IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KOTA TANGERANG
IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN 2010
TENTANG TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN DAN
PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KOTA TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Program Studi Administrasi Publik Konsentrasi Kebijakan Publik
Oleh:
CINDY GESTHAVIONA
NIM. 6661111273
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
ABSTRAK
Cindy Gesthaviona, NIM. 6661111273 2018. Skripsi. Implementasi Peraturan
Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan
dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang. Program Studi Ilmu
Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I Leo Agustino, Ph.D. Dosen
Pembimbing II Riny Handayani, M.Si.Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah, setelah sebuah kebijakan dirumuskan dan disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan. Kota Tangerang memiliki pembangunan yang pesat dalam sektor industri, sehingga berdampak pada beberapa permasalahan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Oleh karena itu dibuatlah Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18 tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah guna mencegah tindak pencemaran lingkungan akibat air limbah industri. Penelitian ini menggunakan teori implementasi kebijakan publik menurut Mazmanian dan Sabatier (dalam Subarsono 2012:94) yaitu karakteristik masalah, karakteristik kebijakan dan lingkungan kebijakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya data mengenai jumlah industri yang belum atau sudah memiliki izin pembuangan air limbah, sumber daya manusia kurang memadai, masih ditemukan adanya pungutan liar, dan industri yang tidak patuh terhadap peraturan yang ada. Kesimpulannya Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang belum cukup optimal. Saran dari peneliti adalah diharapkan adanya koordinasi dan komunikasi dari berbagai instansi pemerintah yang terkait, serta melakukan sosialisasi Perwal ini kepada industri-industri kecil atau rumahan.
Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan Publik, Perizinan, Air Limbah
ABSTRACT
Cindy Gesthaviona, NIM 6661111273 2018. Thesis. Implementation of Mayor
Regulation Number 18 in 2010 on Procedures for Licensing of Disposal and
Utilization of Wastewater in Tangerang City. Public Administration
Department. The Faculty of Social and Political Science Faculty. Sultan Ageng
st nd
Tirtayasa University. 1 Advisor, Leo Agustino, Ph.D. And 2 Advisor, Riny
Handayani, M.Si.
Implementation of public policy is a study of the implementation of a government
policy, after a policy is formulated and approved, the next step is how to make the
policy implemented so as to achieve the goal. Tangerang City has a rapid
development in the industrial sector, so it raises some environmental problems
due to waste generated by the industry. Therefore, the Regulation of Mayor of
Tangerang Number 18 of 2010 on the Procedures of Licensing of Disposal and
Utilization of Wastewater to prevent environmental pollution caused by industrial
wastewater. This research uses the theory of public policy implementation
according to Mazmanian and Sabatier (in Subarsono 2012:94) that is
characteristic of problem, policy characteristic and policy environment. This
research uses descriptive qualitative method. The results show the absence of data
on the number of industries that have not or already have a waste water disposal
permit, inadequate human resources, still found illegal fees, and non-compliance
industries. The conclusion, Implementation of Mayor Regulation Number 18 in
2010 on Procedure of Licensing of Disposal and Utilization of Wastewater in
Tangerang City has not been optimal enough. Suggestions from researcher are
expected to coordinate and communicate from various related government
agencies, and socialize this Mayor’s Regulation to small or home industries.Keywords : Implementation, Public Policy, Licensing, Wastewater
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat hidayah, taufik dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi meskipun tidak sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT sang pencipta alam semesta. Tak lupa shalawat serta salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta tak lupa juga kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Penyusunan Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul
“Implementasi
Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan
Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang”.
