T1 232009086 Full text

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan
penerimaan negara guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan
ekonomi masyarakat. Untuk memperlancar pembangunan nasional maka dibutuhkan
dana dari penerimaan negara sebagai sumber untuk pembiayaan pembangunan nasional
salah satunya melalui pemungutan pajak daerah..
Dengan adanya otonomi daerah, pembiayaan daerah tidak hanya berasal dari
pemerintah pusat saja tetapi juga dari daerahnya sendiri. Sehingga pemerintah harus
berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah itu sendiri. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
Pendapatan daerah merupakan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Salah satu pos
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam anggaran pendapatan belanja daerah (APBD)
adalah pajak daerah. Menurut Tjip Ismail, Pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah.
Salatiga adalah salah satu kota di provinsi Jawa Tengah. Guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah maka Pemerintah Kota Salatiga

berusaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah salah satunya melalui pajak
daerah. Jenis-jenis pajak daerah kota Salatiga adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Sarang Burung
Walet.
Salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah yang diperoleh dari pajak hotel.
Pemerintah Kota Salatiga mempunyai peluang untuk mengoptimalkan pendapatan
daerah khususnya yang bersumber dari pajak daerahdalam hal ini pajak hotel. Pajak
hotel merupakan salah satu bagian dari pajak daerah yang memberikan kontribusi yang
1

cukup besar bagi pendapatan daerah Kota Salatiga. Berdasarkan laporan penelitian
CEMSED Tahun 2013 tentang Pontensi Pajak Hotel, Pajak Hiburan dan Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan

(IMB) Kota Salatiga disebutkan bahwa hasil perhitungan

realisasi penerimaan pajak hotel pada tahun 2012 adalah Rp. 1.467.828.000, jumlah
tersebut masih jauh dibawah perhitungan potensi pajak hotel yang berkisar Rp.
3.859.383.819 sampai dengan Rp. 4.712.448.399.


Pajak hotel adalah pajak atas

pelayanan yang disediakan oleh hotel. Menurut Peraturan Daerah Kota Salatiga No.11
Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan
oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel
yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas ruang
pertemuan, olahraga dan hiburan. Dalam melakukan pemungutan pajak hotel, proses
pemungutannya tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, sehingga sistem
pemungutan yang digunakan adalah self assessment system. Dalam sistem ini wajib
pajak bersifat aktif, sedangkan fiskus (pemerintah) hanya mengawasi. Penagihan Self
assessment system dilaksanakan sedini mungkin sejak timbulnya hutang pajak atau
sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak.
Dalam menyelenggarakan urusan-urusan yang menyangkut bidang pendapatan
daerah sangat diperlukan keberadaan Dinas Pendapatan, Pengeloaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kota Salatiga sebagai instansi pemerintah yang berperan sangat
penting untuk membantu dalam melaksanakan pembangunan daerah. Pemerintah daerah
harus mampu menggali serta mengoptimalkan potensi sumber-sumber pendapatan asli
daerah untuk membiayai sektor pembangunan demi kemandirian daerah, dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sarana dan
prasarana daerah.

Dalam beberapa tahun terakhir ini nampak adanya pertambahan jumlah hotel
maupun usaha yang sejenisnya di Kota Salatiga. Dari kenyataan ini maka pendapatan
asli daerah yang bersumber dari hotel harus menunjukkan adanya peningkatan. Oleh
karena itu penagihan atas piutang pajak juga harus dioptimalkan. Salah satu upaya
DPPKAD Kota Salatiga yaitu memaksimalkan penagihan piutang pajak kepada wajib
pajak atau penanggung pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000

2

tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, penagihan pajak adalah serangkaian
tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
dengan menegur atau rnemperingatkan melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Sistem pengendalian
internal sangat berperan dalam rangka penagihan piutang pajak hotel dimana tujuannya
untuk menjaga aset organisasi, memeriksa ketelitian dan kebenaran akuntansi,
mendorong efisiensi serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pajak hotel yang diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “

Sistem Pengendalian Internal Penagihan Piutang Pajak Hotel Kota Salatiga ”.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dalam penelitian ini
masalah yang perlu di teliti adalah “Bagaimanakah sistem pengendalian internal
penagihan piutang pajak hotel oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kota Salatiga.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian internal
penagihan piutang pajak hotel oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) kota Salatiga, sehingga dapat meningkatkan kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah kota Salatiga.
Manfaat dari penelitian ini: 1) Bagi akademisi, diharapkan dapat memberi
informasi mendalam mengenai sistem pengendalian penagihan piutang pajak daerah
Kota Salatiga. 2) Bagi Pemerintah Daerah, diharapkan dapat memberi sumbangan
pemikiran bagi pemerintah daerah tentang bagaimana meningkatkan kinerja yang baik
dalam melaksanakan penagihan piutang pajak. 3) Bagi Masyarakat, diharapkan dapat
digunakan sebagai informasi agar masyarakat mempunyai kesadaran akan pentingnya
membayar pajak dan sebagai motivasi dalam melaksanakan kewajibannya sebagai
masyarakat Indonesia.

3


LANDASAN TEORI
Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal menurut AICPA ( American Institute of Certified
Public Accountants ) yang dikutip oleh Bambang Hartadi menyebutkan, sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuanketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta
kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya
meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang
telah diterapkan. Menurut Commitee Of Sponsoring Organization (COSO) yang dikutip
oleh Haryono Jusup menyebutkan, pengendalian internal adalah suatu proses yang
dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha lainnya, yang
dirancang untuk mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal
keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku, serta efektifitas dan efisiensi operasi.
Konsep Dasar Sistem Pengendalian Internal
Konsep-konsep dasar yang terkandung dalam definisi pengendalian internal diatas
adalah sebagai berikut:
-

Pengendalian internal adalah suatu proses. Pengendalian internal merupakan cara
untuk mencapai suatu tujuan. Pengendalian intern terdiri dari serangkaian

tindakan yang melekat dan terintergrasi dalam infrastruktur satuan usaha.

-

Pengendalian internal dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian internal bukan
hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi juga
orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk dewan
komisaris, manajemen, serta personil lainnya.

-

Pengendalian internal diharapkan hanya memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan penuh, bagi manajemen dan dewan komisaris satuan usaha karena
adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh sistem
pengendalian internal dan perlunya mempertimbangkan biaya dan manfaat yang
bersangkutan dengan penetapan pengendalian tersebut.
4

-


Pengendalian internal adalah alat untuk mencapai tujuan-tujuan dalam berbagai
hal yang satu sama lain tumpang-tindih yaitu pelaporan keuangan, kesesuaian dan
operasi.

