BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - HARTOKO BAB I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penting dalam struktur masyarakat Islam adalah
masjid, Selain sebagai tempat ibadah sama halnya dengan gereja, pura, wihara dan lain sebagainya, masjid digunakan umat Islam untuk berbagai keperluan misalnya dibidang pendidikan, kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Pada masa awal perkembangan Islam, yaitu pada zaman Rasullah, masjid merupakan pusat pemerintahan, kegiatan pendidikan, kegiatan sosial dan ekonomi. Sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara Nabi Muhammad SAW tidak mempunyai istana seperti halnya para raja pada waktu itu, beliau menjalankan roda pemerintahan dan mengatur umat Islam di Masjid, permasalahan-permasalahan umat beliau selesaikan bersama-sama dengan para sahabat di Masjid bahkan hingga mengatur strategi peperangan.
Di antara fungsi dari masjid adalah sebagai tempat untuk ibadah bagi umat Islam, selain sebagai tempat ibadah, masjid juga sangat berperan penting bagi proses pembinaan keagamaan bagi masyarakat. Sewaktu Rasulullah hijrah dari kota Makkah ke kota Madinah, maka yang pertama kali dibangun adalah masjid, hal ini menunjukan bahwa masjidlah sebagai pondasi awal pembinaan bagi ummat Islam pada masa itu, sehingga dengan awal didirikannya masjid maka Rasulullah bisa menjalankan misi dakwahnya di dalam masjid.
Disamping itu juga, masjid berfungsi juga sebagai rumah bagi sejumlah besar orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin yang mengungsi yang sama sekali tidak mempunyai rumah, harta benda, keluarga dan anak-anak (Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, 2013: 130).
Masjid yang kita harapkan adalah masjid yang berfungsi sebagai lembaga mencetak umat yang beriman, beribadah menghubungkan jiwa dengan Khaliq, umat yang beramal sholeh dalam kehidupan masyarakat yang berwatak dan berakhlak teguh. Masjid yang hidup, dan memancarkan kehidupan, dan meningkatkan kualitas umat. Masjid yang memberikan manfaat banyak bagi kehidupan jamaahnya. Bukan hanya tempat sholat.
Itulah masjid yang hidup dan menghidupkan, bukan masjid yang bentuk bangunan indah, megah dan bertingkat akan tetapi sepi dari para jama’ah.
Masjid yang hendak kita bangun adalah masjid yang mampu membentuk jamaah mukminin yang taat kepada Allah, tekun beribadah, yang dalam kasih sayangnya antara satu dengan yang lain ibarat satu badan, apabila salah satu anggota jamaahnya tertimpa suatu penderitaan, maka anggota yang lain serentak mengadakan reaksi, tidak dapat tidur nyenyak. turut merasakan penderitaan saudaranya. Kemudian bersiap sedia memberikan perlindungan, pertahanan dan pertolongan.
Perkembangan masjid pada masa sekarang ini yang begitu pesat itu dapat dilihat di kota-kota sampai ke pelosok-pelosok desa. Masjid mudah kita jumpai di mana saja, baik di terminal, tempat rekreasi, dan di lembaga- lembaga pendidikan. Keadaan yang demikian di satu sisi tentu membuat hati begitu senang dan bahagia karena orang-orang mulai sadar akan pentingnya shalat. Mereka membuat masjid di berbagai tempat dengan harapan agar mempermudah proses ibadah yang akan mereka kerjakan. Hal itu boleh- boleh saja dilakukan mengingat sekarang ini banyak orang yang memiliki mobilitas tinggi, hingga mereka dituntut untuk berpacu dengan waktu.
Kehadiran masjid-masjid di sekitar mereka sedikit banyak akan membantu karena tidak perlu waktu lama untuk mendatangi masjid dan shalat berjamaah di dalamnya.
Disisi lainnya, fenomena pertumbuhan masjid yang semakin banyak ternyata tidak diimbangi dengan upaya memakmurkannya. Tidak semua masjid yang dibangun bisa mengoptimalkan fungsinya, karena masjid mulai mengalami mutilasi fungsi dan distorsi wilayah kerja. Masjid hanya identik dengan tempat shalat, tidak lebih dari itu. Kalaupun lebih maksimal hanya event-event seremonial tahunan. Itupun kalau bisa berjalan dengan baik, karena ada beberapa masjid yang bahkan tidak digunakan shalat jamaah lagi, terlebih shalat dzuhur dan asar. Sehingga banyak masjid telah dibangun tetapi sepi dari jamaah. Semua itu disebabkan karena pada masa sekarang banyak orang membangun masjid tidak didasari dengan rasa taqwa melainkan hanya sebagai pelengkap dan legitimasi keislaman di suatu lingkungan. Saat ini orang mendirikan masjid di mana-mana tanpa ada suatu perencanaan yang baik sebagai tempat pembinaan umat lahir dan batin. Jangankan mempersiapkan perencanaan pembinaan umatnya, pengurus masjidnya sendiri jarang ke Dewasa ini masyarakat kita banyak yang jauh dari nilai-nilai agama Islam, hal ini sedikit banyak disebabkan oleh arus globalisasi dan modernisasi dan semakin jauhnya masyarakat dari nilai-nilai Islami. Menurut data yang dikeluarkan oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) pusat, bahwa hingga kini telah tercatat sejumlah masjid dan mushala yang tidak kurang dari 700.000 buah masjid dan mushala berdiri. Namun masalahnya, dengan jumlah yang 700.000 itu, fungsi masjid dan mushala di Indonesia belum dimaksimalkan. Kaum muslimin begitu mudah membangun masjid, namun masjid yang mereka bangun kemudian ditinggalkan tanpa adanya kegiatan-kegiatan yang berarti.
