KEABSAHAN PERKAWINAN MELALUI JASA PENGHULU ONLINE YANG TIDAK DIBAWAH NAUNGAN KANTOR URUSAN AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM DITINJAU DARI PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA NOMOR 62 TAHUN 200.
KEABSAHAN PERKAWINAN MELALUI JASA PENGHULU ONLINE YANG
TIDAK DIBAWAH NAUNGAN KANTOR URUSAN AGAMA MENURUT
HUKUM ISLAM DITINJAU DARI PERATURAN MENTERI
PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA NOMOR 62 TAHUN 2005
Eranto Manalu
110111090076
ABSTRAK
Perkawinan merupakan salah satu tahapan hidup manusia untuk
mengikatkan diri antara laki-laki dan perempuan ke dalam suatu ikatan
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dengan adanya perkawinan yang
sah pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat. Kemajuan
media online di masa era globalisasi saat ini, berpengaruh terhadap praktik
perkawinan di Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat, ditemukan situs
online yang berisikan konten mengenai penyediaan jasa penghulu secara
online. Peristiwa tersebut, menimbulkan permasalahan yang bertentangan
dengan hukum yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendapatkan kepastian mengenai status dan kedudukan jasa penghulu
online yang tidak dibawah naungan Kantor Urusan Agama dan akibat hukum
perkawinan melalui jasa penghulu online
Penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif. Penelitian hukum yang dilaksanakan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder,
dan tersier baik berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum serta
bahan-bahan lain yang mempunyai hubungan dengan pembahasan di dalam
penulisan skripsi ini. Data yang digunakan dengan berpegang pada segi
yurisdis
Berdasarkan hasil penelitian ini diketauhi bahwa. Pertama Status dan
kedudukan jasa Penghulu online yang tidak berada naungan KUA tidak
memeiliki status hukum yang kuat dalam Permen PAN No 62 Tahun 2005
penghulu yang bukan dibawah naungan KUA bukanlah jabatan resmi yang
ditunjuk secara sah oleh Kementrian Agama untuk menjadi pegawai pencatat
nikah. Kedua Perkawinan yang dilakukan melaui jasa penghulu online tidak
dapat dikatakan sebagai suatu hal yang tidak sah, mengingat didalam KHI
tidak adanya aturan mengenai pencatatan, selain itu dalam rukun nikah tidak
sebutkan akan kebutuhan seorang penghulu. Namun dengan adanya
perkawinan yang dilakukan melalui jasa penghulu online tentunya akan
menimbulkan dampak bagi para mempelai yang menikah
iv
THE VALIDITY OF A MARRIAGE THROUGH THE PRESENT SERVICES
ONLINE THAT IS NOT UNDER THE AUSPICES OF THE OFFICE OF
RELIGIOUS AFFAIRS ACCORDING TO ISLAMIC LAW IN TERMS OF THE
PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA
NOMOR 62 TAHUN 2005
Eranto Manalu
110111090076
ABSTRACT
Marriage is one of the stages of human life for committing yourself
between men and women into a bond based on the prevailing norms. The
existence of a valid marriage guidelines for both men and women occur in
dignity. The progress of online media in the current era of globalization, the
influence on the practice of marriage in Indonesia. In public life, found a site
online that contains content regarding the provision of the services of this
present online. That event, raises problems that are contrary to applicable
law. This research aims to find out and get certainty on the status and the
position of the present service online that is not under the auspices of the
Office of religious affairs and the legal consequences of marriage through the
present services online
This study, the researchers used a method of juridical normative
approach. Legal research conducted by way of examining secondary data or
references in the form of primary legal materials, secondary, and tertiary
either in the form of legislation, legal literature and other materials that have a
relationship with the discussion in the writing of this thesis. The data used
with the hold on in terms of yurisdis
Based on the results of this research diketauhi that. First the Status
and position of this present online services which are not shade KUA no
strong legal status had a huge in the Candy PAN No. 62 in 2005 contending
that is not under the auspices of KUA is not the official title of lawfully
appointed by the Ministry of religious affairs to become employees of the
Registrar of marriages. Second marriages are conducted via services present
online cannot be said as a thing that is not valid, given in the absence of
GENGHIS ' rule regarding record-keeping, moreover in the pillars of marriage
are not mentioned will need a ruler. However by the presence of a marriage