Komponen Pengendalian Internal
Marshall Romney dan Paul Jhon Steinbart mengemukakan bahwa terdapat lima
komponen pengendalian internal menurut Commitee Of Sponsoring Organization
(COSO) yang saling berhubungan:
1.

Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian terdiri dari faktor-faktor berikut ini:
-

Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika
Pengendalian ini berhubungan dengan kompetensi setiap pegawai dan
tingkat kesadaran pegawai dalam bekerja yang diekspresikan dalam sikap
maupun tingkah lakunya. Setiap pegawai harus mencerminkan nilai-nilai
etika seperti bertindak jujur dan bertangung jawab serta tegas untuk
memberikan sanksi terhadap pegawai jika terdapat melakukan pelanggaran.


-

Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi
Semakin bertanggung jawab filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi
mereka, maka semakin besar kemungkinan pegawai bertanggung jawab
dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi.

-

Struktur organisasional
Struktur organisasi perusahaan menetapkan garis otoritas dan tanggung
jawab, serta menyediakan kerangka umum untuk perencanaan, pengarahan,
dan pengendalian operasinya.

-

Badan audit dewan komisaris
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi struktur pengendalian
intern perusahaan, proses pelaporannya, dan kepatuhan terhadap hukum,

peraturan dan standar yang terkait.

-

Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab

5

Otoritas dan tanggung jawab dapat diberikan melalui deskripsi pekerjaan
secara formal, pelatihan pegawai dan rencana operasioanl, jadwal dan
anggaran. Salah satu alat yang penting untuk memberikan otoritas dan
tanggung jawab adalah buku pedoman kebijakan dan prosedur.
-

Kebijakan dan praktik-praktik dalam sumber daya manusia
Pengendalian ini behubungan dengan pelatihan, evaluasi, dan promosi
pegawai. Para pegawai harus mendapatkan pelatihan agar lebih memahami
tugas dan tanggung jawab serta prosedur organisasi. Pegawai juga dapat
dipromosikan berdasarkan seberapa baik tingkat kinerja mereka, atau bila
perlu pegawai diberikan penghargaan atas kinerja mereka yang baik

sehingga pegawai semakin termotivasi dan loyal terhadap pekerjaannya.

2.

Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur pengendalian merupakan aktivitas pengendalian yang
harus dibuat dan dilaksanakan untuk membantu memastikan bahwa tindakan yang
diidentifikasi oleh pihak manajemen untuk mengatasi risiko pencapaian tujuan
organisasi, dijalankan secara efektif. Secara umum, prosedur pengendalian adalah
sebagai berikut:
-

Otorisasi yang memadai
Tujuan dalam pengotorisasian yang memadai adalah untuk menjamin bahwa
kejadian-kejadian atau transaksi-transaksi telah diotorisasi oleh pihak
manajemen yang berwenang.

-

Pemisahan tugas

Tugas-tugas dipandang tidak bisa dirangkap dari sudut pengendalian apabila
terdapat kemungkinan seseorang melakukan kekeliruan. Pemisahan tugas
dapat meningkatkan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan.

-

Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai
Dokumen dan catatan merupakan bukti atas kejadian maupun transaksi.
Contoh dokumen maupun catatan adalah formulir, faktur, blangko, cek dan
surat-surat penting lainnya. Dokumen yang bernomor urut juga bermanfaat

6

dalam pengendalian. Dokumen dan catatan yang memadai dapat
memberikan informasi yang relevan.
-

Penjagaan aset dan catatan yang memadai
Pengendalian ini berhubungan dengan alat-alat atau aturan pengamanan atas
aktiva, dokumen-dokumen, catatan-catatan, dan program komputer atau file.
Aktivita ini juga meliputi perhitungan aktiva secara periodik dan
membandingkannya dengan jumlah yang tercantum dalam catatan.

-

Pemeriksaan independen atas kinerja
Pemeriksaan atau pengecekan independen berhubungan dengan verifikasi
atas pekerjaan yang dilakukan sebelumnya oleh orang lain atau bagian lain,
atau kebenaran penilaian dari jumlah yang dicatat.

3.

Penilaian Risiko
Penilaian terhadap risiko menggunakan langkah-langkah strategi sebagai berikut:
-

Perkiraan risiko
Risiko yang besar dapat disebabkan karena probabilitas kemunculan risiko
tersebut lebih besar, sebaliknya risiko yang kecil disebabkan probabilitas
kemunculan risiko tersebut juga rendah.

-

Identifikasi pengendalian
Ada tiga fungsi pengendalian internal yaitu pengendalian pencegahan
(preventive control), pengendalian pemeriksaan (detective control) dan
pengendalian

korektif

(corrective

control)

yang

bertujuaan

untuk

melindungi dari risiko. Untuk mengidentifikasi pengendalian pihak
manajemen perlu mempertimbangkan keefektivan dan waktunya. Ketiga
pengendalian ini saling melengkapi dan sistem pengendalian internal yang
baik perlu menggunakan ketiga pengendalian ini.

4.

Informasi dan Komunikasi
Komponen ini menjelaskan bahwa informasi dan komunikasi memungkinkan
orang-orang dalam organisasi untuk mendapatkan dan bertukar informasi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelolah, dan mengendalikan operasinya.

7

-

Informasi yang relevan
Perlunya

menggunakan

informasi

yang

relevan

selain

membantu

meningkatkan pengendalian juga dapat memberikan informasi keuangan yang
andal sehingga laporan keuangan dapat disajikan dengan tepat.
-

Komunikasi dengan pihak dalam dan luar organisasi
Komunikasi antar pihak dalam dan luar organisasi berfokus kepada
penyampaian permasalahan atas pengendalian internal. Jika ada masalah atau
keluhan dari dalam maupun dari luar organisasi dapat dikomunikasikan
dengan baik.

5.

Pengawasan
Komponen ini menjelaskan bahwa seluruh proses harus diawasi, proses yang
menentukan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, dan
melakukan evaluasi secara terpisah. Metode yang utama dalam mengawasi kinerja
yaitu supervisi yang efektif, pelaporan yang bertanggung jawab dan audit internal.
-

Supervisi yang efektif
Supervisi yang efektif mencakup melatih dan mendampingi pegawai,
mengoreksi kesalahan, dan melindungi aset dengan cara mengawasi
pegawai yang memiliki akses ke hal-hal tersebut.

