PENGANTAR MANAJEMEN 18 sep 12

PENGANTAR MANAJEMEN
TELAAH KASUS BANK CENTURY

Disusun Oleh :
1. Michael Janitra
(3122082)
2. Fionita Putri.H.
(3122288)
3. Syahnesia Yassa
(3121052)
4. Nico Andrianto
(3122034)
5. Chris Yuli .R.
(3123159)
6. Jechlien Melinda .R (3121032)
7. Sharon Audrey
(3122014)
8. Rio Wahyu .K ()
9. Sandra
(3121010)
10. Edy Lukman

(3122146)

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS SURABAYA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan pengorganisasian sangat diperlukan oleh setiap usaha agar dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pada
umumnya sebuah usaha akan mengalami kegagalan apabila tidak memiliki
manjemen yang baik dan pemimpn yang mapu mengkoordinasi
karyawannya.kegagalan usaha dapat diminimalkan apabila karyawan dan pemilik
perusahaan bekerjasama dengan baik dalam menjalankan fungsi dan perannya
masing-masing.
Banyak hal yang dilakukan dalam fungsi manajemen yang berupa
pengorganisasian.Salah satu hal yang paling utama dan sangat penting adalah
melakukan pembagian kerja secara merata dan efektif.Pembagian kerja yang
diharapkan untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal adalah dengan

memposisikan karyawan sesuai dengan keahlian masing-masing.
Deawasa ini masalah pengorganisasian dalam sebuah perusahaan akan
menjadi kompleks dengan semakin banyaknya keahlian yang diperlukan
dikarenakan setiap sumber daya yang berupa tenaga kerja memiliki kemampuan dan
keunikannya masing-masing dalam bidang keahliannya. Makalah ini akan
membahas tentang kegagalan fungsi manajemen yang berupa pengorganisasian atas
sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan.
B. Hasil Perolehan Data
Indo Barometer menilai berdasarkan hasil survei masyarakat, lebih banyak
yang percaya bahwa kebangkrutan Bank Century merupakan akibat manajemen
pengelolaan yang salah, ketimbang faktor pengaruh krisis keuangan global pada
tahun 2008."Masyarakat yang setuju Bank Century bangkrut karena krisis dunia 21
persen, sedangkan yang setuju itu akibat kesalahan pengelola sebesar 42 persen,"
ujar Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari dalam jumpa pers mengenai
survei tersebut di Hotel Atlet Century, Jakarta, Minggu 24 Januari 2010.Indo
Barometer melakukan survei untuk mengetahui pendapat masyarakat mengenai dua
pendapat yang berbeda mengenai tindakan pemerintah dan BI memutuskan untuk
menyelamatkan Bank Century dari kebangkrutan dengan memberikan dana
penyelamatan sebesar Rp 6,7 triliun pada November2008 lalu.Pendapat pertama,
kebangkrutan Bank Century harus dihindari supaya tidak mengganggu

perekonomian secara umum. Saat itu, terjadi krisis ekonomi dunia yang bisa
menyebabkan masalah dalam ekonomi nasional. Karena itu Bank Century harus
diselamatkan dari kebangkrutan.Pendapat kedua, kebangkrutan Bank Century akibat
kesalahan dalam mengelola dan mengurus Bank Century sendiri. Karena itu, Bank
Century harusnya dibiarkan saja bangkrut.Dari dua pendapat itu, masyarakat yang
setuju pendapat pertama 21,9 persen. Sedangkan yang setuju dengan pendapat
kedua 42,3 persen. Adapun yang menjawab tidak tahu 35,8 persen.Indo Barometer
melakukan survei mengenai 'Kasus Bank Centruy di Mata Publik', pada 8-18
Januari 2010. Survei dilakukan di 33 provinsi seluruh Indonesia dengan jumlah
responden 1.200 orang.Margin of error kurang lebih sebesar tiga persen dengan
tingkat kepercayaan 95 persen.

BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Sumber Wacana
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyarankan kepada Tim Pengawas
Century memeriksa lebih dalam rencana 'Operasi Senyap' penyelamatan PT Bank
Century Tbk di Bank Indonesia. Pasalnya polemik bank yang kini bernama Mutiara
itu bermula di bank sentral.Jusuf Kalla (JK) mengaku sempat bertanya langsung
kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani, mengapa mengucurkan dana talangan

(bailout) hingga Rp6,7 trilliun ke Bank Century. Padahal, jumlah yang disetujui
hanya Rp630 miliar."Sri Mulyani bilang, saya ditipu BI. Coba bayangkan, Menkeu
ditipu BI.Ini bukan kata-kata saya. Ini saya mengutip loh," ujarnya dalam rapat di
Tim Pengawas Century di Gedung DPR RI Jakarta, hari ini (19/09).Oleh sebab itu,
dia menyarankan kepada Tim Pengawas Century memeriksa lebih dalam para 'aktor'
di bank sentral yang mendorong penyelamatan bank tersebut. Termasuk klaim
adanya rekomendasi yang menyebutkan bahwa dampak sistemik apabila Bank
Century tidak diselamatkan. "Periksa saja BI, kenapa mereka keluarkan uang itu.
Padahal, dalam notulensi, tidak ada kata-kata 'berdampak sistemik' dari Bank
Century," jelas Kalla. "Termasuk Sri Mulyani mengatakan tidak sistemik. Padahal,
penerbitan perppu harus ada dampak sistemik," terangnya.Dalam kesaksian di
hadapan Pansus Bank Century pada 12 Januari 2010 mantan menteri keuangan Sri
Mulyani mengakui tidak puas dengan laporan BI soal Bank Century. Hal yang tidak
memuaskan itu adalah informasi rinci terkait kondisi Bank Century yang
sebenarnya. Menurutnya, informasi memutuskan bank gagal berdampak sistemik itu
tak memadai.Akibatnya biaya dana talangan membengkak dari prediksi semula
hanya dibutuhkan dana Rp632 miliar menjadi Rp6,7 triliun. BI sendiri sempat
merevisi ketentuan pemberian Fasilitas Simpanan Jangka Pendek (FPJP) dari
semula minimal rasio modal 8% menjadi positif saja.Namun, pada saat
diselamatkan rasio permodalan Bank Century negatif setelah dilakukan audit ulang.

