BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA
SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
(Studi Etnografi di SMP N2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
AHSIN TAKIYUDIN HANIAH
A410 080 064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

 
 

RSETUJUA
AN
PER


BUDAYA
A BELAJA
AR MATEM
MATIKA SIS
SWA RINT
TISAN SEK
KOLAH
B
BERTARAF
F INTERNA
ASIONAL
(Studi Etnnografi di SM
MP N2 Rintiisan Sekolahh Bertaraf Innternasioanl Demak)

Diiajukan oleh :
AHSIN TA
AKIYUDIN HANIAH
A
A410 080 0644


Telahh disetujui olleh :

Pembimbing
P
gI

Pembimbing
g II

Prof.
P
Dr. Su
utama,M.Pd
Tanggal
T
persetujuan:

Idris Harta,M
MA, Ph. D

Tanggal perrsetujuan:

 
 

2

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA
SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
(Studi Etnografi di SMP N2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak)
 
Oleh:

Ahsin takiyudin H, 2 Prof. Dr. Sutama,M.Pd, 3 Idris Harta,MA, Ph. D
1
Mahasiswa Pendidikan Matematika UMS, zzhiurin@yahoo.com
2
Staf Pengajar di UMS, sutama_mpd@yahoo.com
3
Staf Pengajar di UMS,


1

Abstrak
This study aimed to describe the culture of learning mathematics stubs standard
international students during the learning process in the classroom and outside the
classroom learning culture. Types of qualitative research with ethnographic types.
Informants are principals, teachers and students of mathematics RSBI
Demak.Teknik data collection used were interviews, observation and
documentation. Data analysis techniques performed interactively. The validity of
the data used triangulation techniques. The results (1) a culture of learning
mathematics stubs standard international students during the learning process in
the classroom that is active, creative in the learning of the student class placement
done RSBI as moving classes so students in learning keingginan have to learn, the
teacher always motivate students by giving opportunity to ask questions, do the
example problems. Aspects that met the cognitive, affective and sychomotor.
Learning methods are used frequently asked questions, discussions, lectures and
contextual, (2) culture RSBI students learn mathematics outside the classroom at
break time students put themselves into the next class, kekantin, Librarianship to
review the materials provided by the teacher and the school also opened extra

mathematics for students interested in learning
Keywords: Cultural Learning, School class pioneering Inernasional
Pendahulauan
Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas
belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta
didik. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi dalam proses pembelajaran harus
terus dikembangkan agar membawa dampak yeng lebih baik di masa yang akan
datang.


 

Namun, di sisi lain peran orang tua yang menuntut segala sesuatau dengan
standar tinggi akan tetapi karena keinginan orang tua sampai tidak satu pun bisa
dijangkaunya. Peserta didik tidak diberi kesempatan untuk merasakan hal-hal di
bawah standar yang ditetapkan orang tua. Jika prestasi mereka di bawah standar,
maka hanya hukuman yang akan ditetapkan. Oleh karena itu, tidak mungkin
mereka bisa menikmati aktivtas sekolah ketika peserta didik merasa kegiatan tidak
membuat nyaman akibat tekanan yang didapatkannya. Orang tua menginginkan

pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai kualitas pendidikan sekarang, untuk
menciptkan kebutuhan yang diperlukan berupa akademik dan prestasi sedangkan,
peserta didik dengan sendirinya akan berusaha mendapatkan prestasi sesuai
dengan budaya belajar mereka sendiri.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia

ada bebarapa beberapa macam.

Terutama pada pendidikan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah yang
sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan
mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic
Co-operation and Development(OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum
internasional. Yang termasuk anggota Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) ialah: Australia, Austria, Belgia, Kanada, Republik Ceko,
Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Irlandia, Italia, Japan,
Korea, Luxembourg, Mexico, Belanda, New Zealand, Norwegia, Polandia, Portugal,
Republik Slovakia, Spanyol, Swedia, Switzerland, Turki, Inggris, Amerika dan negara
maju lainnya seperti Chili, Estonia, Israel, Rusia, Slovenia, Singapore, dan Hongkong.