-

Pelaporan yang bertanggung jawab
Laporan kinerja yang membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang
direncanakan.

-

Audit internal
Audit internal mencakup peninjauan ulang keandalan dan integritas
informasi

keuangan

dan

operasional

serta

menyediakan

penilaian

keefektifan pengendalian internal.
Pajak Hotel
Pajak hotel merupakan salah satu bagian dari pajak daerah yang merupakan
sumber pendapatan asli daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga No.11

8

Tahun

2011 tentang Pajak Daerah, Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang

disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, rumah penginapan dan yang sejenisnya,
serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh) kamar. Objek pajak hotel
adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas ruang pertemuan, olahraga, dan hiburan. Wajib pajak
hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Tarif pajak hotel
ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen), selain hotel 5% (lima persen). Jangka waktu
untuk menghitung dan melaporkan pajak hotel terutang adalah 1 (satu) bulan kalender.
Penagihan Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kota/ Kabupaten
Piutang pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak yang belum
dilunasi oleh wajib pajak sampai dengan akhir periode. Timbulnya nilai piutang pajak
diketahui berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang pada akhir periode
belum dilakukan pembayaran oleh wajib pajak.
Penagihan adalah perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, karena
wajib pajak tidak mematuhi Undang-Undang pajak khususnya pembayaran pajak
terutang (Achmad Tjahjono dan Muhammad Husein). Penagihan pajak merupakan
tindakan dalam penegakan hukum agar wajib pajak membayar atau melunasi pajak
terutangnya sampai dengan batas waktu yang ditetapkan. Penagihan piutang pajak
merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah agar wajib pajak
membayar atau melunasi tunggakan piutang pajak sesuai dengan waktu yang
ditentukan.Penagihan piutang pajak bukanlah hal yang mudah, jika terjadi
ketidaksepakatan antara wajib pajak dengan kantor pajak, maka wajib pajak berhak
melakukan banding. Tindakan penagihan adalah bagian dari rangkaian kegiatan
pemungutan pajak yang bertujuan untuk merealisasikan pendapatan daerah. Penagihan
pajak mulai dengan penyerahan Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Teguran, Surat Sita

9

dan dilanjutkan dengan tindakan sita. Saat penagihan pajak adalah setelah tanggal jatuh
tempo pembayaran terdapat nilai piutang pajak yang belum dibayar atau dilunasi.
Prosedur Penagihan Pajak Daerah Kota Salatiga
1.

Walikota atau Kepala Dinas/ Kepala Bidang Penagihan menerbitkan Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD) sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan
pajak yang dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

2.

Apabila Wajib Pajak tidak membayar pajak terutang sampai dengan 14 (empat
belas) hari sejak tanggal jatuh tempo, maka akan diterbitkan Surat Teguran
sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut dalam waktu masing-masing 7 (tujuh)
hari.

3.

Apabila wajib pajak tidak membayar pajak terutang sampai dengan batas waktu
dalam Surat Teguran kali ketiga, maka akan diterbitkan Surat Paksa.

4.

Apabila sampai dengan batas waktu dalam Surat Paksa wajib pajak tidak
membayar pajak terutangnya maka akan 2 x 24 jam sesudah batas waktu Surat
Paksa akan diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

METODE PENELITIAN
Satuan Pengamatan dan Satuan Analisis
Satuan pengamatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data
dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis (Ihalauw,2003).
Satuan pengamatan dalam penelitian ini adalah piutang pajak hotel kota Salatiga.
sedangkan satuan analisis merupakan hakekat dari populasi yang tentangnya hasil
penelitian berlaku (Ihalauw, 2003). Satuan analisis dalam penelitian ini adalah kantor
DPPKAD Salatiga.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak pertama, yaitu hasil wawancara
dengan bagian penagihan pajak daerah. Sedangkan data sekunder adalah data yang
10

diperoleh melalui pihak lain maupun dari catatan atau sumber lain yang telah ada
sebelumnya yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti.
Sumber data primer diperoleh langsung dari pegawai Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Salatiga dengan melakukan
wawancara terkait prosedur penagihan piutang pajak hotel kota Salatiga. Sedangkan
sumber data sekunder diperoleh dari beberapa dokumen misalnya struktur organisasi
DPPKAD Kota Salatiga, Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Tagihan dan
Laporan realisasi penerimaan pajak daerah dan target penerimaan pajak daerah Kota
Salatiga.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pelaksanaan metode pengumpulan data yang dimaksudkan
adalah untuk mendapatkan data-data yang relevan yang terkait dengan permasalahan
penelitian ini. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
1.

Tahap penelitian pendahuluan
Penulis membuat surat ijin penelitian dan melakukan kunjungan ke Kantor Dinas
Pendapatan Pengeloaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Salatiga
untuk meminta ijin melakukan penelitian.

2.

Tahap penelitian pokok
-

Datang ke kantor DPPKAD Salatiga untuk mengumpulkan data dengan
melakukan wawancara dengan pegawai DPPKAD terkait dengan topik
penelitian.

-

Mengumpulkan dasar-dasar teori dari buku-buku dan literatur

-

Menganalisis data

Teknik dan Langkah-langkah Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif. Setelah memperoleh data primer maupun data sekunder langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis data. Adapun langkah analisis adalah sebagai berikut:

11

-

Mengidentifikasi

dan menganalisis tentang sistem pengendalian internal

penagihan pajak hotel yang dilaksanakan oleh DPPKAD kota Salatiga.
-

Mengintepretasikan tentang sistem pengendalian internal penagihan piutang pajak
hotel kota Salatiga dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak DPPKAD
kota Salatiga.

-

Membuat kesimpulan menyeluruh mengenai sistem pengendalian internal
penagihan piutang pajak hotel kota Salatiga.

