T1 292012143 Full text

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN
MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA
UNTUK SISWA KELAS V SD

ARTIKEL
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana

oleh
Puput Ambaryuni
292012143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

ii

iii


iv

v

vi

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN
MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA
UNTUK SISWA KELAS V SD

Puput Ambaryuni
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Email : ambaryuni45@gmail.com

ABSTRAK
Bahan ajar yang digunakan siswa adalah buku paket yang diperoleh dari
sekolah. Banyak sekolah yang hanya menggunakan buku paket tanpa ada buku

penunjang lainnya. Buku paket dirasa kurang efektif karena didalam buku ini hanya
disajikan materi yang mendasar dan kurang lengkap serta tampilan buku kurang
menarik. Selain itu belum terdapat juga bahan belajar siswa untuk belajar secara
mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan modul IPA berbasis
eksperimen materi peristiwa alam di Indonesia untuk siswa kelas V SD dan (2)
mengetahui keefektifan modul IPA Berbasis Eksperimen Materi Peristiwa Alam di
Indonesia Untuk Siswa Kelas V SD. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan R&D (Research and Development). Desain pengembangan dalam
penelitian ini adalah desain model pengembangan Borg and Gall yang telah
disederhanakan menjadi empat tahap, yaitu: studi pendahuluan, pengembangan, uji
coba dan produk akhir. Pada tahap studi pendahuluan dilakukan studi kepustakaan
dan studi lapangan untuk memperoleh data. Setelah data diperoleh, dilakukan
pengembangan modul yang dimulai dari penyusunan draft awal yang kemudian
divalidasi oleh pakar materi dan pakar kegrafikan. Hasil validasi pakar digunakan
untuk merevisi modul sesuai dengan masukan pakar materi dan pakar kegrafikan.
Setelah dilakukan revisi, modul diujicobakan secara terbatas. Guru dan siswa
diminta untuk memberikan pendapat setelah melakukan pembelajaran dengan
modul. Pendapat dari guru dan siswa digunakan untuk revisi akhir modul. Hasil
penelitian yang pertama yaitu berhasil dikembangkan Modul IPA Berbasis
Eksperimen Materi Peristiwa Alam di Indonesia Untuk Siswa Kelas V SD. Kedua

yaitu modul IPA Berbasis Eksperimen Materi Peristiwa Alam di Indonesia Untuk
Siswa Kelas V SD efektif digunakan dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan
rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari nilai rata-rata 65,60 menjadi 76,28.
Kata kunci : Modul IPA, Berbasis Eksperimen, Materi Peristiwa Alam di Indonesia

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia, seperti yang
telah kita ketahui bahwa mutu pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Mengingat pentingnya pendidikan dasar di SD/MI,
1

diperlukan upaya peningkatan pendidikan dengan mengembangkan potensi siswa yang tidak
terlepas dari peran guru sebagai tenaga pendidik.
Guru dapat menggunakan bahan ajar yang berfungsi membantu mempermudah
penyampaian suatu informasi terkait dengan materi yang disampaikan. Sehingga siswa lebih
termotivasi belajar dan dapat menerima informasi yang disampaikan guru dengan baik, benar
dan sistematis.

Menurut Ahmad Sudrajad (dalam Prastowo, 2011) bahan ajar adalah


seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar yang saat
ini digunakan siswa adalah buku paket yang didapatkan dari sekolah tanpa ada buku
penunjang lainnya, buku paket kurang mencukupi kebutuhan belajar siswa karena materi yang
kurang lengkap, kurangnya soal-soal latihan serta tampilan buku kurang menarik. Buku paket
kurang efektif karena masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM pada mata
pelajaran IPA.
Modul pembelajaran IPA untuk siswa kelas V SD ini akan membuat siswa termotivasi
belajar dan mudah memahami materi karena modul akan disajikan dengan tampilan menarik
beserta gambar dan latihan-latihan soal. Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba
mengembangakan bahan ajar untuk membantu siswa dalam mengingat dan memahami materi,
salah satunya dengan Pengembangan Modul IPA Berbasis Eksperimen Materi Peristiwa Alam
di Indonesia Untuk Siswa Kelas V SD.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan modul IPA
Berbasis Eksperimen Materi Peristiwa Alam di Indonesia Untuk Siswa Kelas V SD? dan
apakah modul IPA Berbasis Eksperimen Materi Peristiwa Alam di Indonesia efektif
diterapkan pada siswa kelas V SD?
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan modul IPA Berbasis Eksperimen
Materi Peristiwa Alam di Indonesia Untuk Siswa Kelas V SD serta mengetahui keefektifan
modul IPA Berbasis Eksperimen Materi Peristiwa Alam di Indonesia Untuk Siswa Kelas V

