Karakteristik Keluarga ‘Imran (Ali-‘Imran) (Suatu Kajian Tafsir Tematik) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

KARAKTERISTIK KELUARGA IMRA<N (A<LI ‘IMRA<N)

(Suatu Kajian Tafsir Tematik)

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana al- Qur‘an

  (SQ) Jurusan Tafsir Hadis Prodi Ilmu al- Qur’a>n dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik

  UIN Alauddin Makassar

  

Oleh

BUDIMAN KADIR

NIM: 30300111012

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

  

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2015 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Budiman Kadir NIM : 30300111012 Tempat/Tgl. Lahir : Lapai. 27 Februari 1990 Jur/Prodi/Konsentrasi : Tafsir Hadis Program Khusus/Ilmu al- Qur’an dan Tafsir Fakultas/Program : Ushuluddin, Filsafat dan Politik Alamat : Samata (Ma’had Ali) Judul : Karakteristik Keluarga ’Imra>n (A<li-’Imra>n)

  (Suatu Kajian Tafsir Tematik) Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Samata, 16 September 2015 Penyusun, BUDIMAN KADIR

  NIM: 30300111012 KATA PENGANTAR

  

يمحرلا نحمرلا الله مسب

,

  و الله لإا لهإا ل ن أ دهش أ ,لّعي لم ام ناسوإلا ملّع لّقلبا ملّع يلذا لله دلحما دعب امم أ ,هدعب مبيه ل يلذا لهوسر و هدبع ًادمحم من أ دهش أ

  Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah swt. Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah yang senantiasa menganugerahkan nikmat dan kasih sayang-Nya kepada setiap manusia, sehingga dengan rahmat, taufiq dan inayah-Nya jualah sehingga karya atau skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan masih terdapat kekurangan yang masih memerlukan perbaikan seperlunya.

  Selanjutnya salawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. dan segenap keluarganya, para sahabat, tabi-tabi'in sampai kepada orang-orang yang mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai saat ini dan bahkan sampai akhir zaman.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian studi maupun penyusunan skripsi ini tentunya tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka patutlah kiranya penulis menyampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1.

  Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M. Si. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  2. Bapak Prof. Dr. H. M. Natsir, M.A. selaku Dekan bersama Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar.

  3. Bapak Dr. H. Muh. Sadik Sabry, M.Ag. selaku ketua jurusan Tafsir Hadis dan Bapak Dr. Muhsin Mahfuds, M.Th.I, selaku sekretaris Jurusan Tafsir Hadis| atas petunjuk dan arahannya selama penyelesaian kuliah.

  4. Bapak Dr. Daming. K., M. Ag. Dan Dr. Hasyim Haddade, S.Ag. M.Ag. selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya memberikan bimbingan dalam pengarahan sehingga skripsi ini dapat dirampungkan sejak dari awal hingga selesai.

  5. Bapak Dr. H. Muh. Sadik Sabry, M.Ag. dan Dr. Aan Farhani, Lc. M.Ag. selaku penguji Ujian Munaqasyah, yang dengan kesediaan waktunya untuk menguji dan memberikan kritikan terhadap skripsi penulis, sehingga terbuka jalan untuk mengoreksi isi skripsi guna kesempurnaan skripsi penulis.

  6. Bapak Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar beserta staf-stafnya yang telah menyediakan referensi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Para dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar yang telah berjasa mengajar dan mendidik penulis selama menjadi Mahasiswa di UIN Alauddin Makassar.

  8. Terkhusus kepada Ayahanda Dr. Abdul Gaffar, M.Th.I., dan Fauziyah Achmad, M.Th.I., yang bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan memberikan masukan terhadap penyelesaian skripsi ini.

  9. Kedua orang tua penulis, ayahnda H. Abd. Kadir dan Ibunda Hj. Dahrah tercinta berkat doa dan jerih payahnya dalam mengasuh dan mendidik penulis dengan sabar, penuh pengorbanan baik lahiriyah maupun batiniyah sampai saat ini, semoga Allah swt. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka. Amin.

  10. Sahabat-sahabatku Mahasiswa Tafsir Hadis Khusus dan Reguler Angkatan ke VII ‚Kita Untuk Selamanya‛ menjadi penggugah semangat dan pemberi motivasi mulai semester 1 hingga penulisan skripsi ini selesai.

  11. Sahabat-sahabatku Mahasiswa STIE Tri Dharma Nusantara Makassar yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  12. Teman-teman KKN Angkatan 50 Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa; Ulviana Safitri, St. Aisyah, Muh. Imran, Muhammad Ogi, dan Gustiawan. atas segala dukungan dan motivasi dalam proses penulisan skripsi ini.

  Akhirnya, penulis hanya bisa berdoa dan mengharapkan kiranya segala bantuan yang mereka berikan mempunyai nilai ibadah di sisi Allah swt. serta semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi pembaca, Amin.

  هتكاربو الله ةحمرو كميلع ملاسلاو

  Samata, 16 September 2015 Penulis, BUDIMAN KADIR NIM: 30300111012

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.......................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... viii PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN .................................... ix ABSTRAK ....................................................................................................... xii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1- 14 A. Latar Belakang ............................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .......................................................................