Kualitas pendidikan nasional mengacu kepada delapan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) dan kualitas internasional diukur dengan kriteria-kriteria internasional
yang dikaji secara seksama melalui persandingan SNP dengan standar/kriteria
mutu internasional dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara
anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum Internasional,
pertukaran informasi, studi banding.


 

Salah satu sakolah favorit di kabupaten Demak yang juga berpredikat
sebagai Rinisan Sekolah Bertaraf Internasional. SMP Negeri 2 Demak,
menjalankan proses pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dan
diperkaya

dengan

sistem


pendidikan

dari

negera-negara

maju.

Proses

pembelajaran didasarkan pada nilai-nilai inti dan budaya lokal yang
mengedepankan proses pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. 
Berdasarkan budaya belajar siswa yang mempunyai keterkaitan dengan
prestasi belajar, sebab dalam budaya belajar mengandung kebiasaan belajar dan
cara-cara belajar yang dianut oleh siswa. Budaya belajar yang baik akan
berdampak pada prestasi yang baik pula. Menurut Tarmizi (2008) budaya belajar
yang baik mengandung suatu ketetapan, keteraturan menyelesaikan tugas dan
menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi belajar sehingga
semua itu akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.

Budaya belajar dapat dilihat dari dampak negatif maupun dampak positif
dalam budaya belajar. Dalam hal ini (Slameto, 2003: 73) berpendapat, “Banyak
siswa gagal belajar akibat karena mereka tidak mempunyai budaya belajar yang
baik, mereka kebanyakan hanya menghafal pelajaran“. Pendapat tersebut
dipertegas pula oleh William H. Burton dalam Oemar Ham'alik (2008) yang
temasuk dalam salah satu prinsip belajar, yaitu: Proses belajar terutama
mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang diperbuat dan
mengerjakan apa yang dipelajari.
Pembelajaran matematika menuntut peserta didik untuk belajar sesuai
dengan alokasi waktu yang telah di tentukan, menghafal rumus, belajar dalam
ruangan dan hanya mengejar nilai akademis saja. Pada kenyataannya budaya
belajar tersebut menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran khususnya
pembelajaran matematika. Di mana tujuan dari pembelajaran matematika adalah
peserta didik dapat menemukan suatu cara untuk dapat menyelesaikan suatu
permasalahan matematika secara informal dalam pembelajaran di kelas. Supaya
tujuan pembelajaran matematika dapat diterima oleh peserta didik dan
mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.


 


Jadi, budaya belajar yang baik mengandung suatu ketetapan, keteraturan
menyelesaikan tugas, konsentrasi yang baik, memanfaatkan waktu belajar,
disiplin dalam belajar, kegigihan/keuletan dalam belajar, konsisten dalam
menerapkan cara belajar efektif dan mempunyai daya saing yang tinggi dengan
negara lain. Demikian pula sebaliknya, budaya belajar yang kurang baik akan
membentuk siswa RSBI menjadi pribadi yang malas, bertindak semaunya sendiri
dan tidak teratur.
Budaya belajar yang menyenangkan dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dan dapat memberikan dampak yang positif bagi diri siswa RSBI
khususnya dalam hal penguasaan materi, suasana yang terjadi akan lebih
menyenangkan dan menantang para guru untuk mengembangkan metode dan
model pembelajaran yang baik. Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran
matematika, dibutuhkan budaya pembelajaran yang menyenangkan baik untuk
siswa itu sendiri maupun guru yang ada.
Hasil penelitian Andrews Paul (2010) yang berjudul “Pentingnya budaya
matematika dalam belajar” memberikan kesimpulan bahwa: mengajar dan belajar
matematika dari kebutuhan untuk

mengetahuai alokasi waktu dalam budaya


belajar. Dalam bagian pertama ada tiga model utama dari budaya pendidikan
dalam belajar. Kedua lebih mengetahui kurikulum yang ada. Ketiga membahas
bagaimana budaya menginformasikan kekhasan dari empat Eropa kurikulum
matematika, sedangkan bagian keempat membahas perbedaan budaya yang
terletak pada pembelajaran matematika. Dengan demikian peneliti dapat
menembus Budaya pada aspek pendidikan dan usaha mengetahui proses belajar
mengajar siswa pada budaya belajar matematika.
Rahmatsyah (2003) melakukan penelitian kualitatif di perguruan tinggi
dengan fokus mahasiswa berprestasi unggulan dengan judul “Budaya Belajar
Mahasiswa

yang

Berprestasi

Unggul.”

