STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (PENDEKATAN AGENCY THEORY).

STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KINERJA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
(PENDEKATAN AGENCY THEORY)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

FRISKA PUTRI TRESTIANI
0912010030/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KINERJ A PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
(PENDEKATAN AGENCY THEORY)
Disusun Oleh :
FRISKA PUTRI TRESTIANI
0912010030/FE/EM
telah dipertahankan dihadapan
dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal, 03 Mei 2013

Pembimbing :
Pembimbing Utama

Tim Penguji :
Ketua

Dr. Muhadjir Anwar, MM

Dra. Ec. Suhartuti, MM

Sekretaris

Dr. Muhadjir Anwar, MM
Anggota

Dra. Ec. Nuruni Ika K.W.,MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM
NIP. 196309241989031001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH STRUKTUR

KEPEMILIKAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJ A PERUSAHAAN”.
penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan program strata satu pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto,MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Jurusan Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu
penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Eko Purwanto. M. Msi selaku Dosen Wali di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
5. Seluruh Staf Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmunya.
6. Kedua Orang tua Penyusun, Bapak Sutrisno dan Ibu Anik Trisusilowati yang
selau memberikan doa, restu, dan dukungan baik secara moral maupun materil.


iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Serta adik penyusun Novan dharma Putra yang selalu memberikan dukungan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Teman-teman fakultas ekonomi angkatan 2009, khususnya manajemen kelas A
angkatan 09 atas bantuan dan kerjasamanya.
Akhirnya penusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penysunan skripsi ini, oleh karena itu penyusun senantiasa mengharapkan kritik
serta saran bagi perbaikan di masa yang akan datang. Besar harapan penulis,
semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, April 2013
Penyusun

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Daftar Isi

Halaman persetujuan penysunan skripsi

i

Halaman persetujuan ujian lisan

ii

Kata pengantar

iii

Daftar isi

iv

Daftar Lampiran


ix

Abstraksi

x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1

1.2 Perumusan masalah

8

1.3 Tujuan penelitian

9

1.4 Manfaat penelitian


9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian terdahulu

10

2.2 Tinjauan teori

19

2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

19

2.2.1.1 Agency Problem

21


2.2.1.2 Agency Cost

23

2.2.1.3 Agency, Moral Hazard, dan Adverse Selection

26

2.2.2 Corporate Governance

28

2.2.2.1 Prinsip dasar Corprate Governance

31

2.2.2.2 Faktor Corporate Governance dan pengaruhnya terhadap
pengungkapan Corporate social Responsibility

33


2.2.3 Kinerja Perusahaan

35

2.2.3.1 Analisis Kinerja

37

2.2.3.2 Analisis Kinerja Perusahaan

41

2.2.4 Struktur Kepemilikan saham

56

2.2.4.1 Pengertian Struktur Kepemilikan Saham

56


2.2.4.2 Klasifikasi Struktur Kepemilikan

57

2.2.5 Ukuran Perusahaan

58

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.6 Rasio Hutang

58

2.3 Hubungan antar Variabel

62


2.3.1 Hubungan antara Kepemilikan manajerial dengan kinerja
perusahaan

62

2.3.2 Hubungan antara kepemilikan institusional dengan kinerja
perusahaan

63

2.3.3 Hubungan antara ukuran perusahaan dengan kinerja perusahaan

64

2.3.4 Hubungan antara rasio hutang dengan kinerja perusahaan

66

2.4 Kerangka konseptual

66

2.5 Hipotesis

67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi operasional dan pengukuran variabel

68

3.1.1 Variabel Dependent

68

3.1.2 Variabel Independent

68

3.2 Teknik penentuan data

70

3.2.1 Populasi

70

3.2.2 Sampel

70

3.3 Teknik pengumpulan data

72

3.3.1 Jenis data

72

3.3.2 Sumber data

72

3.3.3 Pengumpulan data

72

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

73

3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

73

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

73

3.4.3 Uji hipotesis

75

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1.

Deskripsi Objek Penelitian

78

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

79

4.2.1. Hasil Penelitian Struktur Kepemilikan Manajerial (X1)

79

4.2.2. Hasil Penelitian Struktur Kepemilikan institusional (X2)

81

4.2.3. Hasil Penelitian Ukuran Perusahaan (X3)

82

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.4. Hasil Penelitian Rasio Hutang (X4)