  5 C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian .................

  5 D. Kajian Pustaka ............................................................................

  8 E. Metodologi Penelitian ................................................................ 11 F. Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 14

  BAB II HAKIKAT KELUARGA ‘IMRA>N ................................................... 15-39 A. Pengertian Keluarga .................................................................. 15 B. Keluarga yang disebut Dalam al-Qur’an ................................... 16 C. Term-term yang Berkaitan dengan Keluarga ............................. 35 BAB III WUJUD KELUARGA ‘IMRA>N ...................................................... 40-64 A.

  ‘Imra>n ......................................................................................... 40 B. Istri ‘Imra>n (Hannah) . ................................................................ 41 C. Maryam ...................................................................................... 44 D.

  Nabi ‘Isa as. ............................................................................... 50 E. Nabi Zakaria as. ......................................................................... 60 F. Nabi Yahya as. ........................................................................... 62

  BAB IV KARAKTERISTIK KELUARGA ‘IMRA>N SERTA URGENSINYA DALAM KEHIDUPAN .................................................................. .. 65-73 A. Satu-satunya Keluarga yang dipakai untuk menjadi nama surah dalam al- Qur’an . ........................................................................ 65 B. Keluarga biasa yang dipuji sejajar dengan keluarga nabi . ......... 66 C. Maryam dan putranya tidak tersentuh setan ............................. 67 D.

  Maryam wanita yang memelihara kehormatannya ................... 68 E. Maryam wanita terbaik .............................................................. 69 F. Hikmah keluarga ‘Imra>n ............................................................ 71

  BAB V PENUTUP .......................................................................................... 74-75 A. Kesimpulan ................................................................................. 74 B. Implikasi...................................................................................... 75

  PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A.

  = R

  ػه

  = H

  د

  = D

  ع

  = ‘a

  ي

  = Y

  ذ

  = z\

  غ

  = G

  ر

  ف

  ظ

  = F

  ز

  = Z

  

ق =

  Q Hamzah (

  ء

  ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( , ).

  Vokal ( a ) panjang = a> --

  لاق

  = qa>la Vokal ( i ) panjang = i> --

  ليق

  = qi>la Vokal ( u ) panjang = u> --

  نود

  = du>na

  = z}

  = Kh

   Transliterasi Arab-Latin 1.

  ص

   Konsonan ب

  = B

  س

  = S

  ك

  = K

  ت

  = T

  ش

  = Sy

  ل

  = L

  ث

  = s\

  = s}

  خ

  م

  = m

  ج

  = J

  ض

  = d}

  ن

  = N

  ح

  = h}

  ط

  = t}

  و

  = w

2. Vokal

  3. Diftong

  الله ةحمر فى = fi> Rah}matilla>h.

  انمبر

  Contoh:

  ) dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda).

  مّ

  Syaddah atau tasydi>d yang dalam system tulisan ‘Arab dilambangkan dengan (

   Tasydid

  =‘Abdulla>h 7.

  اللهدبع

  = billa>h

  للهبا

  Contoh;

  ) Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya, atau berkedudukan sebagai mud}a>fun ilayh, ditransliterasi dengan tanpa huruf hamzah,

  6. Lafz} al-Jala>lah ( الله

  Bila suatu kata yang berakhir dengan ta> marbu>t}ah disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, maka ditransliterasi dengan (t), contoh;

  Au

  ةسر دملل لةاسرلا = al-risa>lah li al-mudarrisah.

  Ta> marbu>t}ah ditransliterasi dengan (t), tapi jika terletak di akhir kalimat, maka ditransliterasi dengan huruf (h), contoh;

  )

  5. Ta> marbu>t}ah ( ة

  Hadis riwayat al-Bukha>ri> b. Al-Bukha>ri> meriwayatkan ...

  ) Alif lam ma’rifah ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika terletak di awal, maka ditulis dengan huruf besar (Al), contoh: a.

  لا

  (

   Kata Sandang

  = khair 4.

  يرخ

  = qaul Ai

  لوق

  = rabbana> Kata-kata atau istilah ‘Arab yang sudah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak ditulis lagi menurut cara transliterasi ini.

  B.

   Singkatan

  Cet. = Cetakan saw. = S{allalla>hu ‘Alaihi wa Sallam swt. = Subh}a>nah wa Ta‘a>la a.s. = Alaih al-Sala>m r.a. = Rad}iy alla>hu ‘Anhu QS = al-

  Qur’an Surat t.p. = Tanpa penerbit t.t. = Tanpa tempat t.th. = Tanpa tahun t.d. = Tanpa data M = Masehi H = Hijriyah

  h. = Halaman

  ABSTRAK Nama : Budiman Kadir NIM : 30300111012 Judul : Karakteristik Keluarga ‘Imran (A>li-‘Imra>n) (Suatu Kajian

  Tafsir Tematik) Keluarga ‘Imra>n adalah keluarga yang sh}aleh yang tinggal di Nasharat

  (Nazaret), yakni sebuah t empat di utara Isra>’il (Israel). ‘Imra>n adalah ayah dari Maryam (Ibu Nabi