Tugas akhir akademik yang relatif sulit dan memelahkan ini mustahil untuk dirampungkan tanpa adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa selama penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Maka dengan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa; 2. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
3. Rahmawati, M.Si. selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Bidang
Keuangan dan Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si. selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus sebagai penguji seminar proposal penelitian yang telah banyak memberikan masukan pada penelitian ini;
6. Listyaningsih, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 7. Dr. Arenawati, S.Sos, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 8. Leo Agustino, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang dengan baik hati dan sabar dalam membimbing, memberi masukan, dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan; 9. Riny Handayani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang dengan baik hati dan sabar dalam membimbing, memberi masukan, dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan; 10. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bekal ilmu akademik dan ilmiah kepada penulis selama proses belajar mengajar semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi peneliti;
11. Dukungan dan motivasi terbesar dari kedua orang tua tercinta, Apih dan Mamah yang tidak pernah lelah mendoakan, memotivasi baik moril maupun materil dan selalu memberi penulis semangat untuk segera menyelesaikan penelitian skripsi. Kemudian kakak dan adik kandung peneliti, Deviany Ayu Larashati, Vania Zahra Maharani, serta M. Geraldy Fariztito yang memberikan dukungan kepada penulis; 12. Dana Aviantara yang selalu sabar mendengar keluh kesah penulis, memberi doa, semangat, memberi masukan dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi hingga selesai; 13. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Administrasi Publik angkatan
2011, kelas B Reguler, khususnya Shella Novianti, Rima Dhana Fitriani, Sarah Wahyuni dan Dinar Pravitasari yang sama-sama berjuang untuk meraih gelar Sarjana;
14. Staff Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak membantu peneliti dalam mengurus segala perijinan, surat-menyurat dan urusan akademik lainnya; 15. Serta tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh narasumber yang telah berkontribusi banyak dalam memberikan informasi guna melengkapi skripsi;
16. Serta seluruh pihak yang terkait dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi.
Akhirnya penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang mebangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Serang, Mei 2018 Penulis
Cindy Gesthaviona NIM. 6661111273
v DAFTAR ISI
ABSTRAK LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR ORISINALITAS KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 12
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 13
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................... . 13
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
1.6 Sistematika Penulisan........................................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR
2.1 Kebijakan Publik ................................................................................. 17
2.2 Proses Kebijakan Publik ..................................................................... 18
2.3 Implementasi Kebijakan Publik .......................................................... 21
2.4 Pengertian Perizinan ............................................................................ 31
2.5 Pengertian Limbah .............................................................................. 32
2.6 Klasifikasi Limbah Cair ...................................................................... 36
2.7 Teknologi Proses Pengolahan Air Limbah .......................................... 38
2.8 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 44
2.9 Kerangka Berpikir ............................................................................... 46
2.10 Asumsi Dasar .................................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................... 51
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................ 52
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................... 52
3.4 Fenomena yang Diamati ................................................................... 53
3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 54
3.6 Informan Penelitian ........................................................................... 55
3.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 57
3.8 Teknik Analisis Data.......................................................................... 62
3.9 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data.......................................... 66
3.10 Jadwal Penelitian ............................................................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................... 71
vi
vii
4.2 Informan Penelitian ........................................................................ 77
4.3 Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah ............................... 78
4.4 Deskripsi Data dan Analisis Data .................................................... 85
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian………………………………….......104
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.....................................................................................108
5.2 Saran ..............................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................112 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam hayati. Flora dan fauna dengan berbagai jenis menghuni dan tumbuh subur di bumi ini. Tetapi seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk dan majunya teknologi dan industri, maka berdampak terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Untuk tetap terjaganya keseimbangan alam perlu diusahakan langkah-langkah berupa pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan.
Indonesia saat ini khususnya di kota-kota besar, hubungan antara manusia dan lingkungan telah menjadi bahan pembicaraan yang hangat, terutama yang berkaitan dengan pencemaran sungai akibat limbah industri. Meningkatnya jumlah dan beragamnya industri menyebabkan kuantitas dan kualitas limbah industri semakin beragam pula di satu pihak, di pihak lain sungai sebagai badan penerima limbah akan menerima beban yang semakin berat yang dapat menyebabkan sungai tersebut secara alamiah tidak sanggup lagi memurnikan kembali kondisinya (Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tangerang Tahun 2016).
