Pengantar Redaksi | UGM | Jurnal Pemikiran Sosiologi 23530 46062 1 PB

Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus-Desember 2016
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
Pengantar Redaksi

Gerakan sosial merupakan suatu tema yang
tidak akan pernah habis dibahas dan selalu
menjadi bagian penting di dalam pemikiran
Sosiologi. Pembahasan mengenai gerakan
sosial selalu bervariasi dan menjadi
perdebatan penting di dalam Sosiologi
khususnya ketika memaknai mobilisasi
kelompok,
pengorganisasian
dan
pelembagaan kelompok untuk suatu
kepentingan bersama yang diperjuangkan.
Di dalam Sosiologi, terdapat banyak teori
mengenai gerakan sosial. Teori-teori
tersebut pada umumnya menyepakati suatu
tesis umum mengenai gerakan sosial

sebagai suatu aksi bersama sekelompok
orang atau anggota masyarakat yang secara
spontan
maupun
secara
terencana
menggunakan strategi memobilisasi orang
atau sekelompok individu yang ditujukan
untuk melakukan perubahan sosial,
perombakan atau bahkan resistensi politik,
dan pencapaian kesejahteraan bersama
yang mereka perjuangkan. Mobilisasi itu
melibatkan bukan hanya melibatkan
sekelompok individu sebagai kekuatan biopolitics, melainkan juga melibatkan segala
sumberdaya seperti pengetahuan (nilai,
norma, kepercayaan), ilmu pengetahuan
bahkan
rekayasa
teknologi,
dan

sumberdaya alam dimana kepentingan yang
diperjuangkan tersebut berusaha untuk
menempatkan
konteksnya.
Dalam
pengertian ini, teori-teori Sosiologi yang
membahas mengenai gerakan sosial tidak
dapat
dipisahkan
dengan
konteks
kesejarahan atau sejarah dimana gerakan
sosial tersebut dimulai, dilakukan, dan
apakah gerakan sosial tersebut dapat
mencapai tujuannya, dan seberapa besar
pengaruhnya di dalam perubahan sosial.
Meski demikian, gerakan sosial bukan
secara sederhana dimaknai sebagai suatu
aksi kolektif semata, gerakan sosial adalah


suatu upaya secara kolektif untuk
mengambil perubahan di dalam tatanan
masyarakat, yang berarti bahwa kontestasi
atas pengetahuan dan praktik yang
diterapkan atas gerakan itulah yang
kemudian menjadi suatu pengetahuan baru
yang diharapkan dapat mengurangi
ketegangan atau konflik, mengenali
kontradiksi di dalam kontruksi sosial
dominan suatu masyarakat, dan upaya
untuk mencapai keseimbangan bahkan
kekuatan dominan di dalam suatu
masyarakat. Tema utama Jurnal Pemikiran
Sosiologi Volume 3 No 2 Tahun 2016 oleh
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik kali ini menseleksi
beberapa artikel yang bukan hanya
menempatkan
pembahasan
mengenai

gerakan sosial sebagai teori di ruang
hampa belaka. Artikel-artikel yang kami
sajikan memiliki konteks sejarah sosialnya
masing-masing. Jika kami diperkenankan
mengambil urutan penempatan artikel di
dalam Jurnal Pemikiran Sosiologi kali ini
berangkat dari ulasan mengenai sejarah
tragedi 30 September 1965 dimana Budi
Irawanto
penulisnya,
bukan
hanya
meresensi buku Memoar Pulau Buru karya
Hersri Setiawan (yang kebetulan adalah
juga alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
UGM)
melainkan
juga
mengindikasikan pentingnya penulisanpenulisan narasi sejarah alternatif yang

berkaitan dengan sejarah kemanusiaan di
Indonesia bagi pencapaian cita-cita tujuan
kemanusiaan yang adil dan beradab bangsa
Indonesia. Artikel kedua, disajikan oleh
Yongky Gigih Prasisko yang menelisik
gerakan sosial dalam konteks 1998 dimana
dalam periode ini Indonesia berada di
dalam konteks perubahan sosial secara
global yang mengubah tatanan politik,
ekonomi, sosial bahkan secara kultural
berpengaruh pada bagaimana partisipasi
politik
dilakukan
dari
masa-masa
sebelumnya dalam sejarah Indonesia.
v

Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus-Desember 2016
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada
Penulis memaknai gerakan sosial yang lahir
pasca 1
sebagai gerakan sosial baru
dimana
bentuk-bentuk
aktivisme
dilipatgandakan pula melalui pemanfaatan
teknologi
informasi
media.
Dalam
masyarakat kapitalis pasca industri setiap
orang terkoneksi satu sama lainnya melalui
apa yang mereka konsumsi termasuk
wacana-wacana
yang
tersebar
dan
dimediasikan melalui media mainstream

dan bahkan oleh media alternatif . Artikel
ketiga disajikan oleh Joko Suwarno,
mengenai gerakan sosial yang berakar di
dalam konteks masyarakat lokal dimana
para nelayan di Kecamatan Muncar,
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
dihadapkan pada kenyataan menurunnya
pendapatan mereka dan terancamnya
kelangsungan hidup mereka diakibatkan
oleh pengetahuan dan praktik illegal fishing
yang berdampak pada kerusakan ekosistem
sehingga berpengaruh pada kesinambungan
sumberdaya alam perikanan di Selat Bali.
Gerakan sosial yang diprakarsai oleh
beberapa aktivis lokal dan para nelayan ini
menamakan dirinya Gemuruh (Gerakan
Muncar Rumahku) dimana para nelayan
beradaptasi kembali dengan strategi untuk
memobilisasi
kepentingan

bagi
kelangsungan hidup mereka, dan sekaligus
belajar
bersama
untuk
mengenali
kontradiksi-kontradiksi sosial yang dapat
menghambat kelangsungan hidup mereka.
Artikel yang keempat disajikan oleh
Hamada Adzani Mahaswara mengenai
gerakan sosial untuk memperjuangkan
pentingnya ruang publik di Yogyakarta.
Gerakan sosial ini diprakarsai oleh beragam
komponen masyarakat sipil di Yogyakarta
yang menamakan dirinya Warga Berdaya .
Dampak
masifnya
investasi
bagi
kepentingan mengkomodifikasikan lahan di

Yogyakarta telah berdampak bukan hanya
pada perubahan dan keseimbangan
ekosistem lingkungan hidup, melainkan
juga berdampak pada beragam bentuk

resistensi
warga
Yogyakarta
yang
menganggap perubahan atas tata kelola
ruang
di
Yogyakarta
yang
tidak
mempertimbangkan kepentingan bersama
dan ruang tumbuh khususnya bagi
masyarakat kelas menengah ke bawah telah
mencederai citra Yogyakarta sebagai kota
pendidikan dan kota budaya . Artikel kelima

disajikan oleh Ariesta Amanda yang
menelisik peran agensi sosial budaya yang
bekerja di dalam praktik rekacipta
Perkampungan Budaya Betawi di Setu
Babakan Jakarta. Melalui alat analisis
sosiolog Piere Bourdieu mengenai peran
agensi sosial dan reproduksi budaya
melalui ranah sosial dan ekonomi, penulis
mendapati kenyataan bahwa dalam
praktiknya budaya multikulturalisme yang
dikemas sebagai komoditas seni dan
budaya di perkampungan budaya tersebut
hanya menjadi bagian dari suatu bentuk
eksploitasi kelas sosial menengah ke bawah
suku Betawi melalui serangkaian strategi
dan metode mengemas budaya secara
simbolik yang hanya menguntungkan
segelintir elit semata. Hal tersebut terjadi
juga sebagai dampak suatu kebijakan yang
bersifat top down khususnya yang dikelola

oleh pemerintah dimana relasi yang
dibangun
dalam
praktik
rekacipta
perkambungan budaya tersebut cenderung
lebih banyak melibatkan kepentingan elitelit Betawi. Artikel keenam, juga merupakan
artikel mengenai gerakan sosial yang
memiliki dampak pada perjuangan kelas
sosial tertentu, khususnya kaum peremuan
di dalam konteks lokal, meskipun pada
awalnya, strategi pewacanaan gerakan ini
lebih banyak merupakan suatu gerakan
sosial yang bersifat global dan dipengaruhi
oleh keberadaan medium digital seperti
internet. Ade Yulfianto dan Fullah Jumaynah
memerinci
gerakan
sosial
AbortionIsNotACrime yang berskala global
dan difasilitasikan oleh LSM lokal, Samsara
sebagai suatu upaya untuk mendukung
vi

Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus-Desember 2016
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
penyelesaian isu aborsi yang sarat dengan
beragam praktik ketidakadilan sosial.
Demikianlah
sajian
kami
bertajuk
Tantangan Gerakan Sosial dalam edisi
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 3 No 2
tahun 2016. Harapan kami, melalui edisi ini,
Departemen Sosiologi, FISIPOL UGM
setidaknya
telah
mencoba
untuk
menyajikanpertanyaan-pertanyaan
kritis
mengenai tantangan gerakan sosial yang
memiliki konteks kesejarahannya secara
global maupun secara lokal,
bentuk
partisipasi yang dikerahkan termasuk di
dalamnya
unsur-unsur
keswadayaan
(volunterisme), kontestasi atas beragam
kepentingan termasuk menandai lokasi dan
praktik yang melahirkan kontradisksi
sosial, serta aktor-aktor sosial yang terlibat
di dalam memobilisasi kelompok dan
sumberdaya
bagi
perubahan
sosial
termasuk di dalamnya, pemanfaatan
teknologi informasi dan media.
Semoga bermanfaat,
Dewan Redaksi
Sosiologi, UGM.

Jurnal

Pemikiran

vii