Akibatnya, penyuntikan dana membengkak hingga Rp6,7 triliun. (arh)
Dalam laporan tersebut, BPK mengungkap sejumlah hal, antara lain adanya
penarikan dana oleh pihak terkait, yang seharusnya tidak boleh, sewaktu Century
berada dalam pengawasan khusus BI; pengubahan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
tentang syarat rasio kecukupan modal (CAR) bank yang bisa mendapatkan fasilitas
pinjaman jangka pendek (FPJP); ketidaktahuan BI atas sejumlah risiko yang
akhirnya membuat biaya penyelamatan Bank Century membengkak.
Budi membantah bahwa BI mengubah PBI agar bisa memberikan FPJP kepada
Bank Century yang berdasarkan neraca per 30 September 2008 memiliki CAR 2,35
persen.
Menurut dia, rencana pengubahan PBI sudah lama diputuskan, jauh sebelum
Century kesulitan likuiditas dan meminta FPJP.Pengubahan PBI dilakukan agar
perbankan, yang saat itu tengah didera krisis likuiditas, lebih leluasa mengajukan
FPJP.”Kebetulan saja begitu PBI-nya keluar, Bank Century mengajukan permintaan
FPJP,” kata Budi Rochadi.PBI itu mengubah syarat CAR bank mendapatkan FPJP
dari minimal 8 persen menjadi minimal 0 persen.Budi juga membantah bahwa BI

tidak mengetahui potensi risiko kerugian Century sebelum rapat Komite Stabilitas
Sistem Keuangan (KSSK) pada 21 November 2008 yang memutuskan kebutuhan
dana talangan penyelamatan Century.

Kebutuhan Likuiditas
Sebelum pertemuan KSSK, BI telah menghitung bahwa dana yang
dibutuhkan Century untuk tambahan modal sebesar Rp 1,7 triliun. Dana tersebut
terdiri atas Rp 632 miliar untuk menaikkan CAR hingga 8 persen berdasarkan
neraca per 31 Oktober 2008 dan sekitar Rp 1,07 triliun untuk pencadangan akibat
pemburukan aset yang terjadi selama periode 1-20 November 2008.
Angka Rp 1,07 triliun didasarkan atas hasil pemeriksaan BI yang masih
berlangsung dan belum dikonfirmasi ke Bank Century.BI juga menginformasikan
bahwa kebutuhan likuiditas bank Century dalam 3 bulan ke depan mencapai Rp
4,79 triliun. Jadi, total kebutuhan dana yang awalnya diusulkan BI sekitar Rp 6,6
triliun.
Namun, KSSK akhirnya memutuskan kebutuhan dana hanya sebesar Rp 632
miliar. Mantan Menteri Perekonomian Kwik Kian Gie mendesak BPK
mempertajam fokus audit investigasinya terhadap aliran dana, baik sebelum maupun
setelah Bank Century berada dalam pengawasan khusus BI. selain itu, BPK juga
diminta untuk mengarahkan audit investigasinya terhadap penggunaan dana yang
sudah dikucurkan oleh BI melalui FPJP dan penyertaan modal sementara Bank
Century.
Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR, Maruarar Sirait,
mengatakan, laporan BPK menunjukkan bahwa pengawasan BI lemah. ”Karena itu,

harus dipikirkan langkah apa yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut,”
katanya. Ia mengusulkan dua hal yang perlu dilakukan ke depan. Pertama, Gubernur
BI haruslah figur yang benar-benar paham soal pengawasan perbankan.Kalau perlu,
kata dia, berasal dari para bankir profesional.Kedua, perlunya dibentuk segera
otoritas jasa keuangan.

JAKARTA–Robert Tantular, yang selama ini dianggap sebagai pemilik Bank
Century, mengaku tak tahu adanya pengeluaran dana untuk deposan besar saat
terjadi rush di bank tersebut. Pengakuan ini disampaikan Bambang Hartono yang
menjadi kuasa hukum Robert Tantular
“Klien saya bukan pemegang saham dan pemilik Bank Century,” kata dia,
ketika dihubungi, Rabu (2/9) di Jakarta.Menurut dia, pemilik Bank Century adalah
Rafat Ali Rizfi dan Hesyam Al Waraq. Untuk itu, Bambang menolak jika kliennya,
Robert Tantular, disebut merampok dana nasabah di banknya sendiri dan membawa
lari uang tersebut ke luar negeri. “Dua orang asing itu yang merampok,” kilahnya.
Ia menjelaskan, dua orang asing yang sudah ditetapkan sebagai buronan
tersebut juga bertanggung jawab atas pembelian surat berharga senilai 230 juta dolar
AS (sekitar Rp 2,3 triliun). Dua orang itu menggunakan uang Bank Century untuk
membeli surat-surat berharga tersebut.
Bambang menuturkan, Bank Indonesia juga sudah mengetahui adanya

pembelian surat berharga 230 juta dolar AS sejak 2005. “Ketika itu BI menyatakan

surat berharga tersebut tak punya rating. Lalu, BI menyuruh keduanya untuk
menjual kembali surat berharga itu. Kalau sudah tahu begitu, seharusnya dua orang
itu langsung ditangkap,” ujar dia.
Robert dituntut hukuman tahun penjara dan denda Rp 50 miliar subsider
enam bulan penjara dalam perkara pidana perbankan. Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat akan menggelar sidang putusan pada pekan depan.
Salah satu tuntutan yang diajukan penuntut umum, Robert bersama-sama
Rafat dan Hesyam sempat menandatangani dua kali letter of commitment dengan
Bank Indonesia (BI). Dua LoC tersebut ditandatangani terdakwa pada 15 Oktober
dan 16 November 2008 menyusul kesulitan pembayaran surat berharga. Buntut dari
LoC ini, BI mengucurkan fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) sebesar Rp 502
miliar dan Rp 187 miliar.
Selain perkara Bank Century, Robert juga masih berstatus tersangka dalam
kasus penggelapan dana nasabah PT Antaboga Delta Sekuritas. Pada 2000, Bank
Century menjual produk investasi kepada nasabahnya.Lima tahun kemudian, Bank
Indonesia melarang bank menjual produk investasi.
Namun, Robert diduga menggunakan pengaruhnya, mengalihkan produk
investasi itu ke PT Antaboga Deltasekuritas Indonesia.Belakangan didapati,

investasi tersebut ternyata macet dan duit nasabah Bank Century mengalir ke
rekening Robert dan dua rekannya.
Polisi juga sempat menyatakan tengah menyiapkan berkas baru untuk
Robert terkait tindak pidana pencucian uang (money laundering). Berkas baru
tersebut menyusul ditemukannya aset Bank Century sebesar Rp 12,5 triliun
tersimpan dalam bentuk rekening di Hongkong dan aset berupa properti senilai 16,5
juta dolar AS di Jersey, Eropa Barat. nap/rif
Menkeu: Saya Sudah Siap Dipanggil KPK
JAKARTA (Suara Karya): Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati siap
dipanggil Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait masalah pengucuran dana
talangan Bank Century. “Siap. Saya sudah siap dipanggil BPK,” ujarnya seusai
menghadiri sidang paripurna di gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/9).
Mengenai apakah surat undangan dari BPK telah diterima atau tidak, ia
hanya mengatakan kesiapannya untuk dipanggil dan mengikuti jalannya
pemeriksaan. Sebelumnya pada Selasa (15/9), Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
Anwar Nasution mengatakan, pihaknya akan segera memanggil Menteri Keuangan
Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution untuk diperiksa.
“Gubernur BI dan Menkeu segera diperiksa, semakin cepat semakin bagus,”
ujarnya.
Ia menambahkan pada 1 September 2009, DPR memberikan surat untuk

meminta BPK melakukan audit investigasi. Dan diharapkan, pada 30 September
2009 setidaknya BPK akan menyampaikan laporan interim dan dapat selesai
sebelum 19 Oktober 2009 di mana masa tugas dirinya berakhir.
Bank Century yang sempat dinyatakan sebagai bank gagal pada November
2008 diselamatkan oleh pemerintah dengan pemberian dana talangan sebesar Rp6,7
triliun oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sebagai Ketua Komite Kebijakan