SD.
Modul ini diharapkan dapat membantu siswa belajar secara mandiri maupun kelompok
dan dapat digunakan oleh guru sebagai bahan ajar alternatif di kelas. Selain itu, model
penyajian modul ini diupayakan memberi kemudahan fasilitas kepada siswa dalam
memahami dan memperdalam materi yang dipelajari.

2

KAJIAN PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan pengertian modul adalah program belajar
mengajar yang dipelajari siswa dengan bantuan minimal dari guru yang meliputi perencanaan
tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran, alat untuk penilai, serta pengukur keberhasilan
siswa dalam penyelesaian pelajaran. Prastowo (2011) juga berpendapat bahwa modul adalah
bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa
sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar secara mandiri
dengan bimbingan minimal dari pendidik. Kesimpulan dari pengertian modul adalah suatu
bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami sebagai
sarana belajar yang berisi tujuan, materi latihan soal yang dapat digunakan siswa untuk
belajar secara mandiri.
Fungsi Modul menurut Prastowo (2011) adalah sebagai berikut: (1) sebagai bahan ajar

mandiri; (2) pengganti fungsi pendidik; (3) sebagai alat evaluasi; (4) dan sebagai bahan
rujukan bagi siswa.
Tujuan dari penyusunan modul adalah sebagai berikut: (1) agar siswa dapat belajar
secara mandiri dengan atau tanpa bimbingan pendidik; (2) agar peran pendidik tidak terlalu
dominan dalam kegiatan pembelajaran; (3) melatih kejujuran siswa; (4) mengakomodasi
tingkat kecepatan belajar siswa; (5) agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat pengausaan
materi yang telah dipelajari.
Kegunaan modul dalam pembelajaran menurut Andriani (dalam Prastowo, 2011)
adalah sebagai penyedia informasi dasar; sebagai bahan petunjuk bagi siswa; serta sebagai
bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif.
Karakteristik modul menurut Nur Mohammad (dalam Prastowo, 2011) adalah modul
dirancang dengan sistem pembelajaran mandiri; pembelajaran disusun secara urut dan
sistematis; mengandung tujuan, kegiatan dan evaluasi; diupayakan dapat mengganti beberapa
peran pendidik; cakupan bahasan terfokus dan terukur.
Unsur modul menurut Surahman adalah sebagai berikut: Judul; petunjuk umum
(kompetensi dasar, pokok bahasan, indikator pencapaian, referensi, lembar kegiatan siswa,
petunjuk penggunaan, evaluasi); materi modul; dan evaluasi.
Langkah-langkah penyusunan modul menurut Prastowo (2011), terdapat empat
tahapan yang harus dilakukan. Adapun tahapannya meliputi: (1) Analisis Kurikulum, tahap
analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan materi apa saja yang membutuhkan bahan

ajar. (2) Menentukan judul modul, judul yang akan digunakan dalam modul harus mengacu
pada kompetensi dasar atau materi pokok yang ada di dalam kurikulum; (3) Penulisan Modul,
3

dalam penulisan modul ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: (a) perumusan
kompetensi dasar yang harus dikuasai, rumusan kompetensi dasar pada suatu modul adalah
spesifikasi kualitas yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka berhasil menyelesaikan
modul tersebut; (2) Penentuan alat evaluasi, evaluasi dapat langsung disusun setelah
ditentukan kompetensi dasar yang akan dicapai; (3) Penyusunan materi, materi atau isi modul
sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi dalam penyusunan
modul dapat berasal dari sumber buku, internet, majalah atau jurnal penelitian; (4) Urutan
pengajaran, urutan pengajaran diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Dengan
adanya petunjuk tersebut, maka siswa tidak perlu banyak bertanya dan pendidik tidak terlalu
banyak menjelaskan; (5) Struktur modul, struktur modul tergantung pada karakter materi yang
disajikan, ketersediaan sumber daya dan kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
Kelebihan modul bagi siswa menurut Hamdani (2011) diantaranya: siswa mendapat
kesempatan untuk belajar secara mandiri; proses belajar menjadi lebih menarik; siswa
memiliki kesempatan untuk mengekspresikan cara belajarnya. Sedangkan manfaat modul bagi
guru diantaranya: Mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan buku, dapat memperluas
wawasan, membantu membangun komunikasi yang efektif antara guru dan siswa.