Disinyalir pula limbah/pencemar berasal dari kegiatan manusia merupakan penyebab terbesar terjadinya kerusakan dan degradasi lingkungan. Guna mencegah hal itu, maka perlu dilakukan pengawasan, pencegahan dan
2
penanggulangan pencemaran oleh bahan-bahan buangan industri. Limbah berupa cair, padat, dan gas semakin hari semakin bertambah besar/tinggi dalam hal jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Macam limbah yang hadir di alam pun semakin beraneka ragam sesuai dengan kegiatan manusia di kehidupannya.
Limbah yang tidak terkontrol tentu saja akan merusak dan membahayakan kelestarian suatu lingkungan.
Perkembangan pembangunan, teknologi, industrialisasi dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat tidak dapat dipungkiri lagi semakin memperbesar resiko kerusakan lingkungan. Karenanya, upaya pelestarian dan perlindungan sebaiknya juga harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga tetap mampu mewadahi kebutuhan akan lingkungan hidup yang sehat. Seperti yang diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat (2), perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
3
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang setiap tahunnya terus mengalami perkembangan pembangunan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tangerang Tahun 2012-2032, pokok-pokok kebijakan pengembangan Kota Tangerang diprioritaskan pada 3 tiga fungsi utama, yaitu: kegiatan industri, permukiman, perdagangan, dan jasa. (Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tangerang Tahun 2016). Seperti yang telah diketahui bahwa Kota Tangerang berbatasan langsung dengan ibukota Jakarta. Kota Tangerang menjadi bagian dari pengembangan pembangunan sekaligus menjadi pintu gerbang masuk dan keluarnya barang dan jasa ke Provinsi Banten. Letaknya yang cukup strategis memberikan keuntungan tersendiri bagi Kota Tangerang. Ketersediaan sarana dan prasarana, serta cukup mudah berinvestasi membuat Kota Tangerang memiliki prospek yang baik dan menjanjikan sebagai wilayah pengembangan dalam berbagai kegiatan perekonomian. Hal demikian diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak dan berkelanjutan.
Industri yang ada di Kota Tangerang dikelompokkan menjadi industri kecil, menengah, dan besar. Berikut ini jumlah industri di Kota Tangerang berdasarkan skala kegiatannya:
4
Tabel 1.1 Jumlah Industri berdasarkan Skala Kegiatan di Kota Tangerang
Tahun 2014-2016
Jumlah Industri Jenis Industri Tahun Tahun Tahun 2014 2015 2016- Industri Kecil
- Industri 284 305 355
Menengah Industri Besar 275 277 283
(Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2017)
Selanjutnya Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Tangerang mengelompokkan industri-industri di Kota Tangerang berdasarkan jenis usahanya. Pengelompokan tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam pembinaan. Kelompok industri binaan tersebut adalah: 1.
Kelompok Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan (IKAHH), yang meliputi industri cat, pigment, additive, polimerisasi, resin, oleochemical, kosmetik,
detergent , makanan, minuman, kayu, karet olahan, kertas, dan lain-lain.
2. Kelompok Industri Logam, Mesin, dan Elektronika (ILME). Misalnya: industri peleburan logam, pelapisan logam, logam casting, logam
anodizing , logam molding, logam milling, suku cadang kendaraan bermotor, panel listrik, kabel listrik, kawat, dan lain-lain.
5
3. Kelompok ANEKA, yaitu industri di luar IKAHH dan ILME. Misalnya industri pakaian jadi, sepatu kulit maupun olahraga, rajutan, penyempurnaan kain, tekstil, ballpoint, dan lain-lain. Jumlah industri di Kota Tangerang setiap tahunnya terus meningkat, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini: Pemerintah Kota Tangerang tidak memiliki data-data yang memadai terkait jumlah industri di Kota Tangerang, khususnya data jumlah industri skala kecil atau disebut juga home industry. Pertumbuhan industri yang pesat di Kota Tangerang sebagian besar berupa industri kecil, oleh karena banyaknya industri- industri kecil yang bermunculan tersebut maka pendataannya sulit dilakukan karena skala kegiatan mereka terbilang kecil dan kegiatannya berlangsung di rumah-rumah.
