BAB 1I KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Kasar - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN JEMBATAN BUAYA PADA ANAK KELOMPOK A TK BA AISYIYAH KALIKABONG KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PUR
BAB 1I KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Kasar Menurut Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 117) motorik
kasar adalah kemampuan anak beraktifitas dengan menggunakan otot- ototbesarnya. Kemampuan gerak motorik anak dibagi menjadi tiga yaitu :
Pertama, kemampuan lokomoror yaitu kemampuan yang digunakan untuk
memindahkan tubuh dari suatu tempat ketempat lain dan untuk mengangkat tubuhnya keatas. Kedua, kemampuan non lokomotor kegiatan yang dilakukan ditempat tanpa ada ruang gerak yang memadai. Gerakan seperti meregang, menarik, melipat dan lain
- – lain. Ketiga, kemampuan manipulative yaitu kemampuan yang lebih banyak melibatkan kemampuan tangan dan kaki, tetapi bagian tubuh yang lain dapat digunakan. Gerakannya seperti melempar, menangkap, menendang, memukul, dan lain – lain.
Menurut Ernawulan Syaodih (2005: 30) motorik kasar adalah gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar. Sehingga untuk melakukan gerakan motorik kasar, seperti untuk aktifitas berlari, memanjat, melompat atau melempar memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot – otot yang besar.
6 Motorik kasar adalah kemampuan anak beraktifitas dengan menggunakan otot-otot besar. Kemampuan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup anak, kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu ; kemampuan lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif. Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu ketempat lain atau untuk mengangkat tubuh seperti, melompat dan meloncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur dan lari seperti kuda berlari. Kemampuan non-lokomotor dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non-lokomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar,mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain.
Keterampilan halus atau keterampilan manipulasi adalah gerak yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan,sebaiknya dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Distentik Diklusepa, 2003: 8). Oleh karena itu kemampuan motorik kasar anak akan berbeda karena pertumbuhan dan perkembangan anak berbeda walaupun anak dalam usia yang sama.
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen dan Whiteneyer (Monks, 19996: 111). Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik kasar anak harus mempersiapkan sesuatu dilingkungannya yang memotifasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka untuk bergerak. Kartini Kartono (2000: 44) menjelaskan bahwa perkembangan motorik adalah perkembanagan dari kegiatan-kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak danberjalan.
Pada prinsipnya, motorik kasar merupakan gerakan otot-otot besar. Yakni gerakan yang dihasilkan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Adapun jenis perkembangan motorik kasar pada anak adalah : mampu menangkap sesuatu, mampu meraih sebuah benda, mampu berjalan, mampu melompat, mampu melempar benda, mampu berlari, mampu menendang, mampu naik dan turuntangga, mampu merangkak, mampu memukul mengayunkan tangan, mampu berguling kekanan dan kekiri.
Berdasarkan penjelasan diatas maka sangat tepat apabila peneliti melakukan penelitian pengembangan motorik kasar anak pada anak kelompok A karena pada anak kelompok A berada pada usia dimana otot- otot besar anak berkembang sehingga anak mampu mengembangkan keterampilan yang diajarkan pada usia ini untuk keterampilan motorik kasar yang lebih komplek dimasa perkembangan selanjutnya. Perkembanagan keterampilan motorik kasar ini sangat tepat dilakukan dengan permainan jembatan buayakarena pada usia ini anak masih senang bermain dinama anak melakukan bermain jembatan buaya anak berlomba- lomba membuat jembatan dengan kardus berbentuk buaya dan menyusunnya secara lurus kemudian anak melewati kardus yang telah disusun seperti jembatan, tetapi dalam melewati jembatan anak tidak boleh keluar dari kardus yang telah disusunya ( menginjak tanah)permainan jembatan buaya ini sangat berfungsi untuk melatih organ-organ jasmaninya dan rohaninya terutama yang berkaitan dengan keterampilan motorik kasar dimasa depan seperti : mampu menangkap sesuatu, mampu meraih sebuah benda, mampu berjalan, mampu melompat, mampu melempar benda, mampu berlari, mampu menendang, mampu naik dan turuntangga, mampu merangkak, mampu memukul mengayunkan tangan, mampu berguling kekanan dan kekiri.
2. Arti Penting Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.
Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konsentrasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996 : 88) yaitu ; Memlalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memaikan bonekan, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independen, anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lain dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya, kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah, pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah bisa dilatih, menulis, menggambar, melukis dan baris-berbaris. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan anak yang tidak normal akan menghambat anak untukdapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer ( terpinggirkan ). Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif terjadi melalui proses yang disebut adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntunan lingkungan dan intelektual melalui dua hal, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses anak dalam menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada interprestasi dunia anak prasekolah. Akomodasi merupakan aspek kedua adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan proses adaptasi dengan sejumlah pengalaman baru.