Modul juga memiliki beberapa kelemahan, seperti yang diungkapkan oleh Nasution
(2010). Kesulitan dari siswa adalah siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan modul,
siswa sudah terbiasa belajar dengan guru sebagai pusat pengetahuan. Sedangkan kesulitan
bagi guru adalah saat menyiapkan modul, modul yang baik membutuhkan banyak waktu, guru
membutuhkan keahlian dan keterampilan yang cukup, guru harus mampu menjawab semua
pertanyaan dari siswa karena siswa mempelajari materi yang berbeda-beda.
Metode pembelajaran eksperimen menurut Roestiyah N.K. (2008) adalah suatu cara
mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya,
menuliskan hasil percobaan kemudian hasil pengamatan yang diperoleh disampaikan didepan
kelas kemudian dilakukan evaluasi oleh guru. Bahri (2006) juga berpendapat bahwa metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kesimpulan dari beberapa
pendapat diatas, metode eksperimen merupakan suatu metode dimana siswa dilibatkan
langsung untuk mengamati suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi pada suatu obyek
dibawah bimbingan guru.
Langkah-langkah pembelajaran eksperimen menurut Moedjiono (dalam Ernawati,
2007) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran eksperimen adalah sebagai
berikut: (1) Mempersiapkan pemakaian metode eksperimen yang meliputi: menetapkan
4


kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai, mempersiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan, mengadakan uji eksperimen untuk mengetahui proses dan hasilnya sebelum
memberi tugas kepada siswa, menyediakan lembar kerja. (2) Melaksanakan pemakaian
metode eksperimen yang meliputi: berdiskusi bersama tentang prosedur, peralatan dan bahan
untuk melakukan eksperimen serta mencatat hal-hal yang perlu dicatat selama eksperimen,
guru membantu, membimbing dan mengawasi eksperimen yang dilakukan oleh siswa. Siswa
membuat kesimpulan dan menuliskan hasil eksperimen pada lembar kerja. (3) Tindak lanjut
terhadap pemakaian metode eksperimen yang meliputi: mendiskusikan hambatan selama
eksperimen berlangsung, membersihkan alat dan bahan setelah kegiatan eksperimen berakhir,
dan evaluasi oleh guru terhadap eksperimen yang telah dilakukan
Kelebihan metode pembelajaran eksperimen menurut Syaiful Sagala (2012)
berpendapat kelebihan dari metode pembelajaran eksperimen diantaranya adalah sebagai
berikut: (1) Metode ini membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan hasil
percobaannya sendiri; (2) Dapat mengembangkan sikap tentang sains dan teknologi; (3)
Metode ini didukung oleh asas didaktik modern.
Kekurangan metode pembelajaran eksperimen menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain
(2010) adalah sebagai berikut: (1) metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan
teknologi; (2) metode ini memerlukan banyak peralatan; (3) metode ini menuntut siswa untuk
memiliki ketelitian dan keuletan; (4) setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan karena mungkin ada beberapa faktor yang berada diluar jangkauan kemampuan.

Adapun karakteristik modul pembelajaran yang akan dikembangkan: Modul dikemas
dengan gambar yang menarik perhatian siswa, menggunakan bahasa yang komunikatif,
sehingga mudah dipahami siswa, materi mudah dipahami, pembelajaran disajikan dengan
percobaan sederhana yang dibimbing oleh guru, sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti
pembelajaran.
Tercapainya tujuan pembelajaran sebagai tolok ukur kefektifan pembelajaran tersebut
dapat diukur dari keberhasilan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Arifin (2012) bahwa untuk mengetahui keefektifan pembelajaran harus dilaksanakan
evaluasi. Keefektifan pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari proses pembelajaran
yang dilakukan, apakah tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai atau tidak.
Keberhasilan

pencapaian

tujuan

belajar

dapat


diketahui

melalui

pelaksanaan

evaluasi/penilaian hasil belajar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini keefektifan
pembelajaran diukur dari hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan
modul yang dikembangkan.
5