Hasil

interpretatif

penelitiannya

menyatakan bahwa kecerdasan intelektual menjadi syarat untuk memcapai
prestasi unggul, meskipun kecerdasan intelektual tinggi tidak menjamin secara
otomatis perolehan indeks prestasi kumulatif (IPK) tinggi. Masih terdapat dimensi


 

nonintelektual yang menentukan budaya unggul terbentuk melalui sinergisitasi
antara kecerdasan intelektual dengan dimensi-dimensi nonintelektual.
Peneliti Mulyani (2008) yang berjudul “Pengaruh Tingakat Kecerdasan,
Motivasi Berprestasi, dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa” memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara: (1) tingakt kecerdasan dengan prestasi belajar matematika, (2)
motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa, (3) kebiasaan
belajar dengan prestasi belajar matematika siswa, (4) tingat kecerdasan, motivasi
berprestasi dan kebisaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika
siswa.
Hasil penelitian Martono Nanang (2009) yang berjudul “Upaya
Mewujudkan Sekolah Berstandar Internasioanal Berbasis Potensi Lokal”
memberikan kesimpulan bahwa: Pada dasarnya, ada dua aspek yang harus
diperhatikan dalam proses pendidikan. Kedua aspek tersebut adalah aspek metode
dan substansi. Aspek metode berupaya menjawab “bagaimana substansi atau
materi pembelajaran ditransmisikan kepada peserta didik?”. Komponen penting
dalam aspek ini adalah media pembelajaran ataupun alat bantu proses
pembelajaran.
Sekolah yang termasuk kategori SBI adalah sekolah yang dinilai “mampu”,
baik dari sisi fisik, maupun SDM-nya. Hal ini tentunya menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi SDM di SBI untuk mengaktualisasikan kemampuannya
memanfaatkan sumber daya lokal dalam proses pembelajarannya. Seorang peserta
didik dalam praktiknya jangan sampai mempelajari sesuatu yang berada jauh dari
kehidupan kesehariannya namun hal-hal yang sifatnya dekat dengan dirinya justru
tidak pernah dibahas dalam kegiatan di sekolahnya. Apabila meminjam istilah
Marx, ia menyebutnya fenomena ini sebagai “proses alienasi”, pengasingan
peserta didik dengan sesuatu yang sangat dekat dengan dirinya.
Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya belajar
matematika di SMP Negeri 2 Demak?, fokus masalah ini kemudian dirinci
menjadi 2 sub fokus penelitian. Bagaimana budaya belajar matematika siswa


 

RSBI pada proses belajar mengajar di kelas? Bagaimana budaya belajar
matematika siswa RSBI pada saat di luar kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk Memaparkan budaya belajar matematika
siswa RSBI pada proses belajar mengajar dan pada saat di luar di kelas di SMP N
2 Demak.
Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan kepada bidang
pendidikan matematika, terutama dalam budaya pembelajaran matematika.
Budaya belajar yang berkualitas akan berdampak pada peningkatan mutu
pendidikan melalui peningkatan hasil belajar. Secara khusus, studi ini memberi
uraian alternative budaya belajar matematika yang berbeda dari cara belajar
sebelumnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana informan terdiri dari
kepala sekolah, guru metematika dan siswa SMP Negeri 2 Demak. Metode
pengumpulan

data

dilakukan

dengan

cara

observasi,

wawancara,

dan

dokumentasi. Teknik analisi data dilakukan dengan tahapan pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Keabsahan data
menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi teknik.
Hasil dan Pembahasan
1. Budaya belajar siswa Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) pada proses
belajar mengajar pada di Kelas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 RSBI
Demak bahwa belajar matematika pada saat proses belajar mengajar berbeda
dengan sekolah yang lain. Siswa RSBI mempunyai tingkat prestasi di bidang
akademik, prestasi, intelektual dalam proses belajar tersebut dapat
berlangsung dengan efektif, kreatif dan efesien.
Keaktifan siswa saat memasuki kelas dilakukan moving kelas. Sehingga
siswa pada saat belajar berkeingginan untuk belajar dan merasa nyaman saat
mendapatkan ilmu yang diberikan guru melalui sistem pembelajaran dua
bahasa pada mata pelajaran matematika.