3. Tahap Perkembangan Kognitif Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Motorik
Menurut Piaget ada empat tahap perkembarangan kognitif yang berkaitan dengan perkembambangan motorik padaanak yaitu; tahap sensomotorik, tahap praoperasional, konkret operasional, formal operasional.
Sensorimotorik : Lahir s/d 2 tahun Praoperasional : 2 tahun s/d 8 tahun Konkret operasional : 8 tahun s/d 11 tahun Formal operasional : 11 tahun s/d 12 tahun
a. Tahap Sensorimotorik dan Perkembangan Motorik Anak Pada tahap sensorimotor Piaget mengambarkan seperti “ berfikir melalui gerak tubuh”. Kemampuan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan intelektual berkembang sebagai suatu hasil dari suatu gerak dan konsekuensinya. Menurut Piaget, gerak selalu berhubungan dengan proses berfikir pada tahap sensorimotor, pengetahuan dan berfikir muncul sebagai hasil dari perilaku yang terjadi melalui gerak tubuh.
b. Tahap Operasional dan Perkembangan Motorik Anak Pada tahap ini, Piaget memberikan penekanan berupa batasan dimana anak tersebut belum memiliki kemampuan untukberfikir logis dan melakkan tindakan yang sederhana, oleh karena itu Piaget membagi menjadi dua bagian yaitu; prakonseptual yaitu anak berusia antara 2 s/d 4 tahun. Intuitif adalah pada anak yang berusia 4 s/d 7 tahun. c. Tahap Kongkret Operasional dan Perkembangan Motorik Anak Bertambahnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan ini dapat mengetahui perkembangan motorik anak. Dari segi perkembangan motorik, anak berada dalam periode transisi dalam aspek motorik. Adapun motorik yang dapat dikembangangkan pada periode ini sudah mengarah pada peningkatan keterampilan gerak yang lebih kompleks.
d. Tahap Formal Operasional dan Perkembangan Motorik Anak Tahap ini merupakan kemampuan untuk mempertimbangan kan ide-ide yang tidak didasarkan pada realita. Anak sudah mampu berfikir yang bersifat abstrak.
Kegiatan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olahraga bisa dipelajaridan dilatih dimasa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak terkompetisi agar anak- anak mempelajari olahraga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi.
4. Tahap Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik yang normal pada anak merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang kemampuan maupun bidang keterampilan. Pada masa pendidikan dasar pada umumnya kematangan perkembangan motorik yang ingin dicapai. Menurut Gallahue (dalam Sumantri, 2005: 106) terdapat lima tingkat dalam belajar motorik yaitu : a. Tinggkat penjelajahan (exploration), anak mempelajari sesuatu dengan mencoba mencari apa yang ingin dia kerjakan.
b. Tingkat penemuan (discovery), merupakan lanjutan dari tingkat penjelajahan, anak dapat menemukan cara yang tepat untuk melakukan suatu gerakan.
c. Tingkat gabungan (coordination), merupakan gabungan antara penjelajahan dengan penemuan.
d. Tingkat pemilihan (selection), tingkat ini baru diberikan pada pemilihan suatu olahraga , tingkat sekolah dasar sampai menengah pertama.
e. Tingkat penghalusan (refine), tahap dalam melanjutkan latihan atau aktifitas gerak yang sudah diajarkan sebelumnya.
Menurut Fitts dan Postner seperti dikutip Sugiyanto dan Sujarwo (dalam Sumantri,2005: 101) proses perkembangan belajar motorik kasar anakusia dini terjadidalam tiga tahap yaitu :Pertama, tahap verbal kognitif, merupakan tahap awal belajar gerak, perkembangan yang menjol adalah anak menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, tetapi penguasaannya belum baik karena masih dalam taraf coba-coba. Kedua, tahap assosiatif, merupakan tahap menengah dan ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat. Ketiga, tahap otomatisasi, berupakan tahap terakhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak mampu melakukan kegiatan keterampilan secara otomatis dengan baik dan benar.
Menurut Benyamin Bloom (dalam Fridani, Wulan, Pujiastuti, 2008: 2.25) penguasaan gerak anak usia dini ditunjukan oleh gerakan yang kaku sampai gerakan yang lancar atau luwes. Menurut Dave (dalam Fridani, Wulan, Pujiastuti, 2008: 2.25) mengklasifikasi gerak motorik yang dikuasai oleh pada anak usia dinikedalam lima katagori dari tingkatan yang paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut :
Pertama, Imitation ( peniruan ) yaitu suatu keterampilan untuk menirukan suatu gerakan yang telah dilihat, didengar atau dialaminya.
Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi dan kontrol-kontrol otot- otot syaraf, karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam bentuk global dan tidak sempurna. Kedua, Manipulation (Penggunaan konsep) yaitu suatu keterampilan untuk menggunakan konsep dalam melakukan gerakan. Keterampilan manipulasi ini menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti arah, penampilan gerakan-gerakan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Ketiga,Persition (ketelitian) yaitu suatu keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. Ketelitian ini hampir sama dengan manipulasi tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang sedikit. Ketelitian membutuhkan proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam melakukan gerakan. Keempat, Articulation (perangkaian) yaitu suatu keterampilan untuk merangkai bermacam-macam gerakan secara berkeseimbangan membutuhkan keterampilan dengan membuat urutan tempat dan sesuai dengan apa yang dihrapkan. Kelima, Naturalization (Pengalamiahan) yaitu suatu keterampilan untuk melakukan gerak secara wajar. Gerakan paling sedikit mengeluarkan energi baik fisik maupun psikis.
Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan motorik kasar yang dilakukan anak usia dini pada dasarnya memiliki ciri khas yaitu dari proses peniruan, penggunaan konsep, ketelitian, perangkaian, sampai penguasaan gerak yang trampil dan membutuhkan keterampilan yang berbeda.
5. Tujuan Pengembangan Motorik Kasar
Menurut Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005 : 115) tujuan dari pengembangan motorik kasar pada anak usia dini dibagi menjadi lima yaitu; Mampu meningkatkan keterampilan gerak, mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, mampu menanamkan sikap percaya diri, mampu bekerja sama, mampu berprilaku disiplin, jujur, dan sportif.
Menurut Samsudin (2008: 11) Penguasan keterampilan harus tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu, sejauh mana anak tersebut mampu menyelesaikan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu.
Menurut Depdiknas (2003: 34) tujuan pengembangan keterampilan motorik kasar anak adalah untuk pertumbuhan dan kesehatannya melalui berolah tubuh. Pembelajran tercapai juka anak mengalami pertumbuhan dan kesehatan menjadi lebih baik. Sementara menurut Ernawulan ( 2005: 31) keterampilan motorik sebaiknya dikuasai anak pada masa kanak-kanak, supaya pada anak tersebut rasa percaya diri , memiliki sifat mandiri dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya.
Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik kasar pada anak usia dini adalah untuk meningkatkan kemampuan gerak anak dalam menyelesaikan tugas motorik dengan benar, menjadi kesehatan dan juga untuk menanamkan sikap percaya diri,mandiri, disiplin, jujur dan sportif.
Menurut Yudha M Saputra dan Rudiyanto (2005: 115) Fungsi pengembangan motorik kasar pada anak usia dibagi menjadi enam yaitu; Sebagai alat pemacu pertumbuhan dan pengembagan jasmani, rohani, dan kesehatan untuk anak. Sebagai alat untuk membentuk, membangun serta memperkuat tubuh anak. Untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak. Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosial.Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan social. Sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.
Menurut Ernawulan (2005: 31) keterampilan motorik itu mempunyai dua fungsi yaitu: Membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya dan untuk membantu anak mendapatkan penerimaan sosialnya.
Menurut Hurloch ( dalam Fridani, Wulan, Pujiastuti, 2008: 24) fungsi perkembangan dibagi menjadi beberapa tahap diantaranya, yaitu; Melalui keterampilanmotorik, anak dapat mengibur dirinya dan memperoleh peranan senang. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya ( helplessness) pada bulan- bulan pertama hidupnya, kekondisi yang bebas, tidak tergantung (independendence). Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjusment).
Melalui keterampilan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal anak menghambat anak untuk bergaul dengan teman sebayanya. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak ( self concept).
Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa fungsi pengembangan motorik kasar pada anak usia dini adalah sebagai alat untuk memacu pertumbuhan dan perkembanagn jasmani, kesehatan dan juga menanamkan sikap mandiri serta menumbuhkan perasaan senang.
6. Fungsi Perkembangan Motorik Kasar
Menurut Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 115) fungsi dari pengembangan motorik kasar pada anak usia dini antara lain : a. Sebagai alat pemacu dan perkembangan jasmani rohani, dan kesehatan untuk anak.
b. Sebagai alat untuk membentuk, membangun serta memperkuat tubun anak.
c. Untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak.
d. Sebagai alat untuk meningkatkan perkembanagan emosional.
e. Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosial.
f. Sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.
Menurut Ernawulan (2005: 31) keterampilan motorik itu mempunyai dua fungsi yaitu: pertama, membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya. Kedua, untuk membantu anak mendapatkan penerimaan sosialnya.
Menurut Hurlock (dalam Fridani 2008: 2.4) fungsi keterampilan motorik bagi perkembangan anak yaitu: Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya memperoleh perasaan senang. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessnes) pada bulan pertama kehidupannya, kekondisi yang bebas, tidak tergantung(independence). Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah ( school ajustment).
Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa fungsi pengembangan motorik kasar pada anak usia dini adalah sebagai alat untuk memacu pertumbuhan dan perkembanagan jasmani, kesehatan dan juga menanamkan serta menumbuhkan perasaan senang.