84

4.2.5. Hasil Penelitian Kinerja Perusahaan (Y)

85

4.3. Analisis dan Uji Hipotesis

87

4.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda

87

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

88

4.3.2.1. Uji Normalitas

88

4.3.2.2. Uji Multikolinearitas

89

4.3.2.3. Uji Heterokedastisitas

90

4.3.2.4. Uji Autokorelasi

92

4.3.3. Uji Hipotesis

93

4.3.3.1. Uji Parsial (Uji T)

93

4.3.3.2. Uji Kesesuaian model

95

4.3.3.3. Uji koefisien Determinasi (R²)

96

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

97

4.4.1 Pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap
kinerja perusahaan

97

4.4.2 Pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap
98

kinerja perusahaan
4.4.3 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan

99

4.4.4 Pengaruh rasio hutang terhadap kinerja perusahaan

99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

101

5.2. Saran

101

Daftar pustaka

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Daftar Lampiran

Lampiran 1 : Hasil Uji Data
Lampiran 2 : Laporan keuangan perusahaan sampel

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KINERJ A PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
(PENDEKATAN AGENCY THEORY)
Oleh :
Friska Putri Tr estiani
0912010030/FE/EM
Adanya perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dan pengelola
perusahaan menyebabkan timbulnya agency konflik. Agaency konflik yang terjadi
dalam perusahaan menyebabkan perusahaan harus menerapkan sistem agency
theory agar perusahaannya dapat berjalan dengan lancar. Atas dasar pemikiran
tersebut penelitian ini bertujuan untuk medapatkan bukti empiris dari pengaruh
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan,dan rasio
hutang terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kumpulan
laporan keuangan perusahaan manufaktur dalam Indonesian Capital Market
Directory dan juga dari website resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id .
Untuk memenuhi tujuan penelitian, hipotesis pada peneitian ini diuji dengan
menggunakan teknik analisa regresi linier berganda.
Dari hasil uji dapat disimpilkan bahwa : (1) tidak terdapat pengaruh antara
kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan. (2) terdapat pengaruh antara
kepemilikan institusional dengan kinerja perusahaan. (3) terdapat pengaruh antara
ukuran perusahaan dengan kinerja perusahaan. (4) terdapat pengaruh antara rasio
hutang dengan kinerja perusahaan.
Keywords: Agency Theory, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
ukuran perusahaanm rasio hutang, kinerja perusahaan.

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti saat ini persaingan dalam dunia usaha semakin
ketat dan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan
komunikasi, persaingan tersebut terjadi di semua bidang usaha. Lingkungan usaha
yang semakin kompetitif merupakan tantagan bagi setiap perusahaan untuk
memenangkan persaingan tersebut,cara yang paling mudah adalah meningkatkan
sumber daya yang dimiliki dan menerapkan perbaikan secara terus menerus guna
meningkatkan kinerja perusahaan.
Indonesia termasuk salah satu negara berkembang di dunia,hal ini terbukti
dengan adanya pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan sektor
ekonomi. Perekonomian di Indonesia

yang semakin membaik menyebabkan

timbulnya gairah bagi para pengusaha untuk mengelola perusahaannya di
indonesia. Salah satu pengelolaan yang harus diperhatikan adalah masalah
keuangan yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, keuangan suatu
perusahaan berkaitan dengan sumber dana dan penggunaannya, semakin efisien
penggunaan dan pengelolaan dana berarti semakin baik bagi perusahaan.
Pertama kali perusahaan berdiri dalam bentuk perusahaan perseroan dimana
pemilik dan pengelola dipegang oleh orang yang sama. Pemegang saham dalam
realitanya adalah mengendalikan sendiri usaha yang dimilikinya, tatapi ada juga
yang mempercayakannya kepada agent. Agent disini ditugaskan untuk
menjalankan perusahaan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dengan para

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

pemegang saham, selain itu tugas Agen disini adalah menjalankan tujuan
perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
Telah sering ditemukan bahwa manajer-manajer dalam sebuah perusahaan
mungkin membuat keputusan yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu
memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Dengan kata lain berusahaa untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan. namun dalam kenyataannya
manajemen belum tentu berlaku seperti yang diharapkan pemilik perusahaan
karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan peribadi.
Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer ,karena hal
tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga akan menurunkan
keuntungan yang diterima. Manajer cenderung menginvestasikan kemabali
sebagian besar keuntungan yang diperoleh agar perusahaan terus mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi.
Semakin banyak keuntungan yang diinvestasikan kembali (reinvestment),
maka akan tersisa sedikit keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham
dalam bentuk deviden. Manajer selaku penerima amanah dari pemilik perusahaan
seharusnya menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan
pemegang

saham,

yaitu

memaksimumkan

harga

saham

perusahaan

(Bringham&Huoston,2001:16 ; dalam Sri dan Pancawati,2011). Konflik muncul
ketika manajer bertindak atas namanya,mendelegasikan kekuasaan untuk
membuat keputusan kepada mnajer. Prinsipal merasa khawatir agen melakukan
tindakan yang tidak disukai oleh prinsipal seperti memanfaatkan fasilitas
perusahaan secara berlebihan atau membuat keputusan yang lebih beresiko. Hal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

ini sangat bertolak belakang dengan keinginan pemegang saham yang senantiasa
menghendaki mendapatkan deviden yang tinggi. Konflik ini sering disebut agency
problem ( masalah keagenan).
Menurut teori keagenan Jensen & Meckling (1976) dalam Stefen dan Lina
(2011) dinyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengolahan
dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik kepentingan karena
merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi tersebut. Wahidahwati (2002)
dalam Stefen dan Lina (2011) menyebutkan bahwa manajer yang diangkat oleh
pemegang saham haruslah bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham,
tetapi ternyata terdapat perbedaan kepentingan dan asimatri informasi diantara
kedua belah pihak yang menyebabkan terjadinya konflik keagenan. Jensen dan
Meckling (1976) dalam Stefen dan Lina (2011) juga menyatakan bahwa agency
problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan saham manajerial atas saham
perusahaan kurang dari 100%. Kondisi tersebut membuat keputusan-keputusan
yang diambil manajer cenderung berindak melindungi dan memenuhi kebutuhan
mereka terlebih dahulu daripada memenuhi kepentingan pemilik seperti
melakukan expansi untuk meningkatkan status dan gaji sehingga sudah tidak lagi
berdasarkan pada tujuan perusahaan (memaksimumkan kesejahteraan pemegang
saham).
Keadaan tersebut menyebabkan perlunya ada suatu sistem mekanisme
pengawasan yang pada akhirnya menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency
cost. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Steen dan Lina (2011), agency
cost adalah biaya yang meliputi semua biaya untuk monitoring tindakan manajer

