PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2008

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P- 11/BC/2008
TENTANG
STANDAR AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
Menimbang

:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 125/PMK.04/2007 tentang Audit Kepabeanan dan
Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 91/PMK.04/2008
tentang Audit Cukai, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai tentang Standar Audit Kepabeanan dan Audit Cukai;

Mengingat

:


1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 93 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4661);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4755);
3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
125/PMK.04/2007 tentang Audit Kepabeanan;

Nomor:

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 91/PMK.04/2008 tentang

Audit Cukai;
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
01/PM.4/2008 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai;
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Keuangan;
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
87/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG
STANDAR AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI.

Pasal 1

Dalam melaksanakan audit, auditor harus berpedoman pada standar
audit kepabeanan dan audit cukai.
Pasal 2
(1) Standar audit kepabeanan dan audit cukai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari:
a. Standar umum;
b. Standar pelaksanaan;
c. Standar pelaporan.
(2) Standar umum, standar pelaksanaan dan standar pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam lampiran
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini mulai
berlaku:
a. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: KEP33/BC/1997 tentang Standar Auditing di Bidang Kepabeanan dan
Cukai;
b. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-28/BC/2007
tentang Standar Audit di Bidang Kepabeanan;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini mulai berlaku setelah
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Agustus 2008
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
ttd,ANWAR SUPRIJADI
NIP 120050332

Lampiran
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor
: P-11/BC/2008
Tanggal
: 12 Agustus 2008

STANDAR AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI
1. STANDAR UMUM

Standar Umum terdiri dari :
1.1. Auditor harus memiliki keahlian, kemampuan, pengetahuan, dan
ketrampilan, serta telah mengikuti pelatihan teknis yang diperlukan dalam
tugasnya, dengan penjelasan sebagai berikut:
Auditor harus:
a. memiliki kemampuan, baik secara teori maupun praktik di bidang
kepabeanan dan cukai;
b. memiliki keahlian, kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan tugasnya, berupa kecakapan dalam menerapkan teknik dan
prosedur audit yang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran audit, serta
kecakapan dalam memahami permasalahan teknis yang diaudit;
c. memiliki kemampuan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun
tulisan;
d. memiliki sertifikat yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal u.b. Direktur
Audit.
1.2. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bersikap independen,
berintegritas, dan menjaga perilaku profesional, serta menggunakan
keahlian dan kemampuan teknis secara cermat dan seksama, dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Auditor harus bersikap independen pada saat melaksanakan tugas audit,

artinya auditor bertindak netral dengan mengambil pertimbangan yang tidak
bias dan harus objektif dalam melaksanakan audit.
b. Auditor harus mempunyai integritas dalam pelaksanaan tugasnya yang
dilandasi unsur-unsur kejujuran, keberanian, kebijaksanaan, dan rasa
tanggung jawab.
c. Auditor melaksanakan tugasnya dengan cermat dan seksama. Kecermatan
dan keseksamaan ini menekankan bahwa auditor bertanggung jawab untuk
mematuhi standar audit kepabeanan dan audit cukai dalam segala kegiatan
yang berkaitan dengan tujuan audit kepabeanan dan audit cukai.

1.3. Auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam
pelaksanaan audit, dan dilarang memberitahukan kepada pihak lain
kecuali atas perintah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

2. STANDAR PELAKSANAAN
Standar pelaksanaan terdiri dari:
2.1. Pelaksanaan audit harus direncanakan dan terhadap auditor harus
dilakukan supervisi dengan seksama, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Perencanaan audit harus dibuat untuk setiap penugasan berdasarkan profil
auditee. Apabila diperlukan, rencana tersebut dapat diperbaiki selama

proses audit.
b. Perencanaan audit dilakukan untuk:
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ

menentukan tujuan dan lingkup audit;
menetapkan jadwal kerja audit;
menetapkan kriteria dalam audit;
menentukan pengujian yang akan dilaksanakan dan teknik-teknik
pengumpulan bukti audit; dan
menetapkan mekanisme koordinasi dari pekerjaan audit yang
dilaksanakan di berbagai lokasi.

c. Dalam hal diperlukan keahlian khusus dan auditor tidak memilikinya, maka
auditor dapat menggunakan bantuan peralatan khusus dan/atau tenaga
ahli.
d. Kriteria dapat berasal dari sumber-sumber, sebagai berikut:

ƒ
ƒ

peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku untuk
auditee; dan
standar yang diterima secara umum, seperti Standar Akuntansi
Keuangan.

e. Supervisi berupa bimbingan, pengarahan dan pengendalian terhadap
auditor dilakukan dengan seksama oleh Pengendali Teknis Audit dan
Pengawas Mutu Audit dalam setiap penugasan.
f.

