M01523

Seminar Nasional – Universitas Sarjanawiyata Yogyakarta Proceeding No: 978-602-17617-9-3

Akuntabilitas Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Dr. Bambang Ismanto, M.Si
Dosen UKSW Salatiga - Indonesia
Abstract

Teachers as strategic subjects in improving the quality of human resources through various
educational programs. The development of information technology, the law and the values of
human life can not let go of the teacher as an agent of change (development) learners as
recruitment of competent independent living, social, state and nation. Certification as an
initial determination of teacher educators as a profession to direct learners achieve national
education goals. Sustainable Development Profession related to performance improvement
and teacher career through self-development, scientific publications and innovative work.
Self-development through education and training of teachers functional and collective
activities. The teachers make innovations in improving the quality of learning. Various
innovations published to elicit a response of self-development and accountability to fellow
teachers, professional organizations and society. This program as an update knowledge and
improving the competence of the implications for teacher career advancement on the
achievement of performance appraisal standards. Accountability teacher performance is a

challenge as a learning agent and professional educators. Profession Sustainable
Development is not just meet the minimum standards of performance appraisal teacher but as
an effort to improve the quality of education. The continuing professional development of
teachers accountable to God, Principle Scientific, Professional Organizations, Communities,
Schools and Almamater.

Keywords: Teacher, Accountability, Development, Profession, Sustainable

Abstrak

Guru sebagai subyek strategis dalam peningkatan mutu SDM melalui berbagai program
pendidikan. Perkembangan teknologi informasi, perangkat hukum dan nilai-nilai kehidupan
manusia tidak bisa melepaskan guru sebagai agen perubahan (pengembangan) peserta didik
sebagai SDM yang memiliki kompetensi hidup mandiri, sosial, berbangsa dan bernegara.
Sertifikasi pendidik sebagai awal penetapan guru sebagai profesi untuk mengarahkan peserta
didik mencapai tujuan pendidikan nasional. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
berkaitan dengan peningkatan kinerja dan karir guru melalui pengembangan diri, publikasi
ilmiah dan karya inovatif. Pengembangan diri melalui Pendidikan dan Latihan fungsional
dan kegiatan kolektif guru. Para guru melakukan inovasi dalam peningkatan mutu
pembelajaran. Berbagai inovasi dipublikasikan untuk memperoleh respon pengembangan diri

dan pertanggungjawaban kepada sesama guru, organisasi profesi dan masyarakat. Program
1

ini sebagai pembaruan pengetahuan dan peningkatan kompetensi yang membawa implikasi
peningkatan karier guru atas pencapaian standar kinerja penilaian. Akuntabilitas kinerja guru
menjadi tantangan sebagai agen pembelajaran dan profesi pendidik. Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan bukanlah sekedar memenuhi standar minimal penilaian kinerja
guru melainkan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. pengembangan keprofesian
berkelanjutan dari guru
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, Prinsip Keilmuan,
Organisasi Profesi, Masyarakat, Sekolah dan Almamater.

Kata Kunci : Guru, Akuntabilitas, Pengembangan, Keprofesian, Berkelanjutan,

Pendahuluan

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Sebagai agen pembelajaran (learning agent), guru harus mengembangkan diri
menjadi fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan inspirator belajar bagi

peserta didik. Hal ini membawa implikasi guru secara terur menerus melakukan pembaruan
diri agar sebagai agen selalu memberikan informasi up to date dan merekayasa pembelajaran
(learning re engineering) yang bermakna bagi peserta didik. Hal ini menjadi penting untuk

merespon perubahan lingkungan pembelajaran sebagai dampak dari arus informasi dalam
perpektif globalisasi dan kemajuan teknologi.
Guru berkedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU 14
Tahun 2005). Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan
sertifikat pendidik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti
bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis
dan jenjang pendidikan tertentu. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
2


tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi

program sarjana atau program diploma empat.