7. Evaluasi Pengembangan Motorik Kasar a. Pedoman Evaluasi
Menurut Samsudin (2008: 65) penilaian atau evaluasi adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan sebagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Alat evaluasi dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perkembangan kemampuan motorik kasar adalah dengan cara obseravi. Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan pengamatan langsung terhadap sikap atau perilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka digunakan lembar observasi yang mengacu pada indikator yang akan dicapai.
Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (2004: 50)cara pencatatan hasil penilaian harian dicatat dengan menggunakan simbol- simbol yaitu sebagai berikut:
1) Anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum dapat menyelesaian tugasnya dengan baik, maka pada kolom tersebut diberi tanda (
○)
2) Anak yang perilakunya sedang berada pada tahap proses menuju yang diharapkan (belum stabil) maka pada kolom tersebut ditulis nama anak dan diberi kode dengan tanda
( √ ) 3) Anak yang perilakunya lebih dari yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru, maka pada kolom tersebut dituliskan mana anak dan diberi tanda lingkaran berisi penuh
(●) Menurut Anita Yus ( 2005 : 69 ) memberikan evaluasi dengan skala penilaian atau evaluasi berbentuk bilangan, terdiri dari pertanyaan dan disebelahnya disediakan bilangan tertentu yaitu angka
1
- – 5, yang berarti (1) sangat rendah, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi dan (5) sangar tinggi. Peneliti tinggal memberi tanda ( √ ) pada kolom evaluasi dengan melihat kemampuan gerak motorik kasar yang dilakukan dengan indikator yang akan dicapai.
Lebih lanjut menurut Kemendiknas (2010 : 11) hasil penelitian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian. Tanda satu
bintang ( )digunakan untuk menilai anak yang belum berekembang (BB) sesuai indikator, tanda bintang ( ) digunakan untuk menilai untuk anak yang sudah mukai berkembang (MB) sesuai indikator, tanda tiga bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang sudah mulai berkembang sesuai harapan (BSH) sedangkan tanda empat
bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator yang diharapkan.
Untuk pedoman evaluasi peneliti menggunakan tanda
bintang( ) untuk mendapatkan informasi tentang perekembangan motorik kasar anak. Untuk mempermudah melakukan observasi peneliti menggunakan lembar observasi atau pedoman observasi. Penel iti tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom penelitian.
B. Bermain Jembatan Buaya 1. Pengertian Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktifitas bermain. Anak-anak akan lebih mudah mengembangkan keterampilan motorik kasarnya melalui kegiatan bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembalikan imajinasi anak.
Menurut Soegeng ( dalam Anita Yus, 2005: 23) bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 2) bermain adalah sebagian kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak lain. Kegiatan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan.
Menurut Tadkiroatun (2005: 6) bermain memiliki ciri-ciri yang khas, yang membedakannya dari kegiatan yang lain yaitu a. Bermain selalu menyenangkan dan menikmatkan atau mengembirakan.
b. Bermain tidak bertujuan ektrinsik,motifasi bermain adalah motifasi intrinsik.
c. Bermain bersifat spontan dan sukarela
d. Bermain melibatkan peran aktif semua peserta
e. Bermain juga bersifat nonliteral, pura-pura, atau tidak nyata f. Bermai tidak memiliki kaidah ektrinsik.
g. Bermain bersifat aktif
h. Bermain bersifat fleksibel Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan bebas dan sukarela, dengan aturan yang bebas, tanpa memikirkan hasil akhir, tujuannya adalah untuk memperolehkesenangan. Dengan demikian kegiatan belajar ditaman kanak-kanak lebih banayak dilakukan dengan bermain.
Pada dasarnya lingkungan kanak-kanak didesain sebagai area bermain. Sehingga penataan benda berbeda-beda yang ada warna, gambar, dan peralatannya, ditata secara menarik
2. Tahapan Bermain Anak Usia Dini
Dalam mayke S. Tedjasaputra ( 2001: 21) membagi bentuk kegiatan bermain kedalam enam bentuk yaitu: a. Unoccupied play (tidak bermain), sebenarnya anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian disekitarnya yang menarik perhatiannya.
b. Solitary play (bermain sendiri), terjadi pada usia awal, anak sibuk main sendiri dan tidak memperhatikan kehadiran teman lainnya.
c. Onlooker play (pengmatan) yaitu kegiatan bermain dengan mengamati anak-anak lain melakukan kegiata bermain, dan ada niat untuk ikut bermain bersama teman yang diamati.
d. Paralel play (bermain parallel) jika dua anak atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan gerakan yang sama, tetapi bila diperhatikan mereka tidak ada interaksi diantara mereka.