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

(monitoring cost), biaya ikatan (bonding cost), dan biaya sisa (residual cost).
Untuk mengatasi masalah agency cost yang terjadi dalam suatu kinerja
perusahaan biasanya perusahaan menggunakan kebijakan corporate governance.
Dalam praktiknya,semua perusahaan mempunyai kebijakan mengenai
corporate governance. Banyak yang telah mempercayai bahwa kinerja perusahaan
baik didasarkan dari praktek manajemen yang baik pula secara terus menerus.
Corporate governance dianggap sebagai suatu sistem yang digunakan untuk
mengelola dan menjalankan perusahaan bisnis. Corporate governance merupakan
suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk
kepentingan pemangkul kepentingan (Meizaroh dan Jurica). Pelaksanaan good
corporate governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak
pemegang saham,terutama pemegang saham minoritas. Prinsip-prinsip atau
pedoman pelaksanaan corporate governance menunjukkan adanya perlindungan
tersebut.

Penerapan penerapan prinsip

tersebut

secara konsisten dapat

meningkatkan kualitas laporan keuangan (Beasly et al.,1996 dalam Meizaroh dan
Jurica).
Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini merupakan barometer aktivitas pasar
modal di Indonesia, karena memiliki frekuensi perdagangan dan variansi harga
saham yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Bursa Efek Surabaya.
Perusahaan-prusahaan yang listing di BEI pada umumnya merupakan perusahaan
yang telah memiliki struktur organisasi terpisah antara pemilik dan pengelolanya.
Pemilik terdiri dari pemegang saham dan stakeholder, sedangkan pihak
pengelolanya terdiri dari pihak manajemen yang ditunjuk oleh pemilik ntuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

menjalankan aktifitas perusahaan. Pengelolaan perusahaa di Indonesia yang
listing di BEI dinilai belum efektif, hal tersebut dinyatakan oleh Kurniawan &
Indriartoro (2000),dalam Zaenal arifin (2006) bahwa penyebabnya adalah struktur
kepemilikan saham yang didominasi oleh keluarga, sehingga tidak ada pemisahan
yang jelas antara kepemilikan dan pengaturan perusahaan, yang menyebabkan
manajemen perusahaan cenderung hanya berpihak pada satu pemilik saja.
Diantara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di BEI, perusahaan
manufaktur merupakan salah satu sektor perusahaan yang diharapkan mempunyai
prospek cerah dimasa yang akan datang karena semakin pesatnya pertumbuhan
penduduk dan perkembangan ekonomi di negara Indonesia yang menjadikan
sektor perusahaan manufaktur sebagai lahan paling strategis untuk mendapatkan
keuntungan yang tinggi dalam berinvestasi. Berdasarkan Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) tahun 2011, sektor perusahaan manufaktur merupakan
jumlah emiten terbesar dibandingkan dengan jumlah emiten perusahaan jasa yang
listing di BEI yaitu sebesar 148 perushaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan

manufaktur

memiliki

pengaruh

signifikan

dalam

dinamika

perdagangan BEI.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sulit untuk mengukur kinerja
perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia. Data ketidakstabilan (fluktuasi)
perusahaan manufaktur di Indonesia dapat diketahui dari Annual Report (2011)
(Indonesia Stock Exchange) yang menunjukkan bahwa terdapat ketidakstabilan
kinerja perusahaan dilihat dari beberapa faktor :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Tabel 1
Kinerja Perusahaan Manufaktur di Indonesia
Periode 2009-2011
Kinerja perusahaan

2009

2010

2011

Return On Asset (%)

12.11

10.07

8.18

Return On Equity (%)

27.06

22.10

15.59

Sumber : www.idx.co.id (Laporan Tahunan 2011)
Dari data diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan manufaktur di
Indonesia mengalami fluktuasi yang cenderung menurun dari tahun ke tahun,
khususnya tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2009,2010,2011. Adapun beberapa
faktor yang diperlukan untuk menganalisa kinerja perusahaan pada umumnya
menggunakan rasio keuangan yang mencakup perbandingan kinerja perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi
kecenderungan posisi keuangan sepanjang waktu.
Dalam perusahaan peran kepemilikan dan operasional dipisahkan.
Meskipun pemegang saham mereka merupakan pemilik legal perusahaan, tetapi
mereka tidak punya kontrol atas kegiatan operasionalnya. Untuk itu disini peneliti
mencoba mencari hubungan antara struktur kepemilikan perusahaan dengan
kinerja perusahaan yang dimana struktur kepemilikan disini dibagi menjadi dua
bagian yaitu struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan
institusional.
Para investor biasanya selain melihat dari segi fundamental yaitu
menganalisa laporan keuangannya,para investor biasanya juga melihat dari besar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

kecilnya perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan biasanya kinerja
perusahannya juga makin baik. Untuk itu disini penulis ingin mencari hubungan
antara ukuran perusahaan dengan kinerja perusahaan.
Hutang merupakan salah satu kebijakan perusahaan dalam menjalankan
aktifitas perusahaanya. Penggunaan utang akan menurunkan beban pajak
sejumlah bunga,disisi lain penggunaan hutang juga akan menurunkan biaya modal
saham.

