M01179
PERBEDAAN PERILAKU INCOME SMOOTHING DALAM TAHAPAN
SIKLUS DAUR HIDUP PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Asterita Dessy Philiana
Ari Budi Kristanto
MI Mitha Dwi Restuti
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
Income smoothing is a method performed by the company in managing the
company's profit. This study aims to determine whether there is an increasingly low
income leveling along with the changing phases of the life cycle of the company. The
results of this study showed at every stage of practice income smoothing and
hypothesis proved that at the stage of having stagnant income smoothing practices
with the lowest average eckel index is close to 1.
Keywords: life cycle, income smoothing
Pendahuluan
Pada dasarnya perusahaan ingin laporan keuangan yang menunjukan bahwa
pertahunnya selalu menghasilkan laba, yang nantinya akan berfungsi untuk
pengambilan keputusan bagi perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan seperti
investor dan kreditor. Earning management biasanya dilakukan oleh manajer dengan
memanipulasi earning agar mempercantik laporan keuangannya. Saat laba
1
perusahaan mengalami fluktuasi, maka dari pihak manajemen akan melakukan
income smoothing. Upaya ini dilakukan untuk mempertahankan investor maupun
kreditor dengan menjaga kepercayaan mereka. Praktik income smoothing tidak akan
terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang
sesungguhnya (Prasetio, 2002). Laba merupakan hal penting yang dipertimbangkan
oleh investor dalam pengambilan keputusan akan tetap melakukan investasi atau
tidak.
Perusahaan juga memilki life cycle sama seperti halnya dengan produk (Schori
dan Garee, 1998). Terdapatnya empat tahap silkus daur hidup perusahaan, yaitu
introduction, growth, mature dan stagnant. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
Hastuti (2006) tentang perbedaan perilaku earning management berdasarkan
perbedaan life cycle perusahaan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak adanya
perbedaan perilaku earning management di setiap tahapan. Earning management
dapat dilakukan di tiap-tiap tahapan. Earning managemet pada saat stagnant lebih
kecil dibandingkan dengan tahap mature, tetapi tidak bisa membuktikan jika earning
management saat mature lebih kecil dari tahap growth.
Jika hasil penelitian Kim, et al. (2003) menyimpulkan bahwa earning
managemet dapat dilakukan pada perusahaan kecil sampai perusahaan besar, yaitu
perusahaan yang berada pada tahap growth, mature sampai dengan tahap stagnant.
Akan tetapi earning management lebih besar dilakukan pada perusahaan kecil
dibandingkan dengan perusahaan medium atau besar.
2
Berdasarakan hal ini earning management dapat dihubungkan dengan life
cycle perusahaan (growth, mature, stagnant). Maka penulis akan meneliti apakah ada
perbedaan perilaku income smoothing berdasarkan pada tahapan life cycle perusahaan
yang berbeda yaitu saat growth, mature dan stagnant. Perbedaan itu terlihat dari besar
kecilnya income smoothing pada masing-masing tahapan life cycle. Obyek penelitian
adalah semua perusahaan manufaktur yang terdapat dalam Bursa efek Indonesia
(BEI) tahun 2007-2011.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi pengguna
laporan keuangan, terutama bagi para investor untuk pengambilan keputusan yang
tepat. Setidaknya investor dapat mengetahui dalam tahapan yang seperti apa
perusahaan sering melakukan income smoothing.
Telaah Teoritis dan Perumusan Masalah
Income smoothing
Income smoothing dapat didefinisikan sebagai cara yang dilakukan oleh
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, agar sesuai dengan
target yang diinginkan melalui metode akuntansi, maupun secara rill melalui transaksi
(Koch, 1981). Upaya income smoothing yang sengaja dilakukan oleh perusahaan
dalam batasan Generally Accepted Principles, yang nantinya dapat mengarahkan
pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.
3
Sri (2008) income smoothing adalah suatu upaya perusahaan untuk mengatur
agar labanya relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan
memanipulasi pendapatan dan biaya periode berjalan agar menjadi lebih tinggi atau
lebih rendah dari pendapatan atau biaya yang sesungguhnya. Sedangkan Brayshaw
dan Eldin (1989) mengungkapkan bahwa manajemen perusahaan diuntungkan
dengan pratik income smoothing.
Menurut Foster dalam Dwiatmini dan Nurkholis (2001) tujuan income
smoothing adalah sebgai berikut:
1. Dapat memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan
tersebut memiliki resiko yang rendah.
2. Memberikan suatu informasi yang relevan dalam melakukan prediksi
terhadap laba di masa yang akan datang
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemakmuran manajemen.
5. Meningkatkan kompensasi bagi manajemen.
Life Cycle
Teori life cycle perusahaan merupakan perluasan konsep, dari konsep life
cycle produk dalam pemasaran (Rink dan Swan dalam Yan, 2006). Ada beberapa
model life cycle yang telah digunakan oleh para peneliti yaitu model lima tahap,
empat tahap, dan tiga tahap. Disetiap model tersebut didukung oleh literatur life cycle.
4
Swastha (1984) menyatakan daur hidup produk dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
tahap perkenalan (introduction), tahap pertumbuhan (growth), tahap kedewasaan
(maturity), tahap kemunduran (decline). Sama halnya dengan daur hidup perusahaan.
Menurut Schori dan Garee, (1998). Saat introduction, perusahaan baru dikenal
sebagai bisnis yang kecil tetapi jika perusahaan itu sukses, maka penjualan mulai
bertumbuh. Saat growth perusahaan mulai dapat memenuhi kebutuhan pasar dan
pertumbuhannya cepat. Damodaran (2001) menjelaskan kecenderungan perilaku
aliran kas (cashflow) dan penjualan termasuk relatif kecil dikarenakan laba yang
diperoleh masih belum seimbang dibandingkan dengan pendapatannya, sedangkan
kebutuhan investasinya relatif tinggi. Perusahaan yang sudah menjadi go public akan
mencari pendanaan lain atau alternatif pendanaan, selain menambah saham yang
ditawarkan ke public baik melalui mekanisme right issue atau opsi ekuitas (equity
options). Tetapi jika perusahaan memilih untuk menggunakan sumber dana utang,
maka cenderung untuk memilih bentuk utang yang dapat dikonversi (convertible
debt).
Saat mature, perusahaan memasuki tahap dimana manajer mulai professional.
Tetapi umur perusahaan pada tahap ini tidak panjang dan mengarah pada tahap akhir
dalam life cycle perusahaan. Dalam tahap ini peningkatan laba dan aliran kas
(cashflow) yang cepat yang merupakan keberhasilan dari investasi masa lalu. Jenis
kebutuhan dana dari luar juga mulai berubah. Perusahaan akan lebih menyukai dana
utang, khususnya dari bank atau menerbitkan obligasi. Ada beberapa perusahaan
5
yang tetap berada pada tahap ini untuk jangka waktu yang lama, tapi ada juga yang
mengarah pada kebangkrutan atau tahap akhir decline.
Tahapan yang terakhir adalah decline, perusahaan mengalami penurunan
secara terus menerus yang berkepanjangan terhadap pendapatan dan laba sebagai
konsekuensi dari kedewasaan perusahaan dan masuknya pesaing-pesaing baru. Walau
investasi yang ada masih menghasilkan aliran kas (cashflow), akan tetapi jumlahnya
tidak banyak. Dana eksternalpun ikut menurun karena investasi yang juga menurun
dan jumlah dana internal yang tersedia diperusahaan sangat besar. Penjualan saham
atau obligasi sudah bukan alternatif yang menarik, bahkan dengan kelebihan dana
internal perusahaan akhirnya mulai berpikir untuk melunasi semua kewajibannya atau
membeli balik saham-sahamnya. Tahap ini perusahaan secara bertahap mengalami
yang disebut sebagai melikuidasi diri sendiri, akan tetapi jika perusahaan sudah
masuk dalam tahapan mature dan tidak memasuki tahap decline perusahaan bisa
stabil maka perusahaan masuk dalam tahap stagnant.
