Pemakalah Siti Halimatus Mei

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE
PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH
Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli
Prodi PGSD-FIP
Universitas Kanjuruhan Malang
E-mail: halimatus@unikama.ac.id
ABSTRAK: Berdasarkan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS tahun
pelajaran 2013/2014 di kelas IV SDN Gadang 4 Malang dapat diketahui bahwa metode
yang diterapkan di kelas tersebut adalah ceramah bervariasi. Guru menyampaikan materi
pelajaran dengan cara ceramah disertai dengan tanya jawab, memberikan latihan soal,
dan memberikan PR. Dalam pembelajaran ini hanya sebagian siswa yang mendengarkan
penjelasan guru, banyak siswa kurang berani dalam bertanya. Hal ini menyebabkan
motivasi belajar siswa rendah, sehingga hasil belajarnya juga rendah. Oleh karena itu
perlu dilakukan perubahan terhadap metode pembelajaran yang dipakai, dalam hal ini
peneliti menerapkan media gambar dan model pembelajaran Botle Dance yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Gadang 4 Malang.
Pembelajaran kooperatif model Botle Dance adalah salah satu model pembelajaran yang
mengikuti beberapa fase: (1) pembentukan kelompok secara heterogen, (2) pemberian
soal dan diskusi kelompok, (3) penyampaian hasil diskusi kelompok, (4) evaluasi.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua
siklus. Siklus I dengan pokok bahasan Peninggalan Sejarah, dan Siklus II dengan pokok

bahasan Cara Menjaga Benda-benda Peninggalan Sejarah dan Manfaat yang Diperoleh
Dari Menjaga Kelestarian Peninggalan Sejarah. Penelitian dilakukan pada semester
ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di kelas IV SDN Gadang 4 Malang. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 32 siswa.
Berdasarkan analisis motivasi belajar siswa saat penerapan media gambar dan model
pembelajaran Botle Dance pada siklus I yaitu 78,10%, dan pada siklus II yaitu 86,45 %.
Peningkatan ini juga terjadi pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebelum
penggunaan media gambar dan model pembelajaran Botle Dance ketuntasannya adalah
56,25%, pada siklus I adalah 75 %, dan pada siklus II adalah 84,37%.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dan model
pembelajaran Botle Dance dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SDN Gadang 4 Malang.
Keyword : Media gambar, model pembelajaran Botle Dance, motivasi, hasil belajar.
Pendidikan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh suatu bangsa dalam upaya
meningkatkan taraf hidup bangsanya, agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain. Karena itu
sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efesiensi pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga
diperlukan pembaharuan pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk
mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak

diantaranya pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain- lain. Peningkatan kualitas pendidikan
di sekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum,
peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas metode

pembelajaran, peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang
memadai.
Selama ini yang kita lihat proses pembelajaran masih menganut model pembelajaran
konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan selama itu pula
kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar
tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu satunya sumber
belajar yang dianggap serba tahu dan serba bisa. Hal ini terbukti bahwa minat belajar siswa
pada mata pelajaran IPS kurang. Hal ini dapat dilihat saat pelajaran dimulai banyak siswa
yang ngobrol sendiri dan kelihatan mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan
oleh guru pada saat pembelajaran IPS. Kondisi yang demikian ini diduga akan berpengaruh
terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.
Jika penerapan metode untuk mata pelajaran IPS hanya menggunakan metode
ceramah sebagai metode utama atau pokok, maka proses belajar akan terasa membosankan
bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi motivasi
belajar siswa di dalam kelas yang nantinya akan mempengaruhi terhadap hasil belajarnya.
Metode ceramah sebagai metode utama bukan berarti tidak cocok digunakan, tetapi

penggunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh
dan tidak bisa berperan aktif serta tidak bisa belajar mandiri.
Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan
pendekatan tersebut. Guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar bagi siswa, penulis
tertarik untuk menggunakan model pembelajaran Botle Dance, untuk mendorong guru dan
siswa melaksanakan pembelajaran yang aktif dan kreatif sehingga dapat diharapkan
tercapainya peningkatan dalam pembelajaran.
Menurut Brow seperti yang dikutip oleh Sardirman (2005:144) mengemukakan
bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran,
merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi
kegiatan siswa. Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab
tantangan dengan cara yang efektif.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap SDN Gadang 4 Malang, dalam
pelaksanan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS masih disampaikan dengan metode
ceramah sebagai metode yang dominan dari pada metode lain. Selain itu interaksi siswa
dalam proses pembelajaran di kelas terlihat masih kurang karena guru kurang melibatkan
siswa di dalam proses pembelajaran. Hal ini di duga akan mempengaruhi motivasi dan hasil
belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak menghafal dan jika pembelajaran IPS
hanya dilakukan dengan metode ceramah maka siswa nantinya akan merasa bosan dan

