Peraturan Presiden no 55 th 2005

PERA TURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 55 TAHUN 2005
TENTANG
HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI

DENGAN RAHMA T TUHAN YANG MAHA ESA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ,

Menimbang

: a.

bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan negara yang
semakin berat dalam penyediaan dan pengadaan Bahan Bakar Minyak
di dalam negeri, perlu mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak dalam
negeri;

b. bahwa

untuk


melaksanakan

pengurangan

subsidi

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu dilakukan penyesuaian atas harga jual
eceran Bahan Bakar Minyak dalam negeri dengan tetap memperhatikan
kepentingan masyarakat kurang mampu, melalui berbagai program
peningkatan kesejahteraannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai Harga Jual
Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2005;
Mengingat

: 1.


Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

2.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3986);

3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3685) sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undangundang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor

246, Tambahan Lembaran Negara

Republik

Indonesia Nomor 4048);
4.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

5.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4442);


6.

Peraturan

Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah

(Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);
7.

Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur
Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan
Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 141, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4253);


8.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha
Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara

Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4436);
9.Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pembentukan Badan
Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan
Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERA TURAN PRESIDEN TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN
BAKAR MINYAK DA LAM NEGERI.

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksudkan dengan :
1.Bahan Bakar

Minyak yang selanjutnya disebut BBM adalah Bensin

Premium, Minyak Tanah (Kerosene) dan Minyak Solar (Gas Oil) atau
nama lain yang mempunyai spesifikasi yang sama.
2.Terminal

Transit/ Instalasi/ Depot

adalah

tempat

penimbunan

dan

penyaluran BBM yang dimiliki atau dikuasai oleh PT Pertamina

(Persero) dan/ atau Badan Usaha lainnya yang mendapat penugasan.
3.Stasiun pengisian BBM adalah setiap tempat

untuk menyediakan dan

mendistribusikan BBM yang dimiliki atau dikuasai oleh PT Pertamina
(Persero) dan/ atau Badan Usaha lainnya yang mendapat penugasan.
4.M id Oil Platt s Singapore (MOPS) adalah harga transaksi jual beli pada
bursa minyak di Singapura.
5.Harga Keekonomian adalah harga yang dihitung setiap bulan berdasarkan
MOPS rata-rata pada periode satu bulan sebelumnya ditambah 15 %
(lima belas per seratus).
6.Badan Pengatur adalah suatu badan yang dibentuk untuk melakukan
pengaturan dan pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian
Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi serta Pengangkutan Gas Bumi
Melalui Pipa pada kegiatan Usaha Hilir.
7.Usaha Kecil adalah Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Pasal 2
(1) Harga jual eceran Minyak Tanah (Kerosene) untuk Rumah Tangga dan
Usaha Kecil di titik serah, termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

untuk setiap liter ditetapkan Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah).
(2) Harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) untuk
Usaha Kecil,

Transportasi, dan

Pelayanan Umum di titik serah

termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk setiap liter ditetapkan
sebagai berikut :
a.

Bensin Premium

: Rp 4.500,00 (empat ribu lima ratus
rupiah);

b.

Minyak Solar (Gas Oil)


:

Rp 4.300,00 (empat ribu tiga ratus
rupiah).

(3) Harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk Transportasi darat termasuk
sungai, danau, dan penyeberangan sudah termasuk Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBBKB).
(4) Rincian Rumah Tangga, Usaha Kecil, Transportasi dan Pelayanan
Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Presiden ini.

Pasal 3
Harga jual eceran BBM untuk Kapal Berbendera Asing dan kapal tujuan luar
negeri diberlakukan harga pasar internasional yang ditetapkan oleh Direktur
Utama PT Pertamina (Persero) atau Badan Usaha lainnya.

Pasal 4

Penetapan Titik Serah dan tata cara pembayaran BBM berpedoman pada
ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran III
Peraturan Presiden ini.