Menurut Quinn dan Cameron, (1983) tahap decline tidak dapat dilakukan
karena perusahaan yang berada dalam tahap decline biasanya tidak tercatat lagi di
bursa. Beberapa literatur yang menulis tentang life cycle perusahaan, tidak ada yang
memperhatikan tahap decline ini. Hal ini dimungkinkan pada tahap ini perusahan
terjadi perubahan secara metamorphosis yang tidak dapat diprediksi.
Pada tahap start up tidak dapat dilakukan karena pada tahap ini tidak dapat
memenuhi kriteria. Karena BEI juga mensyaratkan perusahaan harus sudah
6
mendapatkan laba bersih dan laba operasional selama dua tahun fiskal berakhir
supaya saham perusahaan dapat di catatkan di bursa. Tahap start up perusahaan tidak
lebih dari sathun melakukan penjualan sebelum go public (Atmini, 2002).
Perbedaan antara tahapan growth dan mature dapat dilihat dari masing-masing
perilaku perusahaan dalam laporan keuangannya. Biasanya perusahaan yang dalam
tahapan growth masih benar-benar membutuhkan dana yang sangat besar agar dapat
masuk ketahap berikut-berikutnya. Sedangkan dalam tahapan mature perusahaan
sudah mulai dapat menata keuangan lebih baik, banyak cara yang dilakukan
perusahaan dalam tahap mature atau pendewasaan ini.
7
Penelitian terdahulu
Menurut Yan (2006) untuk mengembangkan metodologi baru yang dapat
digunakan untuk mengukur tahapan siklus daur hidup suatu perusahaan dengan
membandingkan status perusahaan pada setiap titik pembangunan dengan status
keseluruhan sejarah sendiri. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran yang
semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan melalui setiap tahap life
cycle perusahaan.
Hastuti (2006) membedakan besar kecilnya earning management berdasarkan
pada perbedaan life cycle perusahaan dan ukuran perusahaan. Penelitian ini
menunjukan terdapat earning management dalam perusahaan yang masuk dalam
tahapan growth, mature dan stagnant akan tetapi untuk perbedaan perilaku tidak ada,
baik berdasarkan life cycle maupun ukuran perusahaan.
Anthony dan Ramesh (1992) meneliti hubungan antara ukuran kinerja
akuntansi dan harga saham. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa respon dari pasar
terhadap dua ukuran kinerja akuntansi, yaitu pada pertumbuhan penjualan dan
investasi modal merupakan fungsi dari siklus daur hidup perusahaan. Penelitian ini
juga mencari bukti empiris mengenai reaksi pasar atas growth dan capital expenditure
yang dikaitkan dengan siklus daur hidup perusahaan dengan mengklasifikasikan
kedalam tiga tahapan yaitu growth, mature, stagnant dengan empat variabel yaitu,
deviden payout (DP), sales growth (SG), capital expenditure (CEV) dan age.
8
Tabel 1. Klasifikasi Life Cycle
TAHAP
VARIABEL KLASIFIKASI LIFE CYCLE
LIFE CYCLE DP
SG
CEV
AGE
GROWTH
LOW
HIGH
HIGH
YOUNG
MATURE
MEDIUM MEDIUM MEDIUM ADULT
STAGNANT HIGH
LOW
LOW
OLD
Sumber : Anthony dan Ramesh (1992)
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa dalam tahapan growth penjualan sangat
tinggi, umur masih relative kecil dan pembayaran deviden yang masih kecil juga.
Tetapi dalam tahapan mature bisa dilihat bahwa penjualan pembayaran deviden, dan
jumlah investasi pada tingkat medium. Sedangkan stagnant penjualan mulai menurun
tetapi pembayaran deviden cukup tinggi.
Hubungan Income Smoothing Terhadap Life Cycle
Earning managemet mencakup usaha manajer dalam memaksimalkan
maupun dalam meminimalkan laba, begitu juga dengan income smoothing. Income
smoothing termasuk juga dalam bagian dari earning management. Hayn (1995)
menjelaskan bahwa pada saat perusahaan bertumbuh (growth) perusahaan mulai
menghasilkan earning, sehingga earning management dapat dilakukan saat
perusahaan tumbuh (growth).
Kim, et al, (2003) meneliti tentang hubungan earning management dengan
ukuran perusahaan. Hasilnya earning management lebih banyak dilakukan pada
perusahaan kecil dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran medium atau
besar, karena perusahaan besar mungkin memiliki sistem kontrol internal yang lebih
9
canggih dan memiliki auditor internal yang lebih kompeten dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan berukuran kecil. Menurut penelitian Yan (2006) ukuran
perusahaan yang semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan melalui
setiap tahapan life cycle perusahaan.
Perbedaan penelitian Kim dan Yan terletak pada kombinasi variabelnya antara
life cycle dan ukuran perusahaan. Sedangkan Hastuti (2006) membedakan besar
kecilnya earning management berdasarkan perbedaan life cycle perusahaan.
Perumusan Hipotesis
Perusahaan yang masuk dalam tahap growth, berarti perusahaan masih dalam
tahap bertumbuh dari introduction. Dalam tahap ini laba perusahaan biasanya
meningkat dengan cepat. Sedangkan saat tahap mature atau (maturity) perusahaan
mengalami fluktuasi laba, karena perusahaan sudah mengenal banyak pesaing. Tetapi
pada tahap stagnant (stabil) perusahaan sudah bisa membuat laba perusahaan tiap
periodenya bertahan berkisaran laba-laba sebelumnya. Disini perusahaan harus bisa
terus mempertahankan jika tidak, maka perusahaan akan mengalami kemunduran
dimana tahap kemunduran itu yang disebut dengan decline.
Hastuti (2006) menunjukan bahwa earning management perusahaan yang
berada pada tahap stagnant lebih kecil secara signifikan daripada perusahaan yang
berada pada tahap mature. Perusahaan-perusahaan yang berada pada stagnant
melakukan earning management yang lebih kecil dibandingkan pada saat mature
10
karena menurut Shank dan Govindarajan dalam Hamid (1999), perusahaan yang
berada pada fase penurunan (dalam hal ini ditunjukan dengan tingkat pertumbuhan
penjualan yang rendah) memiliki sistem pengendalian yang ketat sehingga pihak
manajemen kurang bebas untuk melakukan earning management. Semakin
perusahaan dikelola dengan baik dan memiliki sistem pengendalian internal yang
ketat maka manajer akan lebih berhati-hati dan tingkat earning management akan
berkurang.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H1 :
Terdapat income smoothing yang semakin rendah seiring dengan perubahan
tahapan life cycle perusahaan.
Metode Penelitian
Obyek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 - 2011. Perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih berdasarkan metode
purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatives
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan
sebagai berikut:
1.
Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam
periode
2007-2011
dan
termasuk
dalam
kategori
manufacturing
(pemanufakturan).
11
2.
Perusahaan yang memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang
terdiri dari laporan keuangan tahunan publikasi tahun 2007-2011 yang diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) atau website perusahaan dan website
BEI (www.idx.co.id).
Adapun beberapa tahap-tahap dan variabel yang digunakan dalam penelitian
ini (Hastuti, 2006), sebagai berikut:
1.
Pembagian perusahaan menurut tahap-tahap siklus perusahaan, yaitu tahap
growth, mature, dan stagnant. Variabel yang mendukung dalam penelitian ini ada
empat, yaitu pembayaran deviden per tahun sebagai persentase laba (DP),
persentase pertumbuhan penjualan (SG), persentase total nilai perusahaan (CEV)
dan umur perusahaan (AGE).
Rumus untuk menghitung deviden payout (DP)
DPt = (DPS/EPS)x100
Keterangan :
DPS : deviden perlembar saham
EPS : laba per lembar saham
Rumus untuk menghitung sales growth (SG)
SGt = ((Salest-salest-1)/salest-1)x100
Keterangan :
12
Salest : penjualan bersih pada tahun t
Salest-1 : penjualan bersih pada tahun t-1
Rumus untuk menghitung capital expenditure value (CEV)
CEVt = (CEt/VALUEt)x100
Keterangan :
CEt
: capital expenditure pada tahun t
VALUEt : nilai pasar ekuitas (closing price x jumlah saham beredar)
ditambah nilai buku utang jangka panjang pada tahun t
Rumus untuk mencari umur perusahaan (AGE)
AGE = tahun berjalan - tahun terbentuknya perusahaan
Perusahaan diklasifikasikan ke dalam tahap growth, mature, dan stagnant
(Hastuti, 2006) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Growth : apabila suatu tahun perusahaan berada pada kuintil tertinggi
(kuintil pertama) gabungan skor peringkat pertumbuhan penjualan dan
capital expenditure dan berada pada kuintil terendah (kuintil pertama)
gabungan skor peringkat devidend payout dan umur perusahaan.