cenderung berpengaruh terhadap hasil belajarnya, adapun media yang digunakan dalam
pembelajaran masih kurang.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV mata pelajaran IPS SDN
Gadang 04 Malang, diketahui bahwa hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa terhadap
mata pelajaran IPS masih kurang hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa hanya
60% yang nilainya diatas KKM (75), selain itu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
IPS ini masih kurang hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam kelas saat
pembelajaran berlangsung yaitu masih terlihat beberapa siswa yang masih berbicara sendiri
dengan temannya saat guru menerangkan pelajaran. Ditemukan bahwa (1) ketika proses
pembelajaran berlangsung siswa pasif dan kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran (2)
siswa lebih senang mengobrol dan ramai dengan temannya daripada mendengarkan
penjelasan guru (3) siswa tidak aktif bertanya kepada guru ketika diberi kesempatan untuk
bertanya (4) siswa merasa jenuh dan bosan di dalam kelas sehingga membuat siswa asyik
mondar mandir di dalam kelas dan bermain sendiri daripada mengikuti proses pembelajaran

dan (5) ketika diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi siswa cenderung menyontek
jawaban temannya karena belum mengerti materi yang telah dijelaskan guru. Hal ini
disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak menyenangkan dan
monoton.
Hal yang tergambar diatas banyak dijumpai disekolah lain yaitu proses

pembelajarannya berpusat pada guru, jadi dalam hal ini guru sebagai pusat atau sumber
utama dalam pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran masih menggunakan model
pembelajaran yang konvensional yaitu metode ceramah. Penggunaan metode ceramah dalam
pembelajaran kurang efektif karena menyebabkan partisipasi siswa terhadap pelajaran
rendah, perhatian dan minat siswa juga akan berkurang yang nantinya akan berdampak
terhadap hasil belajar siswa.
Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya solusi untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Oleh karena itu, perlu ditindak lanjuti untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu dengan cara melakukan pembelajaran yang lebih inovatif sehingga nantinya
akan menarik minat siswa dalam belajar.
Sesuai dengan permasalahan diatas maka peneliti menawarkan diri untuk menerapkan
media gambar yang dikolaborasi dengan model pembelajaran Botle Dance. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
keaktifan siswa. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dimana siswa dapat lebih aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga motivasi dan hasil belajarnya meningkat.
METODE
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
yaitu pendekatan yang dinyatakan dalam bentuk verbal dan di analisis tanpa menggunakan
statistik. Bodgan dan Tailor (dalam Moleong, 2000:32) mendefinisikan bahwa penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk
dan Miller (dalam Suprijono, 2009) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK model siklus.
Dalam model ini tindakan pembelajarannya dilakukan secara berulang-ulang dan
berkelanjutan (siklus spiral). Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
secara siklus tersebut diharapkan semakin lama akan semakin dapat meningkatkan perolehan
hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Gadang 4 Malang. Subyek penelitian adalah siswa
kelas IV berjumlah 32 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan teknik
observasi, tes, wawancara dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk menggali data
mengenai proses pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan wawancara dilakukan
terhadap guru dan siswa. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar
anak dalam memahami dan mempelajari konsep peninggalan sejarah.
Secara garis besar langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan setiap siklus
PTK ini ada 4 tahap : identifikasi masalah, menyusun rencana tindakan, observasi, dan
refleksi (Aqip, 2008 :23). Data yang diperoleh didalam setiap siklus penelitian dianalisis

secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Kegiatan analisis
ini dimaksudkan untuk mengolah data pada masing-masing siklus. Apakah terdapat
peningkatan pemahaman anak terhadap materi peninggalan sejarah setelah dilakukan
pembelajaran dengan memanfaatkan media gambar dan model Botle Dance. Cara yang