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau sering disebut juga
dengan Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2009) penelitian R & D
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut.
Subjek Penelitian ini adalah guru kelas V SD Negeri 03 Tunjungan dan siswa kelas V
SD Negeri 03 Tunjungan Kabupaten Blora.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain model
pengembangan menurut Borg and Gall yang telah disederhanakan oleh Sukmadinata (2012).
Desain pengembangan ini meliputi: Studi pendahuluan, pengembangan, uji coba dan produk
akhir.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berorientasi pada
pengembangan modul IPA berbasis eksperimen materi Peristiwa Alam di Indonesia untuk
kelas V SD semester II. Keberhasilan penggunaan modul yang dikembangkan dapat dilihat
dari keefektifan pembelajarannya. Keefektifan pembelajaran dilihat dari perolehan skor hasil
belajar siswa dalam ranah kognitif yang dapat dilihat berdasarkan KKM yang telah
ditentukan.
Desain model pengembangan menurut Borg and Gall yang telah disederhanakan oleh
Sukmadinata dalam bukunya metode penelitian pendidikan (2012), secara garis besar langkah
dari penelitian pengembangan meliputi: (1) Tahap studi pendahuluan, dimana tahap studi
pendahuluan merupakan tahapan awal dalam penelitian pengembangan. Tahap ini terdiri dari
dari dua langkah diantaranya adalah studi kepustakaan dan studi lapangan; (2) tahap
pengembangan, tahap pengembangan dimulai dari membuat draft produk awal yang meliputi
penentuan judul modul sampai tahap penulisan modul. draf produk awal modul pembelajaran
dibuat sesuai dengan konsep pembelajaran IPA dengan metode eksperimen berdasarkan studi
pendahuluan yang telah dilakukan. Draf produk yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh
pakar, yakni pakar materi dan pakar kegrafikan. Hasil dari validasi akan digunakan sebagai
masukan untuk merevisi draft produk awal; (3) tahap uji coba, setelah draft modul direvisi
maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba terbatas yang melibatkan satu SD, yakni
siswa kelas V SD Negeri 03 Tunjungan dengan jumlah 25 siswa. Dalam uji coba ini, guru
beserta siswa menilai kualitas dari modul yang telah dikembangkan. Hasil penilaian guru dan
siswa dijadikan sebagai dasar untuk merevisi produk; (4) produk akhir, produk akhir dari
pengembangan modul merupakan hasil akhir revisi produk setelah diuji cobakan secara
terbatas di SD negeri 03 Tunjungan.
6

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes
dan non tes. Teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. Tes
tertulis dilakukan untuk melihat keefektifan modul yang telah dikembangkan. Sedangkan
teknik non tes yang digunakan adalah wawancara, angket dan observasi. Wawancara
dilakukan untuk melihat bagaimana tanggapan guru terhadap buku yang telah disediakan oleh
pemerintah. Angket digunakan untuk mengetahui kualitas modul pembelajaran yang telah
dibuat. Angket diberikan kepada pakar materi dan pakar kegrafikan sebelum dilakukan uji
coba. Angket juga diberikan kepada guru dan siswa setelah melaksanakan pembelajaran
dengan modul. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengamati bagaimana guru dan siswa
melakukan pembelajaran menggunakan modul yang telah dikembangkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di SD Negeri 03 Tunjungan
Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016. Modul yang telah dibuat merupakan modul
yang dikembangkan dari satu Kompetensi Dasar sehingga uji coba terbatas dilakukan selama
2 kali pertemuan dimana 1 kali pertemuan untuk pembelajaran 1 dan 1 kali pertemuan untuk
melakukan pembelajaran 2 dan evaluasi. Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal
22 April 2016, sedangkan pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 April 2016.
Data Hasil Penelitian diperoleh dari: (1) Data hasil validasi pakar, tahap validasi pakar
diminta untuk memberikan saran perbaikan, pakar juga diminta untuk mengisi angket. Angket
yang diberikan kepada pakar berisi tentang butir-butir penilaian yang dirangkum menjadi
beberapa indikator penilaian. Hasil validasi pakar materi dapat dilihat pada tabel berikut.

No.

Indikator

Rata-rata

Kategori

1.

Kesesuaian Materi dengan SK dan KD

3,00

Cukup sesuai

2.

Keakuratan Materi

3,40

Sesuai

3.

