PENGUKURAN POTENSI LIMBAH KANDANG: OBSERVASI INTENSIF PADA KANDANG KELOMPOK DI KOTA MATARAM PUBLIKASI ILMIAH

PENGUKURAN POTENSI LIMBAH KANDANG: OBSERVASI

  Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

  Program Studi Ilmu Produksi Ternak Jurusan Ilmu Produksi Ternak Oleh: NOVITASARI B1A009105 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2014

PENGUKURAN POTENSI LIMBAH KANDANG: OBSERVASI

  Diserahkan Guna Memenuhi Sebagaian Syarat yang Diperlukan untuk Mendapatkan Derajat

  Sarjana Peternakan Pada

  Program Ilmu Produksi Ternak

  Oleh

NOVITASARI B1A009105

  Menyetujui: Pembimbing utama

  Dr. Ir. Sudirman, SU NIP: 19510924 198103 1001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2014 PENGUKURAN POTENSI LIMBAH KANDANG: OBSERVASI

  INTENSIF PADA KANDANG KELOMPOK DI KOTA MATARAM Oleh

  Novitasari ABSTRAK

  Jurusan Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Matarm

  • – NTB Tlp/Fax : (0370) 633603/640592 Email :

  Penelitian telah dilaksanakan di lima kandang kelompok yang tersebar di Kecamatan Ampenan dan Sekarbela Kota Mataram pada bulan Juni 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasikan potensi limbah dan mengetahui jumlah Bahan Kering (BK) dan Bahan Organik (BO) dari feses dan sisa pakan. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode survei dan analisa laboratorium. 100 g feses dan 300 g sisa pakan dibawa ke Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram untuk menganalisis Bahan Kering dan Bahan Organik. Data total Bahan kering dan Bahan Organik dianalisis menggunakan analisa statistik (mean dan standar deviasi). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah BK feses 4643,7 kg/bulan, dan sisa pakan 2147,4 kg/bulan. Kadar Bahan Kering (asfed basis) feses 16,70 %, dan sisa pakan 28,67 %. Jumlah Bahan Organik feses 99,71 % dan sisa pakan jumlahnya 99,87%. Dengan mengetahui jumlah Bahan Kering dan Bahan Organik limbah feses dan sisa pakan maka dapat diupayakan menjadi pupuk/kompos dan biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak, serta mengurangi pencemaran lingkungan. Kata kunci: Bahan Kering, Bahan Organik, potensi, feses, sisa pakan.

  

ABSTRACT

MEASURING POTENTIAL OF HOUSING WASTE: AN INTENSIF

OBSERVATION IN THE COMMUNAL CRATES

AT MATARAM COUNTY

  

By

NOVITASARI

B1A009105

  The research was conducted in five communal crates wich is located in Kecamatan Ampenan and Sekarbela Mataram at mounth june 2013. The purpose of this research was to estimate the potential of waste residu and to analyse the dry matter and organic matter from feces and feed residue. This research used survey method and loboratoryal analysis. A number of 100 g and 300 g of feed residues were brought to the Loboratory of Animal Nutrition and feed Animal Science Faculty University of Mataram. To analyse the dry matter and organic matter. The total data of dry matter and organic matter were analysed using statistic (mean and standard deviation) analysis. The result showed that the average of feces dry matter 4643.7 kg/mounth, and the feed residue was 2147.4 kg/mounth. The level of organic matter was resulted of 16.70 % in feces and 28.67 % from feed residue. The level of dry matter was resulted 99.71 % in feces and 99.87 in feed residue. Understanding the level of dry matter and organic matter feces and biogas would be reference to use then as fertilizer/compost and biogas an alternative fuel and decrease the pollution.

  Keywords: Dry Matter, Organic Matter, Potential, feces, feed residue.

  

PENDAHULUAN

  Lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari pencemaran merupakan dambaan masyarakat. Lingkungan yang bersih akan menciptakan suasana asri sehingga setiap warga dapat merasakan hidup sehat baik dalam segi rohani maupun jasmani.

  Sapi Bali banyak dipelihara di kandang kelompok terutama di Kota Mataram. Jumlah populasi sapi yang menerima bantuan hibah sosial dari pemerintah yaitu sejumlah 314 ekor yang terdapat di lima kandang kelompok. Sistem pemeliharaan sapi dimaksud yaitu dengan cara intensif atau dikandangkan dan semi intensif yaitu dengan cara dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari.

  Usaha peternakan dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Dalam pemeliharaan ternak sapi, juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, untuk meminimalkan limbah perlu dilakukan upaya memanfaatkan limbah ternak seperti feses dan sisa pakan menjadi kompos atau biogas yang dapat memberi nilai tambah bagi peternak.

  Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu ditangani dengan cara yang tepat. Penanganan limbah diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena pengembangan peternakan harus memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat sekitar.

  Tujuan Penelitian

  Mengetahui jumlah Bahan Kering (BK) dan Bahan Organik (BO) feses dan sisa pakan pada kandang kelompok.

METODE PENELITIAN

  Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama untuk koleksi Patut Patju (populasi ternak 87 ekor), Bahtera Damai (populasi ternak 70 ekor), Terune Dasan (populasi ternak 70 ekor), Karya Mandiri (populasi ternak 65 ekor), Taruna Bumi (populasi ternak 22 ekor). Sedangkan tahap kedua adalah proses analisa Bahan Kering dan Bahan Organik dari feses dan sisa pakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

  Metode penelitian sebagai berikut: 1.

   Metode Survei

  Metode ini dilengkapi dengan kuisioner untuk merekam informasi dengan cara melakukan wawancara terhadap responden di kandang kelompok. Responden yang diwawancarai adalah pengurus kelompok, masyarakat yang tinggal disekitar kandang, pengurus lingkungan setempat, dan petani milik lahan disekitar kandang.

1.1. Pengambilan sampel

  Sisa pakan dan feses pada lima kandang kelompok ditimbang beratnya dan dikoleksi sampelnya. Pengambilan sampel sisa pakan dan feses dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberikan nomor sesuai urutan pengambilan. Rumput yang dikoleksi diperkecil ukuran partikelnya, kemudian dimasukkan ke dalam plastik yang telah diberi nomor.

2. Analisa laboratorium

  100 g sampel feses dan 300 g sisa pakan dianalisis kadar Bahan Kering dan Bahan Organik di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

2.1. Analisis Bahan Kering

  Menimbang amplop kosong yang sudah ditulis nomor sesuai nomor ternak sapi, kemudian masukkan sampel ke dalam amplop dan ditimbang bersama-sama. Selanjutnya keringkan di dalam oven pengering

  o

  (suhu 60

  C) selama dua hari pertama, kemudian masukkan lagi ke dalam oven selama dua hari berikutnya hingga berat konstan. Sampel kering udara digiling dengan blender dan diayak kemudian disimpan dalam plastik klip yang telah diberi nomor. Tahap berikutnya melakukan analisis Bahan Kering (dry matter

  

basis ). Pengamatan ini menggunakan beberapa tahap yaitu: mengeringkan

  cawan porselin yang sudah bersih dalam oven pengering suhu 105

  o

  C selama 1 jam. Kemudian ditimbang, selanjutnya memasukkan sampel sebanyak 1,5 g dalam cawan kemudian dikeringkan di dalam oven 105

  o

  C selama 8-10 jam. Sebelum ditimbang, sampel didinginkan di dalam desikator 15-30 menit.

2.2. Analisis Bahan Organik.

  Cawan porselin yang berisi sampel Bahan Kering dibakar dalam tanur (suhu 550

  o

  C) selama 3 jam hingga benar-benar menjadi abu (warna putih ke abu-abuan). Selisih antara berat Bahan Kering dengan Bahan Anorganik (abu) merupakan berat Bahan Organik.

  Data kualitatif dianalisis secara deskriftif, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik (mean dan standar deviasi)

  menggunakan Program Microsoft Excel (Santosa dan Ashari, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Populasi ternak sapi di lokasi penelitian sebanyak 314 tersebar di lima kandang kelompok, terletak di Kecamatan Ampenan dan Sekarbela. Sistem pemeliharaan di kandang kelompok ada yang secara intensif atau dikandangkan dan ada juga yang secara semi intensif yaitu dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari. Dampak yang timbul dari sistem pemeliharaan sapi di kandang kelompok yaitu menimbulkan bau yang tidak sedap, serta limbahnya dapat menyebabkan sumber penyakit seperti diare dan ispa (infeksi saluran pernapasan akut).

  Secara jelas, identifikasi masing-masing kandang kelompok lokasi penelitian dapat diringkas sebagai berikut: Kandang kelompok Patuh Patut Patju, mendapat bantuan ternak sapi Bali sebanyak 7 ekor jantan dan 80 ekor betina. Jarak kandang dengan pemukiman penduduk sekitar lima meter, tingkat pencemarannya sangat tinggi karena berdekatan dengan tempat pembuangan sampah. tumpukan sampah, kotoran ternak dibiarkan menumpuk di depan kandang, bahkan ada yang membuang kotoran ternaknya ke sungai. Kandang kelompok dimaksud belum memanfaatkan kotoran ternak dan sisa pakan baik dijadikan pupuk maupun biogas.