  ‘Isa). Nama lengkapnya adalah ‘Imran bin Saham bin Amor bin Meisyan bin Heizkil bin Ahrif bin Baum bin Ezazia bin Amsiya bin Nawus bin Nunya bin Bared bin Yosafat bin Radim bin Abia bin Rabeam bin Sulaiman bin Daud as

  , ‘Imra>n memiliki seorang istri bernama Hannah binti Yaqudz, dan memiliki anak bernama Maryam, kemudian memliki cucu bernama ‘Isa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ayat-ayat menyangkut keluarga ‘Imran melalui pendekatan tafsir Maud{u>’i> (tematik), Adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Karakteristi k Keluarga ‘Imra>n dan dapat dirumuskan dalam rincian sub-sub masalah sebagai berikut: Bagaimana hakikat keluarga ‘Imran? Bagaimana wujud keluarga ‘Imran? Bagaimana urgensi keluarga ‘Imran?.

  Dalam menjawab permasalahan tersebut, digunakan pendekatan ilmu tafsir dan tafsir maud}u>‘i>. Penelitian ini berusaha menghimpun ayat-ayat yang berkaitan kemudian dikaji dari berbagai aspek. Penelitian ini tergolong library research. Pengumpulan data dilakukan dengan mengutip, menyadur dan menganalisis literatur-literatur yang representatif dan relevan dengan masalah yang dibahas, kemudian mengulas dan menyimpulkannya.

  Berdasarkan hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa keluarga ‘Imran adalah satu-satunya keluarga yang dipakai untuk menjadi nama surah dalam al- Qur’an, keluarga ‘Imran merupakan keluarga biasa yang dipuji sejajar dengan keluarga Nabi. ‘Imran adalah keturunan dari Nabi Ya’qub as., yang mempunyai anak bernama Maryam, Maryam kemudian melahirkan Nabi ‘Isa as., Maryam dan putranya tidak tersentuh setan, Maryam wanita yang memelihara kehormatannya dan wanita terbaik pada masanya. Penelitian ini penting untuk diketahui, dipahami, dan dapat dijadikan pedoman oleh setiap kaum muslim agar dapat mewujudkan sebuah keluarga muslim ideal yaitu keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eksistensi al-Qur’an tetap aktual sejak diturunkannya empat belas abad yang lalu. Sampai masa sekarang dan mendatang ayat-ayatnya dikaji oleh cendekiawan, baik muslim maupun non muslim. Sehingga harus diakui bahwa al- Qur’an memiliki keistimewaan spesifik, keluarbiasaan yang menakjubkan, kemukjizatan yang abadi sepanjang zaman.

  M. Quraish Shihab membagi kemukjizatan al-Qur’an itu dalam tiga aspek, yakni aspek kebahasaan, aspek isyarat ilmiah, dan aspek pemberitaan

  1

  gaibnya. Aspek yang disebutkan terakhir ini, termasuk pemberitaan al-Qur’an tentang beberapa peristiwa masa lampau dan masa sesudahnya.

  Menyangkut peristiwa masa lampau, al-Qur’an merekamnya dalam bentuk kisah. Kisah-kisah tersebut merupakan salah satu aspek kemukjizatan al- Qur’an yang sangat menarik untuk dicermati lebih lanjut, sebab di dalamnya termuat berita-berita tentang keadaan umat terdahulu, pengalaman para nabi

  2 sebelum nabi Muh}ammad saw. dan beberapa peristiwa lain yang telah terjadi.

  Terdapat beberapa kisah masa lampau yang diungkap al-Qur’an, diakui bahwa ada di antaranya yang tidak atau belum dibuktikan kebenarannya hingga kini, tetapi sebagian lainnya telah terbukti melalui penelitian antropologi, dan arkeologi. Mengenai adanya kisah yang belum terbukti, bukan merupakan alasan

  1 M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Quran ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Cet I; Bandung: Mizan, 1998), h. 111.

  2 Manna>’ al-Qatta>n, Maba>hi ś fi> ‘Ul ū m al-Qur’a>n (Bair ūt: Muassasah al-Risa>lah, t.th.), h.

  2

  untuk menolak semua kisah yang ada dalam al-Qur’an. Kisah yang belum

  3 terbukti kebenarannya itu, juga belum terbukti kekeliruannya.

  Sebagian di antaranya kisah tentang para nabi dan rasul. Figur para nabi dan rasul dalam kisahnya itu, menunjukkan adanya standar kehidupan manusia dari setiap zaman dan sepanjang zaman, sesuai dengan tahap-tahap kehidupan

  4

  setiap manusia pada umumnya. Standar kehidupan manusia yang dimaksud, bukan hanya dari aspek psikologisnya, tetapi sejak manusia itu diciptakan, dilahirkan, tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, dan hingga tiba ajalnya kelak.

  Dalam al-Qur’an banyak terdapat potret keluarga sepanjang zaman. Ada potret keluarga shaleh dan ada juga potret keluarga celaka. Potret-potret keluarga tersebut meskipun terjadi pada masa dan lingkungan yang berbeda dengan masa saat ini, akan tetapi ia tetap mengandung banyak hikmah dan pelajaran berharga yang senantiasa kekal sepanjang zaman.

