PEMETAAN POTENSI INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR FILM, ANIMASI DAN VIDEO KELOMPOK PEMBUAT KONTEN AUDIO VISUAL DI SOLO 2014–2016 - Institutional Repository ISI Surakarta

  

Oleh

Muhammad Azhar

NIM. 11148125

PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

  

PEMETAAN POTENSI INDUSTRI KREATIF

SUBSEKTOR FILM, ANIMASI DAN VIDEO

KELOMPOK PEMBUAT KONTEN AUDIO VISUAL

DI SOLO 2014

  • –2016

TUGAS AKHIR SKRIPSI

  

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

2017

  

PEMETAAN POTENSI INDUSTRI KREATIF

SUBSEKTOR FILM, ANIMASI DAN VIDEO

KELOMPOK PEMBUAT KONTEN AUDIO VISUAL

DI SOLO 2014

  • –2016

TUGAS AKHIR SKRIPSI

  Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1

  Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam

  

Oleh

Muhammad Azhar

NIM. 11148125

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2017

  

PERSEMBAHAN

  Karya ini dipersembahkan kepada: Ibu dan kakak-kakak tercinta

  

MOTTO

  “Jangan takut bercita-cita tingi! Bila sekarang masih mustahil untuk dicapai, jangan ditinggalkan semuanya. Lakukan sedikit demi sedikit dari hal terkecil yang bisa kamu lakukan saat ini. Percayalah Rahmat Allah bersama orang-orang yang mau berusaha dan berprasangka baik”

  IPPHO SANTOSO “

  

ABSTRAK

PEMETAAN POTENSI INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR FILM,

ANIMASI DAN VIDEO KELOMPOK PEMBUAT KONTEN AUDIO

  VISUAL DI SOLO 2014 –2016. (Muhammad Azhar, 2017, hal i-95) Skripsi S-

1 Program Studi Televisi dan Film, Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta.

  Film, animasi dan video merupakan salah satu subsektor industri kreatif yang potensial dewasa ini. Sebagai contoh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadikan subsektor tersebut sebagai prioritas dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakatnya. Memiliki potensi serupa, namun Pemerintah Kota Solo belum mendukung film, animasi dan video sebagai prioritas dalam program kerja Solo Kota Kreatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi subsektor industri kreatif tersebut dengan menginventarisasi pola permodalan dan pola pekerja kelompok pembuat konten audio visual di Solo 2014

  • –2016 melalui pemetaan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data (1) Observasi, (2) Wawancara dengan alat bantu kuesioner, dan (3) Pengarsipan Dokumen. Temuan yang dapat dihasilkan dalam penelitian ini bahwa kelompok pembuat konten audio visual di Solo berpotensi baik dilihat melalui karya-karya yang dihasilkan. Namun kelompok-kelompok tersebut masih mengalami kendala pada pola permodalan, dan pola pekerja. Rekomendasi yang disampaikan kepada Pemerintah Kota Solo, meliputi (1) Pembentukan asosiasi sebagai wadah berjejaring yang memayungi kelompok, (2) Asosiasi tersebut berada di bawah lembaga Pemerintah Kota Solo sehingga terintegrasi dengan program kerja Pemerintah Kota Solo (3) Bantuan dalam pembentukan badan hukum bagi kelompok berupa sosialisasi dan kemudahan pengurusannya, (4) Pembentukan regulasi industri kreatif subsektor film, animasi dan video di Solo, dan (5) Pengadaan program-program peningkatan kapasitas SDM.

  

Kata Kunci: Solo, Industri Kreatif, Film, Animasi, Video, Pola Permodalan,

Pola Pekerja

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul Pemetaan Industri

  

Kreatif Subsektor Film, Animasi dan Video Kelompok Pembuat Konten

Audio Visual di Solo 2014

  • –2016 dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini

  dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Program Studi S-1 Televisi dan Film, Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta.

  Proses penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, maupun motiviasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terimakasih diberikan kepada : 1.

  Citra Dewi Utami, S.Sn., M.A., selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan arahan dan masukan yang baik selama proses bimbingan dari penyusunan proposal sampai dengan skripsi ini selesai.

  2. St. Andre Triadiputra, S.Sn., M.Sn., Widhi Nugroho, S.Sn., M.Sn., Citra Ratna Amelia, S.Sn., M.Sn. selaku dosen penguji yang telah memberikan koreksi dalam penulisan dan materi demi terciptanya skripsi yang baik.

  3. Handriyotopo, S.Sn., M.Sn. selaku dosen pembimbimg akademik yang selalu memberikan movitasi dari awal perkuliahan hingga selesai.

  4. Seluruh staf dan jajaran dosen pengajar Program Studi Televisi dan Film yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan.

  5. Ibu dan kakak-kakak tercinta yang selalu memberikan do’a serta dukungan berupa moral dan material dari awal perkuliahan hingga selesai.

  6. Teman-teman Jurusan Televisi dan Film angkatan 2011 yang selalu memberikan dukungan dan semangat dari awal perkuliahan hingga selesai. Penulis menyadari laporan skripai yang telah disusun ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan ini. diharapkan laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya penulis laporan serupa.