Pasal 5
(1) Semua BBM sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden ini
dan/ atau campurannya dilarang diangkut dan/ atau diperdagangkan ke
luar negeri.
(2) Apabila diperlukan PT Pertamina (Persero) dapat mengekspor BBM
setelah terlebih dahulu mendapat izin Menteri Perdagangan.

(3) Izin Menteri Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan setelah mendapatkan rekomendasi dari Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral.

Pasal 6
Badan Usaha dan masyarakat dilarang melakukan penimbunan dan/ atau
penyimpanan serta penggunaan BBM yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.


Pasal 7
Badan Usaha dan masyarakat yang melakukan pelanggaran atas ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8
(1) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Menteri Keuangan
mengatur lebih lanjut ketentuan yang diperlukan bagi pelaksanaan
Peraturan Presiden ini sesuai dengan tugas dan kewenangan masingmasing.
(2) Badan Pengatur melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap
kelancaran pelaksanaan pendistribusian BBM.

Pasal 9

(1) Harga jual eceran Bahan Bakar Minyak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, selanjutnya disesuaikan dengan harga keekonomian yang dapat
berupa kenaikan atau penurunan harga.

(2) Penyesuaian harga jual eceran Bahan Bakar Minyak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral berdasarkan hasil kesepakatan instansi terkait yang
dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Pasal 10
Pada saat berlakunya Peraturan Presiden ini, Peraturan Presiden Nomor 22
Tahun 2005 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri
dan peraturan pelaksanaannya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 11
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 2005.

Dit
eta
pk
an
di
Jak
art
a
pa
da
tan
gga
l
30
Sep
te
mb
er
200
5
PR
ESI
DE
N
RE

PU
BLI
K
IN
DO
NE
SI
A,

ttd.
DR
. H.
SU
SIL
O
BA
MB
AN
G
YU
DH
OY
ON
O

Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan
Perundang-undangan,

Lambock V. Nahattands

LAMP
IRAN
I
PERA
TURA
N
PRESI
DEN
REPUB
LIK
INDO
NESIA
NOM
OR 55
TAHU
N 2005
TANG
GAL
30
Septem
ber
2005

RINCIAN RUMAH TANGGA, USAHA KECIL, TRANSPORTASI,
DA N PELAYANA N UMUM

KONSUM EN PENGGUNA

URA IA N

Konsumen
Rumah Tangga

yang

menggunakan

minyak

tanah

(Kerosene) untuk memasak dan penerangan dalam
lingkup Rumah Tangga.

Konsumen

yang

menggunakan

Minyak

Tanah

(Kerosene), Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas
Oil) terdiri dari :

a. Usaha

kecil

setelah

diverifikasi

instansi

berwenang dapat diberikan kebutuhan BBM
paling banyak 8 kiloliter/ bulan/ Unit Usaha Kecil;
Usaha Kecil
atau
b. Nelayan yang mengkonsumsi Minyak Solar (Gas
Oil) dengan menggunakan kapal maksimum 30

GT yang mengkonsumsi Minyak Solar (Gas Oil)
paling

banyak

25

(dua

puluh

lima)

kiloliter/ bulan.

KONSUM EN PENGGUNA

URA IA N

Konsumen yang menggunakan Bensin Premium dan
Minyak Solar (Gas Oil) terdiri dari :
a.

Segala

bentuk

sarana

transportasi

darat

(kendaraan bermotor, kereta api) yang digunakan
untuk angkutan umum dan angkutan sungai,
danau, dan penyeberangan (ASDP);

Transportasi
b.

Kapal berbendera nasional dengan trayek dalam
negeri;

c.

Kendaraan bermotor milik TNI/ Polri, Instansi
Pemerintah/ Swasta, Kapal milik Pemerintah/
TNI/ Polri; atau

d. Kendaraan bermotor milik pribadi.