 

Motivasi siswa dalam memesuki sekolah RSBI berasal dari sendiri dan
orang tua. Sekolah RSBI mempunyai ketentuan dari hal akademik maupun
prestasi bagi siswa yang sekolah mempunyai syarat bagi siswa. Sehingga
siswa mempunyai keingginan untuk memasuki sekolah RSBI yang
mengedepankan prestasi yang unggul.
Sistem pembelajaran yang diajarkan di SMP Negeri 2 RSBI Demak
dengan sekolah yang lain pada umumnya yang membedakan adalah
menekankan pada sistem pembelajaran bilingual (dua bahasa). Sehingga
dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan dua bahasa.
Dengan hal ini, siswa banyak menguasai kosa kata dalam belajar dalam
memahami pelajaran matematika.
Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari metode pembelajaran,
media pembelajaran yang digunakan pengelolaan kelas, materi yang diberikan
dan penilaian. Metode terkait dengan cara yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Media terkait dengan fasilitas untuk memperlancar
proses interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran pengelolaan kelas
terkait dengan bagaimana seorang guru dalam mengkondisikan kelas agar
pembelajaran berlangsung secara kondusif. Materi adalah bahan pelajaran
yang diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian, siswa RSBI mempunyai metode pembelajaran
yang bervariansi, diantaranya yaitu metode pembelajaran Contextual
Teachiang Learning (CTL) metode pembelajaran yang mengaitkan materi
yang ada dengan pengalaman mereka bisa mengaitkan dalam kejadian yang
mereka alami, ceramah, tanya jawab.
Pemaparan diatas dengan teori dari Johson (2006) yang menyebutkan
bahwa Contextual Teachiang Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar
yang difilosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka
mampu menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan
mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa
mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
mereka miliki sebelumnya.


 

Pembelajaran dengan diskusi, ceramah, tanya jawab, terutama pada
CTL memiliki banyak manfaat bagi siswa, diantaranya adalah siswa dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan materi yang dipelajari akan
tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan terlupakan.
Siswa Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) mempunyai cara belajar
masing-masing, termasuk dalam kebiasaan mereka pada belajar di kelas.
Kebiasaan yang dilakukan siswa RSBI pada proses belajar mempunyai
metode belajar yang bermacam-macam terutama pada diskusi kelompok yang
dilakukan siswa RSBI.
Kebiasaan siswa RSBI pada proses belajar mengajar di kelas adalah
dengan cara diskusi kelompok. Biasanya diskusi kelompok dilakukan antara 4
orang siswa pada saat guru memberikan materi untuk didiskusikan pada waktu
belajar berlangsung. Salah satu kelompok diskusi dipilih sebagai toutor untuk
menjelaskan kepada kepada siswa yang tidak memahami materi atau soal-soal
yang diberikan oleh guru.
Pada saat diskusi kelompok mereka mendiskusikan tentang soal-soal
pengayaan yang diberikan oleh guru pada saat materi yang sudah dijelaskan
oleh guru, selain itu mereka juga suka mendiskusikan tentang pelajaran yang
akan diajarkan oleh guru.
Diskusi kelompok yang dilakukan siswa berlangsung secara interaksi yang
dilakukan kerjasama siswa dengan siswa sehingga terjalain dengan baik. Interaksi
tersebut berlangsung dalam diskusi kelompok pada waktu pembelajaran
berlangsung di kelas. kerjasama siswa dengan siswa terjalin dengan baik. Jika ada
siswa yang tidak bisa maka siswa yang ditujuk sebagai tutor untuk menjelaskan
kepada siswa yang belum memahami materi dan soal agar membantu siswa yang
lain yang belum paham.
Diskusi kelompok memilki banyak manfaat bagi siswa, yang diantaranya
adalah dapat memotivasi semangat belajar, saling berbagi informasi, pengetahuan
antara teman dan dapat bertukar pikiran pendapat antara pendapat siswa yang


 

lain. Teman yang berkemampun meonjol ditunjuk sebagai toutor untuk
mengajari dan menularkan kepandainnya kepada teman lainnya.