Kita menginginkan masjid yang sudah ada kita optimalkan dan perdayakan fungsinya bukan hanya sebagai tempat ibadah tapi juga sebagai pusat pendidikan (tarbiyah) karena hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam. Dengan pendidikan kaum muslimin tidak hanya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta menguasai ajaran Islam dengan baik, sehingga mampu membedakan antara yang haq dengan yang
bathil . Disamping itu, dengan pendidikan Islam diharapkan tumbuh dan
meningkat kemampuan kaum muslimin dalam mengekspresikan nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupannya.
Masjid merupakan salah satu sarana yang paling tepat bagi proses pendidikan bagi masyarakat. Manakala masjid dijadikan sebagai sarana pendidikan bagi kaum muslimin, niscaya umat Islam akan merasakan betul keberadaan masjid itu. Manakala semakin banyaknya masjid-masjid yang ada di Indonesia yang dijadikan sebagai sarana untuk tempat pendidikan bagi kaum muslimin, maka hal ini akan menigkatkan kualitas pendidikan kaum muslimin.
Pendidikan Islam yang dilakukan melalui masjid adalah pendidikan yang di tempuh melalui jalur non formal maupun formal, dan manfaatnya akan dirasakan sampai pada kehidupan selanjutnya yaitu di akherat. Pada masa awal penperkembangan Islam pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara, pendidikan yang berlangsung yang dilakukan oleh Rasulullah dapat dikatakan bersifat informal; dan inipun lebih berkaitan dengan upaya-upaya dakwah islamiyah penyebaran dan penanaman daar-dasar kepercayaan dan ibadah keislaman ( Fatah Syukur, 2015: 47)
Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi masjid yaitu dengan menjadikan masjid selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat pembinaan umat sebagai upaya pendidikan Islam non formal. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam. Dengan pendidikan, umat Islam tidak hanya memiliki kepribadian yang baik tapi juga memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta menguasai ajaran Islam dengan baik sehingga dapat membedakan yang haq dan bathil. Sedangkan tujuan pendidikan di masjid adalah untuk memberikan pemahaman, pengetahuan dan pembelajaran tentang Islam secara benar berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Pembinaan umat adalah salah satu persoalan yang seringkali dilupakan. Bisa jadi sebuah masjid rutin mengadakan pengajian, bahkan dengan mendatangkan ustadz-ustadz kondang. Akan tetapi pengajian yang diselenggarakan seolah hanya untuk mengisi aktivitas belaka agar masjidnya dikatakan hidup.
Pada penelitian kali ini penulis ingin menegaskan bahwa peranan takmir masjid di masyarakat sangat penting sekali bagi proses pendidikan umat dan juga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan juga untuk menumbuhkan kekuatan spiritual keagamaan sehingga nantinya umat Islam menjadi umat yang berperadaban dan akan ditingkatkan derajatnya di sisi Allah.
Sebagaimana firman Allah:
ِ ﺲِﻟﺎَﺠَﻤْﻟا ِﰲ اﻮُﺤﱠﺴَﻔَـﺗ ْﻢُﻜَﻟ َﻞﻴِﻗ اَذِإ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ ۖ ◌
ْﻢُﻜَﻟ ُﻪﱠﻠﻟا ِﺢَﺴْﻔَـﻳ اﻮُﺤَﺴْﻓﺎَﻓ ُﻪﱠﻠﻟا ِﻊَﻓْﺮَـﻳ اوُﺰُﺸﻧﺎَﻓ اوُﺰُﺸﻧا َﻞﻴِﻗ اَذِإَو ۚ ◌
ٍ َنﻮُﻠَﻤْﻌَـﺗ ﺎَِﲟ ُﻪﱠﻠﻟاَو تﺎَﺟَرَد َﻢْﻠِﻌْﻟا اﻮُﺗوُأ َﻦﻳِﺬﱠﻟاَو ْﻢُﻜﻨِﻣ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ٌﲑِﺒَﺧ
Artinya: “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat[42]. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-
Mujadalah: 11) Disamping itu juga pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub dalam Undang-Undang.
Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUD, 2003: 4).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti sampai sejauh mana peranan masjid dalam mendayagunakan masyarakat khususnya umat Islam untuk menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan Islam. Untuk itu penelitian ini berjudul Peranan Takmir
Masjid Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam (Studi Kasus di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto) B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: Bagaimana peranan Takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto, 1. dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam? Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat proses 2. pembinaan keagamaan masyarakat di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peranan Takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto, dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses pembinaan keagamaan di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis Secara teoritis, manfaat yang bisa diambil dari penulisan ini adalah, untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan kongkrit tentang peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas agama Islam serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan kualitas agama Islam di masjid Agung Baitussalam Purwokerto.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi Pembaca
1) Memberikan referensi bagi para pembaca tentang fungsi dan peranan masjid bagi masyarakat.
2) Memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca tentang fungsi dan peranan masjid bagi masyarakat.
b. Bagi Penulis Sebagai rujukan bagi diri penulis apabila nantinya berkecimpung dalam masyarakat, khususnya dalam hal kepengurusan takmir masjid.
c. Bagi Takmir Masjid Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan khususnya dalam upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas agama Islam di masyarakat.