Melalui instrumen perizinan, pengawasan, dan pembinaan, ketiga kelompok industri di atas dilakukan identifikasi dampak terhadap lingkungan.
Pesatnya pembangunan industri di Kota Tangerang sudah tentu akan membawa dampak negatif berupa penurunan kualitas udara, kualitas air (air permukaan dan tanah), kualitas tanah, peningkatan tingkat kebisingan, tingkat kebauan, dan dampak lainnya, yang ditimbulkan akibat polusi dan limbah (padat, cair, dan gas).
Salah satu yang mengganggu kelestarian lingkungan Kota Tangerang adalah tercemarnya sungai-sungai akibat dari limbah cair industri yang dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah cair yang keluar dari kegiatan industri harus
6
diperhatikan dan diupayakan pengelolaannya agar pengaruh negatif dapat diminimalkan.
Kota Tangerang memiliki beberapa buah sungai/kali dan saluran besar serta situ, diantaranya adalah Sungai Cisadane, Kali Angke, Kali Sabi, Sungai Cirarab dan Saluran Mookervart. Sungai Cisadane yang mengalir dari wilayah Provinsi Jawa Barat sampai Provinsi Banten dan melintasi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan salah satu sungai yang digunakan sebagai bahan baku air minum bagi wilayah tersebut.
Oleh karena itu, keberadaannya sangat penting dan perlu selalu dijaga kualitas air sungainya agar tidak tercemar limbah. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai terhadap Sungai Cisadane, Sungai Angke, Saluran Mookervart, Kali Sabi dan Sungai Cirarab menunjukkan bahwa kondisi sungai-sungai tersebut telah tercemar (SLHD Kota Tangerang Tahun 2016).
Pengelolahan limbah industri harus melalui instalasi pengelolaan air
limbah. Namun fakta di lapangan, tingkat ketaatan pelaku industri terhadap
ketentuan peraturan lingkungan hidup relatif rendah, hal ini diungkapkan oleh
Kepala Sub Bidang Pengawasan, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Ammaludin Malik. Ia mengatakan
bahwa masih banyak industri yang belum memiliki kelengkapan dokumen analisis
dampak lingkungan (AMDAL) serta indikator-indikator pengendalian
pencemaran air. Selain itu, terdapat industri yang melakukan kecurangan-
kecurangan antara lain jumlah debit air limbah yang dibuang melebihi batas izin
7
yang sudah diberikan, dan izin pembuangan limbah cair yang sudah habis masa
berlakunya namun belum diperpanjang. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
tingkat ketaatan industri di Kota Tangerang terhadap peraturan lingkungan hidup
masih rendah.Pemberian sanksi tertulis, sanksi administrasi paksaan pemerintah, dan
negosiasi penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan untuk menindak
berbagai pelanggaran ketentuan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan
lingkungan hidup. Hingga saat ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota
Tangerang telah memberikan sanksi kepada empat pabrik karena terbukti
mencemari lingkungan. Tiga pabrik di antaranya dikenakan sanksi administratif
berupa denda hingga miliaran rupiah, sedangkan satu pabrik dijatuhkan sanksi
pidana di pengadilan. Awalnya pihak perusahaan diberi peringatan dan
pembinaan, namun karena tetap membandel akhirnya mereka diberi sanksi
administratif dan sanksi pidana ( http://www.pantonashare.com/4293-tangerang-
dan-kondisi-lingkungannya/10 Februari 2016).