ANALISIS DATA
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Kota salatiga adalah salah satu kota kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.
Kota salatiga merupakan salah satu wilayah yang strategis karena kota Salatiga berjarak
± 47 km dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah yakni Semarang, berjarak 53 km dari Solo
dan 100 km dari DI Yogyakarta. Secara morfologi wilayah kota Salatiga berada di
daerah pedalaman kaki gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya sehingga
membuat kota Salatiga cukup sejuk. Dengan demikian Kota Salatiga sangat strategis
untuk pengembangan pariwisata dan berpotensi sebagai tempat persinggahan. Beberapa
tahun terakhir Kota Salatiga mengalami peningkatan dalam pembangunan, ditunjukkan
dengan bertambahnya tempat-tempat persinggahan atau hunian yang disebut Hotel.
Struktur Organisasi DPPKAD Kota Salatiga
Struktur organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kota Salatiga, terdiri atas:
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, terdiri dari:
1. Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
2. Subbagian Keuangan
3. Subbagian Umun dan Kepegawaian
c. Bidang Pendaftaran dan Pendataan, terdiri dari:
1. Seksi Pendaftaran
12

2. Seksi Pendataan
3. Seksi Pengelolaan Data dan Dokumentasi
d. Bidang Penetapan, terdiri dari:
1. Seksi Perhitungan dan Penilaian
2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan
3. Seksi Analisa Angsuran
e. Bidang Penagihan dan Penerimaan Lain-lain, terdiri dari:
1. Seksi Penagihan
2. Seksi Keberatan
3. Seksi Penerimaan Lain-lain dan Pelaporan
f. Bidang Anggaran, terdiri dari:
1. Seksi Perencanaan Anggaran
2. Seksi Penyusunan Anggaran
3. Seksi Administrasi Anggaran
g. Bidang Verifikasi dan Bendahara, terdiri dari:
1. Seksi Verifikasi
2. Seksi Perbendaharaan
3. Seksi Administrasi Perbendaharaan
h. Bidang Akuntansi, terdiri dari:
1. Seksi Akuntansi Pendapatan
2. Seksi Akuntansi Belanja
3. Seksi Evaluasi, Pengendalian dan Pelaporan
i. Bidang Aset, terdiri dari:
1. Seksi Perencanaan dan Pengadaan
2. Seksi Pemberdayaan Aset
3. Seksi Pengamanan dan Perubahan Status Aset
Tugas Pokok Pejabat DPPKAD Kota Salatiga
Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tugas
Pokok Pejabat Struktural DPPKAD Kota Salatiga adalah sebagai berikut:

13

a.

Kepala Dinas, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan
Daerah bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan.

b.

Sekretariat, mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan teknis administratif
meliputi pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, umum, kerumahtanggaan,
perlengkapan,

pemeliharaan,

kearsipan,

ketatalaksanaan,

kehumasan,

perpustakaan, penyusunan rencana kegiatan, mengoordinasikan kegiatan dan
evaluasi serta pelaporan pelaksanaan kegiatan dinas.
1.

Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai tugas pokok
menyiapkan bahan rencana program kegiatan dan anggaran, menyajikan data
sebagai bahan evaluasi serta pelaporan kegiatan dinas.

2.

Subbagian Keuangan, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan rencana
kegiatan,

melaksanakan

pengendalian

pembiayaan,

pendapatan

dan

pengelolaan administri keuangan serta menyajikan data sebagai bahan
evaluasi.
3.

Subbagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas pokok menyiapkan
rencana kegiatan, melaksanakan administrasi umum, tata laksana, kehumasan,
perpustakaan, perlengkapan dan kepegawaian, mengendalikan kegiatan dan
menyajikan data sebagai bahan evaluasi.

c.

Bidang Pendaftaran dan Pendataan, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana kegiatan pendaftaran dan pendataan, membantu Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) penghasil yang terkait lainnya di dalam melakukan rencana
kegiatan pendataan terhadap subjek dan objek retribusi daerah dan pajak daerah,
pengelolaan dan pendokumentasian data pajak daerah, serta pengkoordinasian
guna menyajikan data sebagai bahan evaluasi dalam rangka optimalisasi
pendapatan daerah.
1.

Seksi Pendaftaran, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan rencana
pendaftaran pajak daerah serta menyajikan data hasil pendaftaran pajak
daerah sebagai bahan evaluasi dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.

2.

Seksi Pendataan, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan rencana
kegiatan pendataan potensi pajak daerah ,menyajikan data pajak daerah serta

14

pengkoordinasian penyajian hasil pendataan sebagai bahan evaluasi dalam
rangka optimalisasi pendapatan daerah.
3.

Seksi Pengelolaan Data dan Dokumentasi, mempunyai tugas pokok
menyiapkan bahan rencana kegiatan pendokumentasian data pajak serta
pengkoordinasian untuk menyajikan data sebagai bahan evaluasi dalam
rangka optimalisasi pendapatan daerah.

d.

Bidang Penetapan, mempunyai tugas pokok menyusun rencana kegiatan teknis
bidang perhitungan, penilaian, dan penetapan pajak, penerbitan SKPD atau SPPT
dan pelayanan pembayaran angsuran pajak daerah serta pengkoordinasian untuk
menyajikan data sebagai bahan analisa dan evaluasi dalam rangka optimalisasi
pendapatan daerah.
1.

Seksi Perhitungan dan Penilaian, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana

kegiatan

pengkoordinasian

perhitungan

dna

penilaian

pajak

daerah

serta

untuk menyajikan data sebagai bahan evaluasi dalam

rangka optimalisasi pendapatan daerah.
2.

Seksi Penerbitan Surat Ketetapan, mempunyai tugas pokok menyiapkan
bahan rencana kegiatan dalam rangka penerbitan surat ketetapan pajak daerah
atau surat pemberitahuan pajak terutang serta pengkoordinasian

untuk

menyajikan data sebagai bahan evaluasi dalam rangka optimalisasi
pendapatan daerah.
3.

Seksi Analisan Angsuran, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana kegiatan dalam rangka analisa pendapatan daerah dan pelayanan
permohonan angsuran pajak daerah bagi wajib pajak serta pengkoordinasian
untuk menyajikan data sebagai bahan evaluasi dalam rangka optimalisasi
pendapatan daerah.

e.

Bidang Penagihan dan Penerimaan Lain-lain, mempunyai tugas pokok menyusun
rencana teknis bidang penagihan pajak daerah, pelayanan permohonan keberatan
pajak daerah, mengevaluasi dan menggali potensi sumber penerimaan lain-lain
serta pengkoordinasian untuk meyajikan data sebagai bahan evaluasi dalam
rangka optimalisasi pendapatan daerah.

15

1.

Seksi Penagihan, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan rencana
kegiatan penagihan pajak daerah serta pengkoordianasian untuk menyajikan
data sebagai bahan evaluasi dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.

2.