  Kisah keluarga nabi A>dam misalnya, ketika dua orang anaknya yaitu H{abil dan Qabil diperintahkan untuk mempersembahkan satu persembahan korban, lalu diterima korban salah seorang diantaranya (H{abil), dan tidak diterima korban dari yang lain (Qabil). Maka Qabil berkata: “Sesungguhnya aku akan membunuhmu!” H{abil menjawab: “Sesungguhnya Allah hanya menerima

  5

  korban dari orang-orang yang bertaqwa”. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya mudah untuk membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah

  3 M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Quran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib , h. 195.

  4 Nunu Achdiat, Seni Berkisah, Memandu Anak Memahami al-Qur’an (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), h. 11.

  5 Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2011),

  3

  menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya berkata Qabil: “Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” karena itu

  6 jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.

  Keluarga nabi tidak selamanya di rid}hai oleh Allah swt. sama seperti keluarga nabi Nuh{ dan Lut}h, istri mereka keduanya kafir. Artinya, keduanya mengkhianati suami mereka dalam masalah agama. Keduanya enggan masuk ke dalam agama suami mereka. Perbuatan istri yang seperti ini adalah pengkhianatan. Dalam kaitan dengan istri nabi Nuh{ itu, Allah berfirman dalam al-Qur’an, “Allah membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar; istri Nuh{ dan istri Lut}h, mereka adalah istri dua orang hamba di antara hamba-hamba Kami yang s}haleh. Tetapi mereka berkhianat (kepada suami-suaminya). Maka mereka tiada berdaya suatu apapun terhadap Allah. Kepada mereka dikatakan, “Masuklah kamu ke dalam neraka jahanam bersama orang yang masuk (ke

  7 dalamnya)”.

  Adapun keluarga yang di rid}hai oleh Allah swt. seperti keluarga nabi Daud yang selalu menyuruh keluarganya untuk senantiasa mengerjakan shalat dan berzikir. Selain nuansa ibadah dan zikir, keluarga nabi Daud juga kental dengan nuansa ilmu pengetahuan. Sudah diketahui bahwa nabi Da>wud adalah manusia pertama yang mampu mengolah besi dengan tangannya untuk berbagai keperluan terutama persenjataan perang. Di samping itu, nabi Daud juga dikenal sebagai seorang raja yang adil dan bijaksana yang mampu memecahkan berbagai permasalahan yang paling rumit sekalipun dengan baik. Tentunya semua itu

6 Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah, h. 163.

  4

  membutuhkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan. Sifat ini kemudian diwarisi oleh putranya, yaitu nabi Sulaima>n. Bahkan dalam beberapa kasus, Allah swt. memberikan pemahaman yang lebih kepada nabi Sulaima>n, sehingga berkat ilmu dan kecerdasannya kasus-kasus tersebut dapat diselesaikan dengan penuh

  8 keadilan.

  Salah satu yang namanya diabadikan menjadi nama salah satu surah dalam al-Qur’an adalah Luqma>n. Sebagian besar ayat-ayat dalam surah Luqma>n bercerita tentang nasihat-nasihat Luqma>n kepada anaknya. Pelajaran berharga yang dapat diambil di sini adalah seyogyanya pendidikan dasar pertama yang diterima oleh anak adalah datang dari orang tuanya sendiri. Orang tualah yang paling bertanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan anaknya ke jalan yang baik. Adapun sekolah hanyalah sebagai sarana pendukung dalam proses pendidikan anak secara formal. Ada beberapa nasehat yang diberikan Luqma>n kepada anaknya adalah jangan mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar, berbakti kepada kedua orang tua, mendirikan shalat dan melaksanakan amar ma’ruf nah}i mungkar, jangan berlaku sombong, dan sederhanalah dalam berjalan, serta

  9 lunakkanlah suaramu.

  Adapun keluarga yang juga diabadikan namanya dalam al-Qur’an dengan nama sebuah keluarga adalah surah A<li-‘Imra>n (keluarga ‘Imra>n). Tentunya bukan sebuah kebetulan nama keluarga ini dipilih menjadi salah satu nama surah terpanjang dalam al-Qur’an. Di samping untuk menekankan pentingnya pembinaan keluarga, pemilihan nama ini juga mengandung banyak pelajaran yang dapat dipetik dari potret keluarga ‘Imra>n. Satu hal yang unik adalah bahwa

8 Yendri Junaidi, Potret Keluarga Teladan dalam al-Qur’an, Vol. II (Jakarta: Kelompok Gema Insani, 2006), h. 32.

  5

  profil ‘Imra>n sendiri yang namanya diabadikan menjadi nama surah ini dan tidak pernah disinggung sama sekali. Yang banyak dibicarakan justru adalah istri ‘Imra>n (imra’atu ‘Imra>n) dan puterinya; Maryam. Hal ini seolah mengajarkan kita bahwa keberhasilan seorang kepala rumah tangga dalam membawa anggota keluarganya menjadi individu-individu yang s}haleh dan s}halehah tidak serta merta akan menjadikan keluarganya dikenal luas. Boleh jadi dirinya tidak dikenal orang kecuali hanya sekedar nama, akan tetapi rumah tangga yang dipimpinnya

  10 telah menjadi sebuah rumah tangga yang sukses dan teladan banyak orang.