Stabilitas dan Sektor Keuangan (KKSSK), Menkeu turut andil dalam pengucuran
dana talangan (bailout) tersebut untuk penyelamatan Bank Century.

Penyelamatan Bank Century dilakukan karena berpotensi sistemik dan dapat
mempengaruhi 23 bank lain apabila tidak diselamatkan. Sedangkan mantan pemilik
sebagian saham PT Bank Century Tbk, Robert Tantular, telah divonis empat tahun
penjara dan denda Rp50 miliar/subsider lima bulan penjara karena bersalah telah
menyalahgunakan dana nasabah Bank Century.
Setidaknya ada dua spekulasi pendapat yang berkembang terkait dengan kasus Bank
Century.
Pertama, langkah Menkeu Sri Mulyani menggelontorkan dana talangan
Rp6,7 triliun untuk menyelamatkan Bank Century dinilai ‘ceroboh’. Bagaimana
mungkin, bank selevel Bank Century (yang bukan tergolong bank nasional) dan

jelas-jelas menjadi ‘bank gagal’ karena praktik kriminal akibat ulah ‘oknum’ para
pengelolanya (merampok atau membawa lari uang nasabah) bisa mendapatkan
suntikan dana sebesar itu, yang notabene adalah uang negara atau uang rakyat.
Padahal, berdasarkan rekomendasi DPR, dana talangan yang disetujui hanya
sebesar Rp1,3 triliun dengan anggapan aset Bank Century sendiri diperkirakan tidak
lebih dari Rp1,5 triliun. Oleh sebab itulah, karena langkah berani Sri Mulyani,
negara terancam dirugikan hingga Rp5 triliun karena rasanya tidak mungkin dalam
waktu tiga tahun batas penyelesaian Bank Century, dana talangan Rp6,7 triliun bisa
dikembalikan.
Spekulasi kedua, sebagai Ketua KKSSK, Menkeu Sri Mulyani ‘berani’
mengambil langkah penggelontoran dana hingga Rp6,7 triliun untuk
menyelamatkan Bank Century karena merasa bertanggung jawab atas kondisi
stabilitas dunia perbankan nasional waktu itu. Apalagi, kasus Bank Century terjadi
di tengah krisis dan menjelang perhelatan Pemilu 2009, yang menuntut kestabilan
dunia perbankan nasional mutlak dijaga.
Di tengah krisis global, kestabilan dunia perbankan amat penting untuk
menghindari kekacauan dan rush (penarikan uang besar-besaran) ke luar negeri dari
dunia perbankan nasional yang justru bisa merugikan negara dalam jumlah besar
hingga berlipat-lipat bahkan mungkin bisa sampai berpuluh-puluh triliun rupiah.
Yang jelas, dengan langkah ini, fakta yang terjadi, kondisi industri
perbankan nasional tetap stabil.Meski sempat terseok karena faktor NPL (kredit
macet) akibat krisis global namun toh berangsur dapat pulih kembali.Sebagian besar
bank melaporkan keuntungan tahunan mereka dengan jumlah cukup signifikan.
Gejolak pelemahan rupiah pun dapat dihindari. Bahkan rupiah hingga kini
berkecenderungan terus menguat.Dan yang terpenting barangkali, Pemilu 2009
dapat berjalan lancar, tanpa gangguan carut-marut industri perbankan nasional.
Membekukan Rp11 Triliun
Laporan terbaru Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Pol Susno
Duadji menyebutkan, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan jumlah negara
berhasil membekukan secara permanen uang milik dua buronan kasus Bank
Century, Hesham Al Warraq dan Rafat Ali Rizvi senilai USD 1,164 miliar atau

setara Rp11,64 triliun yang tersimpan di UBS AG Bank, Standard Chartered Bank
dan ING Bank. Namun pencarian dana itu masih menunggu proses persidangan di
Indonesia. (SKO, 15/9)

Polri sejak 25 November 2008 menyidik skandal Bank Century yang
ternyata terdapat berbagai tindak pidana baik perbankan, penggelapan, penipuan,
LC fiktif, kredit macet hingga pencucian uang. Sebagian tersangka dapat ditangkap
dan ditahan namun sebagian kabur ke luar negeri.
Pemegang saham Bank Century Robert Tantular telah divonis empat tahun
karena tindak pidana perbankan namun ia harus kembali menghadapi serangkaian
dakwaan karena kasus pidana lain dalam skandal Bank Century.
Dalam kasus perbankan, Polri menetapkan delapan tersangka baik dari
kalangan pemegang saham maupun pimpinan. Namun dari jumlah itu, lima
tersangka sedang menjalani proses hukum. Sedangkan tiga lainnya kabur.Yang
kabur selain Hesham dan Rafat, juga adalah Dewi Tantular (Kepala Divisi Bank
Note Bank Century).
Dalam skandal bank itu juga ada tindak pidana penggelapan dan pencucian
uang oleh PT Antaboga Delta Sekuritas dengan tersangka sembilan orang termasuk
Robert Tantular.Tiga tersangka kasus ini buron.Sedangkan lainnya dapat ditangkap.
Khusus untuk kasus LC fiktif kembali akan menyeret Robert Tantular selain tiga
tersangka lainnya.
Kejagung dan Polri
Kasus Bank Century sendiri ditangani oleh Kejaksaan Agung (Kejagung)
terkait soal dugaan korupsi dan kepolisian dari dugaan adanya praktik pencucian
uang (money loundring). “Karena di dalamnya (kasus Bank Century), tidak
menutup ada kekuatan `gurita`, jadi harus ada satu kekuatan (Kejagung dan Polri)
untuk melawan monster, yaitu, godzila,” kata Jaksa Agung, Hendarman Supandji,
dalam acara Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi III DPR RI, di Jakarta, Rabu
(16/9).
Ia menegaskan gotzila itu bukan berarti untuk melawan `cicak` (Komisi
Pemberantasan Korupsi). Dikatakan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) juga akan diajak kerjasama dalam kekuatan “godzila”. “Ini
untuk membuat terang siapa pelakunya,” katanya. Ia mengakui KPK dahulu ingin
menangani kasus Century, tentunya kalau seperti itu kejaksaan tidak akan ikut
campur. “Tapi kejaksaan siap (kalau diminta menangani kasus Century),” katanya.
Di bagian lain, ia mengatakan tidak menutup kemungkinan dua Warga
Negara Asing (WNA) yang sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
Century, akan diajukan ke pengadilan secara in absentia karena sampai sekarang
buron. Kedua WNA tersebut, yakni Rafat Ali Rizfi dan Hesyam Al Waraq, para
pemegang saham pengendali Bank Century.
Sebelumnya dilaporkan, Kejaksaan Agung (Kejagung) mengakui saat ini
tengah menyidik kasus Bank Century dengan dua tersangka warga negara asing
(WNA).