Setiap industri hendaknya memiliki instalasi pengolahan air limbah yang
bertujuan untuk mengurangi kandungan pencemar air sehingga mencapai tingkat
konsentrasi dan bentuk yang lebih sederhana dan aman jika terpaksa dibuang ke
badan air di lingkungan. Aktivitas industri di sepanjang sungai serta adanya
dinamika aliran menimbulkan perubahan kualitas dan kuantitas sungai secara
signifikan. Semakin tinggi aktivitas industri di sepanjang sungai, maka perubahan
kualitas air akan semakin signifikan. Sejalan dengan kegunaan dan fungsi sungai
8
sebagai sumber air bersih, objek wisata, saluran drainase makro perkotaan dan
sebagai ekosistem yang harus dilestarikan, maka diperlukan suatu upaya untuk
menjaga kuantitas, kontinuitas dan kualitas sehingga dilakukan pemantauan
sungai-sungai di Kota Tangerang secara kontinu.Terkait pentingnya instalasi pengolahan air limbah, maka saat ini bagi industri yang akan mengurus izin pembuangan air limbah (IPAL) harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yakni memiliki instalasi pengolahan air limbah .
Seperti yang dikatakan oleh Agus Prasetyo, Kepala Bidang pengawasan dan
penegakan hukum lingkungan, DLH Kota Tangerang yang dikutip dari media online 12 Februari 2016), setiap industri yang kondisi IPAL-nya tidak bagus maka izin pembuangan limbah cairnya tidak akan dikeluarkan.
Terkait dengan IPAL ini, akan ada peningkatan pengukuran dari hanya mengukur debit volume limbah, kedepannya akan lebih menyeluruh. Seperti mencakup jenis limbah dan indeks badan penerima limbah. Selanjutnya, ia menambahkan bahwa sosialisasi semacam ini akan terus dilakukan secara bertahap termasuk sosialisasi atau bimbingan teknis untuk operator atau pelaksana lapangan di perusahaan.
Dalam rangka upaya pengelolaan lingkungan hidup guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, disusunlah Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selanjutnya ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara perizinan pembuangan limbah cair ke air atau sumber air dan pemanfaatan air
9
limbah diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, maka permasalahan yang terkait dengan implementasi tata cara perizinan pembuangan air limbah adalah sebagai berikut:
Pertama, Kota Tangerang tidak mempunyai data jumlah industri yang
memadai khususnya industri kecil atau home industry karena jumlahnya yang banyak dan sulit dilakukan pendataan seperti yang dikemukakan oleh Kepala Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Bapak M. Djarkasih, ST:
“Kita agak kesulitan untuk bisa data satu-satu home industry itu, karena skala kegiatan mereka kecil, beroperasinya juga di rumah- rumah.. jadi ya sementara ini belum ada ya jumlah industri kecil itu berapa, mungkin ada seribuan jumlahnya.. banyak banget”
(Wawancara pada tanggal 13 April 2017 Pukul 10.30)
Kedua, tercemarnya Sungai Cisadane di Kota Tangerang akibat limbah
cair industri yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Hasil tes laboratorium
yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang menunjukkan air
baku sungai tersebut mengandung COD/BOD yang tinggi. BOD (Biological
Oxygen Demand ) dan COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan parameter
dalam limbah cair. Nilai BOD digunakan untuk mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan limbah.
Sedangkan COD merupakan jumlah total oksigen yang diperlukan untuk
10
70
Tren Kadar COD, S. Cisadane COD, mg/l Linear (COD, mg/l)
90 100 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
80
70
60
50
40
30
20
10
93
39
59
Tren Kadar BOD, S. Cisadane BOD, mg/l Linear (BOD, mg/l)
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi. Kadar BOD dan COD ini perlu diperhatikan agar tidak melebihi baku mutu limbah cair. Seperti yang terlihat pada
50
40
30
20
10
48
7
52
5
Ketiga, tingkat ketaatan pelaku industri terhadap ketentuan peraturan
lingkungan hidup relatif rendah. Banyak yang masih membuang limbah ke sungai
tanpa dikelola terlebih dahulu sehingga air limbah yang dibuang ke badan sungai
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar pada air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri, kadar maksimum BOD adalah sebesar 50 mg/L dan COD sebesar 100 mg/L (Sumantri,2015: 92).