Namun

demikian

pengguanaan

hutang

yang

berlebihan

akan

meningkatkan resiko gagal bayar akibat tingginya beban bunga dan pokok hutang
yang harus dibayar oleh perusahaan. untuk itu Hutang merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi baik buruknya suatu kinerja perusahaan.
semakin besar hutang, maka perusahaan harus mencadangkan lebih banyak kas
untuk membayar bunga dari hutang tersebut dan juga untuk mengangsur pokok
hutang (Arifin,2005).
Meningkatnya hutang ini juga akan menyebabkan masalah agency pada
hutang. Konflik agency pada hutang terjadi antara pemberi hutang (bondholder)
dengan pemegang saham atau manajer. Ketika porsi hutang dalam struktur modal
meningkat maka resiko financial yang ditanggung bondholder akan meningkat
sementara pemegang dsaham dan manajer tetap menjadi pengendali keputusan
investasi dan operasi perusahaa. Kondisi ini membuka peluang bagi manajer
untuk memanfaatkan kekayaan bondholder untuk kepentingan mereka (manajer)
dan pemegang saham.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Sruktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan?
2. Apakan Struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
4. Apakah rasio hutang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan dari latar
belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap
kinerja perusahaan di Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap
kinerja perusahaan di Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran perusahaan terhadap kinerja
perusahaan di Indonesia
4. Untuk mengetahui pengaruh rasio hutang terhadap kinerja perusahaan di
Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Untuk memberikan bukti empiris ada atau tidaknya pengaruh antara
peningkatan

kepemilikan

manajerial,

pembentukan

kepemilikan

institusional, ukuran perusahaan, dan rasio hutang dalam suatu perusahaan
dengan kinerja perusahaan tersebut.
2. Bagi lembaga-lembaga yang terkait dengan pasar modal, penelitian ini
diharapkan mendorong pihak perusahaan untuk apat meningkatkan
kinerjanya sehingga tercipta pasar modal yang efisien.
3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat memberikan masukan dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kepemilikan perusahaan dan kinerja perusahaan telah
cukup banyak dilakukan,namun masih banyak terdapat keterbatasan sehingga
hasilnya menunjukkan masih belum konsisten. Wujud adanya keterbatasan dan
belum konsistensi itu memungkinkan pembuktian lebih lanjut lewat penelitian
selanjutnya. Terdapat beberapa jurnal penelitian terdahulu yang didalamnya juga
terdapat penelitian-penelitian yang lebih dahulu dilakukan untuk membuktikan
kebenaran penelitian tersebut.
Dalam jurnal penelitian yang dibuat oleh Stefano Caselli, Alberta Di Giuli
dan Stefano Gatti (2008) yang berjudul “Family Firm’s Performance and Agency
Theory: What’s Going in the Italian Market?” ini meneliti tentang kinerja
perusahaan keluarga dan agensi teori di pasar Italia. Beberapa variabel yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain firm value, ROA, Founder/non-founder
firm, board inside ownership,blackholder ownership, foreign ownership, asset
tangibility, debt ratio, firm size, dan firm age. Dengan menggunakan metode
analisis regresi hasil dari penelitian ini adalah:
1.

“A high level of ownership control by board members has a negative

influence on firm value in firms without founder family CEO or chair & A high
level of ownership control by board members has a negative influence on firms
probability in firms without founder family CEO or chair” are supported
completely. Yang dapat diartikan bahwa kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial dapat meningkatkan kinerja perusahaan keluarga dan
tidak memberikan kontribusi nyata bagi non perusahaan keluarga.

10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2. ”a high level of blockholder ownership has a positive influence on firm
profitability without family CEO or chair & A high level of forign institusional
ownership has a positive influence on firm value in firms without founder family
CEO or chair” are not statistically significant. Yang dapat diartikan bahwa
tingkat kepemilikan yang tinggi blockholder memiliki pengaruh positif terhadap
nilai perusahaan tanpa CEO pendiri keluarga tetapi tidak konsekuen dengan
kinerja ekonomi, dan tingginya kepemilikan blockholder memiliki pengaruh
positif terhadap profitabilitas perusahaan di perusahaan tanpa CEO pendiri
keluarga, tetapi tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Di dalam jurnal Stefano Caselli, Alberta Di Giuli dan Stefano Gatti (2008)
ini juga terdapat beberapa penelitian terdahulu, seperti Danco (1975), Poza
(1989), dan James (1999) menegaskan bahwa pengurangan biaya agensi dalam
perusahaan keluarga adalah lebih tinggi dari perusahaan lain,khususnya lebih
besar di perusahaan keluarga pendiri karena suasana kekeluargaan dan komitmen
yang dibuat oleh kepemimpinan pendiri perusahaan. Kang (1998), Mishra et al.
(2001), dan Mckonaughhy et al. (2001) mempelajari karakteristik sistem
corporate governance dalam keluarga pendiri dan menemukan adanya kinerja
yang hil ang ketika pendiri perusahaan keluarga berhenti bekerja dari perusahaan
tersebut. Anderson dan Reeb (2003a dan b) menunjukkan bahwa meskipun pndiri
perusahaan keluarga berpengaruh lazim dan signifikan di perusahaan-perusahaan
industri AS, namun mustahil untuk mendukung hipotesis bahwa kepemilikan
keluarga pendiri lanjutan di perusahaan publik mengarah ke minoritas pemegang
saham pengambil alih kekayaan. Jadi mereka menyimpulkan bahwa keluarga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