  Surakarta, ……………….2017 Penulis

DAFTAR ISI

  17

  87

  77

  68

  68

  52

  49

  48

  22

  Halaman Judul Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Persembahan Motto Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Tinjauan Pustaka F. Kerangka Konseptual G. Metode Penelitian H. Sistematika Penulisan BAB II OBYEK PENELITIAN A. Penentuan 12 Kelompok Pembuat Konten Audio Visual di Solo

B. Profil Masing-masing Kelompok Pembuat Konten Audio Visual di

Solo C. Profil Kelompok Berdasarkan Jenis Institusinya D. Tujuan Berdirinya Kelompok E. Kegiatan Kelompok BAB III PEMETAAN POTENSI INDUSTRI KREATIF KELOMPOK PEMBUAT KONTEN AUDIO VISUAL DI SOLO A. Pola Hubungan Pendanaan B. Pola Hubungan Kerja BAB V PENUTUP i ii iii iv v vi vii ix xi

  16

  10

  5

  3

  3

  3

  3

  1

  1

  17 A. KESIMPULAN

  B. SARAN

  DAFTAR ACUAN DAFTAR NARASUMBER

  GLOSARIUM LAMPIRAN

  87

  92

  94

  95

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan alur proses seleksi narasumber menggunakan teknik purposive sampling

  12 Gambar 2. Bagan alur penelitian

  15 Gambar 3. Tim Ekstrakurikuler Multimedia SMA ISLAM DIPONEGORO mewakili Surakarta dalam FLS2N di tingkat Provinsi Jawa Tengah 2016

  23 Gambar 4. Pelatihan dan pelantikan angota baru Kinecub FISIP UNS 2016

  25 Gambar 5. Rapat produksi Bengkel Film

  27 Gambar 6. Pengurus dan anggota Ekstrakurikuler Foto & Video SMA N 7 Surakarta

  29 Gambar 7. Anggota kelompok Broadcast SMA Batik 1 bersama narasumber, seusai produksi talkshow di studio multimedia

  31 Gambar 8. Tim produksi dokumenter Liar-liar Film bersama narasumber

  33 Gambar 9. Tim produksi Segi Empat

  35 Gambar 10. Tim produksi Medang Kamulan Pictures bersama pemain Tauhid Dalam Hati

  37 Gambar 11. Tim produksi Gading Video Production dan Mammoth Photography

  39 Gambar 12. Tim produksi Royal Cinema

  41 Gambar 13. Pelantikan angota baru Kineclub UMS 2017

  43 Gambar 14. Tim produksi Neo Video Work

  45 Gambar 15. Skema Pembagian Kelompok Pembuat Konten audio visual di Solo Berdasarkan jenis institusinya

  48 Gambar 16. Grafik Pertumbuhan 12 Kelompok Pembuat Konten Audio Visual Kota Solo

  50 Gambar 17. Bagan perbandingan jumlah karya film fiksi kelompok pembuat konten audio visual di Solo tahun 2014 – 2016

  54 Gambar 18. Bagan perbandingan jumlah karya film dokumenter kelompok pembuat konten audio visual di Solo tahun 2014

  • – 2016

  55 Gambar 19. Poster karya animasi 1001 CANDI produksi Bengkel Film Sumber: Bengkel Film, 2016

  56

  Gambar 20. Bagan perbandingan jumlah karya Videoklip kelompok pembuat

  konten audio visual di Solo tahun 2014

  • – 2016

  57 Gambar 21. Bagan perbandingan jumlah karya iklan kelompok pembuat konten audio visual di Solo tahun 2014

  • – 2016

  58 Gambar 22. Bagan perbandingan jumlah karya video profil kelompok pembuat konten audio visual di Solo tahun 2014

  • – 2016

  59 Gambar 23. Desain cover untuk hasil tender video profil AKPOL 2016

  71 Gambar 24. Desain label dan DVD box konten pesanan (videoklip wedding)

  72 Gambar 25. Contoh paket harga videoklip wedding

  73 Gambar 26. Contoh form customer terkait perizinan publikasi videoklip

  wedding

  75 Gambar 27. Bagan alur regenerasi kelompok pembuat konten audio visual berdasarkan jenis institusinya

  83

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah melalui program Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia

  2025 menetapkan 16 subsektor industri kreatif yang dinilai sebagai solusi

  1

  peningkatan ekonomi dan pendapatan negara. Film, animasi dan video merupakan salah satu subsektor industri kreatif yang semakin mudah dijangkau dan tidak lagi dianggap mahal dalam produksinya. Hal tersebut dibuktikan dengan menjamurnya kelompok-kelompok pembuat konten audio visual. Di beberapa daerah, subsektor tersebut sudah dijangkau berbagai kalangan, mulai dari institusi pendidikan, kelompok pertemanan dan kelompok profesional. Daerah penggerakkan industri kreatif seperti Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjadikan subsektor film, animasi dan video sebagai prioritas dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakatnya. Memiliki potensi serupa, namun

2 Pemerintah Kota Solo belum mendukung subsektor tersebut sebagai prioritas.

  Subsektor yang menjadi prioritas dalam program penggerakkan industri kreatif

  3

  oleh Solo Creativc City Network (SCCN) sejauh ini adalah seni pertunjukan, desain, kerajinan, kuliner, fesyen, pasar barang seni dan antik, serta riset dan pengembangan. Tahun 2015 Seksi Pengembangan Pembinaan Perfilman, Dinas 1 Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah tidak melibatkan Solo dalam

  

Kelompok Kerja Indonesia Design Power. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia

2 2025 . Jakarta : Departemen Perdagangan RI. Hlm. i 3 Penyebutan Kota Solo mengacu pada Kotamadya Surakarta yang disesuaikan dengan SCCN

Solo Creative City Network , Background and Objectives. (Online). (http://www.sccn.or.id/

backgrounds- and-objectives.html diakses 20 Mei 2016).