e. Assosiatif play (bermain asosiatif) ditandai dengan adanya ineraksi anatara anak yang bermain, saling tukar alat permainan, tetapi sebenarnya mereka tidak terlibat kerjasama
f. Cooperatif play (bermain bersama) ditandai dengan adanya kerjasama atau pembagian tugas dan pembagian peran anatara anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk memcapai suatu tuhuan tertentu
Menurut Hurlock (dalam Montolalu dkk, 2009: 2.20) perkembangan bermain anak terjadi memlalui tahapan sebagai berikut:
pertama, tahap ekplorasi pertama-tama anak mencaritahu, mengamati apa yang dapat dilakukan benda atau alat tersebut. Kedua, tahap alat permainan ( toy stage), pengamatan dilakukan dengan seksama terhadap benda atau alat permainan, tetapi masih berlangsung mencari kemungkinan-kemungkinan cara melakukannya. Ketiga, tahap bermain ( play stage), anak sudah tahu berbagai jenispermainan bersama maupun sendiri dengan alat permainan. Keempat, tahap melamun ( daydrem
stage ), anak sudah merasa besar dan tidak cocok lagi untuk bermain
mobil-mobilan atau bermain dengan boneka, mereka suka berdiam diri dikamar sambil menghayal dan melamun.
Menurut Jean Piaget (dalam Montolalu dkk, 2009: 2.17) mengemukakan tahap-tahap perkembangan bermain sejalan dengan perkembangan kogitif anak yaitu sensory motor play, sosial play game
with rules ( permainan game dengan aturan yang berhubungan perilaku sosial) serta games dengan aturan olahraga.
Dari pendapat beberapa diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa tahapan bermain merupakan kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh anak sebelum melakukan suatu permainan, anak melakukan beberapa tahap yaitu dengan cara melihat, mengamati, mereka bermain sendiri, dan kemudian mereka bermain secara kelompok.
3. Metode Pembelajaran Taman Kanak-Kanak
Menjrut Samsudin (2008: 33) metode pembelajaran adalah acara yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar memcapai kompetisi yang ditetapkan. Metode pembelajaran tersebut anatara lain:
pertama, bercerita adalah bertuturkata atau memberi penjelasan secara
lisan. Kedua, bercakap-cakap berupa kegiatan tanya jawab. Ketiga, tanya jawab berupa memberi pertanyaan pada anak. Keempat, karyawisata menggunjungi objek. Kelima, memperagakan suatu keterampilan.
Keenam, bermain peran memberikan pengalaman melalui bermain peran.
Ketujuh, eksperimen mengamati sesuatu. Kedelapan, proyek memberikesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar sebagai bahan pembahasan memlalui berbagai kegiatan. Kesembilan, memberi tugas dan anak diminta untuk mengerjakan tugas.
Menurut Anita Yus (2005: 146) beberapa metode yang digunakan dalam pemebelajaran pada Taman Kanak-Kanak memepergunakan beberapa metode yang dapat merangsang anak didik aktif, diantaranya melalui: Pertama, bermain merupakan metode pokok pada anak usia dini, karena dunia anak adalah bermain. Disadari atau tidak dengan bermain anak dapat mempelajari banyak hal yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan potensi yang dimilikinya. Kedua, bercerita adalah kegiatan menyampaikan cerita yang mengandumg unsur- unsur nilai keteladanan dan pemberi wawasan, yang dilakukan secara lisan atau membaca buku. Melalui bercerita semua aspek berkembangan peserta didik bisa dikembangkan. Ketiga, demonstrasi atau peragaan, metode demonstrasi dilakukan dengan cara mempertunjukan atau memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan. Tujuannya adalah agar anak memahamidan melakukannya dengan benar. Keempat, karyawisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih daluku oleh pendidik untuk meninjau tempat atau objek yang lain.
Kelima, metode proyek yaitu pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui bermain kegiatan.
Menurut Moeslihatioen (2004: 24) metode pengajaran yang sesuai dengan karatakteristik anak usia dini antara lain: Pertama, bermain merupakan kegiatan yang memeberi kesenangan dan kepuasan batin pada diri anak yang dapat dilakukan dalam sukarela. Kedua, karyawisata merupakan kegiatan yang bisa memberi makna yang dalam pada perkembanagan dan minat pada diri anak. Ketiga, bercakap-cakap merupakan pembelajaran yang dapat membatu perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak terutama perkembangan bahasanya.
Keempat, bercerita, dengan bercerita akan memberi makna yang dalam
bagi anak, karena dapat menambah rasa percaya diri anak. Kelima, demonstrasi adalah pembelajaran melalui kegiatan memperagakan dan menjelaskan cara mengerjakan sesuatu dan anak diharapkan tahu langkah-langkah mengerjakannya. Keenam, proyek adalah salah satu metode pembelaran agar anak mampu memecahkan suatu masalah yang dialaminya. Ketujuh, pemberian tugas, dengan memberikan tugas diharapkan anak dapat mengembangkan kemampuan bahasa, kognitif, dan mamapu mengerjakan tugas sampai selesai.
Dari pendapat beberapa diatas, peneliti menyimpulkan bahwa untuk mengajarkan kemampuan motorik kasar pada anak, dapat mengunakan metode bermain karena bermain merupakan metode pokok ditaman kanak-kanak, dengan bermain anak menjadi senang dan juga bisa merangsang tumbuh kembang disemua aspek.
4. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini
Menurut Montolalu dkk (2009: 1.18) manfaat bermain bagi anak usia dini antara lain: a. Bermain memicu kreatifitas.
b. Bermain bermanfaat mencerdaskan otak.
c. Bermain bermanfaat menanggulangi konflik.
d. Bermain bermanfaat melatih empati.
e. Bermain bermanfaat mengasah panca indra.
f. Bermain sebagai media terapi.
g. Bermain itu melakukan penemuan.
Menurut Tadkiroatun (2005: 15) arti penting bermain bagi anak antaralain: a. Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan, karna anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi terisolasi tetapi melalui interaksi dengan orang lain.
b. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan berfiskir abstrak. c. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah.
d. Bermain mendorong anak untuk kreatif.
e. Bermain membantu anak mengekpresikan dan mengurangi rasa takut.
f. Bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial.
g. Bermain meningkatkan kopetensi sosial anak.
h. Bermain membantu anak mengenali diri mereka sendiri. i. Bermain membantu anak mengontrol gerak motorik. j. Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi. k. Bermain menyedikan konteks yang aman dan memotifasi anak belajar bahasa kedua.
Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa manfaat bermain meningkatkan kemampuan motorik, kreativitas, melatih empati, tanggungjawab, kemandirian dan sosial anak.
5. Pengertian Bermain Jembatan Buaya Bagi Anak Usia Dini a. Bermain jembatan buaya
Jembatan adalah suatau konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan- rintangan. Tapi kali ini jembatan yang akan anak buat adalah jembatan yang terbuat dari kardus dimana dalam permaian jembatan buaya anak diminta untuk membuatan jembatan dari kardus-kardus yang berbentuk buaya, anak diminta menyususn jembatan kardus dari lokasi star sampai batas finis. Dalam menyusunkan jembatan buayaanak tidak boleh keluar dari kardus atau kaki tidak boleh sampai menyentuh tanah. Permainan jembatan buaya adalah permainan yang membuat anak senang dan merasa tetantang, anak harus menyusun kardus satu persatu dengan rapih, lurus, dan kaki tidak boleh sampai menyentuh tanah. Permainan jembatan buaya ini dilakukan secara kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 anak, dalam permainan jembatan buaya dibutuhkan kerjasama yang baik. Dimana kerjasama yang baik akan sangat membantu berlangsungnya bermainan ini.
Menurut Montolalu dkk (2009: 4.22) keterampilan lokomotor merupakan kemampuan gerak tubuh yang berpindah tempat, seperti berjalan, melompat, bersepeda, berlari dan lain-lain. Semuat itu bertujuan untuk mengembangakan kesadaran anak akan tumbuhnya dalam ruang. Kesadaraan semacam ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tumbuh sendiri, waktu, konsep arah, pendengaran. Kesaran seperti ini terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.
Permainan jembatan buaya adalah gerakan menyusun kardus dimana keseimbangan anak harus dijaga anak tidak boleh sampai menyentuh lantai (tanah) dilakukan dengan berantai dari anak satu ke anak yang lain pada anggota kelompoknya. Permainan jembatan buaya dianggap sangat menyenangkan bagi anak dan sangat membuat anak tertantang agar tidak jatuh atau menginjak tanah kegiatan ini juga membantu kesempurnaan gerak anak. Permainana ini dilakukan secara berkelompok dan membutuhkan kerjasama team yang baik.
b. Langkah-Langkah Bermain Jembatan Buayan
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk bermain
jembatan buaya adalah :
1. Pada permulaan adalah membagi kelompok, karena permaianan jembatan buaya membutuhkan kerjasama team maka anak dibentuk kelompok dan perkelompok terdiri dari 3 anak.
2. Menyiapkan alat dan bahan yaitu 21 kardus bergambar buaya (perkemlompok 7 kardus).
3. Menyiapkan 3 karton tebal berukuran 60x50 cm.
4. Menyiapan 3 kursi kecil (jengkok), 3 kursi anak (kursi anak diTK).
5. Menyiapkan 3 tempat sampah.
6. Menyiapkan 3 pipa panjang 1 ½ m.
7. Menyiapkan Bola plastik warna 15 ukuran bola tenis
8. Kemudian langkah pertama 3 papan teriplek yang berukuran 60x50 cm diletakan ditanah lalu setiap teriplek diisi 7 kardus bergambar buaya.
9. Seletah triplek dan kardus sudah diletakan menjadi 3 kelompok guru memangil 3 kelompok yang akan bermain, setiap kelompok terdiri dari 3 anak.
10. Kemudian setiap kelompok berdiri dimasing-masing papan yang sudah disediakan, anak berdiri diatas persis triplek.
11. Kemudian setelah anak berdiri diatas triplek anak bersiap-siap mendengarkan aba-aba yang akan dipeluitkan.
12. Seletah peluit berbunyi anak mulai menyusun jembatan kardus tersebut satu persatu dengan rapi, lurus, dan kaki tidak boleh sampai ketanah.