Kemuktahiran Materi

4,00

Sesuai

4.

Mendorong Keingintahuan

4,00

Sesuai

3,60

Sesuai

Rata-rata Keseluruhan

Tahap validasi selain dari materinya, divalidasi pula dari segi kegrafikannya. Hasil
validasi oleh pakar kegrafikan dapat dilihat pada tabel berikut.

7

Indikator

No.

Rata-rata

Kategori

1.

Ukuran atau format buku

4,00

Sesuai

2.

Desain sampul modul (cover)

4,00

Sesuai

3.

Desain isi modul

4,00

Sesuai

4,00

Sesuai

Rata-rata Keseluruhan

(2)

Data Hasil Respon Guru dan Siswa, setelah pembelajaran dilaksanakan, guru dan

siswa memberikan respon terhadap modul yang telah dikembangkan. Hasil dari angket respon
guru terhadap modul pembelajaran yang telah dikembangkan dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Indikator

Skor

Kategori

Pembelajaran dengan menggunakan modul

5,00

Sangat setuju

No.
1.

lebih mudah
2.

Modul sangat membantu dalam pembelajaran

4,00

Setuju

3.

Pembelajaran dengan menggunakan modul

4,00

Setuju

5,00

Sangat setuju

5,00

Sangat setuju

3,00

Cukup setuju

4,00

Setuju

4,00

Setuju

4,25

Sangat setuju

membantu siswa untuk belajar secara mandiri
4.

Pembelajaran dengan menggunakan modul
membantu siswa dalam memahami materi yang
disajikan

5.

Pembelajaran dengan menggunakan modul
membantu siswa menjadi lebih aktif dan kreatif

6.

Pembelajaran dengan menggunakan modul
meningkatkan tanggung jawab siswa

7.

Pembelajaran dengan menggunakan modul
dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa

8.

Pembelajaran dengan menggunakan modul
membuat evaluasi lebih mudah
Rata-rata Keseluruhan

Siswa juga memberikan respon terhadap modul yang telah dikembangkan. Modul ini
telah direspon oleh 25 siswa. Rata-rata hasil dari respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

8

No.

Indikator

Skor

Kategori

1.

Modul ini membuatku lebih semangat belajar

5,00

Sangat setuju

2.

Isi

4,76

Sangat setuju

4,76

Sangat setuju

5,00

Sangat setuju

mudah

5,00

Sangat setuju

6.

Kalimat-kalimat dalam modul mudah dipahami

4,72

Sangat setuju

7.

Soal-soal dalam modul membantuku menguasi

4,68

Sangat setuju

4,84

Sangat setuju

modul

sesuai

lingkungan

sekitarku,

membuatku lebih mudah memahami materi
3.

Gambar-gambar di dalam modul membuatku
lebih mudah memahami materi

4.

Kegiatan belajar dalam modul membuatku
semakin aktif dalam belajar

5.

Petunjuk-petunjuk

dalam

modul

dipahami

materi yang telah dibahas
Rata-rata Keseluruhan

(3) Data hasil belajar, data hasil belajar terdiri dari data hasil pretest dan posttest. Data dari
hasil tes tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dengan tujuan untuk
mempermudah dalam membuat interval kelas. Sturges dalam Sugiyono (2013) menunjukkan
cara menghitung jumlah kelas interval adalah sebagai berikut.
K

= 1+ 3,3 log n

Rentang data = data terbesar - data terkecil + 1
Panjang kelas = rentang : jumlah kelas
Keterangan
K

= Jumlah kelas interval

n

= banyaknya data
Data hasil pretest diolah berdasarkan rumus yang telah disajikan, sehingga didapatkan

hasil perhitungan sebagai berikut.
K

= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 25
= 1 + 3,3 x 1,397
= 1 + 4,61
= 5,61
= 5 atau 6
9

Sedangkan rentang data dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Rentang data = data terbesar – data terkecil + 1
= 87 – 47 + 1
= 41
Panjang kelas = rentang : jumlah kelas
= 41 : 5
= 8,2
= 8 atau 9
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi menggunakan 6 kelas dengan panjang kelas 9. Tabel distribusi frekuensi hasil
pretest dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Kelas Interval

Frekuensi (f)

Persentase

41 – 50

3

12%

51 – 60

7

24%

61 – 70

5

20%

71 – 80

8

32%

81 – 90

2

8%

91 – 100

0

0%

Data hasil posttest juga diolah berdasarkan rumus yang telah disajikan, sehingga
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut.
K

= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 25
= 1 + 3,3 x 1,397
= 1 + 4,61
= 5,61
= 5 atau 6

Sedangkan rentang data dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Rentang data = data terbesar – data terkecil + 1
= 100 – 47 + 1
= 54
Panjang kelas = rentang : jumlah kelas
= 54 : 6
=9

10

Hasil dari perhitungan tersebut, data dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi menggunakan 6 kelas dengan panjang kelas 9. Tabel distribusi frekuensi hasil
pretest dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Kelas Interval

Frekuensi (f)

Persentase

41 – 50

0

0%

51 – 60

4

16%

61 – 70

3

12%

71 – 80

10

40%

81 – 90

6

24%

91 - 100

2

8%

Data Deskriptif Hasil Pretest dan Posttes menampilkan nilai terendah (minimum),
nilai tertinggi (maximum), rata-rata (mean) skor hasil pretest daan posttest. Data deskriptif ini
diolah dengan bantuan SPSS 16,0 for windows yang disajikan dalam tabel berikut ini.
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Pretest

25

47

87

65.60

11.965

Posttest

25

53

100

76.28

12.123

Valid N (listwise)

25

Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai terendah dari pretest adalah 47 dan nilai
tertinggi adalah 87 dengan rata-rata 65,60. Sedangkan nilai terendah dalam posttest adalah 53
dan nilai tertinggi adalah 100 dengan rata-rata 76,28.
Data ketuntasan hasil pretest dan posttest dimana nilai KKM yang ditetapkan sebesar
60, data ketuntasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Ketuntasan

Pretest

Posttest

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

Tuntas

15

60%

21

84%

Tidak Tuntas

10

40%

4

16%

Tabel diatas dapat diketahui bahwa saat dilakukan pretest jumlah siswa memperoleh
nilai di atas 60 sebanyak 15 siswa atau 60% dan yang memperoleh nilai di bawah 60
sebanyak 10 siswa atau 40%. Sedangkan saat dilakukan posttest jumlah siswa yang
11

memperoleh nilai di atas 60 sebanyak 21 siswa atau 84% dan yang memperoleh nilai di
bawah 60 adalah 4 siswa atau 16%.

SIMPULAN DAN SARAN
Hasil

dari penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan antara lain: (1)

penyusunan modul IPA menggunakan jenis penelitian pengembangan (Research and
Development). Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu. Proses penyusunan modul ini menggunakan model
pengembangan Borg and Gall (dalam Sukmadinata, 2011). Prosedur penelitiannya meliputi
tahap studi pendahuluan, pengembangan, uji coba dan produk akhir. Hasil akhir dari
penelitian pengembangan ini adalah Modul IPA Berbasis Eksperimen materi Peristiwa Alam
di Indonesia untuk siswa kelas V SD; (2) Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa modul IPA Berbasis Eksperimen Materi Peristiwa Alam
di Indonesia Untuk Siswa Kelas V SD efektif digunakan dalam pembelajaran. Hal ini
dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari nilai rata-rata 65,60 menjadi
76,28.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan modul IPA berbasis eksperimen
materi Peristiwa Alam di Indonesia untuk siswa kelas V SD. Modul yang telah dikembangkan
ini digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. Agar pembelajaran dengan
modul lebih efektif, maka perlu adanya perbaikan pada beberapa bagian modul, diantaranya:
(1) pada bagian petunjuk penggunaan modul, sebaiknya pada bagian judul materi yang akan
dipelajari lebih diperbesar agar terlihat lebih jelas dan mempermudah pemahaman siswa; (2)
sebaiknya ditambahkan materi tentang tindakan apa saja yang harus dilakukan pada saat
peristiwa alam terjadi, agar siswa dapat mengetahui tindakan yang tepat saat peristiwa alam
terjadi didaerah mereka; (3) Pada materi percobaan membuat banjir, sebaiknya percobaan
yang dilakukan sesuai dengan penyebab banjir yang ditemui siswa dalam kehidupan seharihari.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI. http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id (2 Maret 2016).
Bahri, Syaiful D. Dan Azwan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dahlan,
Ahmad.
2014.
Pengertian
http://eurekapendidikan.com

dan
12

Peranan

Metode

Experimen.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva Press
. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.
Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

13