Supervisi harus dilakukan untuk memastikan bahwa:
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ


2.2

auditor memahami tujuan dan rencana audit;
audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit kepabeanan dan/atau
audit cukai;
rencana dan program audit telah diikuti;
kertas kerja audit memuat dokumentasi bukti-bukti yang mendukung
kesimpulan, dan rekomendasi;
tujuan audit telah tercapai; dan
laporan audit memuat kesimpulan dan rekomendasi.

Struktur pengendalian intern (SPI) auditee harus dipahami untuk
menentukan jenis, saat, dan ruang lingkup pengujian yang harus
dilakukan, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Auditor harus mempelajari dan memahami SPI auditee.
b. Auditor harus melakukan pengujian terhadap penerapan SPI untuk menilai
keandalan SPI.

2.3


Bukti yang cukup dan kompeten harus diperoleh sebagai dasar dalam
membuat kesimpulan dan rekomendasi audit, dengan penjelasan sebagai
berikut:
a. Bukti audit disebut cukup jika jumlahnya memenuhi syarat untuk
mendukung temuan audit. Bukti disebut kompeten jika bukti tersebut
relevan dengan temuan audit dan konsisten dengan fakta.
b. Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan pencapaian
sasaran audit.
c. Auditor dapat menggunakan hasil pekerjaan tenaga ahli untuk mendukung
dugaan atau kesimpulan auditnya.
d. Auditor harus mempunyai pemahaman yang baik tentang teknik dan
prosedur pengumpulan bukti.

2.4. Auditor harus melakukan pengujian atas ketaatan auditee terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai.
2.5. Prosedur audit yang digunakan, pengujian yang dilakukan, informasi
yang diperoleh, dan kesimpulan audit yang didapatkan selama penugasan
harus didokumentasikan dalam kertas kerja audit, dengan penjelasan
sebagai berikut:

a. Hal-hal penting berupa prosedur yang digunakan, pengujian yang
dilakukan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang didapatkan selama
penugasan, harus didokumentasikan ke dalam kertas kerja audit (KKA).
b. KKA harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
ƒ
ƒ
ƒ

pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik;
bukti audit yang telah diperoleh;
prosedur audit yang telah diterapkan, atau pengujian yang telah
dilaksanakan.

c. Tim Audit harus menyimpan dan menjaga kerahasiaan KKA.

3. STANDAR PELAPORAN
3.1. Pelaporan hasil audit harus segera dibuat tertulis setelah selesai
pelaksanaan audit, dengan diberi nomor dan tanggal serta disampaikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3.2. Pelaporan hasil audit harus memuat:
-

Ruang lingkup dan tujuan audit;

-

Pernyataan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan standar audit
kepabeanan dan/atau audit cukai;

-

Kesimpulan dan/atau rekomendasi.

dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Kesimpulan dan/atau rekomendasi yang disampaikan kepada auditee harus
dikemukakan secara objektif dan didukung bukti yang cukup dan kompeten
sehingga auditee dapat memahami kesimpulan dan/atau rekomendasi
tersebut secara utuh.

b. Tanggung jawab auditor terbatas pada kesimpulan dan/atau rekomendasi,
sedangkan kebenaran data merupakan tanggung jawab auditee dan pihak
terkait.
c. Pelaporan hasil audit dapat mengungkapkan prosedur yang tidak atau
belum dapat diselesaikan selama proses audit dengan disertai alasan yang
jelas.
d. Pelaporan hasil audit harus memuat pernyataan bahwa audit telah
dilakukan sesuai dengan standar audit kepabeanan dan/atau audit cukai.
Apabila pelaporan hasil audit memuat pernyataan bahwa audit tidak dapat
dilakukan sesuai dengan standar audit kepabeanan dan/atau audit cukai,
tim audit harus menjelaskan alasannya.

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
ttd,ANWAR SUPRIJADI
NIP 120050332