that is done through the online services of this present will certainly cause
impact to the brides who get married
v
TIDAK DIBAWAH NAUNGAN KANTOR URUSAN AGAMA MENURUT
HUKUM ISLAM DITINJAU DARI PERATURAN MENTERI
PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA NOMOR 62 TAHUN 2005
Eranto Manalu
110111090076
ABSTRAK
Perkawinan merupakan salah satu tahapan hidup manusia untuk
mengikatkan diri antara laki-laki dan perempuan ke dalam suatu ikatan
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dengan adanya perkawinan yang
sah pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat. Kemajuan
media online di masa era globalisasi saat ini, berpengaruh terhadap praktik
perkawinan di Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat, ditemukan situs
online yang berisikan konten mengenai penyediaan jasa penghulu secara
online. Peristiwa tersebut, menimbulkan permasalahan yang bertentangan
dengan hukum yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendapatkan kepastian mengenai status dan kedudukan jasa penghulu
online yang tidak dibawah naungan Kantor Urusan Agama dan akibat hukum
perkawinan melalui jasa penghulu online
Penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif. Penelitian hukum yang dilaksanakan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder,
dan tersier baik berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum serta
bahan-bahan lain yang mempunyai hubungan dengan pembahasan di dalam
penulisan skripsi ini. Data yang digunakan dengan berpegang pada segi
yurisdis
Berdasarkan hasil penelitian ini diketauhi bahwa. Pertama Status dan
kedudukan jasa Penghulu online yang tidak berada naungan KUA tidak
memeiliki status hukum yang kuat dalam Permen PAN No 62 Tahun 2005
penghulu yang bukan dibawah naungan KUA bukanlah jabatan resmi yang
ditunjuk secara sah oleh Kementrian Agama untuk menjadi pegawai pencatat
nikah. Kedua Perkawinan yang dilakukan melaui jasa penghulu online tidak
dapat dikatakan sebagai suatu hal yang tidak sah, mengingat didalam KHI
tidak adanya aturan mengenai pencatatan, selain itu dalam rukun nikah tidak
sebutkan akan kebutuhan seorang penghulu. Namun dengan adanya
perkawinan yang dilakukan melalui jasa penghulu online tentunya akan
menimbulkan dampak bagi para mempelai yang menikah
iv
THE VALIDITY OF A MARRIAGE THROUGH THE PRESENT SERVICES
ONLINE THAT IS NOT UNDER THE AUSPICES OF THE OFFICE OF
RELIGIOUS AFFAIRS ACCORDING TO ISLAMIC LAW IN TERMS OF THE
PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA
NOMOR 62 TAHUN 2005
Eranto Manalu
110111090076
ABSTRACT
Marriage is one of the stages of human life for committing yourself
between men and women into a bond based on the prevailing norms. The
existence of a valid marriage guidelines for both men and women occur in
dignity. The progress of online media in the current era of globalization, the
influence on the practice of marriage in Indonesia. In public life, found a site
online that contains content regarding the provision of the services of this
present online. That event, raises problems that are contrary to applicable
law. This research aims to find out and get certainty on the status and the
position of the present service online that is not under the auspices of the
Office of religious affairs and the legal consequences of marriage through the
present services online
This study, the researchers used a method of juridical normative
approach. Legal research conducted by way of examining secondary data or
references in the form of primary legal materials, secondary, and tertiary
either in the form of legislation, legal literature and other materials that have a
relationship with the discussion in the writing of this thesis. The data used
with the hold on in terms of yurisdis
Based on the results of this research diketauhi that. First the Status
and position of this present online services which are not shade KUA no
strong legal status had a huge in the Candy PAN No. 62 in 2005 contending
that is not under the auspices of KUA is not the official title of lawfully
appointed by the Ministry of religious affairs to become employees of the
Registrar of marriages. Second marriages are conducted via services present
online cannot be said as a thing that is not valid, given in the absence of
GENGHIS ' rule regarding record-keeping, moreover in the pillars of marriage
are not mentioned will need a ruler. However by the presence of a marriage
that is done through the online services of this present will certainly cause
impact to the brides who get married
v