  B.

   Rumusan Masalah

  Agar penelitian ini menjadi lebih terarah dan sistematis, maka pokok masalah yang telah disebutkan adalah “Bagaimana Karakteristik Keluarga ‘Imra>n” dan dapat di rumuskan dalam rincian sub-sub masalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana hakikat keluarga ‘Imra>n? 2. Bagaimana wujud keluarga ‘Imra>n? 3. Bagaimana urgensi keluarga ‘Imra>n? C.

   Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan

  Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu ingin menjelaskan beberapa term yang terdapat dalam judul skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Karakteristik Keluarga Imra>n, Untuk mengetahui alur yang terkandung dalam judul ini, maka penulis menguraikan maksud judul tersebut yang pada garis besarnya didukung empat istilah. Yakni; “Karakteristik”, “Keluarga”, “Imran”, dan “Tematik ”.

1. Karakteristik

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

  10

http://rizkimuliawan.blogspot.com/2008/06/keluarga-yang-diabadikan-dalam-al-

  6

  Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya.

2. Keluarga

  Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan keluarga dalam beberapa pengertian; a) Keluarga terdiri dari ibu dan bapak beserta anak-anaknya, b) Orang yang seisi rumah yang menjadi tanggungan, c) Sanak saudara, d) Satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam kekerabatan.

  11 Hamzah Ya’qub menyebutkan keluarga adalah persekutuan hidup

  berdasarkan perkawinan yang sah dari suami dan istri yang juga selaku orang tua dari anak-anaknya yang dilahirkan.

  3.

  ‘Imran ‘Imran berasal dari keturunan Daud as. Nama lengkapnya adalah ‘Imran bin Saham bin Amor bin Meisyan bin Heizkil bin Ahrif bin Baum bin Ezazia bin

  Amsiya bin Nawus bin Nunya bin Bared bin Yosafat bin Radim bin Abia bin

12 Rabeam bin Sulaiman bin Daud as. Menurut beberapa sumber bahwa ‘Imran

  adalah seorang penguasa dan ulama bani Isra>’il. Keluarga ‘Imra>n adalah keluarga yang sh}aleh yang tinggal di Nasharat (Nazaret), yakni sebuah tempat di utara

  13 Isra>’il (Israel). ‘Imra>n adalah ayah dari Maryam (Ibu Nabi ‘Isa).

  4. Tafsir Tematik/Maud}u>’i Secara bahasa kata Maud}u>’i berasal dari kata yang

  عﻮ ﺿﻮﻣ merupakan isim maf’ul dari kata

  ﻊ ﺿو yang artinya masalah atau pokok

  11 Hamzah Ya,qub, Etika Islam (Bandung: Diponegoro , 1983), h. 146.

  12 Hilmi ‘Ali Sya’Ban, Nabi ‘Isa (Cet. VI; Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2015), h. 28.

  13 M. Ishom El saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an (tempat, tokoh, ulama, dan istilah

  7

  14

  pembicaraan yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan manusia yang

  15

  dibentangkan ayat-ayat al-Qur’an. Berdasarkan pengertian bahasa, secara sederhana metode tafsir Maud}u>’i ini adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan tema atau topik pemasalahan. Secara terminologi tafsir maud}u>‘i menurut pengertian para ulama adalah menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang memiliki tujuan dan tema yang sama, setelah itu disusun berdasarkan kronologis turunnya dengan memperhatikan sebab-sebab turunnya. Langkah selanjutnya adalah menguraikannya dengan timbangan teori-teori akurat sehingga si mufassir dapat menyajikan tema secara utuh dan sempurna. Bersamaan dengan itu, dikemukakan pula tujuannya yang menyeluruh dengan ungkapan yang mudah

  16 dipahami sehingga bagian-bagian yang terdalam sekali pun dapat diselami.

  Secara umum, metode ini memiliki dua bentuk kajian, yaitu pertama, pembahasan menyangkut satu surah al-Qur’an secara utuh dan menyeluruh dengan menjelaskan maksudnya yang umum dan spesifik, menerangkan kaitan antara berbagai persoalan yang dimuatnya sehingga surah itu tampak dalam bentuknya dan cermat. Dalam hal ini mufasir hanya menyampaikan pesan yang dikandung dalam satu surah itu saja.

  Kedua, mengoleksi sejumlah ayat dari berbagai surah, yang membahas satu persoalan tertentu yang sama, lalu ayat-ayat itu ditata sedemikian rupa dan diletakkan di bawah satu topik bahasan, dan

  17 selanjutnya ditafsirkan secara tematik.

  14 Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab–Indonesia (Surabaya: Pustaka Progesif, 1987), h. 1565.

  15 Must}afa Muslim, Maba>his Fi> al-Tafsi>r al-Maud}u>’i (Damaskus: Dar al-Qalam, 1997), h.

  16.

