Makalah Pilkada Serentak Contoh Makalah Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) | CONTOH MAKALAH DOCX Pilkada serentak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat

dan kratos yang berarti pemerintahan. Demokrasi adalah suatu pemerintahan
dimana rakyat memegang peranan penting yang menentukan kesejahteraan suatu
Negara.
Pada waktu sekrang ini sebagai ciri demokrasi ialah bahwa tiap-tiap
keputusannya selalu bersandarkan atas dasar kelebihan suara. Golongan besar
memperoleh suara terbanyak, sedangkan golongan kecil menderita kekalahan.
Kesadaran akan pentingnya demokrasi sekarang ini sangat tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan Pemilihan
Umum baik yang dilaksakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini
terlihat dari jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya yang sedikit.
Pemilihan umum ini langsung dilaksanakan secara langsung pertama kali untuk
memilih presiden dan wakil presiden serta anggota MPR, DPR, DPD, DPRD di
tahun 2004. Walaupun masih terdapat masalah yang timbul ketika waktu

pelaksanaan. Tetapi masih dapat dikatakan suses.
Pemilihan umum (pemilu) tahun 2004 merupakan satu momentum besar bagi
perwujudan cita-cita bangsa dalam menciptakan pemerintahan yang demokratis.
Pada periode ini amanat Pasal 6A UUD 1945 dilaksanakan dengan untuk pertama
kalinya dalam sejarah pemilu di Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden dipilih
langsung oleh rakyat. Pemilu 2004 dianggap sebagai keberhasilan bangsa
menguatkan demokrasi di Indonesia dan menciptakan pemerintahan yang
langsung berasal dari aspirasi rakyat.

Pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara umum
memang dapat dikatakan lebih bersifat demokratis jika dibandingkan dengan
pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) karena mekanisme pelaksanaannya yang melibatkan rakyat secara
langsung, Presiden dan Wakil Presiden dalam hal ini mendapatkan mandat
langsung serta dukungan yang nyata sebagai satu bentuk interaksi langsung antara
pemilih dan yang dipilih. Di sisi lain untuk menguatkan pandangan tersebut
setidaknya terdapat 2 (dua) alasan mengapa pemilihan umum Presiden dan Wakil
Presiden perlu untuk dilaksanakan. Pertama, pemilihan langsung lebih membuka
pintu bagi tampilnya Presiden dan Wakil Presiden yang sesuai dengan kehendak
mayoritas rakyat. Kedua, untuk menjaga stabilitas pemerintahan agar tidak mudah

dijatuhkan di tengah jalan sesuai dengan yang berlaku di dalam sistem
presidensial. Berdasarkan pada pandangan dan alasan ini, menjadi satu hal yang
logis jika kemudian muncul ekspektasi dari publik bahwa Pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden diharapkan mampu menciptakan pemerintahan
negara yang demokratis dan lepas dari otoritarian penguasa berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, serta dapat membangun kedaulatan rakyat yang seutuhnya.
Pilkada merupakan salah satu instrumen untuk memenuhi desentralisasi
politik dimana dimungkinkan terjadinya transfer lokus kekuasaan dari pusat ke
daerah. Pilkada sebagaimana pemilu nasional merupakan sarana untuk memilih
dan mengganti pemerintahan secara damai dan teratur. Melalui pilkada, rakyat
secara langsung akan memilih pemimpinnya di daerah sekaligus memberikan
legitimasi kepada siapa yang berhak dan mampu untuk memerintah. Melalui
pilkada perwujudan kedaulatan rakyat dapat ditegakkan. Pilkada dengan kata lain
merupakan seperangkat aturan atau metode bagi warga negara untuk menentukan
masa depan pemerintahan yang absah (legitimate).
Sejalan dengan semangat desentralisasi, sejak tahun 2005 Pemilu Kepala
Daerah

dilaksanakan


secara

langsung

(Pemilukada/Pilkada).

Semangat

dilaksanakannya pilkada adalah koreksi terhadap system demokrasi tidak
langsung (perwakilan) di era sebelumnya, dimana kepala daerah dan wakil kepala
daerah dipilih oleh DPRD, menjadi demokrasi yang berakar langsung pada
2

pilihan rakyat (pemilih). Melalui pilkada, masyarakat sebagai pemilih berhak
untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati
nuraninya, tanpa perantara, dalam memilih kepala daerah.
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah
dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada

bulan Juni 2005.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu,
sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang
diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.
Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara
pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undangundang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali
Kota.
Untuk menjamin Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dilaksanakan
secara demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka kedaulatan rakyat
serta demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat wajib dihormati sebagai
syarat utama pelaksanaan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
Kedaulatan rakyat dan demokrasi tersebut perlu ditegaskan dengan
pelaksanaan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung oleh
rakyat, dengan melakukan beberapa perbaikan mendasar atas berbagai
permasalahan pemilihan langsung yang selama ini telah dilaksanakan.
Namun, pembentukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang mengatur mekanisme pemilihan
3


kepala daerah secara tidak langsung melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
telah mendapatkan penolakan yang luas oleh rakyat dan proses pengambilan
keputusannya tidak mencerminkan prinsip demokrasi.
Selain berdasarkan alasan tersebut di atas, terdapat pertimbangan mengenai
kepentingan yang memaksa sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
138/PUU-VII/2009 yang di dalamnya memuat tentang persyaratan perlunya
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang apabila:
1. adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah
hukum secara cepat berdasarkan Undang-Undang;
2. Undang-Undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi
kekosongan hukum atau ada Undang-Undang tetapi tidak memadai;
3. kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat
Undang-Undang secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu
yang cukup lama sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu
kepastian untuk diselesaikan.
Atas dasar tersebut, maka Presiden telah menetapkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota. Pada Pasal 201 Ayat (1) Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang tersebut menyatakan, Pemungutan suara serentak

dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang masa jabatannya berakhir
pada tahun 2015 dilaksanakan pada hari dan bulan yang sama pada tahun 2015.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul makalah yang akan
diambil adalah “PILKADA SERENTAK DI SELURUH INDONESIA
MENUJU PEMILU SERENTAK.”

4

1.2

Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran umum Pilkada serentak di Indonesia?

1.3

Maksud dan Tujuan

1.3.1


Maksud
Maksud adalah ingin menggambarkan Pilkada serentak di Indonesia.

1.3.2

Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada adalah sebagai berikut:

Memperoleh gambaran tentang Pilkada serentak di Indonesia.

5