13. Setelah anak sampai kegaris finis anak pada urutan pertama mengambil bola dan berlali untuk menaiki tingkatan kursi kemudian memasukannya kedalam keranjang tempat sampah yang berada diatas tiang.
14. Kemudian anak yang dibelakangnyapun mengikuti berlari memasukan bola kedalam ember yang diatas tiang.
15. Kegiatan akan berakhir dan ditentukan pemenangnya jika bola sudah habis dan anak tidak menyentuh tanah saat membuat jembatan tersebut. Permaian jembatan buaya ini juga bisa untuk melatih kelenturan tubuh anak dengan adanya gerakan menyusun dan mengambil kardus, apabila otot sudah dibiasakan lentur saat masih kecil atau sejak dini pastinya akan sangat bermanfaat bagi perkembagan selanjutnya. Dalam permainan jembatan buaya yang dikembangkan anatara lain aspek kelenturan dan aspek kelincahan. Aspek kelincahan adalah hal yang sangat diharapkan, karena kelincahan adalah sebagian dari standar ukuran anak senang terhadap yang pendidikan yang diberikan atau tidak. Apabila anak lincah dan aktif dalam melakukan kegiatan yang diberikan oleh guru, berarti anak ini sudah mampu menerima stimulus dari guru dengan baik.
C. Manfaat Bermain Jembatan Buaya
Menurut Montolalu dkk (2009: 4.22) keterampilan lokomotor merupakan gerak tubuh yang berpindah tempat, seperti berjalan, melompat, berlari dan lain-lain. Dengan permainan jembatan buaya kita dapat mengoptimalkan anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerak motorik kasar seperti berjalan lurus dengan seimbang, belum mamapu menendang dengan tepat dan cepat, dan dalam memukul suatu benda (bola) masih sangat lemah. Dengan permainan jembatan buaya tidak hanya melatih kemampuan motorik kasar saja pada anak tetapi dalam permainan jembatan buaya kita juga dapat melatih kemampuan motorik halus yang ada dalam permainan tersebut. Manfaat dalam permainan jembatan buaya kita dapat melatih kekuatan-kekuatan otot kaki dan tangan, dimana dalam permainan jembatan buaya anak diminta untuk melompati buaya satu kebuaya yang ada didepannya dengan cara melompat. Melatih ketangkasan dan keseimbangan anak dalam menata jembatan buaya dan melompati jembatan anak tidak boleh sampai menyentuh tananh.
D. Tujuan Permainan Jembatan Buaya
Dengan melakukan permainan jembatan buaya anak dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan secara optimal diamana anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerak motorik kasar seperti berjalan lurus dengan seimbang, belum mamapu menendang dengan tepat dan cepat, dan dalam memukul suatu benda (bola) masih sangat lemah. ada beberapa erkembangan anak yang dapat distimulasi dengan permainan jembatan buaya:
1. Motorik kasar Melalukan permainan jembatan buaya merupakan permainan dimana anak diminta untuk menyusun kardus bergambar buaya dan diletakan ditanah kemudian anak diminta melompati kardus demi kardus yang telah disusunnya permainan ini dapat menunjang perkembangan motorik kasar anak.
2. Emosi Untuk melakukan suatu lompatan tentu dibutuhkan keberanian dari anak.
Berarti, secara emosional anak dituntut untuk membuat keputusan besar, yaitu mau melakukan tindakan melompat atau tidak.
3. Sosialisasi Untuk bermain jembatan buaya yang dilakukan secara kelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi. Dia dapat belajar berempati, bergiliran, mentaati aturan, dan lainnya.
E. Penilaian Hasil Belajar 1. Pedoman Penilaian
Menurut Samsudin (2008: 65) penilaian atau evaluasi adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Alat evaluasi yang dapat diperoleh untuk mendapatkan gambaran perkembangan kemampuan motorik kasar adalah dengan cara observasi. Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan pengamatan langsung terhadap sikap atau perilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka digunakan lembar observasi yang mengacu pada indikator yang akan dicapai.
Menurut Blewer (dalam Patmonodewo, 2003: 138) penelitian adalah penggunaan system evaluasi yang bersifat komprehensif (menyeluruh) untuk menentukan kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak.