Dalam persidangan Robert Tantular, mantan pemilik sebagian saham PT
Bank Century Tbk, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyatakan, dari fakta-fakta di
persidangan, tidak ada yang bisa menghapus tindak pidana yang dilakukan terdakwa
Robert Tantular. JPU mendakwa Robert Tantular telah mencairkan deposito valas
milik Boedi Sampurna sebesar 18 juta dolar AS tanpa seizin pemiliknya.
Kedua, Robert Tantular didakwa telah mengucurkan kredit tanpa melalui
prosedur yang benar kepada PT Wibowo Wadah Rejeki dengan nilai sebesar
Rp121,3 milyar dan kepada PT Accent Investment Indonesia sebesar Rp60 milyar.
Dalam dakwaan ketiga, Robert Tantular didakwa bersama-sama Rafat Ali
Rizfi dan Hesyam Al Waraq tidak melaksanakan surat kesepakatan yang telah
ditandatangani pada 15 dan 16 Nopember 2008 untuk mengembalikan aset-aset
surat berharga Bank Century yang berada di luar negeri.
Farial Anwar: Depkeu Salah Besar
Pengamat pasar uang, Farial Anwar, di Jakarta, Kamis, mengemukakan
bahwa salah besar kalau Depkeu menggelontorkan dana sebesar Rp 6,7 Triliun
untuk menyelamatkan Bank Century demi deposan besar. “Selamatkan Banknya
dong, bukan orangnya,” kata Farial.
Farial mengatakan hal ini untuk mengomentari isu seputar skandal Bank
Century yang disinyalir bahwa penggelontoran dana trilunan rupiah dari pemerintah
untuk menyelamatkan bank itu demi deposan besar.
Farial menambahkan bahwa salah satu tindakan yang harus segera dilakukan
pemerintah untuk tidak membiarkan oknum tertentu membawa lari uang nasabah
bank kita ke luar negeri adalah dengan meninjau kembali rezim devisa bebas yang
berlalku di negari ini.
Farial menjelaskan dengan berlakunya rezim devisa bebas ini maka
kecendrungan besar orang asing maupun orang Indonesia sendiri untuk melarikan
uang-uang nasabah bank ke luar negeri. “Saya katakan kepada pemerintah harus
segera mencabut rezim devisa bebas ini,” tegasnya.
Untuk diketahui bahwa pada rapat awal antara DPR dengan Depkeu, DPR
menyetujuai dana bantuan untuk recovery Bank Century adalah sebesar Rp 1,7
triliun. Tapi setelah uang sudah di tranfer dari Depkeu melaui Lembaga Penjaminan
Smpanan (LPS) ke Bank Century jumlahnya membengkak menjadi Rp 6,7 triliun.
Nawir Messi: Century Kok Disuntik
Pengamat Ekonomi Indef M Nawir Messi mengatakan, kasus
penggelembungan dana dalam recovery Bank Century harus dilihat latar belakang
masalahnya dulu dengan menanyakan langsung ke pemerintah. “Menurut saya yang
pertama harus kita tanyakan ke pemerintah adalah kenapa Bank kecil seperti
Century ini harus disuntik dana segar sampai trilunan rupiah,” ujar Nawir di Jakarta,
Jumat (28/08).
Sejak awal kasus Bank Century katanya, dia sudah merasakan ada yang aneh
karena Bank Century termasuk kategori bank kecil. Sehingga kalaupun terjadi
kehancuranm sistematik di Bank Century, hal itu sangat tidak berpengaruh terhadap
industri keuangan lainnya.

Menurutnya, lain halnya kalau itu terjadi pada Bank Mandiri, dimana
pemerintah memang harus segera melakukan recovery dengan dana besar, karena
memang dampaknya bakal besar terhadap industri keuangn lain. “Century ini kan
bank kecil, kenapa pemerintah ngotot menyuntik dana segar sampai trilunan rupiah.
Ini harus diusut,” tegasnya.
“Kalau terjadi penggelembungan dana untuk menolong bank ini, yang cocok
untuk mengaudit adalah Lembaga Auditor Independen saja. Kalau lembaga auditor
independen yang mengaudit, itu lebih transparan,” katanya.
Untuk diketahui bahwa pada rapat awal antara DPR dengan Depkeu, DPR
menyetujuai dana bantuan untuk recovery Bank Century sebesar Rp 1,7 triliun. Tapi
setelah uang ditransfer oleh Depkeu melaui Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS)
ke Bank Century, jumlahnya membengkak menjadi Rp 6,7 triliun.
“Departemen keuangan sebagai yang bertanggung jawab dalam memberi suntikan
dana ini, harus mengklarifikasi kepada publik, kenapa terjadi penggelembungan
dana segar terhadap Century dilakukan,” ujarnya. (*z/edy)
Kabareskrim Bantah Terlibat Pencairan Dana Nasabah Century
Jakarta (ANTARA News) – Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen
Pol Susno Duadji membantah ikut terlibat dalam pencairan dana nasabah Bank
Century atas nama Budi Sampurno senilai 18 juta dolar.Menurut dia di Jakarta,
Selasa, yang berhak mencairkan dana nasabah adalah Bank Century sendiri dan
bukan Polri.
Namun, ia mengaku telah mengirimkan surat ke Bank Century terkait
dengan dana Budi Sampurno namun bukan memberikan perintah untuk mencairkan
dana.“Saya hanya memberikan keterangan bahwa dana itu sudah tidak ada
masalah,” kata Susno sambil memperlihatkan surat itu kepada wartawan.
Ia mengatakan, tidak ada kata-kata yang berisi perintah kepada Bank
Century untuk mencairkan rekening itu. “Saya terbuka aja. Dan surat itu bukan
rahasia kok,” ujarnya.Dalam kasus ini, Budi Sampurna salah satu nasabah Bank
Century belum bisa mencairkan dananya di bank itu karena dianggap masih
bermasalah secara hukum.
Bank Century lalu menyurati ke Kabareskrim. Setelah koordinasi dengan
berbagai pihak, Susno lalu mengirimkan surat ke Bank Century bahwa dana milik
Budi sudah tidak ada masalah.Ia membantah telah menerima Rp10 miliar karena
membantu pencairan dana itu.“Saya juga diisukan terima fee 10 persen juga,”
katanya.
Susno menantang pihak-pihak yang bisa membuktikan adanya uang Rp10
miliar atau fee 10 persen itu dan berjanji akan “membagi” kepada orang yang bisa
membuktikan isu itu. Kasus uang milik Budi Sampurno itu bermula ketika Budi
memindahkan deposito USD 96 juta dari Bank Century Surabaya ke kantor pusat di
Jakarta.
Di kantor pusat, dana itu dipecah menjadi deposito masing-masing Rp2
miliar. Dalam proses pemindahan uang itu, pemegang saham Bank Century Robert
Tantular memerintahkan Kepala Kasir Valas, Tan I Thung untuk memasukkan uang
USD 18 juta milik Budi ke kas valas Bank Century.