  16 ‘Abdul Hayy al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi<r al-Maud}u>‘i>; Dira>sah Manhajiyyah

  

Maud}u‘iyyah, terj. Rosihan Anwar, Metode Tafsir Maudhu’i dan Cara Penerapannya (Cet. II;

Bandung: Pustaka Setia, 1423 H/ 2002 M), h. 43-44.

  17 Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir al-Qur’an Kontemporer dalan Pandangan

Fazlur Rahman dengan kata pengantar M. Quraish Shihab (Cet. II; Jakarta: Sulthan Thaha Press,

  8

  D.

   Kajian Pustaka

  Setelah melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur dan karya ilmiah, khususnya menyangkut hasil penelitian yang terkait dengan rencana penelitian di atas, maka sampai saat ini penulis belum menemukan karya ilmiah yang membahas tentang karakteristik keluarga ‘Imran secara utuh. Walaupun demikian, bukan berarti pembahasan ini tidak mendapat perhatian dari para peneliti dan para penulis. Paling tidak terdapat beberapa peneliti atau penulis telah memberikan pengertian atau penjelasan tentang keluarga ‘Imran.

  M. Quraish Shihab , dalam karyanya Tafsi>r al-Mis{ba>h Kesan, pesan, dan

  Keserasian al-Qur’an, buku ini menjelaskan tentang Nabi ‘Isa as. dan keluarbiasaan yang terjadi atas beliau adalah keluarbiasaan dan keistimewaan yang terjadi pada keluarga ‘Imra>n yang dimulai dengan neneknya, kemudian ibunya.

  Sayyid Quthb, dalam karyanya Tafsir fi> zhila>lil Qur’an, buku ini menjelaskan tentang kisah keluarga ‘Imran, akan tetapi hanya berfokus pada kisah Maryam dan ‘Isa as.

  Abdullah Renre, dalam bukunya Tafsir Ayat-ayat Sejarah, buku ini menjelaskan tentang kisah Nabi ‘Isa as., namun buku ini lebih menekankan pada satu kisah saja yakni kisah tentang kelahiran Nabi ‘Isa., buku ini tidak membahas secara keseluruhan keluarga ‘Imran.

  Zulfahmi Alwi, dalam bukunya Studi Hadis Dalam Tafsir Al-Mara>ghiy

  (Analisis Kualitas Hadis Dalam Tafsir Surah Ali>-‘Imra>n)., buku ini membahas tentang keutamaan-keutamaan keluarga ‘Imran. Lebih jelasnya, buku ini hanya menjelaskan hadis-hadis tentang keluarga ‘Imran.

  Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, buku ini membahas tentang pengutusan Nabi ‘Isa as., nasab Nabi ‘Isa

  9

  as. dan silsilah ‘Imran. Lebih jelasnya, buku ini banyak menjelaskan tentang kisah Nabi dan Rasul.

  Dengan demikian, dari sejumlah kepustakaan, penulis belum menemukan pembahasan tentang karakteristik keluarga ’Imran dengan menggunakan metode tafsir tematik secara utuh. Bahasan tentang tema tersebut dalam bentuknya yang berserakan, dapat ditemukan di antaranya dalam kitab-kitab tafsir dan ta>ri>kh

  (sejarah) yang sifatnya parsial. Oleh karena itu, kajian yang dilakukan ini akan berupaya mengungkap bagaimana karakteristik keluarga ’Imran yang berorientasi pada tafsir maud}u>’i .

  Untuk memperjelas penelitian ini maka penulis akan menguraikan silsilah keluarga ‘Imran sebagai berikut:

  10

  18 Silsilah keluarga Imra>n

  Penjelasan: Nabi Silsilah Nasab Fokus penelitian

  Ibrahim Ishaq

  Ya’Qub Lawi

  Azir Qahats

  ‘Imran Maryam

  

Isa

18 Sami bin Abdullah al-Maghluts, Atlas Sejarah para Nabi dan Rasul (Cet. II; Jakarta:

  11

  E.

   Metodologi Penelitian 1.

   Jenis Penelitian

  Metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah metode tafsir Maud}u>’i, yang dimaksud dengan metode Maud}u>’i ialah menjelaskan ayat- ayat yang terhimpun dalam satu tema dengan memperhatikan urutan tertib turunnya ayat tersebut, sebab turunnya, korelasi antara satu ayat dengan ayat yang lain dan hal-hal lain yang dapat membantu memahami ayat lalu menganalisnaya secara cermat dan menyeluruh.

  Dalam menerapkan metode ini, biasanya mufassir menguraikan makna yang dikandung oleh al-Qur’an, menetapkan tema yang akan dibahas, mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan tema tersebut, menyusun ayat-ayat tersebut secara runtutan menurut kronologis masa turunnya, disertai pengetahuan tentang sebab-sabab turunnya, menjelaskan muna>sabah atau korelasi ayat-ayat tersebut di dalam masing-masing surahnya, menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh (outline), melengkapi penjelasan ayat dengan hadis-hadis nabi, bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan gamblang, memempelajari semua ayat yang terpilih secara keseluruhan dan atau mengkompromikan antara yang umum dengan yang khusus, yang mutlak dan yang relatif, dan lain-lain sehingga kesemuanya bertemu dalam muara tanpa perbedaan atau pemaksaan

  19 dalam penafsiran.