Demand (COD) Sungai Cisadane di Tahun 2016
(Sumber: SLHD Kota Tangerang Tahun 2016) Gambar 1.1 Kadar Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical OxygenGambar 1.1 berikut:60 Tahun 2010Tahun 2011Tahun 2012Tahun 2013
11
memiliki kandungan pencemar air yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu,
terdapat industri yang melakukan kecurangan-kecurangan antara lain jumlah debit
air limbah yang dibuang melebihi batas izin yang sudah diberikan dan
kelengkapan dokumen AMDAL serta indikator-indikator pengendalian
lingkungan yang belum terpenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Sub
Bidang Pengawasan, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Dinas
Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Bapak Ammaludin Malik:“ya kalo perusahaan-perusahaan yang nakal ya adalah..contohnya kaya dia buang limbahnya itu melebihi batas yang seharusnya, selain itu dokumen lingkungannya gak lengkap atau juga izin pembuangan air limbahnya gak diperpanjang padahal udah abis masa berlakunya” (Wawancara pada tanggal 13 Juli 2016 Pukul 09.30).
Prosedur penerbitan izin pembuangan air limbah dilakukan melalui
beberapa tahapan. Pemohon izin pembuangan air limbah harus melengkapi
persyaratan yang dibutuhkan, kemudian mengisi formulir permohonan izin
pembuangan air limbah. Setelah semua persyaratan telah dipenuhi dan surat
permohonan izin telah dibuat, maka selanjutnya pemohon menyerahkannya
kepada petugas counter pelayanan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu. Permohonan yang sudah teregistrasi dan terinput kedalam
sistem perizinan akan diproses dengan melakukan evaluasi kelengkapan
administrasi dan teknis pemohon. Selanjutnya akan dilakukan verifikasi lapangan
dan membuat berita acara hasil lapangan. Hasil dari verifikasi lapangan
selanjutnya diproses untuk dikeluarkan rekomendasi pemberian izin kepada
pemohon, apabila disetujui maka izin akan diterbitkan. Bila hasil pemeriksaan
12
ditemukan kekurangan atau perbaikan, maka pemohon diminta melengkapi dan memperbaiki dalam waktu tertentu, jika tidak permohonan dikembalikan kepada petugas counter pelayanan untuk dikembalikan kepada pemohon dengan penjelasan penolakan pemrosesan berkas.
Dengan ini peneliti tertarik untuk mengetahui permasalahan-permasalahan
terkait dengan implementasi tata cara perizinan pembuangan air limbah industri di
Kota Tangerang. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang.1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang penelitian di atas, penelitian ini perlu adanya identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada lokasi penelitian. Dari hasil studi pendahuluan peneliti mengidentifikasikan masalah- masalah penelitian di antaranya:
1. Pemerintah Kota Tangerang tidak memiliki data-data yang memadai terkait jumlah industri di Kota Tangerang, khususnya data jumlah industri skala kecil atau disebut juga home industry.
2. Sungai Cisadane di Kota Tangerang sudah tercemar oleh air limbah industri yang dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
3. Tingkat ketaatan pelaku industri terhadap ketentuan peraturan lingkungan hidup relatif rendah.
13
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu peneliti akan mencoba mencari tahu seperti apa implementasi tata cara perizinan pembuangan air limbah industri di Kota Tangerang berdasarkan pada Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang?
1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Sebuah penelitian dilakukan untuk dapat digeneralisasikan dan diharapkan memberikan manfaat yang baik bagi bidang-bidang yang berhubungan dengan penelitian ini. Maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
a) Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu Administrasi Negara khususnya.