ditempuh untuk menganalisis hasil kerja siswa adalah dengan melihat dan membandingkan
hasil praktek pada masing-masing siklus. Apabila skor hasil tersebut mengalami peningkatan
dapatlah diartikan bahwa pemahaman siswa terhadap peninggalan sejarah telah mengalami
peningkatan.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini, terdiri dari: 1) Hasil jawaban lembar tugas
siswa, 2) Angket respon siswa dalam proses pembelajaran, 3) Observasi, 4) wawancara, dan
5) Validasi. Analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif,
yang merujuk kepada pendapat Miles and Huberman yang meliputi tiga (3) langkah, yaitu:
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
Penggunaan media gambar dan model pembelajaran Botle Dance dapat meningkatkan
motivasi belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Gadang 4 Malang. Siswa
mengalami peningkatan motivasi belajar yaitu pada siklus I dengan rata-rata skornya
adalah 78,1%, dan pada siklus II dengan rata-rata skornya 86,45%.
Penggunaan

media gambar dan model pembelajaran Botle Dance dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Gadang 4 Malang.
Siswa mengalami peningkatan hasil belajarnya baik sebelum tindakan maupun setelah
melakukan tindakan dengan nilai rata-rata yang diperoleh pada pembelajaran siklus I
adalah 72,65 dan presentase kelulusan adalah 75 % dengan kriteria cukup baik sedangkan
rata-rata nilai pada siklus II adalah 80,60 dan presentase ketuntasan 84,37% dengan kriteria
baik.
PEMBAHASAN
Pada proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media gambar dan
model pembelajaran Botle Dance diperoleh data observasi keterlaksanaan skenario
pembelajaran dengan menggunakan pedoman penilaian keterlaksanaan skenario
pembelajaran yang dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap awal atau pembuka, tahap inti,
dan penutup. Dari data observasi keterlaksanaan skenario pembelajaran, dengan
menggunakan pedoman penilaian kegiatan pembelajaran dibagi menjadi beberapa kegiatan
pembelajaran yang pertama yaitu, pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I rata-ratanya
80,60 %, sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan II rata-ratanya adalah 87,50% dengan
kriteria sangat baik, terjadi peningkatan sebesar 6,9%.
Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran yang
dihasilkan dari data observasi aktivitas guru di dalam kelas yang terdiri dari beberapa
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup, yang diamati secara terus menerus selama

mengadakan penelitian dalam dua siklus. Berikut hasil yang diperoleh dari kegiatan
pendahuluan yang terdiri dari memberi salam dan mengabsensi siswa pada siklus 1
mendapatkan rata-rata prosentase 78,57% sedangkan pada siklus 2 mendapatkan rata-rata
prosentase 89,28%, dalam hal ini berarti terjadi kenaikan yang sangat baik.
Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran yang
dihasilkan dari data observasi aktivitas siswa di dalam kelas yang terdiri dari beberapa
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, yang diamati secara terus menerus
selama mengadakan penelitian dalam dua siklus. Berikut hasil yang diperoleh dari kegiatan
pendahuluan yang terdiri dari menjawab salam dan merespon dan menjawab pertanyaan guru
pada siklus I mendapatkan rata-rata prosentase 78,57 % sedangkan pada siklus II
mendapatkan rata-rata prosentase 87,50%, dalam hal ini berarti terjadi kenaikan yang sangat
baik.

Penerapan motivasi ini sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat
menimbulkan kemauan, memberi semangat, dan menimbulkan semangat untuk meningkatkan
hasil belajarnya. Motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan menerapkan media
gambar dan model pembelajaran Botle Dance sudah baik, hal ini ditunjukkan dengan
berdasarkan pemerolehan skor melalui lembar instrumen motivasi dengan persentasi pada
siklus I rata-rata nilainya adalah 78,10% sedangkan persentasi pada siklus II rata-rata
nilainya adalah 86,45%. Motivasi belajar siswa diukur menggunakan instrumen motivasi