Pemaparan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mulyani (2008) bahwa kebiasaan belajar secara berkelompok akan
berpengaruh terhadap motivasi berprestasi dan prestasi belajar matematika
pada siswa.
Siswa RSBI di kelas ini lebih sering belajar bersama dengan teman
untuk mendiskusikan materi yang sulit dipahami oleh siswa. Begitu juga siswa
RSBI yang mempunyi potensi yang luar biasa sering membantu siswa yang
sulit memahami materi.
Pada saat kegiatan pembelajaran siswa sangat antusias dalam mengikuti
proses belajar pada saat guru menjelaskan materi siswa aktif dalam bertanya
saat mempunyai kesulitan dalam mengerjakan soal. Guru dalam pembelajaran
sebagai infomator saja, yang memberikan informasi tentang ilmu pengetahuan
tetapi guru juga bertindak sebagai evaluator dan motivator. Sehingga siswa
menjadi semangat dan senang saat mengikuti pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian
Helen M. Doerr (2008) yang menyimpulkan guru sebagai aksi untuk
mendukung waktu pengerjaan para siswa yang ekstensif dan

peran guru

sebagai evaluator bagi pengajaran matematika.
Alat peraga juga digunakan dalam proses pembelajaran, karena alat
peraga merupakan media yang penting untuk siswa memahami materi
terutama pada media elektonik yang didapatkan. Seperti yang diutarakan oleh
Uzer Usman (1994), Alat peraga pembelajaran adalah alat-alat yang
digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi
pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan terjadinya verbalisme pada
diri siswa dari teori ini jelas bahwa alat peraga dapat membantu siswa dalam
belajar sehingga menagkap materi yang dijelaskan bukan dari guru tapi juga
dari alat yang juga dimudahkan mengerti pelajaran yang diterimanya.
Kurikulum yang dipakai di SMP Negeri 2 RSBI Demak sama dengan
kurikulum sekolah pada umumnya yaitu menggunkan kurikulum Tingkat


 

Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga materi yang disampikan pun sama yang
membedakan dengan sekolah yang lain adalah sistem pembelajaran yang
menggunakan bilingual (dua bahasa). Kurikulum KTSP menuntut aktivitas
dan prestasi siswa lebih banyak dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
dituntut untuk aktif, kreatif, dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian kegiatan interaksi yang dilakuakan siswa
dengan siswa terjalin dengan baik. Interaksi tersebut berlangsung dalam
diskusi kelas, diskusi kelompok, kerjasama siswa secara berpasangan dan
belajar mandiri.
Interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar sangat menentukan terhadap pencapian tujuan beajar maupun tujuan
pendidikan itu sendiri (slameto, 2003;47)
2. Budaya Belajar Matematika Siswa RSBI di luar Kelas
Dari hasil penelitian, tidak semua siswa RSBI melakukan pembelajaran
di luar kelas, biasanya pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat
istirahat diantaranya pergi ke kantin dan bermain bersama teman-temanya.
Selain itu, ada beberapa murid yang memanfaatkan waktu istirahtanya untuk
mengulas kembali materi yang ada di perpustakaan. Disamping itu sekolah
juga membuka eksta kurikuler matematika tapi tidak semua siswa ikut
program yang ada disekolahan ada eksta lain yang yang ada disekolahan
tergantung keingginan siswa ikut program yang mana. Ekstra kurikuler
matematika untuk mencari siswa-siswa yang berprestasi yang akan dikirim
untuk lomba olimpiyade.
Adanya kebiasaan siswa belajar matematika

pada saat

di rumah

didukung oleh keluarga baik dalam hal menyedikan sarana dan prasarana
maupun menciptkan lingkungan belajar yang tenang merupakan bentuk
kepedulian dan peran keluarga dalam mendukung suasana pembelajaran
dirumah yang baik, faktor keluarga mempunyai peran penting. Pentingnya
peran keluarga pada saat di rumah, siswa mendapatkan motivasi untuk
bimbingan belajar di luar dan

mengembangkan kompetensi siswa dalam

belajar.