  4 Pameran Film Dokumenter Jawa Tengah. Padahal pada 2011

  • –2015 di Solo terdapat lebih dari 5 individu dan kelompok yang aktif memproduksi

  5

  dokumenter. Film dokumenter Solo produksi Steve Pillar Setiabudi, 2015 berjudul Tarung berhasil masuk dalam Festival Film Dokumenter Yogyakarta 2015, juga menjadi nominator Festival Film Indonesia 2016. Hal ini menandai masih kurangnya dukungan pemerintah dalam meningkatkan potensi film, animasi dan video di industri kreatif Solo.

  Di tempat lain, pada pemetaan pembuat film Yogyakarta 2010 –2015 ditemukan dua permasalahan utama yang dialami oleh subyek penelitiannya yakni masalah pola permodalan dan pola pekerja. Bagaimana dengan pembuat konten audio visual di Solo sejak rintisan Solo Kota Kreatif pada 2014 hingga diresmikan dan berlangsung sampai 2016? Untuk menjawabnya perlu dilakukan sebuah pemetaan potensi industri kreatif subsektor film, animasi dan video kelompok pembuat konten audio visual. Sebenarnya inisiasi untuk memetakan potensi tersebut di Solo bukan yang pertama kali, hingga saat ini belum mendapatkan respon positif dari Pemerintah Kota Solo. Maka sangat penting untuk dilakukan penelitian di tingkat perguruan tinggi sebagai upaya pemberian rekomendasi kepada Pemerintah Kota Solo agar kelompok pembuat konten audio visual daerah lebih mendapat perhatian dalam memajukan potensi industri kreatif.

4 PT. KAI. 2015. Pameran Film Dokumenter Jawa Tengah 2015. (Online), (http://heritage.kereta-

  5 api.co.id/?p=7352 diakses 22 Mei 2016).

  

Hasil wawancara dengan Steve Pillar Setiabudi, 39, Pembuat film dokumenter, Solo, 27 Juli 2017

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penggalian potensi industri kreatif subsektor film, animasi dan video dengan menginventarisasi pola permodalan dan pola pekerja kelompok pembuat konten audio visual di Solo 2014 –2016 dipetakan.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan menggali potensi industri kreatif subsektor film, animasi dan video dengan menginventarisasi pola permodalan dan pola pekerja kelompok pembuat konten audio visual di Solo 2014 –2016 melalui pemetaan.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Kota Solo dalam memajukan potensi industri kreatif subsektor film, animasi dan video kelompok pembuat konten audio visual di Solo. Manfaat akademik lainnya adalah sebagai data awal bagi penelitian lanjutan yang akan membahas beragam permasalahan industri kreatif subsektor film, animasi dan video secara lebih komprehensif.

E. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Buku berjudul Pemetaan Pembuat Film Yogjakarta 2015 ditulis oleh Tim Swakelola Pemetaan Pembuat Film Yogyakarta 2015. Buku ini memuat informasi tentang proses pemetaan pembuat film di Yogyakarta selama periode 2010-2015. Buku ini dirujuk sebagai referensi dalam penggunaan metode pemetaan pembuat konten audio visual daerah, yaitu metode wawancara dengan alat bantu kuesioner. Ranah penelitian pada pemetaan kelompok pembuat film di Yogyakarta digunakan sebagai pengelompokan aktivitas produksi pembuat film di Yogyakarta, sedangkan penelitian ini selangkah di belakangnya, yaitu tahap awal pemetaan eksistensi kelompok pembuat konten audio visual Solo dan potensinya di bidang industri kreatif subsektor film, animasi dan video.

  Jurnal penelitian berjudul Studi Tentang Kompetensi Produksi dan

  

Promosi Pembuat Film Independen di Surakarta ditulis oleh Anung Rachman

  diterbitkan dalam Jurnal Capture Vol 1 No.1 Desember 2009 merupakan salah satu hasil penelitian terdahulu tentang subyek serupa. Hal yang membedakan dengan penelitian ini adalah tujuan dari hasil penelitian tidak lagi membahas tentang perbandingan kompetensi produksi dan promosi pembuat konten audio visual, namun lebih menggali potensi industri kreatif dengan menginventarisasi pola permodalan dan pola pekerja kelompok pembuat konten audio visual di Solo.

  Selain itu penelitian ini juga pembaharuan dari penelitian dalam jurnal tersebut.

  Skripsi yang berjudul Bentuk Kerjasama Kompas TV dan RBTV dalam

  

Pelaksanaan Sistem Stasiun Jaringan (SSJ) oleh Danissa Dyah Oktaviani dari

  Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta 2014. Penelitian ini dijadikan referensi dalam pembuatan laporan tugas akhir skripsi di ranah institusi. Sejauh ini penelitian Mahasiswa Strata 1 Institut Seni Indonesia Surakarta untuk ranah kajian institusi masih didominasi oleh industri pertelevisian. Pembaharuan penelitian ini terletak pada pengkajian ranah institusi perfilman, yang belum banyak dikaji.