2. Mature : apabila suatu tahun perusahaan berada pada kuintil tengah
gabungan skor peringkat pertumbuhan penjualan dan capital expenditure,
berada pada kuintil tengah skor peringkat devidend payout, dan berada
pada kuintil tengah skor peringkat umur perusahaan.
13
3. Stagnant : apabila suatu tahun perusahaan berada pada kuintil terendah
(kuintil ke-4) gabungan skor peringkat pertumbuhan penjualan dan capital
expenditure, berada pada kuintil tertinggi (kuintil ke-4) skor peringkat
dividend payout, dan berada pada kuintil tertinggi (kuintil ke-4) skor
peringkat umur perusahaan.
Kuintil 1 (growth), kuintil 2 (growth/mature), kuintil 3 (mature), kuintil 4
(mature/decline), kuintil 5 (decline).
Ada dua langkah dalam pengklasifikasian. Langkah pertama perusahaan
diklasifikasian ke dalam tahapan growth, mature dan stagnant sesuai dengan
empat variabel diatas DP, SG, CEV dan AGE yang dibagi ke dalam kuintil. Tetapi
hasil yang sangat sedikit maka dilakukan langkah kedua.
Langkah kedua untuk perusahaan yang belum dapat terklasifikasiin dengan
cara mengeliminasi variabel CEV. CEV lebih cenderung berkaitan dengan fungsi
produksi dibandingkan dengan life cycle. Menurut Anthony dan Ramesh (1992)
CEV memiliki explonatory power yang rendah. CEV sangat lemah pengaruhnya
terhadap life cycle perusahaan. Sehinnga yang dipakai variabel DP, SG, dan AGE
yang kemudian dibagi ke dalam kuintil.
2. Perhitungan pengukuran untuk kategori income smoothing menggunakan Indeks
Eckel. Metode yang dikembangakn Eckel (1981) bahwa nilai koefisien variasi
merupakan indikator perilaku smoothing. Eckel (1981) menggunakan Coefficient
Variation (CV) variabel penghasil atau laba bersih dari variabel penjualan bersih.
14
Laba yang digunakan adalah laba setelah pajak sebagai tujuan income smoothing.
Digunakan untuk mengindikasikan perusahaan melakukan praktik income
smoothing atau tidak. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Indeks Eckel
: CV∆I / CV∆S
CV∆I
:
S∆I / X∆I
CV∆S
: S∆S / X∆S
Keterangan :
CV∆I : Koefesien variasi perubahan EAT
CV∆S: Koefesien variasi perubahan penjualan
S∆I : Standart deviasi perubahan EAT
S∆S
: Standart deviasi perubahan penjualan
X∆I
: Rata - rata perubahan EAT
X∆S : Rata – rata perubahan penjualan
∆I
: Perubahan EAT antara tahun n dengan n-1
∆S
: Perubahan penjualan antara tahaun n dengan n-1
Perusahaan yang indeks Eckel-nya 1 diindikasikan bahwa perusahaan tidak
melakukan income smoothing (Eckel, 1981)
15
Teknis Analisis
Teknik
dan
tahapan
analisis
data
dalam
penelitian
ini
adalah,
mengklasifikasikan hasil perhitungan data life cycle menjadi tiga kelompok, yaitu
perusahaan yang dikelompokan dalam kelompok growth, mature dan stagnant. Dari
hasil tersebut akan dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data tersebut normal
atau tidak. Menguji normalitas data dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Normalitas terjadi apabila hasil dari uji Kolmogrov-Smirnov lebih dari 0,05.
Selanjutnya dilakukan uji statistik deskriptif untuk menguji hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini.
Analisis dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang listing
di BEI selama periode 2007-2011 dengan jumlah 159 perusahaan. Berikut hasil
perhitungan sampel.
Tabel 2. Jumlah Sampel
Keterangan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011
Perusahaan manufaktur yang tidak mengeluarkan laporan keuangan
secara terus menerus selama 2007-2011
Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan laporan keuangan
secara terus menerus selama 2007-2011
Perusahaan manufaktur yang tidak termasuk dalam kategori
growth, mature dan stagnant
Jumlah sampel yang terpilih
Lampiran 1
Jumlah
159
(25)
134
(50)
84
16
Setelah melakukan perhitungan ternyata sampel yang dapat digunakan hanya
134 perusahaan manufaktur. Kemudian dilakukan pengkasifikasian terhadap 134
perusahaan manufaktur yang listing di BEI, didapatkan 84 perusahaan yang sesuai
dengan kriteria dan 50 perusahaan tidak terpilih karena tidak sesuai dengan kriteria
yang disampaikan oleh Hastuti (2006). Sampel berjumlah
84 yang akan diuji
diklasifikasikan ke dalam tahapan growth, mature dan stagnant.
Tabel 3. Klasifikasi Sampel
Keterangan
Perusahaan yang masuk dalam kategori Growth
Perusahaan yang masuk dalam kategori Mature
Perusahaan yang masuk dalam kategori Stagnant
Jumlah sampel yang terpilih
Lampiran 2 dan Lampiran 3
Jumlah
9
46
29
84
Perusahaan yang masuk dalam klasifikasian life cycle pada tahap growth
adalah 9 perusahaan, tahap mature berjumlah 46 perusahaan dan tahap stagnant
berjumlah 29 perusahaan.
Dari jumlah sampel 84 perusahaan yang terpilih dan sudah terklasifikasi
kemudian akan dilakukan perhitungan indeks eckel untuk menentukan perusahaan
melakukan pratik income smoothing atau tidak.
Tabel 4. Pengujian Income Smoothing
Life Cycle
Keterangan
Jumlah Persentase
Growth Mature
Stagnant
Melakukan
Income
33
39,29%
2,38%
22,62%
14,29%
Smoothing
Tidak
Melakukan
51
60,71%
8,33%
32,14%
20,24%
Income Smoothing
Total
84
100%
17
Dari hasil perhitungan indeks eckel pada tabel 4, bahwa dari 84 sampel
perusahaan terdapat 33 perusahan yang diduga melakukan praktik income smoothing
dimana pada taraf growth ada 2,38% yang terdiri dari 2 perusahaan, taraf mature
22,62% terdiri dari 19 perusahaan dan pada taraf stagnant 14, 29 % terdiri dari 12
perusahaan. Sedangkan 55 sampel perusahaan, diduga tidak melakukan
praktik
income smoothing. Pada taraf growth 8,33% terdiri dari 7 perusahaan, sedangkan
pada taraf mature 33,14% yang terdiri dari 27 perusahaan dan taraf stagnant 20,24%
terdiri dari 17 perusahaan.
Uji Normalitas
Setelah melakukan pengklasifikasian maka dilakukan uji Normalitas apakah
data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Berikut hasil pengujian normal.
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas
Variabel
Pengujian
Sig.
Keterangan
Indeks Eckel
Kolmogorov-Smirnov 0,001
Tidak normal
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 (Lampiran 4)
*signifikan pada α=0,05
Pada uji normalitas data, diketahui bahwa data tersebut tidak berdistribusi
normal yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi Kolmogorov-smirnov sebesar 0,001
yang berada dibawah nilai toleransi kesalahan sebesar 0,05. Setelah diketahui bahwa
data tersebut tidak berdistribusi normal,
18
Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini dilakukan uji statistik deskriptif untuk menguji hipotesis
yang diajukan, yaitu dengan melihat nilai rata-rata indeks eckel pada tiap tahapan.
Hipotesis akan diterima apabila terbukti dari statistik deskriptif menunjukkan nilai
rata-rata indeks eckel yang semakin mendekati 1 (Eckel, 1981).