Kompetensi guru meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan oleh

perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan

yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalitas sebagai berikut ( UU 14 Tahun 2005)
a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan

akhlak mulia;
c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas;
d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat;
h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
dan
i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Aplikasi teknologi informasi dan internalisasi nilai-nilai sosial, budaya, ekonomi dn
politik tidak akan merubah secara total fungsi guru sebagai aktor dan agen dalam
pengembangan peserta didik. Kehadiran guru diperlukan baik melalui tatap muka di kelas,
pembimbing di laboratorium, pengarah aplikasi teknologi informasi dan pendamping
penelitian lapang. Guru menjadi nara sumber dan evaluator serta pengembang dari setiap
kegiatan PBM. Demikian halnya respon peserta didik terhadap nilai-nilai kehidupan (sosial,
budaya, ekonomi, hukum dan politik) memerlukan arahan dalam bentuk standar yang
menjadi acuan dari setiap keputusan peserta didik. Refleksi atas nilai-nilai diperlukan

referensi dan pengalaman dari guru yang mendorong peserta didik menetapkan keputusan
terbaik dalam kehidupannya.

Dalam hal ini Ismanto (2014:9) menyatakan bahwa Arus

globalisasi yang ternyata sering bersifat paradoksikal, yakni di satu sisi membawa efek
penyeragaman, tapi di sisi lain menumbuhkan kuatnya kesadaran identitas kelompok, ternyata
juga menambah tajam fragmentasi sosial.
3

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru
yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, secara bertahap, berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitas guru. Pengembangan keprofesian berkelanjutan mencakup
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan
karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. ( Kemendikbud : 2012:5). Dengan
demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan
keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. Pembelajaran
yang berkualitas diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
peserta didik.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan salah satu bagian penting dari
proses pengembangan profesionalisme guru yang diperlukan untuk memberikan layanan
pendidikan yang berkualitas dan secara individu untuk peningkatan karirnya. Pengembangan
keprofesian berkelanjutan wajib dilaksanakan oleh semua guru, karena selain untuk
peningkatan dan pengembangan profesionalitas guru juga diperhitungkan sebagai salah satu
unsur utama dalam peningkatan jenjang jabatan fungsional guru. Oleh sebab itu, pelaksanaan
pengembangan keprofesian berkelanjutan perlu dilakukan secara sistematis dan terstruktur
dengan melibatkan semua pihak terkait.
Guru adalah bagian integral dari organisasi pendidikan di sekolah. Sebuah organisasi,
termasuk organisasi pendidikan di sekolah, perlu dikembangkan sebagai organisasi
pembelajar, agar mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang merupakan ciri
kehidupan modern. Salah satu karakter utama organisasi pembelajar adalah senantiasa
mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri
dalam rangka mempertahankan eksistensinya.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan menjadi bagian integral dari tugas guru
sehari-hari yang berorientasi kepada keberhasilan peserta didik. Cakupan materi untuk
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus kaya dengan materi akademik,
metode pembelajaran, penelitian pendidikan terkini, teknologi dan/atau seni, serta berbasis
pada data dan hasil pekerjaan peserta didik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran (Permendikbud 2012:10).

Pengembangan

keprofesian

berkelanjutan

mencakup

kegiatan

perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan karakteristik,
4

pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Sebagai agen pembelajaran diperlukan task
force yang jelas, terukur dan akuntabel. Output layanan guru adalah meningkatnya

kemampuan peserta didik dalam setiap tahapan pembelajaran. Pengembangan karier dan
keprofesian guru harus berdampak positif dalam peningkatan mutu pendidikan. Ini berarti

bahwa terdapat sinergisitas peningkatan profesi dan karier guru dengan meningkatnya mutu
pendidikan – pembelajaran atas segala aktivitas guru.