  Buku Memahami Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Sugiyono dan diterbitkan oleh CV Alfabeta Bandung 2012. Buku ini memberikan penjelasan mengenai pengertian metode penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data. Buku ini dijadikan referensi dalam tahap analisis data yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

F. Kerangka Konseptual

  Beberapa kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsep Ekonomi Kreatif

  Istilah Ekonomi Kreatif pertama kali diperkenalkan oleh John Howkins melalui bukunya "Creative Economy, How People Make Money from Ideas".

  Selain sebagai pembuat film asal Inggris, Ia juga aktif menyuarakan ekonomi kreatif di kalangan pemerintahan di Eropa. Menurut definisi Howkins, ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan output-nya berupa gagasan. Didukung oleh UNICEF, ekonomi kreatif kini mulai disebarluaskan ke penjuru dunia dengan respon yang baik pula, ditandai dengan bermunculannya individu maupun kelompok industri kreatif. Pada tahun 1997,

  Tony Blair, Perdana Menteri Inggris melalui United Kingdom Department for Digital, Culture, Media & Sport (UK DCMS), membentuk Creative Industries Task Force yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Inggris. Pada tahun 1998, DCMS mempublikasikan hasil pemetaan industri kreatif Inggris yang pertama, dimana industri kreatif didefinisikan sebagai:

  “Those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent and which have a potential for wealth and job creation

through the generation and exploitation of intellectual propert.

  

  6

  (Industri yang berasal dari kreativitas, keterampilan dan bakat individu yang berpotensi menciptakan kekayaan dan lapangan kerja melalui eksploitasi serta pembangkitan daya cipta dan kekayaan intelektual individu tersebut).

  Definisi DCMS ini selanjutnya banyak diadopsi oleh negara-negara lain yang ikut menggerakkan industri kreatif, termasuk Indonesia. Definisi industri

  kreatif sendiri menurut Departemen Perdagangan Indonesia pada studi pemetaan industri kreatif tahun 2007 adalah: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. ”

7 Industri kreatif diyakini mampu menjadi salah satu solusi dalam

  mengatasi permasalahan minimnya jumlah lowongan pekerjaan khususnya di kota-kota besar. Berbekal softskill dari 16 subsektor industri kreatif yang dikembangkan di Indonesia, pelaku usaha dapat menciptakan lapangan kerja baru untuk dirinya dan lingkungan di sekitarnya.

  6 DCMS, 2015. Official Statistics Creative Industries Economic Estimates January 2015. (Online), iakses 28 Juni 2017). 7 BEKRAF, Profil BEKRAF. (Online), (http://www.bekraf.go.id/subsektor diakses 15 Juni 2017).

2. Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia

  Di Indonesia perkembangan sektor-sektor industri kreatif cukup signifikan. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah ragam industri hingga mampu membentuk pasar sendiri baik di dalam maupun di luar negeri. Industri kreatif memiliki potensi peluang usaha yang mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian yang kian besar. Tak hanya mendatangkan devisa dan mendorong pertumbuhan tapi juga mampu menyerap tenaga kerja. Pemerintah memproyeksikan, pada tahun 2030 pendapatan terbesar negara tak lagi dari pajak dan bea cukai, melainkan dari industri kreatif.

  Ajang Creative Cities Conference yang terselenggara April 2015 lalu telah ditetapkan 19 Kota Kreatif di Indonesia, salah satunya adalah Kota Solo.

  19 kota tersebut ditunjuk sebagai penggerak 16 subsektor industri kreatif di Indonesia, meliputi: (1) Aplikasi dan Pengembang Permainan; (2) Arsitektur; (3) Desain Interior; (4) Desain Komunikasi Visual; (5) Desain Produk; (6) Fesyen; (7) Film, Animasi dan Video; (8) Fotografi; (9) Kriya; (10) Kuliner; (11) Musik; (12) Penerbitan; (13) Periklanan; (14) Seni Pertunjukan; (15) Seni

8 Rupa; (16) Televisi dan Radio. Disadari atau tidak, sektor-sektor tersebut kini

  semakin banyak dan mudah dijumpai, baik di industri skala besar maupun non profesional sekalipun. Industri kreatif di sektor film, animasi dan video menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

8 BEKRAF, Subsektor Industri Kreatif. (Online), (http://www.bekraf.go.id/subsektor diakses 15 Juni 2017).

3. Kelompok Pembuat Konten Audio Visual

  Sejauh ini industri kreatif Solo di sektor film, animasi dan video digerakkan oleh aktivitas produksi dan distribusi mandiri oleh kelompok pembuat konten audio visual. Kelompok tersebut dijabarkan lebih rinci sebagai berikut: a.

  Kelompok terdiri dari dua orang atau lebih. Merupakan suatu kelompok sosial dari beberapa latar belakang lingkungan, umumnya memiliki

  9

  ketertarikan dan habitat yang sama. Kelompok pembuat konten audio visual yang termasuk dalam penelitian ini berdasarkan lingkungan institusinya dibagi tiga: 1) Institusi Pendidikan; 2) Jaringan Pertemanan; 3) Profesional.

  b.