Tabel 6. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Indeks eckel
Variabel
Tahapan
Nilai Rata-rata
Growth
-9.94746
Indeks Eckel
Mature
-3.28988
Stagnant
-0.38927
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013. (Lampiran 5)
Nilai rata-rata indeks eckel dari tiap tahapan life cycle, dapat dilihat pada tabel
6. Dari nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat income smoothing
yang semakin rendah seiring dengan perubahan tahapan life cycle perusahaan.
Dengan kata lain hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti.
Pembahasan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis terdapatnya income smoothing
yang semakin rendah seiring dengan perubahan tahapan life cycle perusahaan
terbukti. Hal ini diduga semua perusahaan dalam tahapan life cycle melakukan
income smoothing, akan tetapi ada perbedaan tingkat income smoothing pada setiap
tahapan.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa tahapan stagnant memiliki nilai rata-rata
yang paling mendekati angka 1. Sehingga hipotesis di terima bahwa income
19
smoothing semakin rendah seiiring dengan perubahan life cycle. Didukung juga
dengan penelitian sebelumnya menurut Kim, et al (2003) bahwa earning management
lebih besar dilakukan oleh perusahaan kecil. Penelitian Yan (2006) juga menunjukan
ukuran perusahaan semakin besar seiiring dengan perkembangan life cycle.
Tahap stagnant ternyata lebih kecil untuk melakukan income smoothing. Hal
ini dapat diduga bahwa pihak manajemen mulai professional untuk mengelola
laporan keuangan perusahaan. Pada tahap stagnant harus bisa mempertahankan
perusahaannya agar perusahaan tidak masuk dalam tahapan decline, dalam tahap ini
perusahaan sudah harus dapat membuat laba sehingga laba untuk periode selanjutnya
berkisar laba periode sebelumnya.
Bagi tahapan growth yang kemungkinan masih cenderung membutuhkan
cashflow yang besar dikarenakan laba yang diperoleh belum seimbang dengan
pendapat usaha perusahaan. Sedangkan dalam tahap mature diindikasikan banyak
mengalami fluktuasi laba, aliran kas dan laba yang relatif cepat akibat keberhasilan
dimasa lalu. Dimungkinkan mature juga mempunyai pangsa pasar yang luas dan
peluang untuk investasi cenderung masih besar.
Setiap fase life cycle perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda, baik
dari kesempatan bertumbuh untuk masing-masing tahapan. Karakter yang berbeda
tiap tingkatan tahapan akan membuat pasar bereaksi. Tentunya akan menjadi
pertimbangan pasar juga untuk menanamkan modal.
20
Untuk mendukung hipotesis yang terbukti maka dilakukan pengujian
menggunakan matrik dengan membuat range pada indeks eckel, pada masing-masing
tahapan. Range dari indeks eckel terendah sampai tertinggi dan dibagi 3 kriteria yaitu
kecil, sedang dan tinggi. Dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Crosstabulation antara Life Cycle dan Indeks eckel.
Indeks Eckel
Life Cycle
Kecil
Sedang
Tinggi
Growth
1
1
0
Mature
17
1
1
Stagnant
12
0
0
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014 (Lampiran 2)
Dari tahapan life cycle terlihat bahwa praktik income smoothing dilakukan di
setiap tahapan. Tetapi praktik income smoothing dilakukan disemua tahapan yang
potensinya kecil, sedangkan potensi sedang dalam melakukan praktik income
smoothing dilakukan pada tahap growth dan mature, dan potensi tertinggi dilakukan
pada tahap mature saja. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan matrik ini
hipotesis dapat terbukti, dengan cara melihat satu persatu indeks eckel.
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku
income smoothing pada setiap tahapan life cycle perusahaan, dengan melihat
rendahnya nilai income smoothing pada perubahan life cycle. Data yang digunakan
merupakan data sekunder yang di dapatkan dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), website dari BEI dan website perusahaan. Berdasarkan penelitian yang
21
dilakukan periode 2007-2011 pada perusahaan publik terutama sektor manufaktur,
maka penulis dapat mengambil simpulan. Pertama, tidak adanya perbedaan untuk
setiap tahapan dalam melakukan praktik income smoothing. Kedua, dalam tahap
stagnant ternyata berpotensi lebih kecil untuk melakukan praktik income smoothing.
Dikarenakan dalam tahap ini perusahaan sudah harus lebih professional dalam
membuat laporan keuangan dan membuat laba yang berkisar dengan periode
sebelumnya.
Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
adalah
tidak
banyak
literatur
pengaklasifikasian life cycle sehingga terpusat pada penelitian yang dilakukan oleh
Anthony dan Ramesh (1992). Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya adalah menggunakan model pengklasifikasian life cycle yang lain seperti
four stage model atau five stage model. Memperpanjang periode penelitian agar lebih
jelas mengungkap praktik income smoothing. Pemilihan sampel tidak hanya sektor
manufaktur tetapi semua sektor supaya mendapatkan banyak jumlah sampel.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Joseph H. dan K. Ramesh. 1992. Association between Accounting
Performance Measures and Stock Prices: A Test of the Life Cycle Hypothesis.
Journal of Accounting and Economics 15: 203-227.
Atmini, Sari. 2002. Asosiasi Siklus Hidup Perusahaan dengan Incremental ValueRelevance Informasi Laba dan Arus Kas. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Vol.5No.3 (September): 257-276.
Beattie, Vivien, Broen Steophen, Ewers David, John Brian, Manson Stuart, Thomas
Dylan, and Turner Michael., 1994, “Extraordinary Items and Income
Smoothing: A Positive Accounting Approach”, Journal of Business Finance
and Accounting, September, 791-811.
Brayshaw, R.E., dan Ahmed E. K. Eldin, 1989, “The Smoothing Hypothesis and The
Role Of Exchange Differences”, Journal of Business Finance and accounting ,
Vol. 16, No. 5, 621-633.
Damodaran, A. 2001. Corporate Finance: Theory and Practice, Second edition,
Whiley and Sons, New York
Dwiatmini, S., dan Nurkolis, (2001). “Analisi Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba
Kasus Praktik Income smoothing Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta”. TEMA. Vol 2(1)
Eckel, N., “The Income Smoothing Hypothesis Revisited”, Juni, 1981.
23
Foster, “Financial Statement Analysis” Englewood, New Jersey, Prentice Hall
International, 1986.
Hamid, Abd. 1999. Studi terhadap Strategi Prospektor dan Deferender dan
Hubungannya dengan Harga Saham: Analisis dengan Pendekatan Life Cycle
Theory. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hastuti, Sri. 2006. Perbedaan Perilaku Earnings Management Berdasarkan Life Cycle
Perusahaan. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hayn,
Carla.
1995.
The
Information
Content
Of
Losses.
http://econ.au.dk/fileadmin/Economics_Business/Education/Summer_Universit
y_2012/6308_Advanced_Financial_Accounting/Advanced_Financial_Accounti
ng/1/Hayn_JAE_1995.pdf. Diakses 27 Januari 2014.
Kim, Yangseon, Caixing Liu, dan S. Ghon Rhee. 2003. The Relation of Earning
Management
to
Firm
Size.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.200.9183&rep=rep1
&type=pdf. Diakses 23 September 2013.
Koch, Bruce, S., “Income Smoothing An Experiment”, The Accounting Review, Vol.
LVI, No. 3, July 1981, 574-586.
Prasetio. 2002. “Pengaruh Tingkat Profitabilitas Perusahaan dan Leverage Operasi
terhadap Tindakan Income smoothing pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar DiBEJ Periode 2003-2006”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana.
24
Quinn, Robert E. dan Kim Cameron. 1983. Organizational Life Cycles and Shifting
Criteria of Effectiveness: Some Preliminary Evidence. Management Science
Vol. 29 No 1 (January): 33-51.
Schori, Thomas R. dan Michael L. Garee. 1998. Like Products, Companies have Life
Cycle. Marketing Views Vol. 32 No. 13 (June): 4.
Sulistyanto, H. Sri, 2008, “Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris”, Jakarta: PT
Grasindo.
Swastha, Basu. 1984. Azas-azas Marketing, Edisi ke-3; Liberty; Yogyakarta.
Yan, Zhipeng. 2006. A new Methodology of Measuring Corporate Life-Cycle Stages.
http://www.researchgate.net/publication/228238342_A_New_Methodology_of
_Measuring_Firm_Life-Cycle_Stages/file/79e4150a6c054cc7da.pdf.