Seksi

Keberatan,

mempunyai

tugas

pokok

memberikan

pelayanan

permohonan keberatan dari Wajib Pajak, menyiapkan keputusan menerima
atau menolak keberatan dan meneruskan penyelesaian permohonan banding
ke Majelis Pertimbangan Pajak, serta pengkoordinasian untuk menyajikan
data sebagai bahan evaluasi dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.
3.

Seksi Penerimaan Lain-lain dan Pelaporan, mempunyai tugas pokok
menyiapkan bahan rencana kegiatan dalam rangka penerimaan lain-lain serta
pengkoordinasian untuk menyajikan data sebagai bahan evaluasi dalam
rangka optimalisasi pendapatan daerah.

f.

Bidang Anggaran, mempunyai tugas pokok menyusun rencana keagiatan teknis di
bidang anggaran dan melaksanaan pembinaan dan pengkoordinasian penyusunan
pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) serta melakukan pengendalian, penilaian dan monitoring serta
evaluasi anggaran.
1.

Seksi Perencanaan Anggaran, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana kegiatan dan menyusun bahan kebijakan pedoman dan petunjuk
teknis perencanaan anggaran serta menyajikan data sebagai bahan evaluasi.

2.

Seksi Penyusunan Anggaran, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana kegiatan dan melaksanakan bahan kebijakan pedoman dan petunjuk
teknis penyusunan anggaran serta menyajikan data sebagai evaluasi.

3.

Seksi Administrasi Anggaran, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana kegiatan dan melaksanakan bahan kebijakan pedoman dan petunjuk
teknis administrasi anggaran serta menyajikan data sebagai bahan evaluasi.

g.

Bidang Verifikasi dan Bendahara, mempunyai tugas pokok menyusun rencana
kegiatan teknis dibidang verifikasi dan perbendaharaandan melaksanakan
pengujian atas kebenaran bukti-bukti penerimaan, penagihan, dan menyiapkan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), menyusun daftar gaji pegawai dilinkungan

16

Pemerintah Daerah serta melakukan pengendalian, penilaian dan monitoring dan
evaluasi kegiatan bidang verifikasi dan perbendaharaan.
1.

Seksi Verifikasi, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan rencana
kegiatan dan melaksanakan pemeriksaan dan penelitian atas kebenaran dan
kelengkapan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) perangkat daerah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, membuat bahan pertimbangan pengesahan
SPJ yang telah diperiksa dan diteliti serta menyajikan data sebagai bahan
evaluasi.

2.

Seksi Perbendaharaan, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan rencana
kegiatan dan melaksanakan pengujian kebenaran atas bukti dan persyaratan
lain sebagai dasar penerbitan SP2D serat menyajikan data sebagai bahan
evaluasi.

3.

Seksi Administrasi Perbendaharaan, mempunyai tugas pokok menyiapkan
bahan rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan anggaran kas, laporan
harian kas dan arus kas dan memonitor penempatan kas daerah dan cadangan
pada lembaga keuangan guna menjaga ketersediaan dana pelaksanaan APBD
serta menyajikan data sebagai evaluasi.

h.

Bidang Akuntansi, mempunyai tugas pokok menyusun rencana kegiatan teknis
bidang

akuntansi

dan

melaksanakan

pembinaan

akuntansi

penerimaan,

pengeluaran dan prognosis realisasi APBD, melakukan pengendalian, penilaian,
monitoring, dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan bidang akuntansi.
1.

Seksi Akuntansi Pendapatan, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana kegiatan dan melaksanakan akuntansi realisasi pendaptan daerah
sebagai sebagai bahan penyusunan laporan keuangan daerah serta menyajikan
data sebagai bahan evaluasi.

2.

Seksi Akuntansi Belanja, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
rencana kegiatan dan melaksanakan akuntansi realisasi belanja daerah sebagai
bahan penyusunan laporan keuangan daerah serta menyajikan data sebagai
bahan evaluasi.

3.

Seksi Evaluasi, Pengendalian dan Pelaporan, mempunyai tugas pokok
menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan administrasi, evaluasi

17

dan pengendalian dan pelaporan keuangan daerah serta menyajikan data
sebagai bahan evaluasi
i.

Bidang Aset, mempunyai tugas pokok menyusun rencana kegiatan di bidang asset
dan melaksanakan pengelolaan aset, meliputi perencanaan kebutuhan, pengadan,
pemberdayaan, dan pengamanan aset, baik aset bergerak maupun tidak bergerak.
1.

Seksi Perencanaan dan Pengadaan, mempunyai tugas pokok memyiapkan
bahan penyusunan dan pengendalian rencana kegiatan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan
Barang Milik Daerah (RKPBMD), melaksanakan Pengadaan, standarisasi
harga dan standarisasi sarana dan prasarana kerja, menerima, menyimpan dan
menyalurkan barang milik daerah serta evaluasi dan pelaporan kegiatan.

2.

Seksi Pemberdayaan Aset, mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
penyusunan dan pengendalian rencana kegiatan, melaksanakan penetapan
status penggunaan, pemanfaatan, penilaian dan pemindahtanganan serta
evaluasi dan pelaporan kegiatan.

3.

Seksi Pengamanan dan Perubahan Status Aset, mempunyai tugas pokok
menyiapkan bahan penyusunan dan pengendalian rencana kegiatan,
melaksanakan pengamanan, penatausahaan, penghapusan, pembinaan dan
pengendalian, informasi barang daerah, tuntutan ganti rugi dan perubahan
status aset, serta evaluasi dan pelaporan kegiatan.

Uraian Tugas Bidang Penagihan DPPKAD Kota Salatiga
Untuk melaksanakan tugas pokok yang sudah disebutkan diatas, Bidang
Penagihan mempunyai uraian tugas sebagai berikut:
1.

Menyusun rencana kegiatan Seksi Penagihan menurut ketentuan yang berlaku
sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

2.

Melaksanakan penagihan pajak daerah kepada wajib pajak.

3.

Melaksanakan penerbitan Surat Peringatan, Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Paksa, dan Surat Sita Jaminan Paksa.

4.

Melaksanakan penyitaan terhadap jaminan pajak.

5.

Melaksanakan operasi yustisi Pajak Daerah.

18

6.

Menyusun administrasi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dan melaporkan hasil
penagihan dengan tembusan kepada Seksi Penerimaan Lain-lain dan Pelaporan
kepada Bidang Akuntansi.

7.