yang terbagi menjadi 6 aspek (minat, perhatian, konsentrasi, pemahaman, ketekunan, dan
senang) dengan cara observasi.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPS di SDN Gadang 4
Malang pada kelas IV masih dominan menggunakan metode ceramah, yang mana guru
sebagai pusat pengetahuan (Teacher Centered) dan siswa hanya sebagai penerima
pengetahuan dari guru sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif selama kegiatan belajar
mengajar.
Aktivitas guru dan siswa dalam setiap pembelajaran, khususnya pada pembelajaran
IPS masih kurang bervariasi sehingga siswa kurang menarik dalam pembelajaran. Karena
mata pelajaran IPS ini dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan karena banyak
menghafal, namun mata pelajaran IPS akan dapat menarik minat siswa belajar jika mata
pelajaran IPS ini dibuat bervariasi yaitu pembelajaran menggunakan model pembelajaran
yang inovatif salah satunya adalah dengan penerapan model pembelajaran Botle Dance.
Model pembelajaran Botle Dance ini lebih menekankan pada proses untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing
dan motivator saja. Pembelajaran ini dapat menumbuhkan kerjasama yang saling melengkapi
antara guru dan siswa dalam menciptakan pembelajaran yang membangkitkan ketertarikan
siswa terhadap mata pelajaran IPS. Guru memberi pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk
menggali pengetahuan siswa sekaligus untuk meningkatkan keaktifan dan keberanian siswa,
sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pelajaran IPS. Pertanyaan yang diberikan oleh

guru diawal pertemuan dijawab siswa bersama-sama karena siswa tidak berani menjawab
sendiri-sendiri sehingga suasana kelas menjadi ramai dan guru harus menenangkan suasana
kelas dengan memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa supaya tidak takut dalam
menjawab, bertanya, mengemukakan pendapat, tidak takut ditertawakan. Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran juga menunjang kreativitas siswa, selain memberikan pertanyaan
untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru memberikan tugas berupa latihan soal untuk
meningkatkan kreativitas siswa.
Berdasarkan hasil belajar yang telah diperoleh baik sebelum melakukan tindakan
ataupun setelah melakukan tindakan. Adapun hasil belajar yang telah diperoleh sebelum
tindakan atau kemampuan awal siswa dengan nilai rata-rata kelas adalah 64,2 dan presentase
ketuntasan siswa adalah 56,25%. Hasil belajar pada pembelajaran tindakan siklus I dengan
nilai rata-rata kelas adalah 72,34 dan presentase ketuntasan adalah 75%, sedangkan hasil
belajar pada akhir pembelajaran siklus II dengan rata-rata nilai kelas adalah 80,60 dan
presentase ketuntasan adalah 84,37% dengan kriteria baik. Disini bisa disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa dengan menggunakan media gambar dan model pembelajaran Botle Dance
meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1) Media gambar dan model pembelajaran Botle Dance dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Gadang 4 Malang

dilihat dari keterlaksanaan skenario pembelajaran dalam kriteria baik pada siklus I
yaitu 80,60 % dan kriteria sangat baik pada siklus II sangat baik yaitu 87,50 %
2) Penggunaan model pembelajaran Botle Dance dapat meningkatkan motivasi belajar
mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Gadang 4 Malang.
3) Penggunaan media gambar dan model pembelajaran Botle Dance dapat meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Gadang 4 Malang.
2. Saran
Adapun saran yang peneliti sampaikan sehubungan dengan model pembelajaran
Bottle Dance yang kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk proses
pembelajaran adalah:
1) Dalam
proses belajar mengajar diharapkan
guru
menggunakan metode
pembelajaran yang inovatif salah satunya adalah model pembelajaran Botle Dance
sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Karena selama ini dalam proses
belajar mengajar guru menggunakan metode ceramah (Teacher Centered) sehingga
siswa merasa bosan dan kurang menyenangkan selain itu siswa menjadi kurang aktif
karena kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
2) Dalam proses pembelajaran di kelas, diharapkan guru dapat mengkondisikan kelas
dengan baik. Kondisi kelas yang kondusif merupakan faktor terpenting dalam
kesuksesan belajar mengajar. Selain itu peran guru di kelas sangatlah vital, karena
selain sebagai fasilitator guru juga sebagai mediator.
DAFTAR PUSTAKA
Aqip Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Yrama Widya.
Ahmad, Iif Khoiru dan Sofan Amri, 2011, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu,
Jakarta, Prestasi Pustaka.
Hisnu, Tantya & Winardi, 2008, Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas 4, Jakarta,
Pusat Perbukuan Depdiknas.
Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E, 2013, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Rusman, 2011, Model-model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta,
Raja Grafindo Persada.
Sardiman, A.M, 2005. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Slavin, E.Robert, 2005, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik, Bandung, Nusa
Media.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Belajar,
Yogyakarta.
Solihatin, Etin & Raharjo, 2011, Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS,
Jakarta, Bumi Aksara.
Sapriya, 2012, Pendidikan IPS dalam Konsep dan Pembelajaran, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Trianto, 2011, Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya,
Jakarta, Bumi Aksara.