  Sapi yang dipelihara di kandang kelompok Bahtera Damai dengan populasi 70 ekor betina. Jarak kandang kelompok dengan pemukiman penduduk berkisar tujuh meter. Kotoran segar sapi yang ditimbun dengan pasir laut untuk menghilangkan bau. Kandang kelompok dimaksud belum ada upaya untuk memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk organik maupun biogas.

  Kandang kelompok Terune Dasan memelihara ternak sebanyak 27 ekor jantan dan 43 ekor betina. Letak kandang dengan rumah penduduk sangat berdekatan. Kotoran dibiarkan menumpuk di sekitar kandang sehingga sangat berbau

  Jumlah populasi ternak di kandang Karya Mandiri memelihara sebanyak 15 ekor jantan dan 52 ekor betina. Jarak kandang dengan pemukiman penduduk berkisar delapan meter, kandang dimaksud sudah ada tempat khusus untuk pembuangan kotoran untuk dijadikan tempat pembuatan kompos.

  Kandang kelompok Taruna Bumi memelihara ternak sebanyak 4 ekor jantan dan 18 ekor betina sapi milik pribadi. Letak kandang berjarak 10 meter dari pemukiman penduduk, sehingga bau kotorannya sangat menyengat karena jarang dibersihkan. Sudah ada pemanfaatan kotoran sapi sebagai biogas tetapi belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

  Data hasil penelitian tentang potensi limbah kandang tercantum dalam tabel 1. Tabel 1. Potensi limbah feses kandang kelompok

  Nama kandang Feses segar Produksi BK feses ∑ feses/kandang/hari

  (kg/ekor/hari) (kg/ekor/hari) (kg/kandang/hari) Patuh Patut Patju 12,43 1,64 143,07 Bahtera Damai 14,43 3,15 220,20 Terune Dasan 15,14 2,64 171,82 Karya Mandiri 14,43 2,72 190,40 Taruna Bumi 15,14 2,20 48,43 Total 773,93

  Rata-rata 154,79 Standar Deviasi 65,74 Keterangan: Data diolah 2014.

  Berdasarkan tabel 1, kelima kandang kelompok menghasilkan rata-rata feses sangat tinggi sebanyak 4643,7 kg/kandang/bulan, apabila dengan jumlah feses sebanyak dimaksud dimanfaatkan maka akan menghasilkan 46,43 ton feses kering/bulan. Tabel 2. Potensi sisa pakan kandang kelompok.

  Produksi BK sisa pakan

  Nama kandang Sisa pakan ∑ Sisapakan/kandang/hari

  (kg/ekor/hari) (kg/ekor/hari) (kg/kandang/hari)

  Patuh Patut Patju 4,14 1,20 104,06 Bahtera Damai 4,14 1,02 71,52 Terune Dasan 4,14 1,37 89,19 Karya Mandiri 4,29 0,98 68,83 Taruna Bumi 4,14 1,11 24,39

  Total 357,91 Rata-rata 71,58

  Standar Deviasi 30,02 Keterangan: Data diolah 2014. Tabel 2 melanjutkan bahwa sisa pakan yang dihasilkan dari kelima kandang kelompok sangat tinggi sebanyak 2147,4 kg/kandang/bulan. Potensi sisa pakan yang dihasilkan sebanyak itu apabila tidak di manfaatkan akan menumpuk setiap bulannya bahkan lebih banyak lagi, bau sangat menyengat dan mengotori lingkungan terutama di sekitar kandang, dengan jumlah sisa pakan yang dimaksud dapat dimanfaatkan sebagai pupuk/kompos.

A. Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik Feses

  Tabel 3 menunjukkan kadar Bahan Kering feses sapi yang dipelihara dalam lima kandang kelompok. Tabel 3. Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik feses (%)

  NO Nama Kandang BK BK BO (dry matter basis) (as fed basis)

  1 Patuh Patut Patju 13,59 13,23 99,83

  2 Bahtera Damai 22,11 21,80 99,53

  3 Terune Dasan 19,39 18,85 99,70

  4 Karya Mandiri 17,82 15,09 99,69

  5 Taruna Bumi 14,79 14,54 99,78

  Rata-rata 16,70 99,71 Standar Deviasi 3,54 0,11 Keterangan: Data diolah, 2014.

  Hasil analisa menunjukkan bahwa kandungan Bahan Kering feses di lima kandang kelompok sekitar 16,70%, dan Bahan Organik 99,71%, dengan jumlah bahan kering yang tinggi dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh peternak dalam memanfaatkan feses sebagai pupuk atau dijadikan sebagai biogas pengganti bahan bakar minyak yang dapat digunakan oleh penduduk setempat, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan dan mencegah terjadinya berbagai macam penyakit.

B. Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik Sisa pakan

  Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik dari sisa pakan sapi yang dipelihara pada lima kandang kelompok dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik dari sisa pakan (%)

  NO Nama Kandang BK BK BO (dry matter basis) (as fed basis)

  1 Patuh Patut Patju 30,60 28,90 99,85

  2 Bahtera Damai 26,26 24,68 99,88

  3 Terune Dasan 35,02 33,15 99,89

  4 Karya Mandiri 32,02 29,90 99,88

  5 Taruna Bumi 28,50 26,71 99,88 Total 143,34 499,37

  Rata-rata 28,67 99,87 Standar Deviasi 3,21 0,02 Keterangan: Data diolah, 2014.

  Tabel 4 melanjutkan hasil dari kandungan Bahan Kering sisa pakan di lima kandang kelompok 28,67 %, dan Bahan Organik sekitar 99,87 %. Apabila sisa pakan tersebut diolah menjadi pupuk/kompos maka dapat menambah pendapatan peternak, untuk mengurangi pencemaran sehingga menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil dalam penelitian ini menghasilkan feses sapi di lima sebagai pupuk/kompos menghasilkan pupuk kering sekitar 46,47 ton/bulan . Sedangkan potensi limbah sisa pakan sekitar 2147,4 kg/bulan, apabila tidak di manfaatkan maka limbah feses dan sisa pakan akan menumpuk dan mencemari lingkungan..

  2. Limbah feses dan sisa pakan di lima kandang kelompok mempunyai kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik yang sangat tinggi yang dapat diupayakan dalam memanfaatkan sebagai pupuk/kompos dan biogas yang ramah lingkungan.

  Saran 1. Bagi peneliti selanjutkan dalam menganalis Bahan Kering dan Bahan

  Organik baik feses maupun sisa pakan dapat dilakukan pada kandang kelompok lain yang berada di luar Kota Mataram sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai pembanding dari penelitian sebelumnya.

  2. Bahan Kering dan Bahan Organik feses dan sisa pakan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh peternak dalam mengelola limbah kandang untuk dijadikan pupuk/kompos dan biogas guna mengurangi pancemaran lingkungan.

  DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1988. Pakan Ternak yang Berkhasiat Tinggi. Departemen pertanian. Balai informasi pertanian Nusa Tenggara Barat, Mataran –NTB. Bandini, Y., 1997. Sapi Bali. Penebar Swadaya. Jakarta. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat, 2012. Data Base

  Kelompok Tani Ternak Pembibitan/Penggemukan di NTB tahun 2009 – 2012. Gunawan, Pamungkas, D., dan Affandhy, SL., 1998. Sapi Bali (Potensi produktifitas dan nilai ekonomi). Kanisius. Jakarta.

  Guntoro, Suprio, 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Jakarta. Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

  Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Diakses diinternet tanggal 10 Maret 2014.

  Kaharudin dan Mayang, F.S. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah

  Ternak Untuk Kompos dan Biogas.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.Mataram . diakses internat tanggal 05

  Maret 2014. Lingaiah V. and Rajasekaran P. 1986. Biodegistion of cowdung and organic

  wastes mixed with oil coke in relation to energy in Agricultural Wastes

17 (1986) : 161-173. Diakses internet tanggal 15 April 2014.

  Murtidjo, B,A., 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogjakarta. Rahayu S., Dyah Purwaningsih, dan Pujianto, 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak

  Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan beserta Aspek Sosio Kulturalnya. Inotk, vol.13, no.2.

  Santosa P.B. dan Ashari, 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS . Penerbit ANDI. Bandung. Sastroamidjojo .S.M. 1983. Ternak Potong dan Ternak Kerja. CV. Yasaguna.

  Jakarta. Diakses internat tanggal 20 mei 2014 Soehadji. 1992. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Industri

  Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan . Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

  

Sihombing D. T. H., 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha

Peternakan . Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.

  Sudarmono A. S., dan Bambang Sugeng Y., 2008. Edisi Revisi sapi potong.

  Penebar Swadaya. Jakarta. Sudirman, 2007 : Kajian dan Validari Faktor

  • – faktor yang Mempengaruhi Efikasi Penggunaan Feses Kerbau sebagai Pengganti Cairan rumen dalam Penetapan Kecernaan In Vitro Pakan di Daerah Tropik. Laporan Akhir, Pengkajian Terhadap Pembuangan Limbah Kotoran Ternak: Kasus di Kota Mataram.

  Sugeng, B. Y., 1999. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta Suryahadi, Nugraha A R, Bey A, dan Boer R. 2000. Laju konversimetan dan

  factor emisi metan pada karbau yang diberi ragi tape local yang berbeda kadarnya yang mengandung Saccharomyces cerevisiae.

  Ringkasan seminar Program Pascasarjana IPB. Diakses internet tanggal 15 april 2014