tidak menggunakan perusahaan mereka untuk memaksimalkan kepentingan
pribadi.
Klein et al. (2005) menganalisis hubungan antara kinerja dan corporate
governance di kanada dan menemukan bahwa kehadiran direktur independent
dalam dewan perusahaan keluarga direksi menghasilkan hasil ekonomi dan
keuangan buruk. Filatotchev et al. (2005) membuat analisis yang sama untuk
pasar taiwan dan menemukan bahwa kontrol keluarga tidak terkait dengan kinerja
diukur dari segi rasio akuntansi, penjualan per modal, laba per lembar saham, dan
rasio pasar. Namun bertentangan dengan Klein et al. (2005), mereka menunjukkan
bahwa kontrol keluarga dan kepentingan keuangan anggota dewan memiliki
dampak positif terhadap kinerja.
Anderson et al. (2003) menyelidiki pengaruh struktur kepemilikan keluarga
pendiri terhadap agency cost of debt. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
kepemilikan keluarga pendiri di perusahaan-perusahaan publik berhubungan
secara statistik dan mempunyai nilai ekonomi yang lebuh rendah karena berasal
dari pembiayaan hutang. Hasil penelitian mereka konsisten dengan ide bahwa
pendiri perusahaan keluarga memiliki struktur insentif yang mengakibatkan
konflik keagenan sedikit antara hutang dan ekuitas.
Villalonga dan Amit (2004) memperdalam fokus pada pemilik perusahaan
keluarga,menguji hubungan antara kinerja, aturan pemerintah,dan komposisi
dewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek blockholders secara signifikan
lebih negatif untuk non perusahaan keluarga daripada perusahaan keluarga.
Temuan ini menunjukkan bahwa keluarga memeinkan peran penting dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

konflik keagenan antara pemegang saham besar lainnya dan pemegang saham
minoritas.
Hensell dan Hill (1991), dan Kroll et al. (1997) meneliti peran spesifik dari
struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan dan menunjukkan bahwa
blockholder kepemilikan non pemilik persahaan memungkinkan untuk lebih besar
di luar pemantauan corporate governance. Selain itu kang (2000), kepemilikan
institusional melakukan intervensi untuk meningkatkan kinerja perusahaan
dengan memanfaatkan pengaruh politik mereka. Oreland (2005) meneliti pasar
Swedia dan menemukan bahwa kontrol keluarga mengara pada kinerja perusahaan
yang lebih buruk daripada struktur kepemilikan tersebar dengan control
manajemen yang profesional. Jadi , kepemilikan perusahaan pendiri yang tinggi
memiliki kinerja yang lebih rendah.
Dalam jurnal Khaira Amalia Fachrudin (2011) yang berjudul “Analisis
pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan,dan agency cost terhadap kinerja
perusahaan” menggunakan beberapa variabel untuk penelitiannya antara lain
discretionary expense, kinerja perusahaan, struktur modal, dan ukuran
perusahaan. Dengan menggunakan metode pengolahan data SPSS hasil penelitian
yang didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap agency cost.
2. Struktur modal,ukuran perusahaan dan agency cost tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan.
3. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran
perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Dalam jurnal penelitian Khaira Amalia Fachrudin (2011), juga terdapat
beberapa penelitian terdahulu, antara lain Bouresli (2001) dan Lin (2010)
menemukan bahwa rasio hutang terhadap jumlah asset berpengaruh negatif
terhadap kinerja perusahaan, tetapi Calisir et al. (2010) menemukan pengaruh
yang positif. Lin (2006) serta Wright et al. (2009) menemukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan besar lebih menjanjikan kinerja yang baik (Lin,2006). Calisir et al.
(2010) juga menemukan pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kinerja
perusahaan sektor Teknologi dan informasi di Turki. Tetapi Huang (2002)
menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja
perusahaan Taiwan yang berada di China. Demikian juga Talebria et al. (2010),
tidak menemukan pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang
terdaftar di Tehran Stock Exchange.
Lin (2006) juga meneliti pengaruh agency cost terhadap ROE. Ditemukan
bahwa agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Demikian
juga Wright et.al (2009), menemukan bahwa agency cost berhubungan negatif
dengan kinerja perusahaan. sikap tidak peduliterhadap agency cost dapat
mengurangi pencapaian keuntungan kompetitif yang berdampak negatif terhadap
kinerja.
Dalam jurnal Desi Apriana (2012) yang berjudul “Pengaruh kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Ukuran perusahaan terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dengan menggunakan Economic Value Added”
menggunakan beberapa variabel yang digunakan dalam penelitiannya, antara lain

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

kinerja perusahaan, kepemilikan manejerial, kepemilikan istitusional, dan ukuran
perusahaan. Dengan menggunakan alat analisis Regresi hasil yang didapat dari
penelitian ini antara lain:
1.

tidak terdapat pegaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial
dengan kinerja perusahaan

2.