Tindakan itu bertujuan untuk menutupi penggelapan valas mulai Januari
hingga Oktober 2008 oleh Dewi Tantular (Kepala Divisi Bank Note Bank Century)
yang tidak lain adalah kakak Robert Tantular.Dalam kasus ini Polri telah
menetapkan Robert dan Dewi sebagai tersangka.
Kasus ini terkuak ketika Budi tidak bisa mencairkan uang USD 18 juta karena uang
itu masuk ke kas Bank Century dan bukan sertifikat deposito atas namanya. Bank
Century mau membayar dana itu jika mendapatkan surat keterangan dari Mabes
Polri.Karena suratnya itu, Masyarakat Anti Korupsi Indonesia melaporkan Susno ke
Inspektorat Pengawasan Umum Polri atas tuduhan melakukan pelanggaran etika
Polri.
Awal mula terjadinya kasus Bank Century adalah mengalami kalah kliring
pada tanggal 18 November 2008.Kalah kliring adalah suatu terminologi yang
dipahami oleh semua masyarakat untuk menggambarkan adanya defisit suatu bank.
Sementara kliring itu sendiri adalah pertukaran data keuangan elektronik antar
peserta kliring baik atas nama peserta atau klien yang mereka peroleh pada waktu
tertentu.
Pada tahun 2005, Bank Indonesia menunjuk Bank abad dan melaporkan
Bank Century kepada Bapepam-LK. Tetapi itu tidak pernah ditindak lanjuti oleh
Bapepam-LK, dan Bank Century pun masih terus melakukan penjualan reksa dana
fiktif. Kemudian pada tahun 2006, Bank Indonesia melaporkan lagi Bank Century
kepada Bapepam -LK tentang catatan transaksi penjualan reksa dana dan arus kas di
Bank Century.
Setelah 13 November 2008, pelanggan Bank Century tidak dapat mengambil
atau melakukan transaksi dalam bentuk devisa, tidak dapat melakukan kliring,
bahkan untuk mentransfer pun tidak mampu. Bank hanya dapat melakukan transfer
uang ke tabungan. Jadi uang tidak bisa keluar dari bank.Hal ini terjadi pada semua
pelanggan Bank Century.
Nasabah merasa dikhianati dan dirugikan karena mereka banyak menyimpan
uang di Bank tersebut.Pelanggan mengasumsikan bahwa Bank Century
memperjualbelikan produk investasi ilegal.Alasannya adalah investasi yang
dipasarkan oleh Bank Century tidak terdapat di Bapepam-LK.Dan manajemen Bank
Century pun mengetahui bahwa produk investasi yang mereka jual adalah ilegal.Hal
tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi nasabah Bank Century, dan
uang para nasabah pun tidak dapat dicairkan.
Kasus Bank Century memiliki dampak yang sangat besar terhadap bankbank lainnya dan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem
perbankan nasional.Kasus yang dialami Bank Century tidak hanya berdampak pada
perbankan Indonesia, tetapi juga berdampak pada perbankan dunia.
Untuk lebih jelasnya marilah kita mengurai kembali tentang kasus Bank Century
dan mengenai siapa saja tokoh-tokoh dibalik kasus ini.
Pemberian bail out atau dana penyertaan oleh pemerintah kepada Bank
Century yang membengkak hingga Rp. 6,7 triliun dari smeula hanya Rp. 1,3 triliun
terus menjadi bahan pembicaraan dan perdebatan seru. Bukan hanya di media
massa, di kalangan para ahli dan birokrasi pemerintahan, tapi juga di parlemen.
Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan (Komisi XI) DPR RI terus

mempersoalkannya.
Natsir Mansyur anggota Komisi XI DPR RI dari partai Golkar mensinyalir
tindakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang juga ketua Komite
Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) memberikan dana penyertaan kepada Bank
Century merupakan tindakan pidana yang meliputi dua aspek yaitu politik serta
hukum. Sudah sangat jelas dinyatakan bahwa Bank Century sebagai bank gagal,
tetapi masih saja diberi dana tambahan Rp. 4,9 triliun. Ini sudah jelas merupakan
tindakan pidana.Untuk itu, dia mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menonaktifkan Ketua KSSK, karena hanya satu orang yang bisa melakukan hal
tersebut, yaitu Presiden.
Namun menurut Menteri Keuangan, keputusan menyelamatkan Bank
Century pada tanggal 21 November 2008 itu tidak bisa dinilai berdasarkan kondisi
saat ini. Sebab ketika itu kondisi perbankan Indonesia dan dunia mendapat tekanan
berat akibat krisis global.Keputusan KSSK saat itu untuk menghindari terjadinya
krisis secara berantai pada perbankan yang dampaknya jauh lebih mahal dan lebih
dahsyat dari 1988.Sri Mulyani mengatakan bahwa dengan meminimalkan
ongkosnya dan dikelola oleh manajemen yang baik maka Bank Century memiliki
potensi untuk bisa dijual dengan harga yang baik.Menkeu pun siap dipanggil Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) guna dimintai keterangan seputar pengambilan
kebijakan penyelamatan bank yang memiliki aset sekitar Rp. 10 triliun.
Menkeu menyebutkan hingga Juli 2009 bank hasil penggabungan PT. Bank
CIC Internasional, Bank Danpac, dan bank Pikko itu sudah untung sebesar Rp.
139,9 miliar. Bahkan, menurut Bank Indonesia, jika dilihat posisinya sejak
Desember 2008 sampai Agustus 2009, ada kenaikan simpanan nasabah sebesar Rp.
1,1 triliun.
Namun, pemberian dana penyertaan bank Century yang sekarang terus
dipersoalkan membuat Menkeu cemas lantaran bisa berakibat buruk terhadap bank
tersebut. Menurut Sri Mulyani, isu panas atas penyehatan Century yang tak sesuai
dengan fakta bukan mustahil bisa menjungkalkan kembali bank ini. Kekhawatiran
Menkeu setidaknya mulai terjadi. Sejak Bank Century diributkan, dana pihak ketiga
Bank Century turun Rp. 431 miliar, ujar Deputy Gubernur BI Budi Rochadi di
Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu 16 November 2009.
Selain besarnya dana penyertaan, hal lain yang dipersoalkan kenapa Bank
Century tidak ditutup kabarnya ada nasabah besar yang dilindungi. Kabarnya,
nasabah besar itu memiliki dana sekitar Rp. 1 triliun hingga Rp. 2 triliun. Harry
Azhar, anggota Komisi XI DPR RI, menyebut nasabah besar itu antara lain Budi
Sampoerna. Paman Putera Sampoerna, mantan pemilik PT.H.M. Sampoerna itu
disinyalir memiliki dana sebesar Rp. 1,8 triliun di Century.
Munculnya Budi Sampoerna turut menyeret Komisaris Jenderal Susno
Duadji.Isu tidak sedap merebak di kalangan anggota dewan. Kepala Badan Reserse
Kriminal markas Besar Polri itu disebut-sebut dalam proses pencairan dana Budi
Sampoerna. Keterlibatan Susno, seperti ditulis Majalah Tempo, terlihat dari
dikeluarkannya surat badan Reserse Kriminal pada tanggal 7 dan 17 April 2009.
Surat itu menyatakan dana milik Budi Sampoerna dan 18 juta dolar AS milik PT.
Lancar Sampoerna Bestari di Bank Century “sudah tidak ada masalah lagi”.
Selain itu, Susno turut memfasilitasi beberapa pertemuan direksi Century