Menurut Sukristanto (2010: 4) penilaian terdiri dari proses belajar mencangkup serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang perilaku belajar anak didik, tentang proses pembelajaran, dan tentang suasana kelas. Penilaian hasil belajar adalah proses pengumulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahap kemajuan belajar sehingga didapatkan protret/ profil kemampuan anak didik sesuai dengan daftar kopetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
Menurut Anita Yus ( 2005: 69 ) memberikan evaluasi dengan skala penilaian atau evaluasi berbentuk bilangan, terdiri dari pertanyaan dan disebelahnya disediakan bilangan tertentu yaitu angka 1
- – 5, yang berarti (1) sangat rendah, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi dan (5) sangar tinggi. Pe neliti tinggal memberi tanda ( √ ) pada kolom evaluasi dengan melihat
Lebih lanjut menurut Kemendiknas (2010: 11) hasil penelitian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian. Tanda satu
bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang belum berekembang (BB) sesuai indikator, tanda bintang ( ) digunakan untuk menilai untuk anak yang sudah mukai berkembang (MB) sesuai indikator, tanda tiga bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang sudah mulai berkembang
sesuai harapan (BSH) sedangkan tanda empat bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator yang diharapkan.
Untuk pedoman evaluasi peneliti menggunakan tanda bintang ( ) untuk mendapatkan informasi tentang perekembangan motorik kasar anak.
Untuk mempermudah melakukan observasi peneliti menggunakan lembar observasi atau pedoman observasi.
Peneliti tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom penelitian.
2. Indikator Keberhasilan
Menurut Erna wulan Syahodih (2005: 30 ) motorik kasar adalah gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar, seperti aktifitas berlari, berjalan, melempar maupun melompat. Motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot besar antara lain: berjalan mundur dengan satu tumit berjinjit, melompat dengan dua kaki bersama-sama kedepan dan kebelakang, berlari meloncat, melempar dan menangkap kantong biji (Depdiknas , 2003: 149).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengadaptasi dan kemudian menyusun indikator yang diharapkan dalam kemampuan motorik kasar pada anak Taman Kanak-Kanak sebagai berikut
Table 2.1 Indikator Kemampuan Motorik Kasar Aspek PerkembanganINDIKATOR
Fisik Motorik Kasar Memutar dan mengayunkan lengan Meliukan tubuh Membungkukan badan Berjalan keberbagai arah misal: berjalan maju lurus, berjalan diatas papan titian berjalan kedepan dengan jinjit berjalan mundur. Melompat keberbagai arah dengan satu atau dua kaki Menyambungkan berbagai objek dengan brbagai bentuk dan ukuran dengan satu atau dua tangan Melemparkan objek kebeberapa arah dengan tangan kiri atau kanan Melemparkan objek kesasaran dengan tangan kanan atau kiri Melakukan koordinasi gerak mata dan tangan Merayap dan merangkak dengan berbagai fariasi.
Melompat dengan ketingian 30-40cm Naik sepeda roda dua atau otopet Memanjat bergantung tanpa jatuh Berlari melompat seimbang tanpa jatuh Naik dan turun suatu objek Dari indikator diatas maka saya mengambil beberapa indikator untuk mengembangkan permainan jembatan buaya yaitu : No. Indikator
1. Membungkukan badan
2. Menyambungkan kardus berbentuk buaya dengan satu atau dua tangan
3. Melemparkan 5 bola kearah sasaran dengan tangan kanan atau kiri
4. Naik dan turun kursi Rubrik penilaian untuk masing-masing indikator perkembangan kemampuan motorik kasar anak:
Indikator 1 : Anak mampu membungkukan badan
Anak belum mampu atau tidak mau melakukan gerakan membungkukan badan.
Anak mampu melaukan gerakan membungkukan badan namun anak dalam menyusun kardus belum bisa membungkukan badan secara sempurna tetapi hanya sekedar berjongkok. Anak sudah mampu membungkukan badan dengan sempurna kaki tegak, badan membungkuk sempurna, tangan menjulur kebawah dengan lurus.
Anak sudah mampu membungkukan badan dengan sempurna gerakan cepat, tepat dan tanpa hambatan.
Indikator 2 : Menyambungkan kardus menjadi jembatan buaya dengan satu atau dua tangan.
Anak belum mampu menyambungkan kardus menjadi jembatan buaya, dalam meletakan kardus anak masih belum tahu arah atau posisi dimana seharusnya kepala buaya berada diatas dan posisi ekor buaya dibawah. Anak mampu menyambungkan kardus menjadi jembatan buaya dengan posisi buaya yang benar kepala diatas dan ekor berada dibawah, tetapi dalam menyusun kardus anak masih belum lurus kedepan dan masih menggunakan dua tangan.
Anak mampu menyambungkan kardus menjadi jembatan buaya dengan lurus kedepan dan menggunakan satu tangan.
Anak mampu menyambungkan kardus menjadi jembatan dengat tepat dan trampil.
Indikator 3 : Melemparkan 5 bola kesasaran dengan tangan kanan atau kiri.
Anak belum mampu melempar bola tepat sasaran dari 5 bola yang anak lempar anak tidak bisa memasukan semua bola atau anak hanya bisa memasukan 1 bola. Anak mampu melempar bola tepat sasaran dimana dari 5 bola anak mampu memasukan 2 bola atau 3 bola.
Anak sudah mampu melempar 5 bola tepat sasaran. Anak mampu melempar lebih dari 5 bola dengan tepat sasaran.