  Pembuat adalah pihak yang bertanggung jawab dalam proses penciptaan/

  10 produksi karya gambar-dengar/ audio visual.

  c.

  Karya audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada

  11

  pendekatan Ekonomi Kreatif BEKRAF tentang jenis karya industri kreatif subsektor film, animasi dan video, sebagai berikut: 1)

  Film adalah karya seni gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematografi.

  9 10 BEKRAF, Profil BEKRAF. 2017

Tim Swakelola Pemetaan Pembuat Film Yogyakarta 2015. 2015. Pemetaan Pembuat Film

11 Yogyakarta 2015 . Yogyakarta : Dinas Kebudayaan Daerah Istiwewa Yogyakarta. Hlm. 16 BEKRAF, Subsektor Industri Kreatif. 2017

  2) Animasi adalah tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa.

  3) Video merupakan sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat gambar bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi.

4. Pola Permodalan dan Pola Pekerja

  Temuan dari penelitian oleh Tim Swakelola Pemetaan Pembuat Film Yogyakarta 2015 menyimpulkan bahwa ada dua hal penting yang menjadi persoalan utama yaitu pola permodalan dan pola pekerja. Sehingga dua permasalahan tersebut dijadikan sebagai fokus kajian dalam penelitian ini. a Pola Permodalan, meliputi : 1) Cara kelompok pembuat konten audio visual dalam menawarkan karyanya; 2) Negosiasi harga dan pengaturan hak cipta; 3) Legalitas badan hukum kelompok.

  b. Pola Pekerja, meliputi : 1) Sistem Perekrutan Pekerja Film; 2) Kontrak Kerja; 3) Peningkatan Kapasitas SDM; 4) Regenerasi.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu jenis yang biasa digunakan untuk meneliti tentang kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, hasil penelitiannya lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

12 Penelitian ini dilakukan melalui pendataan dan

  pengamatan langsung ke dalam proses kegiatan juga lingkungan organisasi subyek, seperti proses produksi, diskusi hingga mengamati hasil karyanya.

  2. Subyek Penelitian

  12 kelompok pembuat konten audio visual. Dalam proses wawancara, dipilih satu orang perwakilan dari masing-masing kelompok yang mengetahui perihal profil dan permasalahan yang terjadi pada kelompoknya. Mereka adalah orang-orang yang tahu tentang sejarah dan proses kerja organisasi/ kelompok. Sebagian besar merupakan pemimpin, pendiri, pemilik, direktur, ketua, pembina ekstra kurikuler di SMA, manager atau produser.

  3. Sumber Data

  a. Data Primer Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data.

  13 Sumber primer dalam

  penelitian ini berupa hasil kuesioner, transkrip wawancara, dan catatan

  12 Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm. 1 13 Sugiyono. 2012 : 62 observasi yang dilakukan pada proses wawancara pembuat konten audio visual di Solo.

  b. Data Sekunder Sumber data sekunder tidak memberikan informasi secara langsung yang bentuknya dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain.

  14 Data ini digunakan

  sebagai pendukung informasi dari data primer yang diperoleh melalui arsip kelompok.

  4. Teknik Pengambilan Sampel

  Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  purposive sampling . Sugiono menuliskan purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

  15 Sampel dalam penelitian ini diambil dari kelompok pembuat konten audio

  visual di Solo yang masih aktif dalam kegiatan produksi selama kurun waktu 2014 –2016.

  14 Sugiyono. 2012 : 62 15 Sugiyono. 2012 : 54

  Gambar 1. Bagan alur proses seleksi narasumber menggunakan teknik purposive sampling

5. Metode Pengumpulan Data

  a. Observasi Teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan secara terus terang dimana subyek yang diteliti mengetahui maksud, tujuan dan aktifitas

  16

  penelitian. Tujuan utama pengamatan langsung di lapangan adalah untuk mendapat data akurat dari subyek yang sedang diteliti. Metode yang ditempuh adalah dengan mengamati ragam proses produksi serta sistem organisasi kelompok-kelompok pembuat konten audio visual di Solo yang memungkinkan untuk diamati.

  b. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila 16 peneliti ingin menemukan permasalahan utama yang harus diteliti, bisa juga

  Sugiyono. 2012 : 64

  17 metode untuk mencari tahu lebih dalam tentang subyek penelitiannya.

  Data utama untuk penelitian ini didapat dengan mewawancarai satu informan di masing-masing kelompok pembuat konten audio visual di Solo yang terpilih. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner sebagai instrumen wawancara. Pertanyaan yang diajukan dalam proses wawancara sesuai dengan kuesioner sebagai instrumen wawancara yang sudah dirancang dan diuji sebelumnya. Proses wawancara direkam dan jawaban informan dicatat dalam kuesioner oleh peneliti. Rekaman tersebut diperlukan guna memastikan tidak ada informasi yang belum tertulis dalam kuesioner maupun catatan khusus peneliti, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi data yang tidak tertulis di lapangan.

  c. Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari subyek

  18

  penelitian. Pengumpulan dokumen dilakukan dengan cara memilih dan menggandakan arsip narasumber yang terpilih untuk diteliti. Dokumen tersebut memberikan informasi tentang arsip masing-masing kelompok diantaranya, foto kegiatan kelompok, struktur organisasi serta hasil karya kelompok berupa film dan cover CD.

6. Analisis Data

  Penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan 17 Huberman. Dalam Sugiyono, Miles dan Huberman menyebutkan aktivitas 18 Sugiyono. 2012 : 72 Sugiyono. 2012 : 82 dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

  19 secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

  Langkah-langkah analisis data ini adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Rincian langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

  a) Reduksi Data

  Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian akan mempermudah melakukan langkah selanjutnya. Pada saat pengumpulan data, didapatkan hasil jawaban kuesioner dan transkrip wawancara dari narasumber. Data yang telah diperoleh kemudian difokuskan pada pemetaan potensi industri kreatif kelompok pembuat konten audio visual di Solo pada kurun waktu 2014 –2016.

  b) Penyajian Data

  Penyajian data dilakukan setelah data direduksi. Penyajian data penelitian kualitatif disarankan dengan teks yang naratif. Selain itu dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan chart. Data disajikan secara detail mulai dari profil kelompok pembuat konten audio visual Solo, hubungan pendana dengan pembuat konten audio visual dan hubungan pembuat dengan pekerjanya.

19 Sugiyono. 2012 : 91

  c) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Langkah yang ketiga ialah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

  Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan mampu menjawab rumusan masalah mengenai hasil pemetaan potensi industri kreatif subsektor film, animasi dan video kelompok pembuat konten audio visual di Solo. Kesimpulan disusun dari hasil pengolahan data di lapangan.

  Selanjutnya kesimpulan perlu diverifikasi agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Verifikasi dilakukan dengan mencermati kembali rumusan masalah, tujuan, metode penelitian dan pembahasan kemudian dicocokkan dengan kesimpulan yang sudah dirumuskan.

  Gambar 2. Bagan alur penelitian

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan laporan tugas akhir skripsi Pemetaan Potensi Industri

  

Kreatif Subsektor Film, Animasi dan Video Pembuat Konten Audio Visual di Solo

2014 –2016 adalah sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN. Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

  BAB II PROFIL 12 KELOMPOK PEMBUAT KONTEN AUDIO VISUAL DI SOLO. Berisi tentang subyek penelitian berupa pemaparan profil 12 kelompok yang telah dipilih secara porposive sampling. BAB III PEMETAAN POTENSI INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR FILM, ANIMASI DAN VIDEO KELOMPOK PEMBUAT KONTEN AUDIO VISUAL DI SOLO. Berisi tentang analisis hasil penelitian dikaji dari masalah pola permodalan dan pola pekerja. BAB IV KESIMPULAN. Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis dan saran sebagai rekomendasi.

BAB II PROFIL 12 KELOMPOK PEMBUAT KONTEN AUDIO VISUAL DI SOLO A. Penentuan 12 Kelompok Pembuat Konten Audio Visual di Solo Dewasa ini film, animasi dan video sudah menjadi hal yang dekat dan

  mudah ditemukan di sekitar kita dengan beragam fungsinya. Biarpun semenjak kehadirannya subsektor industri kreatif ini menikmati kepopuleran yang luar biasa

  20

  sebagai media hiburan, kini industri kreatif tersebut juga berkembang sebagai media promosi, edukasi, dokumentasi kegiatan kelompok, bahkan tidak sedikit yang menjadikan karya tersebut sebagai penunjang kebutuhan personal, salah satunya videoklip pernikahan layaknya album foto. Kebutuhan dan permintaan masyarakat akan karya audio visual inilah yang mendukung subsektor film, animasi dan video sebagai salah satu cabang industri kreatif yang menjanjikan.

  Dari hasil penelitian yang diperoleh di lapangan tercatat sejak tahun 2000

  • –2003 di Solo sudah berdiri 2 kelompok profesional yang bergerak dalam industri kreatif ini. Jumlah tersebut terus bertambah setiap tahunnya. Hingga 2016 tercatat lebih dari 10 kelompok dan individu pembuat konten audio visual profesional dengan target market dan kapasitasnya yang beragam.

  Kelompok pembuat konten audio visual yang termasuk ke dalam pengumpulan data adalah mereka yang aktif berkegiatan produksi dan berorganisasi selama tahun 2014 20 –2016. Kelompok tersebut setidaknya terdiri dari

  

Boggs, Joseph M.. 1992. Cara Menilai Sebuah Film. Terjemahan Asrul Sani. Jakarta: Yayasan

Citra. Hlm. 1

  2 orang atau lebih. Aktif secara produksi berarti masih membuat konten audio visual baik berupa film, animasi maupun video, dan aktif secara organisasi berarti masih melakukan kegiatan kelompok baik di bidang produksi maupun lainnya seperti pemutaran, apresiasi, mengadakan workshop. Kriteria tersebut dipilih merujuk pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tim Swakelola Pemetaan Pembuat Film Yogyakarta 2015, pemetaan oleh Cinema Poetica pada Temu Komunitas Film Indonesia (TKFI) 2016, pemetaan mandiri oleh KINE KITA pada temu komunitas film indie Solo 2014. Pada tahap inventarisasi calon narasumber, belum ada daftar pembuat konten audio visual di Solo yang lengkap dan terkini yang dapat dijadikan sebagai acuan atau data utama. Sedangkan daftar awal calon subyek penelitian didapat dari:

  1. Daftar Nominator Tarung Solo, Festival Film Solo (FFS) 2014: (1) Mata Arjuna; (2) Kelas Sinema; dan (3) Spartarun Pictures.