dengan pihak Budi di Bareskrim.Pertemuan itu menghasilkan dua kesepakatan.
Salah satunya soal persetujuan pencairan dana senilai 58 juta dolar AS dari total Rp.
2 triliun milik Budi Sampoerna atas nama PT. Lancar Sampoerna Bestari.
Kesepakatan lainnya, pencairan dilakukan dalam rupiah. Atas upaya tersebut, Susno
dikabarkan dijanjikan oleh Lucas, kuasa hukum Budi Sampoerna, komisi 10 persen
dari jumlah uang Budi yang akan cair.
Soal komisi 10 persen itu dibantah Susno. “Boro-boro dapat itu,” ucap
Susno. “Ongkos saya ke luar negeri untuk mendapatkan aset-aset Robert Tantular
(pemilik Bank Century) saja belum diganti. Bantahan serupa juga dikatakan Lucas.
“Maksudnya fee? Tidak ada sama sekali, itu fitnah,” tegas Lucas.
Wakil Presiden Yusuf Kalla menyebutkan ada perkara kriminal di Bank
Century sehingga tidak layak diselamatkan. Menurut Wapres, masalah yang
dihadapi bank Century bukan lantaran krisis global. Melainkan karena pemiliknya
yaitu Robert Tantular merampok dana bank sendiri. “Masalah Bank Century itu
bukan masalah karena krisis, tetapi masalah perampokan, kriminal. Karena
pengendali bank ini merampok dana bank sendiri dengan segala cara termasuk
obligasi bodong,” ujar Wapres Yusuf Kalla.
Karena itu, Wapres Yusuf Kalla lalu memerintahkan polisi menangkap
Robert Tantular serta direksi bank Century. Dia khawatir Robert dan direksi Bank
Century melarikan diri. “Saat itu juga saya telepon (Kepala Polri Jenderal Bambang
Hendarso Danuri), Robert Tantular dan direksi yang bertanggung jawab ditangkap
dalam dua jam,” kata Yusuf Kalla.
Menurut Arif Havas Oegroseno, Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian
Internasional Luar Negeri, seperti dimuat majalah Tempo, modusnya yaitu pemilik
Bank Century membuat perusahaan atas nama orang lain untuk kelompok mereka.
Lantas, mereka mengajukan permohonan kredit.Tanpa prosedur semestinya serta
jaminan yang memadai, mereka dengan mudah mendapatkan kredit.“Bahkan ada
kredit Rp. 98 miliar yang cair hanya dalam dua jam”, kata Arif. Jaminan mereka,
tambahnya, hanya surat berharga yang ternyata bodong.
Robert sendiri sudah divonis penjara empat tahun serta denda Rp. 50 miliar
oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 10 September 2009.Vonis ini jauh lebih
rendah dibanding tuntutan jaksa yakni delapan tahun penjara.Karena itu, Kejaksaan
Agung langsung mengajukan banding atas putusan tersebut.Alasannya, majelis
hakim hanya mengenakan satu dakwaan dari tiga dakwaan yang diajukan jaksa
penuntut umum.
Tiga dakwaan tersebut pertama, Robert dianggap menyalahgunakan
kewenangan memindahbukukan dan mencairkan dana deposito valas sebesar 18 juta
dolar AS tanpa izin sang pemilik dana, Budi Sampoerna. Kedua, mengucurkan
kredit kepada PT. Wibowo Wadah Rejeki Rp. 121 miliar dan PT. Accent Investindo
Rp. 60 miliar. Pengucuran dana ini diduga tidak sesuai prosedur. Dakwaan yang
ketiga adalah melanggar Letter of Commitment dengan tidak mengembalikan suratsurat berharga Bank Century di luar negeri dan menambah modal bank. Perbuatan
Robert dan pemegang saham lain berbuntut pada krisis Bank Century yang berujung
pada pengucuran dan talangan Rp. 6,7 triliun.
Selain Robert, mantan Direktur Utama Bank Century, Hemanus Hasan
Muslim, juga sudah divonis tiga tahun penjara dengan denda Rp. 5 miliar.