Menyusun bahan laporan pelaksanaan tugas pada atasan sebagai wujud
pertanggungjawaban.

8.

Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan agar kinerja meningkat.

9.

Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan agar diperoleh hasil kerja
yang optimal.

10.

Membina dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.

11.

Menilai prestasi kinerja bawahan sebagai cerminan kerja bawahan.

12.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Dokumen dalam Penagihan Piutang Pajak Hotel
1.

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
Adalah surat yang diterbitkan oleh Bidang Penetapan yang merupakan hasil
perhitungan yang menentukan besarnya nilai pajak terutang. SKPD berisi tentang
Nama dan Alamat obyek pajak, NPWP, tanggal jatuh tempo pembayaran, dan
rincian tentang obyek pajak serta jumlah pokok pajak yang terutang.

2.

Surat Tagihan
Adalah surat yang diterbitkan oleh Bidang Penagihan yang merupakan surat
tentang pelaksanaan penagihan pajak daerah atau sanksi administratif berupa
bunga atau denda yang dilakukan terhadap Wajib Pajak. Surat Tagihan ini berisi
tentang rincian obyek pajak dan total pajak terutang yang harus segera dilunasi.

3.

Surat Teguran
Adalah surat yang diterbitkan oleh Bidang Penagihan yang merupakan surat yang
menyatakan teguran terhadap Wajib Pajak agar segera melunasi tunggakan
pajaknya. Surat Teguran terdiri atas Surat Teguran I, Surat Teguran II dan Surat
Teguran III. Surat Teguran berisi tentang rincian obyek pajak dan total pajak
terutang yang harus segera dilunasi sama dengan yang tertera di Surat Tagihan
serta peringatan akan dikenakannya sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

19

Prosedur Penagihan Piutang Pajak Hotel

20

Gambar 4.1 Prosedur Pembayaran dan Penagihan Pajak
1.

Berdasarkan SKPD, Wajib Pajak melakukan pembayaran atas pajak terutangnya
ke tempat yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Kota Salatiga yaitu ke loket
pembayaran di kantor DPPKAD yang dilaksanakan oleh Bendahara Penerimaan
dengan menggunakan Surat Tanda Setoran (STS). STS dibuat rangkap 4 (empat),
sebagai berikut: lembar 1 untuk Wajib Pajak, lembar 2 untuk Bendahara
Penerimaan, lembar 3 untuk Bidang Penetapan, lembar 4 untuk Bidang
Penagihan.

2.

Apabila pada tanggal jatuh tempo berakhir Wajib Pajak yang bersangkutan belum
melunasi pajak terutangnya, dapat dilihat dari Sistem Informasi Pendapatan
Daerah (Simpatda), maka Kepala Bidang Penagihan menerbitkan Surat Tagihan
Pajak Daerah (STPD). STPD terbit setelah jatuh tempo pembayaran berakhir.
STPD dibuat rangkap 2 (dua) masing-masing untuk Wajib Pajak dan untuk
Bidang Penagihan sebagai arsip.

3.

Apabila Wajib Pajak belum membayar pajak terutangnya sampai dengan 14
(empat belas) hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran yang tercantum dalam
STPD maka Kepala Bidang Penagihan akan menerbitkan Surat Teguran 1 hingga
Surat Teguran III dan dibuat rangkap 2 (dua) masing-masing untuk Wajib Pajak
dan untuk Bidang Penagihan sebagai arsip.

4.

Apabila Wajib Pajak belum juga melunasi pajak terutangnya setelah tanggal jatuh
tempo, maka Wajib Pajak dikenakan sanksi admistrasi sebesar 2%

Analisis Sistem Pengendalian Internal Penagihan Piutang Pajak di Bidang
Penagihan DPPKAD Kota Salatiga
Lingkungan Pengendalian
-

Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika
Pegawai di Bidang Penagihan DPPKAD Kota Salatiga dapat dikatakan cakap,
dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan pekerjaannya, dapat
melaksanakan tugas dengan tepat waktu, memiliki pengetahuan dan kemampuan

21

yang diperlukan untuk menduduki jabatan misalnya mempunyai pengalaman kerja
dibidang tersebut, serta mempunyai akuntabilitas terhadap pekerjaan dan
pencatatannya. Bidang Penagihan mempunyai empat orang pegawai terdiri atas
Kepala Bidang, Kepala Seksi Penagihan dan dua orang staf. Dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan pegawai Bidang Penagihan tidak mengesampingkan tata
tertib dan nilai-nilai dari pegawai negeri sipil. Bidang penagihan mematuhi tata
tertib atau aturan perilaku yang berisi tentang standar perilaku dan praktik yang
etis dari pegawai negeri sipil. Sebagai atasan dalam hal ini Kepala Dinas
DPPKAD dan juga Kepala Bidang Penagihan berusaha untuk menciptakan
budaya yang menekankan pentingnya nilai-nilai etika yang dapat dicapai melalui
komunikasi lisan dalam rapat maupun diskusi serta melalui keteladanan dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan. Hal ini sudah cukup untuk mendukung
pengendalian ini.
-

Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi
Filosofi Bidang Penagihan DPPKAD Kota Salatiga berkaitan dengan Visi dan
Misi organisasi, yaitu terwujudnya pengelolaan pendapatan yang optimal dan
pengelolaan aset daerah yang baik untuk penyelenggaraan pemerintah dan
kesejahteraan rakyat.
Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi juga berhubungan dengan
akuntabilitas. Semakin bertanggung jawab pihak manajemen maka pegawai juga
akan semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaannya demi mencapai
tujuan organisasi. Jika terdapat pegawai Bidang Penagihan melakukan
pelanggaran atau tidak bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya, hal yang
pertama dilakukan yaitu Pembinaan Administratif oleh pihak yang berwenang
dalam hal ini Bidang Kepegawaian Daerah yang sanksinya sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku. Hal ini sudah cukup mendukung pengendalian
ditunjukkan dengan kesesuaian filosofi Bidang Penagihan dengan Visi dan Misi
organisasi.