PKB

Gambar : 1. Tahapan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Setiap guru berhak mendapat kesempatan dan wajib mengembangkan diri secara
teratur, sistematis, dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesinya.
Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesian berkelanjutan dengan minimal jumlah jam per tahun sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau
sekolah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu. Untuk menghindari
kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, maka proses
perencanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dimulai dari sekolah
(Kemendikbud 2012 :15-16). Pengembangan diri bukan tanggung jawab pribadi. Pemerintah
dan Pemerintah Daerah bahkan Penyelenggara Pendidikan Masyarakat (swasta) turut
bertanggung jawab dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan. Kesadaran diri guru
sangat penting dan mendasar agar setiap langkah dalam mengawali pengembangan profesi

guru dapat dipersiapkan dengan baik. Kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
mendukung pembiayaan melalui APBN/D serta implikasi

penghargaan atas kenaikan

pangkat / jabatan menjadi inherent dalam pengembangan profesi guru. Dengan demikian,
5

akan semakin jelas positioning guru sebagai profesi bukan komoditas politik. Artinya bahwa
penetapan hak-hak guru bukan karena keputusan politik semata melainkan sebagai
remunerasi atas kinerja prestasi yang dicapai setiap guru. Hal ini membawa implikasi
siapapun MPR, DPR, DPD, DPRD, Presiden, Gubernur dan Bupati / Walikota tidak akan
begitu mudah untuk mereposisi implikasi dari sertifikasi pendidik.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan dapat dilakukan di internal sekolah,
eksternal-antar sekolah maupun melibatkan kepakaran lain yang dimungkinkan untuk
dilakukan melalui jaringan virtual (Kemendikbud 2012 :18). Kegiatan di Sekolah seperti
program induksi, mentoring, pembinaan, observasi pembelajaran, kemitraan pembelajaran
dan berbagai pengalaman pengembangan sekolah baik perencanaan, implementasi dan
evaluasi monitoring program sekolah. Jaringan Sekolah yang dikembangkan dengan kegiatan
Kelompok Kerja Guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran / Bimbingan Konseling, K3S,

KKPS, MKPS serta jaringa virtual. Pengembangan melalui dukungan pakar seperti asosiasi
profesi, asosiasi guru kelas, guru mata pelajaran, LPMP, LPTK, peneliti dan pengembang
pendidikan.
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, unsur kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi: a. Pengembangan Diri, Publikasi Ilmiah
dan Karya Inovatif. Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme
diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui diklat fungsional dan/atau
kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Publikasi
ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk
kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga)
kelompok, yaitu: 1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi
ilmiah,

baik

yang

diselenggarakan

pada

tingkat

sekolah,

KKG/MGMP/MGBK,

kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. 2) Publikasi ilmiah berupa hasil
penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis
hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran,
tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya inovatif adalah
karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi
6

guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia
pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi
tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat
pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada
tingkat nasional maupun provinsi.
Akuntabilitas Pengembangan Profesi Guru
Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa,
dan kode etik profesi (Permendikbud 2012:16). Ini berarti bahwa setiap guru memiliki hak
yang sama dalam pengembangan diri sebagai profesi pendidikan / pengajaran. Kesempatan
ini perlu dipertanggungjawabkan dalam kesadaran diri guru sebagai agen pembelajaran dan
pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Penetapan guru sebagai profesi, setara dengan profesi lain seperti Dokter, Notaris,
Akuntan, Psikolog dan profesi lainnya. Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada Guru sebagai tenaga profesional.

Sertifikasi dilakukan

kepada pendidik yang memenuhi kualifikasi pendidikan Strata 1 / Diploma IV, menguasai
kompetensi pribadi, sosial, pedagogik dan profesional, serta sehat jasmani dan rohani.
Guru bukanlah peneliti dan pengembang pendidikan dan atau pembelajaran.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Menurut UU 14 Tahun 2005, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.

Sementara itu Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan

dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Memperhatikan konsepsi dan kedudukan

guru tersebut menjadi

persoalan potensial dalam publikasi ilmiah dan karya inovasi. Publikasi ilmiah diperlukan
7