10 
 

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tirmizi
(2008), yang menyimpulkan bahwa pendidikan nasional tidak terlepas dari
peran serta orang tua atau keluarga. Keluarga sebagai bagian dari struktur
sosial setiap masyarakat adalah salah satu unsur sosial yang paling awal
mendapat dampak dari setiap perubahan sosial budaya. Peranan keluarga yang
paling utama adalah sebagai pembagi kehidupan individu ke dalam tingkattingkat peralihan usia (daur ulang) dan dalam rangka pembentukan watak dan
perilaku generasi muda agar menjadi bagian dari anggota masyarakat yang
terinternalisasi ke dalam keseluruhan sistem nilai budaya yang jadi panutan
masyarakatnya (sosialisasi). Peranan demikian amat menentukan struktur dan
integritas di dalam sistem sosial masyarakat yang bersangkutan, sehingga
sosialisasi pada masyarakat petani dan masyarakat industri modern sekalipun
ditentukan oleh arah dan kondisi yang dikembangkan dalam keluarga.
Siswa RSBI tidak selalu balajar matematika setiap hari ketika dirumah,
hanya pada saat ada mata pelajaran untuk mengulang kembali materi yang
diajarkan oleh guru dan melatih untuk mengerjakan soal latihan.
Interaksi antara teman terjalin dengan baik karena pada saat siswa
mempunyai kesulitan sering melakuakan belajar kelompok di rumahnya teman
pada saat menpunyai kesulitan.
Penutup
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas bahwa budaya belajar yang
efektif biasa mendukung siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru,
pembelajaran matematika yang dipersipkan dengan baik dengan pengelolaan dan
perencanaan kegiatan serta langkah-langkah yang sesuai dengan pembelajaran dan
dapat meningkatkan hasil belajar matematika selama pembelajaran di kelas.
Budaya belajar di luar kelas membantu siswa berinteraksi dengan lingkungan luar
kelas membantu memahami materi selama pembelajaran di kelas dan
meningatkan motivasi belajar matematika selama belajar berlangsung.
Saran untuk Kepada pihak sekolah harus bisa mengupayakan, pembinaan
kepada guru dalam pengajaran sistem pembelajaran bilingual dan dapat

11 
 

memberikan motivasi pada pembelajaran di sekolah yang sesuai dengan program
Rintisan Bertaraf Internasional. Guru mata pelajaran matematika, hendaknya guru
harus mengembangkan metodemeto baru dalam pembelajaran, sehingga siswa
tidak jenuh dalam belajar. selain itu guru dalam proses pembelajaran bisa
memenegt waktu yang sesuai dengan alokasi waktu dan menggunakan media ICT
yang telah disediakan. Peneliti selanjutnaya di bidang matematika dapat
melakukan peneltian serupa dengan budaya belajar yang lain dapat menjadikan
pembelajaran yang efektif dan efesien. Hal ini dilakukan agar pembelajaran
khususnya matematika menjadikan lebih baik dan berkualitas.
Daftar Pustaka
Andrews, Paul. 2010. “ the Importance of Acknowledging the Cultural
Dimension In Mathematics Teaching and Learning Research”. Journal
Acta didactica napocensia.Volume 3, Number 2
Baharuddindan Wahyuni,Esa Nur.2007.Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta:Ar-Ruz Media
Buhari,Bustang.2011.Konsep dan Karakteristik Sekolah (RSBI) di Indonesia.
http://bustangbuhari.wbustangbuhari.wordpress.com/2011/08/25/konsepdan-karakteristik-sekolah-rsbi-rintisan-sekolah-bertaraf-internasional-diindonesia/#more-61ordpress.com/2011/08/25/konsep-dan-karakteristiksekolah-rsbi-rintisan-sekolah-bertaraf-internasional-di-indonesia/.Diakses
11 April 2012
Departemen
Pendidikan
Nasional.2007.Pedoman  Penjaminan  Mutu 
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar 
dan Menengah. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional.
Hamalik, Oemar. 2001. Pisikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: PT Sinar
Baru Algensindo.
Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC
Kaphesi, Elias. 2003. “The Influence of Language Policy in Education on
Mathematics Classroom Discourse in Malawi: the teachers’ perspective”.
Jurnal Teacher Development. Volume 7. Number 2.