2. Metode Pendekatan

  Objek studi dalam kajian ini adalah ayat-ayat al-Qur’an. Olehnya itu, penulis menggunakan metode pendekatan tafsir, pendekatan psikologis, dan

19 Abdullah, Taufiq dan Karim, Rush (ed), Metodologi Penelitian Agama, Tiara Wacana,

  

Yogyakarta, 1989, hal. 141. Lihat juga M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, (Cet. XIX;

  12

20 Ada dua macam cara dalam tata kerja metode tafsir

  d.

  Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama atau mengkompromikan antara yang umum dan yang khusus, yang mutlak dan muqayyad atau yang lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara tanpa perbedaan atau paksaan.

  f.

  Menyusun pembahasan dalam karangka yang sempurna.

  e.

  Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing- masing.

  Menyusun urutan ayat-ayat sesuai dengan masa turunnyan disertai pencerahan tentang sebab usulnya.

  pendekatan sosiologis. Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan metode Maud}u>’i . Yang dimaksud metode Maud}u>’i disebut juga metode tematik karena pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-Qur’an.

  c.

  Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik) b. Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah tersebut.

  21 a.

  Mengutip pendapat al-Farmawi didalam bukunya Abd. Muin Salim (Metodologi Ilmu Tafsir), mengemukakan bahwa secara terinci langkah-langkah yang hendak ditempuh untuk menerapkan metode Maud}u>’i adalah sebagai berikut:

  Kedua, penafsiran yang dilakukan berdasarkan surat al-Qur’an.

  Maud}u>’i . Pertama, dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah tertentu saja mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda dan tersebar dalam berbagai surah al-Qur’an.

20 Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir , (Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2005), h. 47.

  13

  3. Metode pengumpulan data Untuk mengumpulkan data, digunakan penelitian kepustakaan ( library research), yakni menelaah referensi atau literatur-literatur yang terkait dengan pembahasan, baik yang berbahasa asing maupun yang berbahasa Indonesia.

  Selain itu, studi ini menyangkut ayat al-Qur’an, maka sebagai kepustakaan utama dalam penelitian ini adalah kitab suci al-Qur’an. Sedangkan kepustakaan yang bersifat sekunder adalah kitab tafsir, sebagai penunjangnya penulis menggunakan buku-buku dan literatur-literatur ke Islaman dan artikel- artikel yang ada kaitannya dengan pembahasan penulis. Penulis juga menggunakan program dalam al-Maktabah al-Sya>milah

  ( ﻣﺎﺸﻟا ﺔﺒ ﻜﳌا)

  pengumpulan data yang terkait, kemudian mengkonfirmasikan kepada kitab aslinya .

  4. Metode pengolahan dan analisis data Istilah pengolahan data secara leksikal berarti “proses, cara, perbuatan mengolah data’’ pengolahan data mengandung makna sebagai salah satu proses yang ditempuh dalam penelitian ilmiah setelah proses pengumpulan data dalam bentuk operasi sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan. Proses pengolahan dan analisis data dapat diperoleh dengan langkah sebagai berikut: a.

  Menyusun klasifikasi item dari masalah atau sub masalah yang dikaji.

  b.

  Memeriksa materi masing-masing data dan memasukkannya ke dalam kelompok itemnya masing-masing.

  c.

  Menyusun urutan kronologis ayat menurut surah makiyah-madaniyahya jika penelitian itu juga mengkaji aspek kesejarahan.

  Terkait penelitian ini, maka analisis yang digunakan adalah melacak berbagai literatur-literatur kitab-kitab tafsir, kebahasaan, dan pandangan-

  14

  pandangan ulama, kecenderungan para ulama-ulama tafsir, berkenaan dengan obyek yang dikaji.

  F.

   Tujuan dan Kegunaan 1.

  Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tentang karakteristik keluarga imra>n terhadap QS. A>li-‘Imran>/3: 35-37. Berikut poin-poin tujuan dari penelitian ini: a.

  Untuk mengetahui hakikat keluarga ‘Imran b.

  Untuk mengetahui bentuk keluarga ‘Imran c. Untuk mengetahui urgensi keluarga ‘Imran d.

  Untuk mengetahui hikmah yang dapat diambil dari keluarga ‘Imran 2.

  Kegunaan Penelitian a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan secara akademis dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam rangka kontekstualisasi ajaran- ajaran al-Qur’an yang sesuai dengan tuntutan zaman tanpa harus meninggalkan pegangan tekstual doktrinernya sekaligus memperkaya khazanah ilmu keislaman.

  b.

  Memotivasi penulis dan para pembaca untuk lebih memahami suatu ilmu yang ingin didalami dan lebih bersikap bijaksana dalam menyikapi problema-problema tafsir.

