan penelitian pada tahun 2007 dengan judul
“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dividend Payout Ratio, Risiko Spesifik, dan
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan
Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002-2006”. Kustono mengangkat

19
Universitas Sumatera Utara

ukuran perusahaan, dividend payout ratio, risiko spesifik, dan pertumbuhan
perusahaan sebagai variabel independen, dan perataan laba sebagai variabel
dependen. Hasil dari penelitian ini yaitu pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan, dividend payout ratio, dan
risiko spesifik tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Pada tahun 2010 Gold Naru Sitinjak melakukan penelitian yang berjudul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian yang
menjadikan ukuran perusahaan, net profit margin, operating profit margin, dan
return on asset sebagai variabel independen, dan perataan laba sebagai variabel
dependennya ini menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, net profit
margin, operating profit margin, dan return on asset tidak berpengaruh pada
perataan laba.
Masih pada tahun 2010, Distiti Okkarisma Dewi juga telah melakukan
penelitian sejenis dengan judul “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, dan
Financial Leverage terhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen penelitian ini yaitu jenis
usaha, ukuran perusahaan, dan financial leverage, sedangkan variabel
dependennya yakni perataan laba.

Kesimpulan atas penelitian Dewi ini

menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan terhadap perataan
laba, sementara jenis usaha dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
perataan laba.

20
Universitas Sumatera Utara

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah dalam hal rentang waktu penelitian. Peneliti menjadikan tahun
2005-2010 sebagai tahun penelitiannya.

Selain itu peneliti mengkhususkan

sampel penelitian hanya pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Tahun
Penelitian
2004

Peneliti

Judul
Penelitian

Muhammad Faktor-faktor
Yusuf dan yang
Soraya
Mempengaruhi
Praktik Perataan
Laba
pada
Perusahaan
Asing dan Non
Asing
di
Indonesia

Variabel
Penelitian

Hasil Penelitian

Variabel
independen:
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
leverage
operasi, dan
status
perusahaan

Leverage
operasi
berpengaruh
signifikan terhadap
perataan laba.
Sementara ukuran
perusahaan,
profitabilitas, dan
status perusahaan
tidak berpengaruh.

Variabel
dependen:
perataan laba
2006

Igan
Budiasih

Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Praktik Perataan
Laba

Variabel
independen:
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
financial
leverage, dan
dividen
payout ratio

Ukuran
perusahaan,
profitabilitas, dan
dividen payout ratio
berpengaruh positif
signifikan terhadap
perataan laba.
Financial leverage
tidak berpengaruh
terhadap perataan
laba.

Variabel
dependen:
perataan laba

21
Universitas Sumatera Utara

2007

2010

Alwan Sri Pengaruh
Kustono
Ukuran
Perusahaan,
Devidend
Payout, Risiko
Spesifik,
dan
Pertumbuhan
Perusahaan
terhadap Praktik
Perataan Laba
pada
Perusahaan
Manufaktur
Studi Empiris
Bursa
Efek
Jakarta 2002 2006

Variabel
independen:
ukuran
perusahaan,
dividen
payout ratio,
risiko
spesifik, dan
pertumbuhan
perusahaan

Gold Naro Faktor-Faktor
Sitinjak
yang
Mempengaruhi
Perataan Laba
(Income
Smoothing)
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia

Variabel
independen:
ukuran
perusahaan,
net profit
margin,
operating
profit
margin, dan
return on
asset

Variabel
dependen :
peratan laba

Pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
terhadap perataan
laba.
Ukuran
perusahaan, divden
payout ratio, dan
risiko spesifik tidak
berpengaruh
terhadap perataan
laba.

Besaran
perusahaan,
net
profit
margin,
operating
profit
margin, dan return
on
asset
tidak
berpengaruh pada
perataan laba.

Variabel
dependen:
perataan laba

22
Universitas Sumatera Utara

2010

Diastiti
Okkarisma
Dewi

Pengaruh Jenis
Usaha, Ukuran
Perusahaan dan
Financial
Leverage
terhadap
Tindakan
Perataan Laba
pada
Perusahaan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia

Variabel
independen:
jenis usaha,
ukuran
perusahaan,
dan financial
leverage
Variabel
dependen:
perataan laba

Financial leverage
berpengaruh
signifikan terhadap
perataan laba.
Jenis usaha dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap perataan
laba.

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting (Sugiyono, 2005:47). Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan
penelitian dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, kerangka konseptual
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

23
Universitas Sumatera Utara

H1

Profitabilitas
(X1)

Income Smoothing
H2

Financial Leverage

(Y)

(X2)

H3

Dividend Payout Ratio

(X3)

H4

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

“Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan
teori dan penelitian terdahuu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang
diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta
merumuskan hipotesis”(Jurusan Akuntansi, 2004:13).
Kerangka konseptual sebelumnya menggambarkan bahwa perataan laba
sebagai variabel terikat dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu : profitabilitas,
financial leverage, dan dividend payout ratio.
Profitabilitas

diukur

dengan

Return

On

Asset

(ROA

merupakan

pengembalian atas total aktiva). Variabel financial leverage diukur dengan Debt
to Equity Ratio (dengan pengukuran DER dapat dilihat bagaimana ekuitas

24
Universitas Sumatera Utara

perusahaan menjamin hutang perusahaan). Dividend Payout Ratio merupakan
pengukurn bagi proporsi pembagian saham kepada para pemegang saham atas
jumlah lembar saham yang dimilikinya.
H1 menggambarkan bahwa variabel X1 (profitabilitas) mempengaruhi
variabel Y (income smoothing/perataan laba). H2 menggambarkan bahwa variabel
X2 (financial leverage) mempengaruhi variabel Y. H3 menggambarkan bahwa
variabel X3 (dividend payout ratio) mempengaruhi variabel Y, dan H4
menggambarkan variabel X1, X2, dan X3 secara bersama-sama mempengaruhi
variabel Y.

2.3.2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2007:49), “hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan
maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai
struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”.
Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau
keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap income smoothing/perataan laba.
H2: Financial Leverage berpengaruh terhadap perataan laba.
H3: Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap perataan laba.

25
Universitas Sumatera Utara

H4: Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio secara
bersama-sama

berpengaruh

terhadap

perataan

laba.

26
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia

1 3 85

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILTAS DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 11 104

Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia

0 0 11

Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia

0 0 2

Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia

0 0 7

Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia

0 1 4

Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia

0 0 16

UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN KECENDERUNGAN PERATAAN LABA

0 0 9

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 20

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, FIRM SIZE, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016 - UNWIDHA Repository

0 1 33