12 
 

Kustina, Yudi. 2011. Pendidikan Sebagai Cahaya Untuk Mengarungi Kehidupan.
http://yudikustiana.wordpress.com/2011/05/26/karakteristik-rsbi/. Diakses
11 april 2012
Doerr, M. Hellen. 2006. “Examining The Tasks Of Teaching When Using
Student’s Mathematical Thinking”. Journal Educational Studies in
Mathematics. Volume 3-24
Manzilatusifa, Uus. 2008 .Peberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran. Journal
Pendidikan dan Budaya, Volume 5 nomor 2
Masykur Ag, Moch, dan Abdul Halim Fathani.2007. Mathematical Intellingence:
Cara Cedas Menggulangi Kesulitan Belajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Moleong,Lexy.2008.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana,Deddy.2008.Metodologi
Rosdakarya

Penelitian

Kualitatif.Bandung:Remaja

Mujiono dan Dimyati.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta
Nanang, Martono. 2009. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Khusus
Volume 15 Oktober 2009 Upaya Mewujudkan Sekolah Berstandar
Internasioanal Berbasis Potensi Llokal. Purwokerto: Jurusan Sosiologi
FISIP Universitas Jenderal Soedirman. Diterbitkan
Pranata. 2010. Upaya Memperbaikai Budaya Mengajar Guru IPA Serta
Peranandalam
Memperbaiki
Kualitas
Prestasi
Belajar
Siswa.http://http://pranataa.wordpress.com/2010/06/21/upayamemperbaiki-bubaya-mengajar-guru-ipa-serta-peranan-dalammemperbaiki-kualitas-prestasi-belajar-siswa/ diakses tanggal 17 april 2012
Rahmawati, Dyah Wahyu Ika. 2010. Strategi Pembelajaran Matematika Kelas XI
SMA RSBI Assalam Sukoharjo Tahun 2009-2010.Surakarta : Skripsi FKIP.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak diterbitkan
Ramadhan, Tirmzi. 2008. Budaya Belajar Siswa
http://tarmizi.wodpress.com/2008/11/19/budaya-belajar-siswa/.Diakses
tanggal 26 Maret 2012
Slameto.2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka
Cipta
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Belajar.Bandung : Alfabeta
Subadi,Tjipto.2009.Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan.Surakarta:Fairuz Media

13 
 

.2011.”Contoh BAB III Metode Penelitian”. http://tjiptosubadi .
blogspot.com/2011/01/contoh-bab-iii-metode penelitian. html. Diakses
pada tanggal 23 Oktober 2012
Sugiyono.2008.Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung :Alfabeta anggota
Ikatan Penerbit Indonesia.
Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Kurikulum Teori dan

Tarmizi.
2008.Interaksi
dan
komunikasi
dalam
keluarga.
http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/09/interaksi-dan-komunikasi-dalamkeluarga/. Diakses pada tanggal 11 September 2012
Usman, Mohammad Uzer. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Wahidin. 2009. Konsep, Trnmisi dan perubahan budaya belajar.
http://makalahkumakalahmu.wodpress.com/2009/03/29/konsep-tasmisidan-perubahan-budaya- belajar/. diakses pada tanggal 27 Maret 2012

14 
 

Dokumen yang terkait

Implikasi Hukum Dihapusnya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Dan Sekolah Bertaraf Internasional Oleh Mahkamah Konstitusi

0 4 7

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL SMP NEGERI 1 SURAKARTA.

0 0 10

PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA SMP PADA SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SURAKARTA.

0 1 12

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (Studi situs di SMP Negeri 1 Ungaran).

0 0 15

PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( Studi Pelaksanaan Rintisan SBI SMA Negeri 1 Boyolali).

0 1 11

PENDAHULUAN PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( Studi Pelaksanaan Rintisan SBI SMA Negeri 1 Boyolali).

0 1 11

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MIPA BILINGUALBAGI SISWA DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Pembelajaran MIPA Bilingual bagi siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Situs di SMP Negeri 2 Purwokerto).

0 1 19

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 3 16

PENDAHULUAN Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 4 7

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 18