Diakses
23 September 2013.
25
SIKLUS DAUR HIDUP PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Asterita Dessy Philiana
Ari Budi Kristanto
MI Mitha Dwi Restuti
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
Income smoothing is a method performed by the company in managing the
company's profit. This study aims to determine whether there is an increasingly low
income leveling along with the changing phases of the life cycle of the company. The
results of this study showed at every stage of practice income smoothing and
hypothesis proved that at the stage of having stagnant income smoothing practices
with the lowest average eckel index is close to 1.
Keywords: life cycle, income smoothing
Pendahuluan
Pada dasarnya perusahaan ingin laporan keuangan yang menunjukan bahwa
pertahunnya selalu menghasilkan laba, yang nantinya akan berfungsi untuk
pengambilan keputusan bagi perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan seperti
investor dan kreditor. Earning management biasanya dilakukan oleh manajer dengan
memanipulasi earning agar mempercantik laporan keuangannya. Saat laba
1
perusahaan mengalami fluktuasi, maka dari pihak manajemen akan melakukan
income smoothing. Upaya ini dilakukan untuk mempertahankan investor maupun
kreditor dengan menjaga kepercayaan mereka. Praktik income smoothing tidak akan
terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang
sesungguhnya (Prasetio, 2002). Laba merupakan hal penting yang dipertimbangkan
oleh investor dalam pengambilan keputusan akan tetap melakukan investasi atau
tidak.
Perusahaan juga memilki life cycle sama seperti halnya dengan produk (Schori
dan Garee, 1998). Terdapatnya empat tahap silkus daur hidup perusahaan, yaitu
introduction, growth, mature dan stagnant. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
Hastuti (2006) tentang perbedaan perilaku earning management berdasarkan
perbedaan life cycle perusahaan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak adanya
perbedaan perilaku earning management di setiap tahapan. Earning management
dapat dilakukan di tiap-tiap tahapan. Earning managemet pada saat stagnant lebih
kecil dibandingkan dengan tahap mature, tetapi tidak bisa membuktikan jika earning
management saat mature lebih kecil dari tahap growth.
Jika hasil penelitian Kim, et al. (2003) menyimpulkan bahwa earning
managemet dapat dilakukan pada perusahaan kecil sampai perusahaan besar, yaitu
perusahaan yang berada pada tahap growth, mature sampai dengan tahap stagnant.
Akan tetapi earning management lebih besar dilakukan pada perusahaan kecil
dibandingkan dengan perusahaan medium atau besar.
2
Berdasarakan hal ini earning management dapat dihubungkan dengan life
cycle perusahaan (growth, mature, stagnant). Maka penulis akan meneliti apakah ada
perbedaan perilaku income smoothing berdasarkan pada tahapan life cycle perusahaan
yang berbeda yaitu saat growth, mature dan stagnant. Perbedaan itu terlihat dari besar
kecilnya income smoothing pada masing-masing tahapan life cycle. Obyek penelitian
adalah semua perusahaan manufaktur yang terdapat dalam Bursa efek Indonesia
(BEI) tahun 2007-2011.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi pengguna
laporan keuangan, terutama bagi para investor untuk pengambilan keputusan yang
tepat. Setidaknya investor dapat mengetahui dalam tahapan yang seperti apa
perusahaan sering melakukan income smoothing.
Telaah Teoritis dan Perumusan Masalah
Income smoothing
Income smoothing dapat didefinisikan sebagai cara yang dilakukan oleh
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, agar sesuai dengan
target yang diinginkan melalui metode akuntansi, maupun secara rill melalui transaksi
(Koch, 1981). Upaya income smoothing yang sengaja dilakukan oleh perusahaan
dalam batasan Generally Accepted Principles, yang nantinya dapat mengarahkan
pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.
3
Sri (2008) income smoothing adalah suatu upaya perusahaan untuk mengatur
agar labanya relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan
memanipulasi pendapatan dan biaya periode berjalan agar menjadi lebih tinggi atau
lebih rendah dari pendapatan atau biaya yang sesungguhnya. Sedangkan Brayshaw
dan Eldin (1989) mengungkapkan bahwa manajemen perusahaan diuntungkan
dengan pratik income smoothing.
Menurut Foster dalam Dwiatmini dan Nurkholis (2001) tujuan income
smoothing adalah sebgai berikut:
1. Dapat memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan
tersebut memiliki resiko yang rendah.
2. Memberikan suatu informasi yang relevan dalam melakukan prediksi
terhadap laba di masa yang akan datang
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemakmuran manajemen.
5. Meningkatkan kompensasi bagi manajemen.
Life Cycle
Teori life cycle perusahaan merupakan perluasan konsep, dari konsep life
cycle produk dalam pemasaran (Rink dan Swan dalam Yan, 2006). Ada beberapa
model life cycle yang telah digunakan oleh para peneliti yaitu model lima tahap,
empat tahap, dan tiga tahap. Disetiap model tersebut didukung oleh literatur life cycle.
4
Swastha (1984) menyatakan daur hidup produk dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
tahap perkenalan (introduction), tahap pertumbuhan (growth), tahap kedewasaan
(maturity), tahap kemunduran (decline). Sama halnya dengan daur hidup perusahaan.
Menurut Schori dan Garee, (1998). Saat introduction, perusahaan baru dikenal
sebagai bisnis yang kecil tetapi jika perusahaan itu sukses, maka penjualan mulai
bertumbuh. Saat growth perusahaan mulai dapat memenuhi kebutuhan pasar dan
pertumbuhannya cepat. Damodaran (2001) menjelaskan kecenderungan perilaku
aliran kas (cashflow) dan penjualan termasuk relatif kecil dikarenakan laba yang
diperoleh masih belum seimbang dibandingkan dengan pendapatannya, sedangkan
kebutuhan investasinya relatif tinggi. Perusahaan yang sudah menjadi go public akan
mencari pendanaan lain atau alternatif pendanaan, selain menambah saham yang
ditawarkan ke public baik melalui mekanisme right issue atau opsi ekuitas (equity
options). Tetapi jika perusahaan memilih untuk menggunakan sumber dana utang,
maka cenderung untuk memilih bentuk utang yang dapat dikonversi (convertible
debt).
Saat mature, perusahaan memasuki tahap dimana manajer mulai professional.
Tetapi umur perusahaan pada tahap ini tidak panjang dan mengarah pada tahap akhir
dalam life cycle perusahaan. Dalam tahap ini peningkatan laba dan aliran kas
(cashflow) yang cepat yang merupakan keberhasilan dari investasi masa lalu. Jenis
kebutuhan dana dari luar juga mulai berubah. Perusahaan akan lebih menyukai dana
utang, khususnya dari bank atau menerbitkan obligasi. Ada beberapa perusahaan
5
yang tetap berada pada tahap ini untuk jangka waktu yang lama, tapi ada juga yang
mengarah pada kebangkrutan atau tahap akhir decline.
Tahapan yang terakhir adalah decline, perusahaan mengalami penurunan
secara terus menerus yang berkepanjangan terhadap pendapatan dan laba sebagai
konsekuensi dari kedewasaan perusahaan dan masuknya pesaing-pesaing baru. Walau
investasi yang ada masih menghasilkan aliran kas (cashflow), akan tetapi jumlahnya
tidak banyak. Dana eksternalpun ikut menurun karena investasi yang juga menurun
dan jumlah dana internal yang tersedia diperusahaan sangat besar. Penjualan saham
atau obligasi sudah bukan alternatif yang menarik, bahkan dengan kelebihan dana
internal perusahaan akhirnya mulai berpikir untuk melunasi semua kewajibannya atau
membeli balik saham-sahamnya. Tahap ini perusahaan secara bertahap mengalami
yang disebut sebagai melikuidasi diri sendiri, akan tetapi jika perusahaan sudah
masuk dalam tahapan mature dan tidak memasuki tahap decline perusahaan bisa
stabil maka perusahaan masuk dalam tahap stagnant.
Menurut Quinn dan Cameron, (1983) tahap decline tidak dapat dilakukan
karena perusahaan yang berada dalam tahap decline biasanya tidak tercatat lagi di
bursa. Beberapa literatur yang menulis tentang life cycle perusahaan, tidak ada yang
memperhatikan tahap decline ini. Hal ini dimungkinkan pada tahap ini perusahan
terjadi perubahan secara metamorphosis yang tidak dapat diprediksi.