-

Struktur organisasi
Struktur organisasi Bidang Penagihan DPPKAD Kota Salatiga sudah baik
ditunjukkan dengan garis otoritas yang jelas dari para pegawai dan uraian tugas

22

serta tanggung jawab yang jelas dari masing-masing bidang dan seksi-seksi. Hal
ini sudah menjadi modal untuk mendukung pengendalian.
-

Badan Audit Dewan Komisaris
Badan Audit di DPPKAD Kota Salatiga khususnya yang memeriksa tentang
pencatatan dan pelaporan Bidang Penagihan piutang pajak terdiri atas dua bagian
yaitu Badan Audt internal dan Badan Audit Eksternal. Auditor internal yaitu
Inspektorat Salatiga, sedangkan auditor eksternal adalah Inspektorat Provinsi dan
Badan Pemeriksa Keuangan. Dimana posisi Badan Audit ini berada diluar struktur
organisasi DPPKAD Kota Salatiga. Hal ini sudah cukup untuk mendukung
pengendalian.

-

Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab
Salah satu alat yang dapat menggambarkan otoritas dan tanggung jawab adalah
buku pedoman kebijakan dan prosedur. Dalam menjalankan tugas, Bidang
Penagihan menggunakan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 8 Tahun 2011
tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Pejabat Struktural DPPKAD kota
Salatiga, dan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 13 Tahun 2012 tentang Sistem
dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah. Didalamnya terdapat uraian tugas pokok
dan fungsi Bidang Penagihan, serta prosedur penagihan pajak daerah. Salah satu
metode dalam memberikan otoritas dan tanggung jawab yaitu dengan
menerbitkan Surat Tugas. Salah satu contoh pemberian otoritas adalah
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan di bidang penagihan diserahkan
kepada Kepala Bidang Penagihan. Akan tetapi ada batasan dalam pengambilan
keputusan, ada beberapa hal yang langsung diputuskan dan diotorisasi oleh
Walikota maupun Kepala DPPKD kota Salatiga. hal ini sudah cukup untuk
mendukung pengendalian ini.

-

Kebijakan dan praktik-praktik dalam sumber daya manusia
Pengendalian ini berhubungan dengan pelatihan, evaluasi dan promosi pegawai.
Di Bidang Penagihan piutang pajak daerah tidak ada kegiatan pelatihan maupun
pengembangan (training and development) bagi para pegawai baru maupun lama,
sehingga kecil kemungkinan adanya peningkatan atau pengembangan dalam
pengetahuan, keterampilan serta sikap dalam bekerja yang dapat dipelajari dari

23

kegiatan pelatihan tersebut. Di Bidang Penagihan ini juga tidak diberlakukan
promosi pegawai maupun pemberian penghargaan terhadap para pegawai yang
kinerjanya dinilai baik. Hal ini belum cukup untuk mendukung pengendalian.
Aktivitas Pengendalian
-

Otorisasi yang memadai
Di Bidang Penagihan, kejadian-kejadian dan transaksi-transaksi diotorisasi oleh
pihak yang berwenang ditunjukkan dengan dilakukannya pengesahan atas
dokumen dan transaksi yang memerlukan tanda tangan dari pegawai yang
berwenang. Untuk kejadian-kejadian seperti penerbitan Surat Tagihan Pajak
Daerah dan Surat Teguran telah diotorisasi oleh Kepala Bidang, dan untuk
transaksi-transaksi seperti pembayaran piutang pajak daerah diotorisasi oleh
Bendahara Penerimaan. Hal ini sudah cukup untuk mendukung pengendalian.

-

Pemisahan tugas
Di Bidang Penagihan piutang pajak daerah, setiap pegawai mempunyai tugas dan
fungsi masing-masing sehingga tidak ada perangkapan fungsi. Selain itu Bidang
Penagihan dapat mengerjakan tugas dari bidang atau seksi lain selama itu sesuai
dengan Surat Perintah atau Surat Keputusan dari Kepala Dinas untuk kepentingan
organisasi. Hal ini sudah cukup untuk mendukung pengendalian.

-

Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai
Di Bidang Penagihan DPPKAD Kota Salatiga dokumen dan catatan telah didesain
sesuai dengan tujuan dan fungsi masing-masing. Dokumen dan catatan yang ada
telah memenuhi informasi yang diperlukan. Misalnya catatan mengenai Target
dan Realisasi Penerimaan Piutang Pajak Daerah, catatan ini bertujuan untuk
melihat pergerakan mengenai piutang pajak daerah yang sudah tertagih. Dokumen
dan catatan di Bidang Penagihan di simpan secara rapi dan terurut sehingga akan
memudahkan pegawai dalam mengerjakan tugasnya dan juga bermanfaat dalam
pengendalian dokumen dan catatan itu sendiri. Hal ini sudah cukup untuk
mendukung pengendalian.

-

Penjagaan aset dan catatan yang memadai

24

Di Bidang Penagihan, penjagaan atas aset dan catatan sudah dilakukan dengan
baik. Untuk file yang ada di dalam program komputer hanya dapat diakses oleh
pihak yang berwenang dalam hal ini Kepala Bidang Penagihan dan Kepala Seksi
Penagihan dan dilengkapi dengan program pengamanan seperti password
sehingga tidak sembarang orang dapat mengakses file dalam komputer.
Sedangkan untuk catatan dan dokumen seperti formulir, cek maupun surat-surat
lainnya dikategorikan sebagai arsip berharga, catatan dan dokumen tersebut
disimpan secara rapi dan aman. Hanya pihak yang berwenang juga yang dapat
mengaksesnya dalam hal ini Kepala Bidang Penagihan dan Kepala Seksi
Penagihan. Pihak lain dapat mengakses catatan dan dokumen tersebut akan tetapi
didasari dengan Surat Perintah atau Surat Keputusan dari atasan yang bertujuan
untuk kepentingan organisasi. Hal ini sudah cukup untuk mendukung
pengendalian.
-

Pemeriksaan independen atas kinerja
Pengendalian ini berhubungan dengan verifikasi atas pekerjaan yang telah
dilakukan oleh orang lain atau bagian lain. Di Bidang Penagihan piutang pajak
yang melakukan pengecekan independen terhadap kinerja adalah Bidang
Akuntansi. Bidang Akuntasi melakukan verifikasi terhadap nilai piutang pajak
daerah. Hal ini sudah menjadi modal untuk mendukung pengendalian.

Penilaian Risiko
-

Perkiraan risiko
Risiko terhadap gangguan pemrosesan sistem informasi dianggap rendah karena
kemungkinan munculnya hal-hal tersebut sangat rendah. Pegawai Bidang
Penagihan selalu melakukan upgrade dan back-up file terhadap file atau dokumen
yang ada didalam komputer. Risiko seperti akses pegawai yang tidak berwenang
juga dianggap rendah karena untuk arsip berharga seperti catatan dan dokumen
ditata dan disimpan dengan aman dan hanya bisa diakses oleh Kepala Bidang dan
Kepala Seksi Penagihan, sedangkan file yang didalam komputer juga tidak dapat
diakses oleh sembarang pegawai karena sudah dilengkapi dengan password
sebagai pengamanan.