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional
dengan kinerja perusahaan

3.

terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan
kinerja perusahaan

Dalam jurnal penelitian Desi Apriana juga terdapat beberapa penelitian
terdahulu mengenai struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan yang telah
dilakukan di Indonesia, antara lain oleh Hastuti (2005) di dalam penelitiannya
mengenai hubungan antara good corporate governance dan struktur kepemilikan
dengan kinerja perusahaan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan, tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara manajemen laba dengan kinerja perusahaan, dan
terdapat hubungan yang signifikan antara disclosure dengan kinerja perusahaan.
Wahyudi dan Pawestri (2006) didalam penelitiannya mengenai implikasi
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan
sebagai variabel intervening menujukkan bahwa struktur kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan tetapi tidak
pada kebijakan deviden, struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan, keputusan pendanaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan struktur kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, baik secara langsung maupun melalui
keputusan pendanaan.
Sabrina (2010) di dalam penelitiannya mengenai pengaruh corporate
governance dan struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara corporate governanace dengan
Tobin’s Q (kinerja pasar) tetapi terdapat hubungan signifikan antara corporate
governance dengan ROE (kinerja operasional). Sedangkan pada struktur
kepemilikan tidak terdapat pengaruh signifiakan antara kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan.
Putri (2011) di dalam penelitiannya mengenai pengaruh struktur
kepemilikan, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan terhadap kinerja
intelektual capital menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja intelectual capital, sedangkan
kepemilikan asing dan ukuran perusahaan berpengaruh positif yang signifikan
terhadap kinerja intellectual capital, serta kepemilikan permerintah berpengaruh
negatif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja intelektual capital.
Fachruddin (2011) didalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh
struktur modal, ukuran perusahaan , dan agency cost terhadap kinerja perusahaan
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif struktur modal terhadap agency
cost, tidak terdapat pengaruh signifikan struktur modal, ukuran perusahaan, dan
agency cost terhadap kinerja perusahaan, serta tidak terdapat pengaruh tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

langsung struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan
melalui agency cost sebagai intervening variable.
Didalam jurnal penelitian Muchamad Syafruddin (2006) yang berjudul
“pengaruh struktur kepemilikan perusahaan pada kinerja: faktor ketidak pastian
lingkungan sebagai pemoderasi”. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel
dalam penelitiannya, yaitu kinerja perusahaan, kepemilikan dari dalam,
konsentrasi kepemilikan, ketidak pastian lingkungan, nilai pasar saham yang
dimiliki oleh pihak dalam, rasio laverage, investor publik, ukuran perusahaan, dan
umur perusahaan. dengan menggunakan metode analisis regresi, hasil penelitian
yang didapat adalah:
1.

tidak terdapat hubungan positif antara kepemilikan oleh manajer
dengan kinerja perusahaan.

2.

semakin tinggi ketidak pastian lingkungan, hubungan positif antara
kepemilikan oleh manajer dan kinerja perusahaan makin kuat.

3.

terdapat hubungan positif antara konsentrasi kepemilikan oleh pihak
luar dengan kinerja perusahaan.

4.

kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan.

5.

ukuran perusahaan menunjukkan hasil estimasi yang konsisten dengan
teori, namun tidak signifikan.

6.

Umur perusahaan menunjukkan hasil estimasi yang bertentangan
dengan teoritisnya dan tidak signifikan.

7.

Nilai pasar menunjukkan hasil yang konsisten dan signifikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Didalam penelitian Muchamad Syafruddin (2006) ini juga terdapat beberapa
penelitian terdahulu, antara lain Kim, Lee dan Francis (1988), Schellenger, Wood,
dan Tashakori (1989), dan Oswald dan Jahera (1991). Dalam penelitiannya
mereka mengidentifikasi bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan dari
dalam (insider ownership) dengan kinerja perusahaan. Sementara study yang
dilakukan oleh Lioyd, Jahera, dan Goldstein (1986) dan Tsetsekos dan defusco
(1990) menunjukkan hubungan antara dua faktor, yaitu kepemilikan oleh top
manajer terhadap perusahaan dan kinerja perusahaan secara keseluruhan ternyata
tidak cukup signifikan.
Dalam jurnal Freddy Iston Hasil Marbudi Pangaribuan(2007) yang berjudul
“pengaruh corporate governance terhadap struktur modal dan kinerja
perusahaan: study empiris pada family business groub yang terdaftar di bursa
efek Jakarta”. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel penelitian, yaitu
kinerja perusahaan, kepemilikan institusional, struktur modal, kepemilikan
manajerial. Dengan menggunakan metode analisis Moderated Regression
Analysis (MRA), hasil yang didapat dari penelitian ini adalah:
1.

Pada persamaan ROA, kepemilikan institusional berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan.

2.

Pada persamaan ROE, kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan.

3.

Pada persamaan SR dan PE, kepemilikan institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

tidak

19

4.

Hasil uji pada persamaan DC dan DE, menunjukkan kepemilikan
istitusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal
perusahaan keluarga di Indonesia.

Dalam penelitian Freddy Iston Hasil Marbudi Pangaribuan(2007), terdapat
pula beberapa penelitian terdahulu antara lain Harris dan Raviv (1988)
menemukan bahwa pendanaan perusahaan keluarga dengan hutang akan lebih
berpengaruh signifikan pada kinerja. Hill dan Snell,(1989); McEarchen (1975).
Ciu et al.,(1968) menunjukkan adanya efek signifikan struktur kepemilikan
terhadap kinerja perusahaan. Mintzberg (1983) mengatakan bahwa semakin besar
kepemilikan saham yang dimiliki eksekutif perusahaan maka semakin kuat pula
pengaruh konsistensi internal dan sebaliknya. Kondisi ini akan berdampak pada
kebijakan strategis perusahaan (Hill dan Snell,1989).