Pada tahap start up tidak dapat dilakukan karena pada tahap ini tidak dapat
memenuhi kriteria. Karena BEI juga mensyaratkan perusahaan harus sudah
6
mendapatkan laba bersih dan laba operasional selama dua tahun fiskal berakhir
supaya saham perusahaan dapat di catatkan di bursa. Tahap start up perusahaan tidak
lebih dari sathun melakukan penjualan sebelum go public (Atmini, 2002).
Perbedaan antara tahapan growth dan mature dapat dilihat dari masing-masing
perilaku perusahaan dalam laporan keuangannya. Biasanya perusahaan yang dalam
tahapan growth masih benar-benar membutuhkan dana yang sangat besar agar dapat
masuk ketahap berikut-berikutnya. Sedangkan dalam tahapan mature perusahaan
sudah mulai dapat menata keuangan lebih baik, banyak cara yang dilakukan
perusahaan dalam tahap mature atau pendewasaan ini.
7
Penelitian terdahulu
Menurut Yan (2006) untuk mengembangkan metodologi baru yang dapat
digunakan untuk mengukur tahapan siklus daur hidup suatu perusahaan dengan
membandingkan status perusahaan pada setiap titik pembangunan dengan status
keseluruhan sejarah sendiri. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran yang
semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan melalui setiap tahap life
cycle perusahaan.
Hastuti (2006) membedakan besar kecilnya earning management berdasarkan
pada perbedaan life cycle perusahaan dan ukuran perusahaan. Penelitian ini
menunjukan terdapat earning management dalam perusahaan yang masuk dalam
tahapan growth, mature dan stagnant akan tetapi untuk perbedaan perilaku tidak ada,
baik berdasarkan life cycle maupun ukuran perusahaan.
Anthony dan Ramesh (1992) meneliti hubungan antara ukuran kinerja
akuntansi dan harga saham. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa respon dari pasar
terhadap dua ukuran kinerja akuntansi, yaitu pada pertumbuhan penjualan dan
investasi modal merupakan fungsi dari siklus daur hidup perusahaan. Penelitian ini
juga mencari bukti empiris mengenai reaksi pasar atas growth dan capital expenditure
yang dikaitkan dengan siklus daur hidup perusahaan dengan mengklasifikasikan
kedalam tiga tahapan yaitu growth, mature, stagnant dengan empat variabel yaitu,
deviden payout (DP), sales growth (SG), capital expenditure (CEV) dan age.
8
Tabel 1. Klasifikasi Life Cycle
TAHAP
VARIABEL KLASIFIKASI LIFE CYCLE
LIFE CYCLE DP
SG
CEV
AGE
GROWTH
LOW
HIGH
HIGH
YOUNG
MATURE
MEDIUM MEDIUM MEDIUM ADULT
STAGNANT HIGH
LOW
LOW
OLD
Sumber : Anthony dan Ramesh (1992)
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa dalam tahapan growth penjualan sangat
tinggi, umur masih relative kecil dan pembayaran deviden yang masih kecil juga.
Tetapi dalam tahapan mature bisa dilihat bahwa penjualan pembayaran deviden, dan
jumlah investasi pada tingkat medium. Sedangkan stagnant penjualan mulai menurun
tetapi pembayaran deviden cukup tinggi.
Hubungan Income Smoothing Terhadap Life Cycle
Earning managemet mencakup usaha manajer dalam memaksimalkan
maupun dalam meminimalkan laba, begitu juga dengan income smoothing. Income
smoothing termasuk juga dalam bagian dari earning management. Hayn (1995)
menjelaskan bahwa pada saat perusahaan bertumbuh (growth) perusahaan mulai
menghasilkan earning, sehingga earning management dapat dilakukan saat
perusahaan tumbuh (growth).
Kim, et al, (2003) meneliti tentang hubungan earning management dengan
ukuran perusahaan. Hasilnya earning management lebih banyak dilakukan pada
perusahaan kecil dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran medium atau
besar, karena perusahaan besar mungkin memiliki sistem kontrol internal yang lebih
9
canggih dan memiliki auditor internal yang lebih kompeten dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan berukuran kecil. Menurut penelitian Yan (2006) ukuran
perusahaan yang semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan melalui
setiap tahapan life cycle perusahaan.
Perbedaan penelitian Kim dan Yan terletak pada kombinasi variabelnya antara
life cycle dan ukuran perusahaan. Sedangkan Hastuti (2006) membedakan besar
kecilnya earning management berdasarkan perbedaan life cycle perusahaan.
Perumusan Hipotesis
Perusahaan yang masuk dalam tahap growth, berarti perusahaan masih dalam
tahap bertumbuh dari introduction. Dalam tahap ini laba perusahaan biasanya
meningkat dengan cepat. Sedangkan saat tahap mature atau (maturity) perusahaan
mengalami fluktuasi laba, karena perusahaan sudah mengenal banyak pesaing. Tetapi
pada tahap stagnant (stabil) perusahaan sudah bisa membuat laba perusahaan tiap
periodenya bertahan berkisaran laba-laba sebelumnya. Disini perusahaan harus bisa
terus mempertahankan jika tidak, maka perusahaan akan mengalami kemunduran
dimana tahap kemunduran itu yang disebut dengan decline.
Hastuti (2006) menunjukan bahwa earning management perusahaan yang
berada pada tahap stagnant lebih kecil secara signifikan daripada perusahaan yang
berada pada tahap mature. Perusahaan-perusahaan yang berada pada stagnant
melakukan earning management yang lebih kecil dibandingkan pada saat mature
10
karena menurut Shank dan Govindarajan dalam Hamid (1999), perusahaan yang
berada pada fase penurunan (dalam hal ini ditunjukan dengan tingkat pertumbuhan
penjualan yang rendah) memiliki sistem pengendalian yang ketat sehingga pihak
manajemen kurang bebas untuk melakukan earning management. Semakin
perusahaan dikelola dengan baik dan memiliki sistem pengendalian internal yang
ketat maka manajer akan lebih berhati-hati dan tingkat earning management akan
berkurang.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H1 :
Terdapat income smoothing yang semakin rendah seiring dengan perubahan
tahapan life cycle perusahaan.
Metode Penelitian
Obyek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 - 2011. Perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih berdasarkan metode
purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatives
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan
sebagai berikut:
1.
Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam
periode
2007-2011
dan
termasuk
dalam
kategori
manufacturing
(pemanufakturan).
11
2.
Perusahaan yang memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang
terdiri dari laporan keuangan tahunan publikasi tahun 2007-2011 yang diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) atau website perusahaan dan website
BEI (www.idx.co.id).
Adapun beberapa tahap-tahap dan variabel yang digunakan dalam penelitian
ini (Hastuti, 2006), sebagai berikut:
1.
Pembagian perusahaan menurut tahap-tahap siklus perusahaan, yaitu tahap
growth, mature, dan stagnant. Variabel yang mendukung dalam penelitian ini ada
empat, yaitu pembayaran deviden per tahun sebagai persentase laba (DP),
persentase pertumbuhan penjualan (SG), persentase total nilai perusahaan (CEV)
dan umur perusahaan (AGE).
Rumus untuk menghitung deviden payout (DP)
DPt = (DPS/EPS)x100
Keterangan :
DPS : deviden perlembar saham
EPS : laba per lembar saham
Rumus untuk menghitung sales growth (SG)
SGt = ((Salest-salest-1)/salest-1)x100
Keterangan :
12
Salest : penjualan bersih pada tahun t
Salest-1 : penjualan bersih pada tahun t-1
Rumus untuk menghitung capital expenditure value (CEV)
CEVt = (CEt/VALUEt)x100
Keterangan :
CEt
: capital expenditure pada tahun t
VALUEt : nilai pasar ekuitas (closing price x jumlah saham beredar)
ditambah nilai buku utang jangka panjang pada tahun t
Rumus untuk mencari umur perusahaan (AGE)
AGE = tahun berjalan - tahun terbentuknya perusahaan
Perusahaan diklasifikasikan ke dalam tahap growth, mature, dan stagnant
(Hastuti, 2006) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Growth : apabila suatu tahun perusahaan berada pada kuintil tertinggi
(kuintil pertama) gabungan skor peringkat pertumbuhan penjualan dan
capital expenditure dan berada pada kuintil terendah (kuintil pertama)
gabungan skor peringkat devidend payout dan umur perusahaan.