25

Risiko yang timbul dari tidak terpenuhinya kualifikasi pegawai dan tidak adanya
pelatihan pegawai dianggap sedang. Hal ini dapat disebabkan tidak adanya
training and development kepada pegawai baru maupun lama sehingga pegawai
kurang mengalami perkembangan dan peningkatan dalam hal pengetahuan
maupun keterampilan dalam bekerja.
Risiko tidak tertagihnya piutang pajak dinilai sedang. Karena kurangnya
kepatuhan wajib pajak untuk membayar atau melunasi pajak terutangnya sesuai
dengan waktu yang ditentukan sehingga menimbulkan tunggakan atas piutang
pajak. Pegawai bidang penagihan selalu melakukan estimasi terhadap pendapatan
piutang pajak termasuk pajak hotel. Secara berkala petugas penagihan akan
melakukan penagihan terhadap Wajib Pajak yang masih memiliki tunggakan
pajak daerah.
-

Identifikasi pengendalian
Bidang

Penagihan

telah

melakukan

ketiga

fungsi

pengendalian

yakni

pengendalian pencegahan seperti menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah diawal
sebagai pemberitahuan untuk melakukan penagihan serta mencantumkan tanggal
jatuh tempo agar wajib pajak tidak terlambat membayar pajak terutangnya.
Kemudian Kepala Bidang Penagihan melakukan pengendalian pemeriksaan
seperti selalu mengecek dan memantau sampai sejauh mana pergerakan kegiatan
penagihan piutang pajak daerah melalui review kinerja bawahannya. Selanjutnya
pengendalian korektif dilakukan oleh Bidang Penagihan melalui kegiatan evaluasi
setiap minggu sehingga jika terjadi kesalahan dapat diketahui dan segera
dikoreksi. Hal ini sudah menjadi modal untuk mendukung pengendalian.
Informasi dan Komunikasi
-

Informasi yang relevan
Untuk memudahkan pekerjaan, Bidang Penagihan mempunyai suatu sistem
informasi yang dapat memberikan informasi yang relevan. Sistem informasi
manajemen pendapatan daerah (Simpatda) adalah sistem yang dapat menunjang
kinerja yang berhubungan dengan pendapatan daerah dan dapat melihat sampai
sejauh mana pendapatan daerah tercapai. Dari sistem ini Bidang Penagihan dapat

26

mengetahui informasi wajib pajak yang sudah membayar pajak maupun yang
belum membayar atau melunasi pajak terutangnya. Melalui sistem informasi yang
terintegrasi ini Bidang Penagihan dapat lebih mudah mendapatkan informasi
untuk melakukan rangkaian kegiatan penagihan pajak hotel.
-

Komunikasi dengan pihak dalam dan luar organisasi
Komunikasi dengan pihak intern organisasi berfokus terhadap penyampaian
permasalahan pengendalian dalam hal ini otorisasi serta penyampaian mengenai
tugas pegawai. Bidang Penagihan dapat mengkomunikasikan tugas pegawai selain
dengan memberikan Surat Tugas kepada pegawai yang bersangkutan juga dapat
dikomunikasikan secara lisan. Dan jika ada tugas lain diluar bidangnya seperti
pegawai Bidang Penagihan membantu Bidang Penetapan maka akan ada Surat
Perintah atau Surat Keputusan dari atasan dalam hal ini yang bertanggung jawab
adalah Kepala Dinas.
Sedangkan komunikasi dengan pihak ektern dalam hal ini wajib pajak (khusus
hotel) juga punya peran penting. Di DPPKAD Kota Salatiga selain mempunyai
loket pembayaran pajak juga mempunyai loket pelayanan. Loket pelayanan dapat
memperlancar komunikasi dengan wajib pajak. Jika wajib pajak kurang paham
atau mempunyai keluhan akan sistem pemungutan pajak maupun proses
pembayaran pajak hotel dapat berkomunikasi langsung di loket pelayanan pajak.

Pengawasan
-

Supervisi yang efektif
Kegiatan ini merupakan bagian dari metode yang digunakan dalam mengawasi
kinerja pegawai. Dalam hal ini supervisi dilakukan oleh Kepala Bidang
Penagihan.
a)

Pelatihan dan Pendampingan pegawai
Tidak ada Pelatihan khusus untuk pegawai bidang penagihan walaupun hal
itu sangat penting agar pegawai mengerti apa yang akan dikerjakan dan
dapat meminimalisir kesalahan. Namun di bidang penagihan pegawai dapat
dibimbing langsung oleh Kepala Bidang Penagihan.

b)

Koreksi kesalahan

27

Bidang penagihan melakukan evaluasi kinerja secara berkala. Jika terdapat
kesalahan atau kekeliruan maka dapat dikoreksi pada saat kegiatan evaluasi.
c)

Pengawasan pegawai
Salah satu cara mengawasi pegawai yaitu dengan memeriksa Buku Kendali
dan Buku Kunjungan. Buku kendali adalah buku untuk mengetahui sejauh
mana penerimaan terhadap SKPD yang telah terbit. Sedangkan Buku
Kunjungan merupakan buku untuk mengontrol petugas penagihan dalam
melaksanakan proses penagihan. Hal ini sudah cukup untuk mendukung
pengendalian.

-

Pelaporan yang bertanggung jawab
Hal yang wajib dilakukan oleh pegawai Bidang Penagihan adalah membuat
laporan kinerja yang berfungsi untuk membandingkan kinerja aktual dan kinerja
yang direncanakan. Di Bidang Penagihan metode yang digunakan untuk melihat
laporan kinerja yaitu dengan memeriksa catatan mengenai Target dan Realisasi
Penerimaan Piutang Pajak Daerah baik secara mingguan maupun bulanan,
sehingga dapat diketahui sejauh mana piutang pajak daerah yang sudah tertagih
dan yang belum tertagih. Kemudian pegawai bidang penagihan dalam hal ini seksi
penagihan juga menyusun laporan penerimaan atas piutang pajak daerah dengan
tembusan ke seksi penerimaan lain-lain untuk dilaporkan ke Bidang Akuntansi.
Hal ini sudah cukup untuk mendukun