14
b) Dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan ilmu yang terkait dalam masalah tersebut. Dalam arti setiap hasil yang didapatkan dari penelitian ini bisa kita kembangkan menjadi suatu ilmu yang terkonsep yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengembangan atau penelitian selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
a) Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian yang praktis bagi pemerintah daerah atau instansi untuk memaksimalkan penegakan peraturan daerah yang telah dibuat sebelumnya.
b) Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar strata satu (S1) dan bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan implementasi suatu peraturan daerah.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang lingkup dan
kedudukam masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling umum sehingga mengarah kemasalah yang paling spesifik. Kemudian yang selanjutnya yaitu identifikasi masalah, dalam hal ini identifikasi masalah mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul penelitian atau dengan masalah. Pembatasan masalah dan perumusan masalah dari
15
hasil identifikasi tersebut ditetapkan masalah yang paling urgent yang berkaitan dengan judul penelitian. Maksud tujuan penelitian, dalam hal ini mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakan penelitian. Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang menjelaskan manfaat dari penelitian yang akan diteliti dan yang terakhir yaitu sistematika penulisan yang menjelaskan isi dari bab per bab yang ada dalam penelitian.
BAB II DESKRIPSI TEORI Terdapat deskripsi teori dan kerangka berfikir. Deskripsi teori mengkaji
tentang berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel berfikir sedangkan kerangka berfikir menceritakan alur pikiran peneliti dalam penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Terdiri dari metode penelitian menjelaskan tentang penggunaan metode
yang digunakan. Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data. Populasi dan sampel penelitian menjelaskan tentang wilayah generalisasi dan teknik pengambilan sampel dan generalisasinya. Teknik pengolahan data dan analisa menjelaskan tentang bagaimana teknik pengolahan data penelitian, analisa beserta rasionalisasinya.
BAB IV HASIL PENELITIAN Terdiri dari deskripsi obyek penelitian. Kemudian terdapat deskripsi data
yang menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Kemudian melakukan
16
pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan paada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan penelitian, keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.
BAB V PENUTUP Dalam penutup ini memuat penjelasan mengenai simpulan yaitu
menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami dan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR
2.1 Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Dye dalam Subarsono (2012: 2) adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public
policy is whatever governments choose to do or not to do) . Konsep tersebut
sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik. Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.
Anderson dalam Subarsono (2012: 3) mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Sedangkan dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya (Subarsono, 2012: 3).
18
Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau bidang pembangunan, seperti kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Disamping itu, dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Propinsi, Peraturan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Keputusan Bupati/Walikota.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah yang mengarah pada suatu tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Kebijakan publik didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa dalam melaksanakan program yang telah dibuat.
2.2 Proses Kebijakan Publik
Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis.
Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas perumusan masalah,
forecasting , rekomendasi kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual.
19
Anderson dalam Subarsono (2012: 5) menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut: 1) Formulasi masalah (problem formulation): Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah? 2) Formulasi kebijakan (formulation): Bagaimana mengembangkan pilihan- pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan? 3) Penentuan kebijakan (adoption): Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaiman proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan? 4) Implementasi (implementation): Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan? 5) Evaluasi (evaluation): Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?
Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan menurut William N. Dunn dalam bukunya yang berjudul Pengantar Analisis Kebijakan Publik digambarkan sebagai berikut:
20
Gambar 2.1 Proses Pembuatan KebijakanPenyusunan Perumusan
Agenda Formulasi
Peramalan Kebijakan
Rekomendasi Adopsi Kebijakan
Pemantauan Implementasi Kebijakan Penilaian
Penilaian Kebijakan
Sumber: Dunn, 2003: 24 Melengkapi pendapat yang dikemukakan di atas, berikut merupakan penjelasan dari tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan yaitu:
1. Penyusunan agenda, yaitu para pembuat kebijakan merumuskan masalah sehingga dapat menemukan asumsi-asumsi, mengetahui penyebab- penyebabnya, memadukan pandangan-pandangan yang bertentangan, dan
21
merancang peluang-peluang untuk mengatasi masalah melalui kebijakan yang baru.
2. Formulasi kebijakan, yaitu para pembuat kebijakan merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah.
3. Adopsi kebijakan, yaitu memilih suatu alternatif kebijakan yang terbaik dalam mengatasi masalah.