2. Mature : apabila suatu tahun perusahaan berada pada kuintil tengah
gabungan skor peringkat pertumbuhan penjualan dan capital expenditure,
berada pada kuintil tengah skor peringkat devidend payout, dan berada
pada kuintil tengah skor peringkat umur perusahaan.
13
3. Stagnant : apabila suatu tahun perusahaan berada pada kuintil terendah
(kuintil ke-4) gabungan skor peringkat pertumbuhan penjualan dan capital
expenditure, berada pada kuintil tertinggi (kuintil ke-4) skor peringkat
dividend payout, dan berada pada kuintil tertinggi (kuintil ke-4) skor
peringkat umur perusahaan.
Kuintil 1 (growth), kuintil 2 (growth/mature), kuintil 3 (mature), kuintil 4
(mature/decline), kuintil 5 (decline).
Ada dua langkah dalam pengklasifikasian. Langkah pertama perusahaan
diklasifikasian ke dalam tahapan growth, mature dan stagnant sesuai dengan
empat variabel diatas DP, SG, CEV dan AGE yang dibagi ke dalam kuintil. Tetapi
hasil yang sangat sedikit maka dilakukan langkah kedua.
Langkah kedua untuk perusahaan yang belum dapat terklasifikasiin dengan
cara mengeliminasi variabel CEV. CEV lebih cenderung berkaitan dengan fungsi
produksi dibandingkan dengan life cycle. Menurut Anthony dan Ramesh (1992)
CEV memiliki explonatory power yang rendah. CEV sangat lemah pengaruhnya
terhadap life cycle perusahaan. Sehinnga yang dipakai variabel DP, SG, dan AGE
yang kemudian dibagi ke dalam kuintil.
2. Perhitungan pengukuran untuk kategori income smoothing menggunakan Indeks
Eckel. Metode yang dikembangakn Eckel (1981) bahwa nilai koefisien variasi
merupakan indikator perilaku smoothing. Eckel (1981) menggunakan Coefficient
Variation (CV) variabel penghasil atau laba bersih dari variabel penjualan bersih.
14
Laba yang digunakan adalah laba setelah pajak sebagai tujuan income smoothing.
Digunakan untuk mengindikasikan perusahaan melakukan praktik income
smoothing atau tidak. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Indeks Eckel
: CV∆I / CV∆S
CV∆I
:
S∆I / X∆I
CV∆S
: S∆S / X∆S
Keterangan :
CV∆I : Koefesien variasi perubahan EAT
CV∆S: Koefesien variasi perubahan penjualan
S∆I : Standart deviasi perubahan EAT
S∆S
: Standart deviasi perubahan penjualan
X∆I
: Rata - rata perubahan EAT
X∆S : Rata – rata perubahan penjualan
∆I
: Perubahan EAT antara tahun n dengan n-1
∆S
: Perubahan penjualan antara tahaun n dengan n-1
Perusahaan yang indeks Eckel-nya 1 diindikasikan bahwa perusahaan tidak
melakukan income smoothing (Eckel, 1981)
15
Teknis Analisis
Teknik
dan
tahapan
analisis
data
dalam
penelitian
ini
adalah,
mengklasifikasikan hasil perhitungan data life cycle menjadi tiga kelompok, yaitu
perusahaan yang dikelompokan dalam kelompok growth, mature dan stagnant. Dari
hasil tersebut akan dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data tersebut normal
atau tidak. Menguji normalitas data dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Normalitas terjadi apabila hasil dari uji Kolmogrov-Smirnov lebih dari 0,05.
Selanjutnya dilakukan uji statistik deskriptif untuk menguji hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini.
Analisis dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang listing
di BEI selama periode 2007-2011 dengan jumlah 159 perusahaan. Berikut hasil
perhitungan sampel.
Tabel 2. Jumlah Sampel
Keterangan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011
Perusahaan manufaktur yang tidak mengeluarkan laporan keuangan
secara terus menerus selama 2007-2011
Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan laporan keuangan
secara terus menerus selama 2007-2011
Perusahaan manufaktur yang tidak termasuk dalam kategori
growth, mature dan stagnant
Jumlah sampel yang terpilih
Lampiran 1
Jumlah
159
(25)
134
(50)
84
16
Setelah melakukan perhitungan ternyata sampel yang dapat digunakan hanya
134 perusahaan manufaktur. Kemudian dilakukan pengkasifikasian terhadap 134
perusahaan manufaktur yang listing di BEI, didapatkan 84 perusahaan yang sesuai
dengan kriteria dan 50 perusahaan tidak terpilih karena tidak sesuai dengan kriteria
yang disampaikan oleh Hastuti (2006). Sampel berjumlah
84 yang akan diuji
diklasifikasikan ke dalam tahapan growth, mature dan stagnant.
Tabel 3. Klasifikasi Sampel
Keterangan
Perusahaan yang masuk dalam kategori Growth
Perusahaan yang masuk dalam kategori Mature
Perusahaan yang masuk dalam kategori Stagnant
Jumlah sampel yang terpilih
Lampiran 2 dan Lampiran 3
Jumlah
9
46
29
84
Perusahaan yang masuk dalam klasifikasian life cycle pada tahap growth
adalah 9 perusahaan, tahap mature berjumlah 46 perusahaan dan tahap stagnant
berjumlah 29 perusahaan.
Dari jumlah sampel 84 perusahaan yang terpilih dan sudah terklasifikasi
kemudian akan dilakukan perhitungan indeks eckel untuk menentukan perusahaan
melakukan pratik income smoothing atau tidak.
Tabel 4. Pengujian Income Smoothing
Life Cycle
Keterangan
Jumlah Persentase
Growth Mature
Stagnant
Melakukan
Income
33
39,29%
2,38%
22,62%
14,29%
Smoothing
Tidak
Melakukan
51
60,71%
8,33%
32,14%
20,24%
Income Smoothing
Total
84
100%
17
Dari hasil perhitungan indeks eckel pada tabel 4, bahwa dari 84 sampel
perusahaan terdapat 33 perusahan yang diduga melakukan praktik income smoothing
dimana pada taraf growth ada 2,38% yang terdiri dari 2 perusahaan, taraf mature
22,62% terdiri dari 19 perusahaan dan pada taraf stagnant 14, 29 % terdiri dari 12
perusahaan. Sedangkan 55 sampel perusahaan, diduga tidak melakukan
praktik
income smoothing. Pada taraf growth 8,33% terdiri dari 7 perusahaan, sedangkan
pada taraf mature 33,14% yang terdiri dari 27 perusahaan dan taraf stagnant 20,24%
terdiri dari 17 perusahaan.
Uji Normalitas
Setelah melakukan pengklasifikasian maka dilakukan uji Normalitas apakah
data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Berikut hasil pengujian normal.
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas
Variabel
Pengujian
Sig.
Keterangan
Indeks Eckel
Kolmogorov-Smirnov 0,001
Tidak normal
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 (Lampiran 4)
*signifikan pada α=0,05
Pada uji normalitas data, diketahui bahwa data tersebut tidak berdistribusi
normal yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi Kolmogorov-smirnov sebesar 0,001
yang berada dibawah nilai toleransi kesalahan sebesar 0,05. Setelah diketahui bahwa
data tersebut tidak berdistribusi normal,
18
Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini dilakukan uji statistik deskriptif untuk menguji hipotesis
yang diajukan, yaitu dengan melihat nilai rata-rata indeks eckel pada tiap tahapan.
Hipotesis akan diterima apabila terbukti dari statistik deskriptif menunjukkan nilai
rata-rata indeks eckel yang semakin mendekati 1 (Eckel, 1981).
Tabel 6. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Indeks eckel
Variabel
Tahapan
Nilai Rata-rata
Growth
-9.94746
Indeks Eckel
Mature
-3.28988
Stagnant
-0.38927
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013. (Lampiran 5)
Nilai rata-rata indeks eckel dari tiap tahapan life cycle, dapat dilihat pada tabel
6. Dari nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat income smoothing
yang semakin rendah seiring dengan perubahan tahapan life cycle perusahaan.