  2. Daftar peserta seleksi Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) cabang film pendek tingkat Kota Solo 2013-2014: (1) SMA Batik 1; (2) SMA N 1; (3) SMA Muhammadiyah 1; (4) SMA Kristen 1; (5) SMA N 2; (6) SMA N 7; dan (7) SMA Islam Diponegoro Surakata.

  3. Daftar peserta TKFI 2016: (1) Kineclub UNS; dan (2) Liar-liar film.

  4. Daftar hadir komunitas film indie Solo 2014: (1) KINE KITA; (2)

  Kineclub UNS; (3) Kineclub UMS; (4) AYO REKAM; (5) Hail the Cube

  Project; (6) Liar-liar Film; (7) Bengkel Film; (8) Anarlogic; (9) Medang Kamulan; (10) Kisi Kelir; (11) Mama Kelana; dan (12) Komunitas Musik Film (KMF).

  5. Hasil observasi awal peneliti: (1) Gading Video Production; (2) Royal

  st

  Cinema; (3) Neo Video Work; (4) Hendrik Video; (5) 1 Picture; (6) Mawar Magenta; (7) Alphabet Film; (8) Kineclub UNISRI; (9) Flexcinema; (10) The Rockis; (11) Mata Bunga; (12) Felix Exitus; dan (13) The Sand Photo & Video Work.

  Dari daftar tersebut, kontak yang mewakili masing-masing kelompok kemudian dilacak, mana yang bertempat di Solo dan masih aktif. Selain melalui daftar di atas, pelacakan juga dilakukan dengan bertanya kepada mereka yang telah masuk dalam daftar calon narasumber. Sebagai rincian berikut langkah- langkah pengumpulan data dalam penelitian ini: 1.

  Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok pembuat konten audio visual subsektor industri kreatif film, animasi dan video yang berkedudukan di Kota Solo dan masih aktif pada kurun 2014 –2016. Kriteria kurun waktu ini dipilih guna melihat perkembangan subsektor industri kreatif tersebut sejak rintisan Solo Kota Kreatif pada tahun 2014, hingga diresmikan dan berlangsung di tahun 2015

  • –2016. Selain itu kriteria ini juga didasari oleh pandangan umum komunitas di Solo tentang keaktifan sebuah kelompok. Sebagian besar subyek penelitian menyebutkan apa bila kelompok tidak berproduksi dalam dua tahun atau lebih maka dianggap tidak lagi aktif. Keterlibatan dalam pendistribusian karya di festival juga dijadikan tolak ukur. Bisa jadi mereka tidak memproduksi karya baru, namun berfokus pada pendistribusiannya ke berbagai festival. Mengingat pentingnya festival sebagai motivasi
kelompok produksi, pada kurun waktu tersebut dapat terlihat bagaimana pengaruh adanya FFS 2014 dan pasca FFS vakum tahun 2015 dan 2016, serta kemunculan FLS2N cabang Film Pendek untuk tingkat SMA pada 2014 hingga 2016.

  2. Penyusunan inventarisasi calon narasumber dimulai dari daftar yang telah diperoleh sebelumnya. Data tersebut memuat berbagai jenis kelompok dari berbagai bidang kegiatan antara lain, kelompok produksi, apresiator dan kelompok studi. Dari data tersebut disaring kelompok-kelompok yang aktif berkegiatan di ranah produksi maupun memiliki program kerja produksi meskipun tidak hanya fokus di produksi seperti kineclub.

  3. Penyusunan inventarisasi calon narasumber kemudian dikembangkan lagi dengan melihat data sekunder yang relevan. Sumber tersebut antara lain diperoleh dari jaringan pertemanan peneliti dengan pembuat konten audio visual. Khususnya dalam pendataan kelompok industri kreatif yang membuat produk audio visual sebagai karya pesanan.

  4. Sejumlah 40 kelompok pembuat konten audio visual yang berhasil tercatat kemudian dihubungi satu persatu. Lebih dari separuh nama calon informan dari data tersebut tidak terpakai karena beberapa alasan: a. Nomor telepon atau alamat email sudah tidak aktif; b. Sudah pindah domisili di luar Kota Solo; c. Kelompok tersebut sudah tidak aktif dan atau kelompok tersebut berganti ranah kegiatan di luar produksi; d. Kelompok tersebut tidak bersedia diwawancarai.

  5. Dari proses penyaringan tersebut, peneliti telah mewawancarai 16 kelompok terpilih. Sejumlah 4 kelompok tidak kami masukan sebagai data karena tidak memenuhi kriteria kelompok dengan alasan: a. Sejumlah dua kelompok berganti ranah kegiatan di luar produksi; b. Dua kelompok lainnya tidak lagi aktif sebagai kelompok. Akhirnya data yang kami sajikan mencakup 12 kelompok pembuat konten audio visual subsektor industri kreatif film, animasi dan video.

  6. Meringkas pemaparan awal, langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah memastikan bahwa: a.

  Kelompok pembuat konten audio visual aktif berkegiatan pada 2014 –2016.

  b.

  Kelompok tersebut masih berdomisili di Kota Solo.

  c.