Sedangkan mantan Direktur Treasur Bank Century Laurence Kusuma divonis tiga
tahun penjara dan denda Rp. 5 miliar.Tersangka lainnya adalah Hesman Al Waraq
Talaat dan RafatAli Rizvi.Dua pemegang saham Bank Century ini juga
dipersangkakan dalam tindak pidana pencucian uang.
Polisi turut menetapkan Dewi Tantular selaku Kepala Divisi Bank Note
Bank Century sebagai tersangka. Dewi kini masuk dalam daftar pencarian orang
(DPO). Dua tersangka lainnya adalah Linda Wangsa Dinata, selaku pimpinan KPO
Senayan, dan Arga Tirta Kiranah, Kadiv Legal Bank Century. Keduanya kini dalam
proses penyidikan.
Kini, pemerintah terus memburu aset Robert Tantular dan pemegang saham
lainnya dengan membentuk tim pemburu aset. Tim ini beranggotakan staf
Departemen Keuangan, markas Besar Polri, Bank Indonesia, Lembaga Penjamin
Simpanan, Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan, Departemen Luar
Negeri, Kejaksaan Agung, serta Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Sejauh ini, kata Arif Havas Oegroseno, Direktur Jenderal Hukum dan
Perjanjian Internasional Luar Negeri, tim sudah berhasil menelusuri aset itu di 13
yuridiksi. Namun, dia neggan membeberkan secara detail lokasi yuridiksi tersebut.
Sebab jika lokasi aset itu dibuka, pemiliknya akan cepat-cepat menggugat banknya,
seperti yang terjadi di Hongkong.
Untuk di dalam negeri, jumlah aset yang disita polisi terkait kasus tindak
pidana perbankan di Bank Century sebesar Rp. 1,191 miliar.Sementara di luar
negeri, polisi berhasil menemukan dan memblokir aset milik Robert Tantular senilai
19,25 juta dolar AS atau setara Rp. 192,5 miliar. Uang sebesar itu antara lain
terdapat di USB AG Hongkong senilai 1,8 juta dolar AS, PJK Jersey sejumlah 16,5
juta dolar AS, dan Bristish Virgin Island (Inggris) sebesar 927 ribu dolar AS.
Selain itu polisi juga menemukan dan memblokir aset Hesham Al Warak
Talaat serta Rafat Ali Rizvi senilai Rp. 11,64 triliun. Aset itu tersebar di UBS AG
Bank sejumlah 3,5 juta dolar AS, Standard Chartered Bank senilai 650 ribu dolar
AS dan sejumlah SGD 4.00, di ING Bank sebesar 388 ribu dolar AS.

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,
dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu
menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.Kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan
memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun
dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro,
tabungan, dan deposito.Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti,
bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat.Kegiatan menyalurkan dana,
berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat.Sedangkan jasa-jasa perbankan
lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.bank
didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE. Inilah beberapa manfaat perbankan
dalam kehidupan:
1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan
sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan
jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).
2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi
sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung
nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.
3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai
sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi
tertentu dikemudian hari (price discovery).
4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan
kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari
transaksi derivatif itu sendiri.
5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti,
transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi
sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada
masa mendatang.
Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka
yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari
eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan
usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus
didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.4
Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan
mikro terhadap proses pembangunan bangsa.
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik.Bagi banyak orang korupsi bukan
lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar
suatu kebiasaan.Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar
negara, Indonesia selalu menempati posisi paling rendah.Salah satu contoh kasus
korupsi yang cukup nengundang perhatian publik yaitu “Kasus Bank
Century”.Sama halnya dengan kasus-kasus lain, penegak hukum Indonesia memang
identik lamban dalam langkah penyelesaian masalah. Bahkan hingga awal tahun

2012 pun kasus bank century belum mampu untuk diselesaikan. Kronologi awal
bank century dimulai dari tahun 2003 ketika bank CIC diketahui tengah
menghadapi masalah. Masalah tersebut diindikasikan dengan ditemukannya
beberapa valuta asing yang mencapai angka 2 triliun rupiah. Sesuai yang disarankan
BI, bank CIC pun melakukan merger dengan bank Danpac serta bank Pikko yang
kemudian mengganti namanya menjadi bank Century. Sebenarnya, BI telah
memerintahkan bank Century untuk menjual valuta asing tersebut tetapi para
pemegang saham tidak menurutinya. Pada 2005, BI berhasil mendeteksi beberapa
surat berharga valuta asing di bank century yang berjumlah sekitar 210 juta dollar
Amerika. Sejak tanggal 29 Desember 2005, Bank Century dinyatakan sebagai Bank
Dalam Pengawasan Intensif sesuai dengan surat BI No.
7/135/DPwB1/PwB11/Rahasia. Hal ini karena Surat-surat Berharga (SSB) valuta
asing dan penyaluran kredit yang berpotensi menimbulkan masalah. Status ini terus
disandang oleh Bank Century hingga tanggal 6 November 2008, saat ditetapkan
menjadi Bank Dalam Pengawasan Khusus (DPK).Pada tanggal 13 Nopember 2008,
PT Bank Century Tbk mengalami keterlambatan penyetoran dana (pre-fund) untuk
mengikuti kliring dan dana di Bank Indonesia yang telah berada dibawah saldo
minimal, sehingga Bank disuspend untuk transaksi kliring pada hari tersebut, pada
tanggal 14 Nopember 2008 sampai dengan 20 Nopember 2008, transaksi kliring
sudah dibuka kembali namun terjadi penarikan dana nasabah secara besar-besaran
akibat turunnya tingkat kepercayaan yang timbul sebagai akibat dari pemberitaanpemberitaan seputar ketidakikutsertaan Bank pada kliring tanggal 13 Nopember
2008. Kemudian 20 November 2008, BI meberikan surat kepada menteri keuangan,
isi surat tersebut tidak lain yaitu Bank Indonesia menetapkan PT Bank Century Tbk
sebagai Bank Gagal yang berdampak sistemik.Oleh sebab itu, BI memberikan usul
untuk melakukan langkah penyelamatan melalui pihak LPS (Lembaga Penjamin
Simpanan). Kemudian KKSK (Komite Kebijakan Sektor Keuangan) memutuskan
untuk melakukan meeting pada hari yang sama. Bank Century tercatat telah
mengalami kerugian mencapai 7,8 triliun rupiah sepanjang tahun 2008. Pada tahun
2007, bank Century memiliki sejumlah asset sebesar 14,26 triliun rupiah. Namun
asset tersebut mulai tarkuras dan hanya menyisakan 5,58 triliun rupiah. Untuk
kembali menstabilkan kesehatan dana bank Century, LPS menyuntikan dana sebesar
1,5 triliun pada 3 Februari 2009. Dan kemudian, 11 Mei 2009 bank Century terlepas
dari pengawasan khusus bank Indonesia. Namun pada tanggal 3 juli 2009, parlemen
melakukan gugatan terkait biaya penyelamatan bank Century yang dianggap terlalu
besar. Apalagi, LPS kembali melakukan penyuntikan dana sebesar 630 miliar pada
tanggal 21 juli 2009 kepada bank Century. Setelah itu 18 Agustus 2009, kasus ini
pun menyeret Robert Tantular pada tuntutan delapan tahun penjara dan denda Rp50
miliar subsider lima bulan kurungan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Sebelumnya pada 15 Agustus, manajemen Bank Century menggugatnya sebesar
Rp2,2 triliun. Kepala Kepolisian Republik Indonesia menyampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat agar terus mengejar aset Robert Tantular sebesar US$19,25 juta,
serta Hesham Al-Warraq dan Rafat Ali Rizvi sebesar US$1,64 miliar dan pada 10
September 2009 Robert Tantular divonis 4 tahun penjara dan dengan Rp50 miliar.
Hasil Audit Investigatif BPK yang diserahkan kepada DPR RI tertanggal 20
November 2009 memaparkan 8 temuan penting, sejak kisah meleburnya (merger) 3
Bank hingga penggelapan dana di Bank Century. Pada intinya, temuan-temuan
yang ada mencoba mengkonfirmasi satu hal, yaitu bahwa penyelamatan Bank
Century adalah sebuah keputusan yang keliru dan diambil dengan tidak
memperhatikan berbagai catatan praktek perbankan yang tidak sehat juga kinerja
perbankan yang buruk. Dengan demikian, keputusan menggelontorkan dana hingga
triliunan rupiah terhadap Bank Century sangat beresiko untuk diselewengkan.