Dengan kata lain hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti.
Pembahasan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis terdapatnya income smoothing
yang semakin rendah seiring dengan perubahan tahapan life cycle perusahaan
terbukti. Hal ini diduga semua perusahaan dalam tahapan life cycle melakukan
income smoothing, akan tetapi ada perbedaan tingkat income smoothing pada setiap
tahapan.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa tahapan stagnant memiliki nilai rata-rata
yang paling mendekati angka 1. Sehingga hipotesis di terima bahwa income
19
smoothing semakin rendah seiiring dengan perubahan life cycle. Didukung juga
dengan penelitian sebelumnya menurut Kim, et al (2003) bahwa earning management
lebih besar dilakukan oleh perusahaan kecil. Penelitian Yan (2006) juga menunjukan
ukuran perusahaan semakin besar seiiring dengan perkembangan life cycle.
Tahap stagnant ternyata lebih kecil untuk melakukan income smoothing. Hal
ini dapat diduga bahwa pihak manajemen mulai professional untuk mengelola
laporan keuangan perusahaan. Pada tahap stagnant harus bisa mempertahankan
perusahaannya agar perusahaan tidak masuk dalam tahapan decline, dalam tahap ini
perusahaan sudah harus dapat membuat laba sehingga laba untuk periode selanjutnya
berkisar laba periode sebelumnya.
Bagi tahapan growth yang kemungkinan masih cenderung membutuhkan
cashflow yang besar dikarenakan laba yang diperoleh belum seimbang dengan
pendapat usaha perusahaan. Sedangkan dalam tahap mature diindikasikan banyak
mengalami fluktuasi laba, aliran kas dan laba yang relatif cepat akibat keberhasilan
dimasa lalu. Dimungkinkan mature juga mempunyai pangsa pasar yang luas dan
peluang untuk investasi cenderung masih besar.
Setiap fase life cycle perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda, baik
dari kesempatan bertumbuh untuk masing-masing tahapan. Karakter yang berbeda
tiap tingkatan tahapan akan membuat pasar bereaksi. Tentunya akan menjadi
pertimbangan pasar juga untuk menanamkan modal.
20
Untuk mendukung hipotesis yang terbukti maka dilakukan pengujian
menggunakan matrik dengan membuat range pada indeks eckel, pada masing-masing
tahapan. Range dari indeks eckel terendah sampai tertinggi dan dibagi 3 kriteria yaitu
kecil, sedang dan tinggi. Dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Crosstabulation antara Life Cycle dan Indeks eckel.
Indeks Eckel
Life Cycle
Kecil
Sedang
Tinggi
Growth
1
1
0
Mature
17
1
1
Stagnant
12
0
0
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014 (Lampiran 2)
Dari tahapan life cycle terlihat bahwa praktik income smoothing dilakukan di
setiap tahapan. Tetapi praktik income smoothing dilakukan disemua tahapan yang
potensinya kecil, sedangkan potensi sedang dalam melakukan praktik income
smoothing dilakukan pada tahap growth dan mature, dan potensi tertinggi dilakukan
pada tahap mature saja. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan matrik ini
hipotesis dapat terbukti, dengan cara melihat satu persatu indeks eckel.
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku
income smoothing pada setiap tahapan life cycle perusahaan, dengan melihat
rendahnya nilai income smoothing pada perubahan life cycle. Data yang digunakan
merupakan data sekunder yang di dapatkan dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), website dari BEI dan website perusahaan. Berdasarkan penelitian yang
21
dilakukan periode 2007-2011 pada perusahaan publik terutama sektor manufaktur,
maka penulis dapat mengambil simpulan. Pertama, tidak adanya perbedaan untuk
setiap tahapan dalam melakukan praktik income smoothing. Kedua, dalam tahap
stagnant ternyata berpotensi lebih kecil untuk melakukan praktik income smoothing.
Dikarenakan dalam tahap ini perusahaan sudah harus lebih professional dalam
membuat laporan keuangan dan membuat laba yang berkisar dengan periode
sebelumnya.
Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
adalah
tidak
banyak
literatur
pengaklasifikasian life cycle sehingga terpusat pada penelitian yang dilakukan oleh
Anthony dan Ramesh (1992). Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya adalah menggunakan model pengklasifikasian life cycle yang lain seperti
four stage model atau five stage model. Memperpanjang periode penelitian agar lebih
jelas mengungkap praktik income smoothing. Pemilihan sampel tidak hanya sektor
manufaktur tetapi semua sektor supaya mendapatkan banyak jumlah sampel.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Joseph H. dan K. Ramesh. 1992. Association between Accounting
Performance Measures and Stock Prices: A Test of the Life Cycle Hypothesis.
Journal of Accounting and Economics 15: 203-227.
Atmini, Sari. 2002. Asosiasi Siklus Hidup Perusahaan dengan Incremental ValueRelevance Informasi Laba dan Arus Kas. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Vol.5No.3 (September): 257-276.
Beattie, Vivien, Broen Steophen, Ewers David, John Brian, Manson Stuart, Thomas
Dylan, and Turner Michael., 1994, “Extraordinary Items and Income
Smoothing: A Positive Accounting Approach”, Journal of Business Finance
and Accounting, September, 791-811.
Brayshaw, R.E., dan Ahmed E. K. Eldin, 1989, “The Smoothing Hypothesis and The
Role Of Exchange Differences”, Journal of Business Finance and accounting ,
Vol. 16, No. 5, 621-633.
Damodaran, A. 2001. Corporate Finance: Theory and Practice, Second edition,
Whiley and Sons, New York
Dwiatmini, S., dan Nurkolis, (2001). “Analisi Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba
Kasus Praktik Income smoothing Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta”. TEMA. Vol 2(1)
Eckel, N., “The Income Smoothing Hypothesis Revisited”, Juni, 1981.
23
Foster, “Financial Statement Analysis” Englewood, New Jersey, Prentice Hall
International, 1986.
Hamid, Abd. 1999. Studi terhadap Strategi Prospektor dan Deferender dan
Hubungannya dengan Harga Saham: Analisis dengan Pendekatan Life Cycle
Theory. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hastuti, Sri. 2006. Perbedaan Perilaku Earnings Management Berdasarkan Life Cycle
Perusahaan. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hayn,
Carla.
1995.
The
Information
Content
Of
Losses.
http://econ.au.dk/fileadmin/Economics_Business/Education/Summer_Universit
y_2012/6308_Advanced_Financial_Accounting/Advanced_Financial_Accounti
ng/1/Hayn_JAE_1995.pdf. Diakses 27 Januari 2014.
Kim, Yangseon, Caixing Liu, dan S. Ghon Rhee. 2003. The Relation of Earning
Management
to
Firm
Size.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.200.9183&rep=rep1
&type=pdf. Diakses 23 September 2013.
Koch, Bruce, S., “Income Smoothing An Experiment”, The Accounting Review, Vol.
LVI, No. 3, July 1981, 574-586.
Prasetio. 2002. “Pengaruh Tingkat Profitabilitas Perusahaan dan Leverage Operasi
terhadap Tindakan Income smoothing pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar DiBEJ Periode 2003-2006”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana.
24
Quinn, Robert E. dan Kim Cameron. 1983. Organizational Life Cycles and Shifting
Criteria of Effectiveness: Some Preliminary Evidence. Management Science
Vol. 29 No 1 (January): 33-51.
Schori, Thomas R. dan Michael L. Garee. 1998. Like Products, Companies have Life
Cycle. Marketing Views Vol. 32 No. 13 (June): 4.
Sulistyanto, H. Sri, 2008, “Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris”, Jakarta: PT
Grasindo.
Swastha, Basu. 1984. Azas-azas Marketing, Edisi ke-3; Liberty; Yogyakarta.
Yan, Zhipeng. 2006. A new Methodology of Measuring Corporate Life-Cycle Stages.
http://www.researchgate.net/publication/228238342_A_New_Methodology_of
_Measuring_Firm_Life-Cycle_Stages/file/79e4150a6c054cc7da.pdf.
Diakses
23 September 2013.
25