  Kelompok pembuat konten audio visual dapat dihubungi dan bersedia diwawancarai untuk penelitian ini.

  Proses pengumpulan data penelitian ini didapat dengan mewawancarai 12 kelompok pembuat konten audio visual di Solo dengan menggunakan alat bantu kuesioner sebagai instrumen yang sudah dirancang dan diuji sebelumnya. Referensi yang digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan kuesioner diperoleh dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Cinema Poetica 2016 dan Tim Swakelola Pemetaan Pembuat Film Yogyakarta 2015. Wawancara direkam dan jawaban informan dicatat pada kuesioner dan catatan khusus terpisah. Ini menjamin bahwa keterangan dalam rekaman dituliskan dengan tepat karena penulisnya adalah pewawancara sendiri.

B. Profil Masing- masing Kelompok Pembuat Konten Audio Visual di Solo

  Subyek penelitian ini mencakup 12 kelompok pembuat konten audio visual dengan sebaran wilayah domisili di Kota Solo. 12 kelompok tersebut memiliki karakter yang beragam dari segi kegiatan maupun jenis institusinya, diantaranya institusi pendidikan, rumah produksi profesional, dan kelompok- kelompok yang berjejaring. Pada proseses pengambilan data, terlebih dahulu dipilih satu orang anggota di tiap kelompok sebagai informan yang mengetahui perihal profil kelompok, permasalahan kelompok di bidang pendanaan dan perekrutan kru produksinya. Sebelum wawancara dimulai, para informan diminta menandatangani lembar persetujuan yang menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Informan bebas untuk menolak, berhenti di tengah-tengah atau menarik jawaban yang diberikan. Jawaban tersebut nantinya tidak akan digunakan sebagai bahan analisis.

  Data awal yang diperoleh dari informan berupa profil informan, gambaran umum kelompok yang diwakilinya, jumlah karya yang telah dihasilkan serta prestasi-prestasinya sepanjang tahun 2014 –2016. Karya–karya film, animasi dan video yang dikompetisikan dengan sistem seleksi tertentu maupun didistribusikan ke pemutaran non kompetisi, namun tidak lolos seleksi tidak dicantumkan dalam kolom prestasi. Berikut adalah hasil pengumpulan data profil masing-masing kelompok, diurutkan sesuai tanggal konfirmasi kesediaannya untuk diwawancara:

1. Ekstrakurikuler Multimedia SMA ISLAM DIPONEGORO

  

Gambar 3. Tim inti Ekstrakurikuler Multimedia SMA ISLAM DIPONEGORO

mewakili Surakarta dalam FLS2N di tingkat Provinsi Jawa Tengah 2016

Sumber: Amalia Safitri, 2016

Tabel 1. Profil Ekstrakurikuler Multimedia SMA ISLAM DIPONEGORO

  Profil informan

  Nama Amalia Safitri Umur

  27 Jenis kelamin Perempuan Pendidikan terakhir S1 Profesi Guru Posisi dalam kelompok Pembina Ekstrakurikuler No. Telp / HP 085647107161

  Profil Kelompok

  Alamat Jl. Serayu VIII No. 2, Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Tautan Media website atau blog

  Youtube YPID DIPONEGORO Tahun berdiri Awalnya berdiri guna persiapan dan penjaringan bakat siswi dalam seleksi FLS2N cabang film pendek pada tahun 2013

  • –2014. Setelah berhasil memenangkan FLS2N ditingkat kota di tahun ajaran 2014
  • –2015, kelompok ini dikukuhkan oleh Yayasan Diponegoro sebagai ekstrakurikuler baru. Selain sebagai wadah pelatihan SDM siswi di bidang film, kelompok ini juga aktif memproduksi profil dan kebutuhan materi publikasi audio visual Yayasan Diponegoro.

  Jumlah anggota 20 orang Jenis institusi kelompok Institusi Pendidikan Jenis kegiatan kelompok Produksi, Pemutaran Bentuk badan hukum Di bawah Yayasan

  Jumlah Karya 2014 –2016 Tahun Film Video Animasi

Produksi Fiksi Dokumenter Videoklip Iklan Video Profil

  2014

  3

  2

  1 2015

  3

  3

  1

  3 2016

  4

  5

  7

  1

  1 Prestasi Kelompok 2014

  • –2016

  No. Judul Prestasi Tahun

  1. Wanita Juara 1 Festival Lomba Seni Siswa Nasional 2015 (FLS2N) Tingkat Kota Solo.

  2. Art for Heart Peringkat 10 Besar FLS2N Tingkat Provinsi 2015 Jawa Tengah.

  3. Untuk Kita Juara 1 FLS2N Tingkat Kota Solo. 2016

2. Kineclub Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)

  Gambar 4. Pelatihan dan pelantikan angota baru Kinecub FISIP UNS 2016 Sumber: Tabel 2. Profil Kineclub Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)

  Profil informan

  Nama Halim Ro'is Al Asy Ari Umur

  20 Jenis kelamin Laki-laki Pendidikan terakhir SMA Profesi Mahasiswa Posisi dalam kelompok Ketua UKM No. Telp / HP 085741410654 Email

  Profil Kelompok

  Alamat FISIP UNS Tautan Media website atau blog twitter @kineunssolo facebook Kine UNS Solo instagram @kineunssolo