Konsumen yang menggunakan Bensin Premium dan
Minyak Solar (Gas Oil) terdiri dari :
Pelayanan Umum

Rumah

Sakit,

Sarana

Pendidikan/

Sekolah/ Pesantren, Tempat Ibadah, Krematorium,
Sarana Sosial, dan Kantor Pemerintahan.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan
Perundang-undangan,

Lambock V. Nahattands

LAMPI
RAN
II
PERAT
URAN
PRESI
DEN
REPUB
LIK
INDO
NESIA
NOM
OR 55
TAHU
N 2005
TANG
GAL
30
Septem
ber
2005

PENETAPA N TITIK SERAH DAN TATA CARA PEMBAYARAN BBM

Titik Serah (Custody Transfer Point) BBM

1.

Titik Serah (Custody Transfer Point) Minyak Tanah (Kerosene) untuk rumah tangga dan
Usaha Kecil adalah pada Terminal Transit/ Instalasi/ Depot dengan harga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden ini.

2.

Titik Serah (Custody Transfer Point) Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) untuk
Usaha Kecil, Transportasi, dan Pelayanan Umum adalah pada Stasiun Pengisian BBM,

Terminal Transit/ Instalasi/ Depot dengan harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) Peraturan Presiden ini.
3.

Titik Serah (Custody Transfer Point) Minyak Solar (Gas Oil) untuk kapal berbendera asing
dan kapal tujuan luar negeri dilakukan melalui Bunker/ Agen Bunker/ PT Pertamina
(Persero) dan/ atau Badan Usaha lainnya.

4.

Titik Serah (Custody Transfer Point) Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) untuk
industri, pertambangan, pembangkit listrik, dan konsumen lainnya

dilakukan melalui

Terminal Transit/ Instalasi/ Depot.

Tata Cara Pembayaran BBM

1.

Tata cara pembayaran atas penjualan/ penyerahan BBM sebagaimana dimaksud

dalam

Pasal 2 Peraturan Presiden ini, ditetapkan oleh PT Pertamina (Persero) atau Badan Usaha
lainnya yang mendapat penugasan.
2.

PT Pertamina (Persero) atau Badan Usaha lainnya yang mendapat penugasan bertanggung
jawab atas pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembayaran BBM sebagaimana
dimaksud dalam angka 1.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan
Perundang-undangan,

Lambock V. Nahattands

LAMPI
RAN
III
PERAT
URAN
PRESI
DEN
REPUB
LIK
INDO
NESIA
NOM
OR
55
TAHU
N 2005
TANG
GAL
30
Septem
ber
2005

PENGGOLONGAN JENIS, TITIK PENYERAHAN, DA N KONSUMEN BBM

JENIS BBM

TITIK PENYERAHAN

KONSUM EN PENGGUNA

Rumah Tangga dan Usaha
Minyak Tanah (Kerosene)

Terminal Transit/ Instalasi/ Depot
Kecil

Bensin Premium,
Minyak Solar (Gas Oil)

Bensin Premium,
Minyak Solar (Gas Oil)

Stasiun Pengisian BBM, Terminal
Usaha Kecil
Transit/ Instalasi/ Depot

Stasiun Pengisian BBM, Terminal

Transportasi dan Pelayanan

Transit/ Instalasi/ Depot

Umum

Kapal berbendera asing dan
Minyak Solar (Gas Oil)

Bunker/ Agen Bunker
kapal tujuan luar negeri

Industri, Pertambangan,
Bensin Premium,
Terminal Transit/ Instalasi/ Depot
Minyak Solar (Gas Oil)

Pembangkit Listrik, dan
Konsumen lainnya *)

*) Selain Konsumen untuk Rumah Tangga, Usaha Kecil, Transportasi,
Pelayanan Umum, kapal berbendera asing, dan kapal tujuan luar
negeri.

PR
ESI
DE
N
RE
PU
BLI
K
IN
DO
NE
SI
A,

ttd
DR
. H.
SU
SIL
O
BA
MB
AN

G
YU
DH
OY
ON
O
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan
Perundang-undangan,

Lambock V. Nahattands