kemampuan metodologi, penelitian lapang, analisis data, penulisan laporan serta
mempublikasikan dalam karya tulis dan forum ilmiah. Sejak studi S-1 LPTK atau non
LPTK, guru tidak pernah disiapkan secara kurikuler sebagai peneliti dan atau penulis karya
ilmiah. Sebelum terbitnya UU 14 Tahun 2005, kompetensi lulusan PTK dalam bidang
penelitian adalah memiliki kemampuan melakukan penelitian dan menafsirkan hasil
penelitian untuk kepentingan pengembangan pendidikan/pengajaran. Kemampuan ‘inovasi’
diperlukan penguasaan keilmuan yang ‘dalam’ dan ketrampilan dalam merancang,
eksperimen, perbaikan (improvisasi), implementasi dan pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan atau seni. Diperlukan komitmen, keteguhan diri dan sikap inkuiri dalam
melihat kebutuhan dan merancang pemecahan masalah di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dibutuhkan motivasi dan komitmen diri
dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Menurut Hoy K Wayne and Patrick B.
Forsyth (2003: 201), terdapat 6 kebutuhan dasar bagi guru yaitu achivement (prestasi),
recognition (pengakuan), work itself (pengakuan diri), responsibility (tanggung jawab),
advancement (pengembangan), and growth possibility (kemungkinan pertumbuhan).

Komitmen diri direfleksikan dan dinyatakan dalam bentuk kegiatan yang relevan dengan
pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. Sedangkan Alam (2011:303)
menyebutkan 4 faktor yang memotivasi guru yaitu : a. Income status; b. Importance in the
society; c. Self confidence; d. Incentives and rewards on showing good results.

Akuntabilitas guru sebagai agen pembelajaran dalam perspektif pengembangan
keprofesian berkelanjutan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, Prinsip Keilmuan,
Organisasi Profesi, Masyarakat, Sekolah dan Almamater.
Tuhan

Sekolah

Masyarakat

Keilmuan

Organisasi
Profesi
Almamater

Gambar : 2. Akuntabilitas Pengembangan Keprofesian Guru
8

Panggilan moral kebenaran, kejujuran, kebaikan, apresiasi kemanusiaan kepada sang pencipta
adalah wujud pertanggungjawaban kepada Tuhan atas segala program yang relevan dengan
pengembangan keprofesian. Penguasan metodologi

dan filsafat

mendasari penelitian,

publikasi ilmiah dan karya inovasi guru. Inquiry – discovery merupakan wujud pembaharuan
diri guru sebagai agen pembelajaran yang selalu merefleksikan kebaruan informasi kepada
peserta didik. Prinsip dan prosedur pengembangan keilmuan dalam tata krama organisasi
profesi memberikan rambu-rambu dalam pengembangan diri guru yang profesional.
Masyarakat sebagai lingkungan sosial akan memberikan respon atas kontribusi guru dari
hasil pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovasi. Sekolah menjadi bagian utama
karier guru sebagai agen pembelajaran. Nilai tambah (value added) atas pengembangan karier
guru direfleksikan dalam bentuk Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan baik
pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovasi dilaksanakan secara berkelanjutan.
Hal ini menjadi penting untuk mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme para
guru Indonesia. Ini berarti Penilaian Kinerja Guru tidak sekedar untuk pemenuhan angka
kredit, melainkan sebagai wujud akuntabilitas (pertanggungjawaban) profesi pendidik.
Dengan demikian, sertifikasi pendidik tidak identik peningkatan kesejahteraan guru
melainkan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan melalui sertifikasi.

Daftar Pustaka
Alam, Muhammad Tayyab and Sabeen Farid, 2011, Factors Affecting Teachers Motivation,
International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 1; January 2011
Hoy, K. Wayne and Patrick B. Forsyth, 2003, Effektive Supervision (Theory into Practices),
New York, Inc. Publisher
Ismanto, Bambang, 2014, Membangun Kurikulum Pendidikan Dalam Kemartabatan Bangsa
Indonesia, Disajikan Sebagai Call Paper pada Seminar Nasional Pendidikan Untuk
Perubahan Masyarakat, Dies Natalis FIP, Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 27
September 2014
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2012, Pembinaan Dan Pengembangan Profesi
Guru, Buku 1 Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan DanKebudayaan Dan Penjaminan
Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomer : 74 Tahun 2005, Tentang
Guru
Pemerintah Republik Indonesia, Undang - Undang Nomer : 14 Tahun 2005, Tentang Guru
dan Dosen
9

10

Dokumen yang terkait