2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan

merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis

perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori
ekonomi, teori keputusan, sosiologi dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini
menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
(prinsipal), yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi), yaitu
manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract.
Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan
timbulnya informasi asimetri ( Kesenjangan Informasi) antara pemegang saham

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

(Stakeholders) dan organisasi. Deskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para
pemegang saham atau dewan direksi adalah benear sesuai teori

agensi

(Wahyudidarto 2009).
Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas
kepentingan mereka sendiri. Pemengang saham sebagai prinsipal diasumsikan
hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka dalam
perusahaan. sedangkan para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar
keuntungan bagi diri sendiri. Prinsipal menginginkan pengembalian yang sebesarbesarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan
kenaikan porsi dividen dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan
kepentingannya diakomodasi dengan pemberi kompensasi/bonus/insentif yang
memadai dan sebesar-besarnya atas kinerjanya. Prinsipal menilai prestasi agen
berdasarkan kemamapuannya memperbesar laba untuk ddialokasikan pada
pembagian dividen yang dibagikan, maka agen dianggap berkinerja

baik

sehingga layak mendapat insentif yang tinggi (Wahyudiharto 2009).
Sebaliknya agensi pun memenuhi tututan prinsipal agar mendapatkan
kompensasi yang tinggi. Apabila tidak ada pengawasan yang memadai maka
agensi dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan agar seolah-olah target
tercapai. Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari prinsipal ataupun inisiatif agen
maka muncullah creative accounting yang menyalahi aturan,

misal adanya

piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan, kapitalisasi expense

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

yang tidak semestinya, pengakuan penjualan yang tidak semestinya yang
berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam neraca yang akan membuat laporan
keuangan terlihat sangat baik walaupun tidak seperti keadaan yang sebenarnya.
Melakukan income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap
tahun perusahaan terlihat meraih keuntungan,meskipun kenyatannya perusahaan
merugi atau laba turun (Wahyudihato 2009).
2.1.1.1 Agency Problem
Dalam buku Moeljadi,2006 dijelaskan bahwa teori agency pada awalnya
berkaitan dengan masalah kepemilikan perusahan melalui pembelian saham
(Jensen & Mecling, 1976). Pada perkembangannya teori itu digunakan untuk
menjelaskan

hubungan

anrara

dua

pihak

yang

bersifat

kontraktual

(Einsenhardt,1988). Dari dua pendapat tersebut berarti penggunaan teori agency
ini berada pada dua sisi yang berbeda,sehingga masih menjadi perdebatan. Jensen
(1983:234) juga telah mengakui demikian dan penggunaannya pada aspek
organisasi ini masih dipertanyakan (Perrow,1986:235).
Konflik Agency terjadi karena pemilik modal selalu berusaha mengunakan
dana sebaik-baiknya dengan risiko sekecil mungkin,sedangkan manajer cenderung
mengambil keputusan pengelolaan dana untuk memaksimalkan keuntungan yang
sering bertentangan dan cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri
(Meyers,1977: dalam buku moeljadi,2006). Misalnya dalam masalah pembagian
laba,manajer sebagai agen cenderung menginginkan laba yang dibagi kecil,
sedangkan pemilik modal ingin dibagi dalam bentuk kas besar. Dengan kata lain,
hubungan agency berdampak pada beberapa hal berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

1. adanya konflik yang berupa pertentangan kepentingan antara kedua
belah pihak dan munculnya biaya yang harus ditanggung oleh pemilik.
2. Perbedaan pilihan tindakan dalam menentkan preferensi terhadap
resiko.
Dalam buku Moeljadi (2006), teori agensi memunculkan perbedaan
interpretasi yang kontroversial (Jensen,1983). Pendapat pertama beranggapan
bahwa teory agency menekannkan bagaimana pasar modal dapat mempengaruhi
nilai perusahaan (Barney & Uchi,1986). Mereka lebih berfokus pada harga saham
dan kepemilikan (Hirsch & Friedman,1986). Sebaliknya pendapat lain justru sama
sekali tidak menyebut pasar modal (Anderson,1985; Demski & Feitham,1987;
Eccles,1985; Einsenhard,1985). Pendukung teori organisasional lainnya seperti
Ross (1973) berargumen bahwa hubungan agency tersebut bersifat universal.
Penggunaan teori agency juga

berkembang pada masalah asimatri informasi

(Sitkin,1987); biaya transaksi (Anderson,1985); teory ekuitas (Eccles,1985),
bahkan untuk bidang perilaku dan manajerial (Cyret,1972). Padillz (2003:2)
menggunakan teori hubungan agenci ini pada bidang pengembangan ekonomi,
sedangkan Hirsch et al. (1987) menggunakannya pada masalah pemberian
kompensasi dan hubungan dewan direksi (McGrath, Martin, adn Kluka, 1981).
Teori agensi berkembang dalam dua aliran, positivism dan principal agen
(Jansen,1983). Keduanya menggunakan dasar yang sama, yaitu adanya kontrak
prinsipiil dan agen. Positivism difokuskan pada situasi yang menyebabkan
timbulnya konflik kepentingan antara agen principil dan cara pengelolaan konflik
tersebut agar perilaku agen lebih terkendali pada kepentingan prinsipil. Secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