BAB III
PEMBAHASAN
Pengorganisasian (Organizing)
Untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah membuat pembagian kerja sehingga menjadi sebuah struktur
organisasi. Pengorganisasian adalah pembagian tugas yang akan dikerjakan, dan
pengembangan struktur organisasi atau struktur perusahaan yang sesuai.
Pengorganisasian dapat dikatakan sebagai proses penciptaan hubungan antara
berbagai fungsi, personalia, dan faktor-faktor fisik agar semua pekerjaan yang
dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada satu tujuan. Mengorganisasikan
berarti membagi pekerjaan diantara para individu dan kelompok serta
mengkoordinasikan aktifitas mereka, agar setiap individu dapat mengetahui secara
jelas apa yang menjadi tugas sehingga mereka dapat bekerja benar.
Organisasi
Pada hakekatnya organisasi dan manjemen tidak dapat dipisahkan, dimana
organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi
adalah bentuk setipa perserikatan orang untuk mencapai tujuan bersama. Jadi
didalam Organisasi terdapat 3 (tiga) faktor yaitu:
a)
Adanya sekelompok orang
b)
Adanya hubungan dan pembagian kerja diantara orang-orang itu
c)
Adanya tujuan yang ingin dicapai
Struktur Organisasi
Dalam manajemen, organisasi dibedakan antara organisasi formal dan
informal.Organisasi formal adalah struktur hubungan otoritas yang direncanakan
dan saluran komunikasi yang diarahkan kepada pelaksanaan tujuan sebagaimana
ditunjukkan oleh bagan organisasi resmi.Organisasi formal lembaga pendidikan,
dengan demikian dibatasi secara baik dan tegas dan harus memiliki
hirarkhi.Sebaliknya suatu organisasi informal kurang tegas, fleksibel dan spontan,
dangan tujuan dan hubungan yang tidak spesifik.
Pada awalnya manajemen adalah cara atau langkah – langkah dalam mengatur,
membimbing, atau memimpin seluruh sumber daya yang berupa tenaga kerja agar
seluruh rangkaian kegiatan pekerjaannya mengarah pada pencapaian tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan atau ditentukan sebelumnya. Salah satu fungsi
manajemen yang berperan penting dalam keberhasilan sebuah usaha atau organisasi
adalah fungsi pengorganisasian.Fungsi pengorganisasian secara praktis dapat
diartikan sebagai salah satu fungsi manajemen yang berfungsi untuk mengatur
segala sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dan menggunakannya secara
baik dan benar sesuai dengan fungsinya masing – masing. Fungsi pengorganisasian
secara teoritis dapat diartikan sebagai proses untuk menciptakan hubungan –
hubungan antara fungsi – fungsi, bagian yang menangani kepegawaian atau
personalia, dan faktor – faktor fisik lain yang harus dilaksanakan atau diarahkan
dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan usaha tersebut. Kegiatan – kegiatan
yang dilaksanakan dalam fungsi pengorganisasian ini antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Penentuan sumber daya – sumber daya atau faktor produksi yang diperlukan
dalam rangka mencapai tujuan usaha.

b. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok –
kelompok yang akan membawa atau memfungsikan sumber daya – sumber
daya atau faktor – faktor produksi tersebut secara maksimal sesuai dengan
tujuan perusahaan.
c. Pemberian tugas – tugas atau pengarahan hal – hal yang harus dilakukan
agar pencapaian tujuan perusahaan dapat berhasil dengan baik dan
mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
d. Memberikan limpahan wewenang kepada individu – individu yang
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya sesuai bidang kerjanya masing –
masing.
Kegagalan fungsi manajemen berupa pengorganisasian ini akan berdampak
buruk terhadap suatu organisasi atau usaha. Seorang pemimpin yang menangani
bagian pengorganisasian harus cakap dalam memberikan penerangan kepada
seluruh tenaga kerja agar dapat menjalankan pekerjaannya sesuai dengan bidangnya
masing – masing. Hal yang utama dalam kegiatan pengorganisasian adalah
mengenai masalah perekrutan, penyeleksian, pelatihan, maupun pengembangan
tenaga kerja; serta penempatan tenaga kerja sesuai dengan keahlian atau tempat
yang tepat sesuai minat dan bidang kerjanya. Pada tahap pemilihan tenaga kerja,
seringkali sebuah perusahaan mendapati orang yang tidak sesuai dengan klasifikasi
yang diharapkan perusahaan, namun kenyataannya orang tersebut dapat diterima
dan bekerja dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi, yaitu orang tersebut
direkomendasikan oleh tenaga kerja yang telah bekerja pada perusahaan tersebut
sehingga akan berdampak pada tidak maksimalnya hasil pekerjaan dari individu
tersebut. Pemberian pelatihan dan pengembangan tenaga kerja juga perlu
diperhatikan agar sesuai dengan tujuan diadakannya pelatihan maupun
pengembangan tenaga kerja pada sebuah usaha. Pemberian pelatihan atau
pengembangan dapat dikatakan salah bila terdapat perbedaan penafsiran antara
tenaga kerja dan pihak yang memberikan pelatihan, sehingga diperlukan kerja keras
atau usaha yang cukup besar agar hal – hal yang hendak disampaikan kepada tenaga
kerja dapat sesuai dengan keinginan atau harapan perusahaan.
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,
dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu
menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.Kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan
memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun
dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro,
tabungan, dan deposito.Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti,
bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat.Kegiatan menyalurkan dana,
berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat.Sedangkan jasa-jasa perbankan
lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.bank
didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE. Inilah beberapa manfaat perbankan
dalam kehidupan:
1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan
sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan
jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).

2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi
sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung
nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.
3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai
sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi
tertentu dikemudian hari (price discovery).
4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan
kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari
transaksi derivatif itu sendiri.
5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti,
transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi
sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada
masa mendatang.
Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka
yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari
eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi,