DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI

  A. Pengertian Dasar Negara Dan Konstitusi Negara

  1. Pengertian Dasar Negara Dasar Negara merupakan falsafah negara yang berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tata tertib hukum dalam negara.

  2. Pengertian Konstitusi Konstitusi berasal dari kata constitution (Inggris) , constitutie (Belanda) , dan constituer (Prancis), yang berarti membentuk,menyusun,menyatakan. Dalam Bahasa

  Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan dengan UUD(Gronwet Grundgesetz). Pada watu negara kita masih berbentuk Republik Indonesia serikat (RIS), digunakan istilah konstitusi untuk menyebut UUD.

  Konstitusi menurut makna katanya berati dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi. Walaupun peraturan tersebut bukan merupakan undang-undang, tidak berarti tidak efektif dalam mengatur negara.

  Dalam perkembangannya , istilah konstitusi mempunyai dua pengertian , yaitu :

  1. Dalam pengertian Luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berati keseluruhan dan ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum dasar juga tidak selalu merupakan dokumen tertulis. Hukum dasar dapat terdiri dari unsur-unsur tertulis atau tidak tertulis atau dapat juga merupakan campuran dari dua unsur tersebut.

  2. Dalam arti sempit/terbatas ( dikemukakan oleh Lord Bryce ), konstitusi berati piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. UUD 1945, Konstitusi Amerika Serikat 1787, Konstitusi Prancis 1789, dan konstitusi Konfederasi swiss 1848, merupakan contohnya.

  Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang-Undang Dasar. Hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldoorn dan Herman Heller. Menurut L.J Apeldoorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis, juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis.

  3. Tujuan dan Nilai Konstitusi Dalam suatu negara, konstitusi memiliki tujuan sebagai berikut.

  a. Memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik

  b. Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa c. Memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan Sedangkan nilai yang terkandung dalam sebuah konstitusi adalah sebagai berikut.

  a. Nilai normatif, maksudnya resmi diterima oleh bangsa. Bagi Bangsa, konstitusi itu tidak hanya berlaku secara hukum(legal), melainkan juga berlaku secara nyata dalam masyarakat b. Nilai Nominal, maksudnya sesuai dengan hukum yang berlaku,namun tidak sempurna. Ketidaksempurnaan itu bisa disebabkan oleh pasal-pasal tertentu yang tidak berlaku atau tidak seluruh pasal dalam konstitusi tersebut berlaku umum c. Nilai semantik , Maksudnya hanyak berlaku untuk kepentingan penguasa. Dalam menjalankan kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi untuk menjalankan kekuasaan politik. Penguasa menafsirkan konstitusi sesuai dengan keinginannya.

  4. Hubungan dasar negara dengan konstitusi Dasar negara Indonesia, Pancasila, memiliki keterkaitan erat dengan konstitusi negara, yaitu UUD 1945. Dalam UUD 1945, terkandung nilai-nilai Pancasila, baik dalam pembukaan maupun pasal-pasal yang tertuang dalam batang tubuh UUD 1945.

  Dalam pembukaan UUD 1945, pancasila tercantum dalam alinea keempat yang berbunyi, “ Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan keradab, Persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia” B. Substansi Konstitusi Negara.

  1. Unsur Sebuah Konstitusi Menurut Sovernin Lohman, suatu konstitusi harus membuat unsur-unsur sebagai berikut.

  a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat, artinya konstitusi merupakan konklusi (kesimpulan) dari kesepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintah untuk mengatur mereka.

  b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin HAM dan warga negara sekaligus menentukan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat pemerintahannya.

  c. Konstitusi sebagai forma regimenis atau kerangka bangunan pemerintahan.

  2. Ciri Konstitusi bagi negara tertentu Dalam pasal-pasal pertama konstitusi pada umumnya tercantum identitas negara, daerah, bangsa, bahasa, bendera, lagu kebangsaan, dan lambang negara. Kemudian dilanjutkan dengan sifat negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, kedaulatan, dan bagaimana menjalankannya.

  Selanjutnya, dinyatakan jaminan-jaminan bagi hak-hak asasi dan kebebasan- dan yudikatif, ketentuan susunan organisasi, cara pembentukannya, dan wewenang- wewenangnya, serta kedudukan dan hubungan satu sama lain.