umum pendapat itu hanya berfokus pada hubungan agen (principiil) atau pemilik
(manajer) perusahaan yang go public dan pendekatannya tidak terlalu matematis
(Berley & Means,1932). Jensen & Meckling (1976) membahas pendapat ini
dalam struktur kepemilikan korporasi, termasuk kebijakan pengelolaan ekuitas
oleh agen. Fama (1980) melihat peranan pasar modal dan pasar tenaga kerja yang
efisien sebagai mekanisme informasi untuk mengendalikan manajer agar tidak
mengutamakan kepentingannya. Fama & Jensen (1983) menggambarkan peran
dewan direksi yang dapat dimanfaatkan untuk memonitor perilaku oportunis
manajer. Fama (1980) menyebutkan pentingnya peran dewan direksi untuk
memainkan peran sistem informasi dalam mengendalikan manajer perusahaan.
aliran tersebut terus berkembang dan telah banyak memberikan hasil (mike &
Perrow,1986). Nemun kenyataanya,perbedaan pandangan kedua teori terebut
tidak terlalu dipermasalahkan oleh para ahli, karena keduanya saling melengkapi.
2.1.1.2 Agency Cost
Dalam buku Moejadi (2006), adanya konflik kepentingan dalam
kepemilikan dapat menimbulkan biaya agensi (agency cost), yakni biaya yang
dikeluarkan agar pihak yang diberi wewenang dapat bertindak sesuai keinginan
pemilik (Bezooyen,2002). Biaya-biaya agency misalnya sebagai berikut:
a. Pengeluaran untuk melakukan pengawasan (monitoring cost) , biaya yang
dikeluarkan oleh pemilik untuk mencegah agar tindakan manajer tetap sesuai
dengan kepentingannya.
b. Biaya yang dikeluarkan untuk menjamin agar manajer tidak mengambil
keuntungan dan fasilitas yang diberikan (bonding cost).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

c. Biaya yang dikeluarkan pemilik untuk mengembalikan citra perusahaan
dan kesan yang buruk karena tidak tercapainya dua tujuan tersebut.
Di lain pihak, menurut aliran principle agent masalah biaya agency
merupakan penerapan di bidang pendelegasian kepada pelaksanaan pekerjaan
banyak dijumpai dalam kasus sehari-hari (Gardner & Martinko, 1988;
Laetherwood & Conion,1987), antara lain sebagai berikut :
a. Adanya biaya yang ditanggung oleh pemberi wewenang, misalnya biaya
monitoring, karena adanya kecenderungan pelaksanaan yang menyimpang dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Adanya informasi awal yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga
pemberi pekerjaan harus mengeluarkan biaya untuk membuat komitmenkomitmen baru guna pemahaman pekerjan secara lebih lanjut.
c. Kurangnya informasi yang cukup kepada pelaksanan tentang keinginan
sehingga pemberi pekrjaan harus mengadakan perintah-perintah ulang.
d. Biaya yang harus ditanggung oleh pemberi wewenang karena tindakan
pelaksanan yang berada diluar kontrol dan cenderung merugikan organisasi.
Konflik kepentingan selalu muncul kalau kedua pihak mempunyai
kepentingan yang berbeda (Irfing,2003). Perbedaan tersebut harus dikurangi agar
biaya yang dikeluarkan akibat pengelolaan konflik lebih rendah. Dengan
demikian, akan diperoleh keuntungan sebagai berikut:
a. Dapat menjamin kepada pemberi tugas untuk mendapatkan manfaat yang
lebih besar bagi organisasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

b. Dapat lebih mengkonsentrasikan langkahnya pada program-program yang
lebih konkret.
c. Dapat menaikkan nilai perusahaan secara total.
Konflik agensi tersebut harus dapat diminimalkan dengan berbagai langkah
strategis, tujuannya agar nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. Nilai perusahaan
yang tinggi sangat diinginkan oleh keduanya,yakni pemilik dan manajer.
Dalam buku Dermawan Sjahrial (2012),dalam usaha meminimumkan
Agency Problem diperlukan biaya yang disebut Agency Cost yang tercermin
dalam 4 alternatif:
1. Pengeluaran untuk monitoring
2. Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajemen atas prestasi
yang konsisten (memaksimumkan nilai perusahaan), bisa berbentuk :
• Stock option
• Performance Shares
• Cash Bonus
3. Fidelity Bond
Kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga dimana pihak ketiga
(bonding company) setuju untuk membayar perusahaan jika manajer
berbuat tidak jujur, cara bekerjanya mirip asuransi kerugian.
4. Golden Parachutes
Kontrak antara manajemen dan pemegang saham yang menjamin bahwa
manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah tertentu apabila

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

perusahaan dibeli oleh perusahaan lain (investor lain) atau terjadi
perubahan pengendalian perusahaan.
Ada cara-cara tertentu untuk mencegah pengambilalihan suatu perusahaan
oleh perusahaan lain dengan cara melakukan: Poison Pill, yaitu suatu usaha
pemegang saham yang ada untuk menjaga agar perusahaan tidak diambil alih oleh
perusahaan lain seperti melakukan tindakan mengeluarkan hak penjualan saham
pada harga tertentu atau mengeluarkan obligasi disertai dengan hak penjualan
obligasi pada harga tertentu.
2.1.1.3 Agency, Moral Hazard, dan Adverse Selection
Dalam buku Moeljadi (2006), munculnya hubungan agensi ini karena
pemilik telah mendelegasikan wewenangnya kepada manajer dan mengharapkan
agar manajer dapat memaksimalkan utilitas aktiva yang telah diberikan
(gapenski,1999). Sejalan dengan hal itu, manajer berusaha memaksimalkan
kesejahteraan pemilik melalui optimalisasi operasi perusahaan.
Seringkali pemilik sulit mengetahui apa yang sesunggu