BAB II HAKIKAT KELUARGA ‘IMRA>N A. Pengertian Keluarga Dalam al- Qur’an kata keluarga disebutkan Allah dengan kata yang

  ِِلٓآ

  berarti kesamaan akidah atau keyakinan. Kata menurut H{assan berarti

  ِِلٓآ

  Kha>s}s}ah al rajul min jihah al qara>bah au al s}h}ubah} (hubungan seseorang dari

  

20

  kekerabatan (nasab) atau persahabatan. Kata menurut banyak ulama berasal

  ِِلٓآ

  dari kata yakni keluarga, Al- Biqa’i berpendapat bahwa kata pada

  لىا ِِلٓآ

  mulanya berarti fatamorgana. Ia menampakkan sesuatu yang tidak ada, sehingga

  21

  bila fatamorgana itu tidak ada tidak juga Nampak sesuatu. Keluarga yang senasab seketurunan, mereka berkumpul dalam satu tempat tinggal, maksudnya keluarga adalah istri dan anak-anak serta yang dikaitkan dengan keduanya. Hamzah Ya’qub menyebutkan: Keluarga adalah persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah dari suami dan istri yang juga selaku orang tua

  22 dari anak-anaknya yang dilahirkan.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga dalam beberapa pengertian: Keluarga terdiri dari ibu dan bapak beserta anak-anaknya, Orang yang seisi rumah yang menjadi tanggungan, Sanak saudara, Satuan kekerabatan

  23

  yang sangat mendasar dalam kekerabatan. Keluarga diartikan sebagai suatu

  20 Al H}assan bin Abdillah, Al- ‘askari> al-Furu>q al-Lugawiyyah, (Mesir: Dar al- ‘Ilmi wa al S|aqa>fa, t.th.), h. 281 21 M. Quraish Shihab, Tafsi>r al-Misba>h (Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’an) Vol. 1, h. 190. 22 23 Hamzah Ya,qub, Etika Islam (Bandung: Diponegoro, 1983), h. 146.

  Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi III (Surabaya: Pusat Bahasa, kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang

  24 ditandai adanya kerja sama ekonomi.

  Sementara itu para ahli antropologi melihat: Keluarga sebagai suatu kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa Sebuah keluarga adalah suatu satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, dan mempunyai fungsi untuk berkembangbiak, mensosialisasikan atau mendidik anak dan menolong serta melindungi yang

  25 lemah khususnya merawat orang-orangtua mereka yang telah jompo.

  Dari dua definisi diatas, terdapat persamaan yakni keluarga terdiri dari suatu kesatuan terkecil dari manusia sebagai makhluk social dan bekerja sama di dalamnya, mendidik anak-anaknya atau merawat orang-orangtuanya. Dalam bentuk yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama. keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau

  26 adopsi serta tinggal bersama.

  B.

   Keluarga yang disebut dalam al-Qur’an 1.

   Keluarga Nabi Ibra>him

  Barangkali dari sekian potret keluarga yang disinggung dalam al- Qur’an, keluarga Nabi Ibrahimlah yang banyak mendapat sorotan. Bahkan dimulai sejak Ibra>him masih muda ketika ia dengan gagah berani menghancurkan berhala- berhala kaum musyrikin sampai ia dikaruniai anak di masa-masa senjanya. 24 Munandar Soelaeman , Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial (Bandung: PT.

  Eresco, 1992), h. 55. 25 Wahyu, Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 57.

  Keluarga Nabi Ibra>him as., termasuk keluarga pilihan di seluruh alam semesta. Sebagaimana disebutkan dalam al- Qur’an:

  َِيِمَماَعْماِ َلََعِ َناَرْ ِعَِِلٓآَوَِيمِىاَرْبّاَِلٓآَوِاًحوُهَوَِمَدٓآِىَفَط ْضاََِّللَّاَِّنّا

  Terjemahnya: Sesungguhnya Allah telah memilih A>dam, Nuh{, keluarga Ibra>him dan

  27 keluarga ‘Imra>n melebihi segala umat (pada masa masing-masing).

  Episode paling terkenal dari kisah Nabi Ibra>him adalah ketika Allah swt., mengaruniakan seorang putra kepadanya di saat usianya sudah sangat lanjut, sementara istrinya adalah seorang yang mandul. Namun Allah swt. maha kuasa untuk berbuat apa saja, sekalipun hal itu melanggar undang-undang alam ( sunan kauniyah), karena alam itu sendiri Dia yang menciptakan.

  Ibra>him yang sudah renta dan istrinya yang mandul akhirnya memperoleh seorang putra yang diberi nama Isma> ’il. Penantian yang sekian lama membuat Ibra>him sangat mencintai anak semata wayangnya itu. Tapi, Allah swt. ingin menguji imannya melalui sebuah mimpi yang bagi para nabi adalah wahyu. Ibra>him diperintahkan untuk menyembelih anaknya. Sebelum melaksanakan perintah itu, terjadi dialog yang sangat harmonis dan menyentuh hati antara anak dan bapak. Ternyata, sang anak dengan hati yang tegar siap menjalani semua kehendak Allah swt. Ia bersedia disembelih oleh ayahnya demi menjalankan perintah Allah swt. Ketegaran sang ayah untuk menyembelih sang anak dan kesabaran sang anak menjalani semua itu telah membuat mereka berhasil

  28

  menempuh ujian yang maha berat tersebut. Allah swt. menebus Isma>’il dengan seekor domba. Kisah ini di abdikan dalam QS. ash-Shaffa>t/37: 100-107.