  Pada bagian terakhir dari konstitusi biasanya disebutkan cara bagaimana mengubah konstitusi tersebut. Secara keseluruhan, yang terpenting dalam sebuah konstitusi antara lain adalah :

  a. Bagaimana perimbangan kedudukan antara yang memerintah dan yang diperintah

  b. Bagaimana pembagian kekuasaan antar berbagai lembaga negara dan bagaimana peranan dan pengaruhnya bagi stabilitas dan dinamika pemerintahan dan bagi tata kepentingan umum

  c. Bagaimana tujuan negara dilaksanakan oleh berbagai lembaga negara

  d. Bagaimana jaminan hak-hak asasi kebebasan-kebebasan dasar dan bagi kelangsungan dan perkembangan hidup bangsa e. Bagaimana partisipasi rakyat dalam sistem perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggung jawaban pemerintahan

  3. Substansi Konstitusi Indonesia Model konstitusional dan institusional pemerintahan presidensial Republik Indonesia menurut UUD 1945 sesudah perubahan periode tahun 1999-2002 mirip sistem pemerintahan presidensial AS. Indikatornya adalah sebagai berikut.

  a. Adanya pemilihan langsung presiden,wakil predisen, dan wakil rakyat

  b. Presiden adalah kepala negara dan kepala pemerintahan cheks and balances ( saling kontrol dan saling imbang) antar c. Adanya mekanisme separation of power (Pemisahan lembaga negara sebagai mitra sejajar dan kekuasaan) di antara lembaga negara d. Adanya pengakuan terhadap hak-hak dasar warga negara e. Adanya sistem pemilu reguler sebagai mekanisme peralihan kekuasaan.

  f. Tanggung jawab pemerintahan negara kepada pemilih dan konstitusi judical review (uji materi) g. Adanya mekanisme

  h. Adanya mekanisme impeachment (pendakwaan terhadap pejabat negara yang melanggar konstitusi dan hukum pidana) C. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 1. Pokok pikiran pembukaan UUD 1945.

  Telah diketahui bahwa pembukaan Undang Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan oleh PPKI dalam sidang 1 tanggal 18 pembukaan UUD1945 adalah sebagai berikut

  A. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia atas dasar persatuan B. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

  C. Negara indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan D. Negara berdasarkan ketuhahan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab

  Pokok – pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Keempat pokok pikiran tersebut juga mewujudkan cita-cita rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis hukum ( ( Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.

  2. Makna Alinea dalam pembukaan UUD1945.

  Sebagaimana disinggung di awal, pembukaan UUD 1945 terdiri dari empat alinea. Keempat alinea tersebut memiliki makna masing-masing. Adapun makna alinea-alinea dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut.

  a. Alinea Pertama

  1. Pada alinea pertama terkandung suatu dalil objektif, yaitu penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Oleh karena itu, penjajahan harus dihapus agar semua bangsa di dunia mendapatkan hak kemerdekaannya sebagai bentuk penerapan dan penegakan hak asasi manusia.

  2. Alinea ini juga mengandung pernyataan subjektif yaitu partisipasi Bangsa Indonesia sendiri untuk membebaskan diri dari penjajahan.

  b. Alinea Kedua Alinea kedua mengandung adanya ketetapan dan penajaman penilaian yang menunujukkan bahwa:

  1. Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan

  2. Momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan

  3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir, melainkan masih harus diisi dengan mewujudkan negara indonesia yang merdeka, bersatu, adil, dan makmur c. Alinea ketiga

  Alinea ketiga menggambarkan adanya keinginan kehidupn yang berkesinambungan, keseimbangan antara kehidupan spiritual dan material serta keseimbangan antara

  1. Motivasi spiritual yang luhur serta suatu pengukuhan dari proklamasi kemerdekaan Nya-lah bangsa Indonesia berhasil dalam perjuangan mencapai kemerdekaannya

  d. Alinea Keempat Alinea Keempat menegaskan tentang:

  1. Fungsi sekaligus tujuan negara Indonesia, yaitu :

  a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia

  b. Memajukan kesejahteraan umum

  c. Mencerdaskan kehidupan bangsa

  d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

  2. Susunan dan bentuk negara, yaitu republik kesatuan

  3. Sistem pemerintahan negara, yaitu berkedaulatan rakyat (demokrasi) 4. Dasar negara yaitu Pancasila.

  D. Periodisasi Konstitusi di Indonesia

  1. Undang-undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)

  2. Konstitusi Republik Indonesia serikat (27 Desember 1945 – 17 Agustus 1950) Pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949, diadakan konferensi meja bundar Round Table Conference) di Den Haag, Belanda. (

  Konferensi ini berhasil menyepakati tiga hal, yaitu sebagai berikut

  a. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat

  b. Penyerahan kedaulatan pada RIS yang berisi tiga hal, yaitu piagam penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda pada Pemerintahan RIS, status uni, dan persetujuan perpindahan c. Mendirikan uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda.

  3. Undang-Undang Dasar Sementara 1950 ( 17 Gagustus 1950 – 5 juli 1959 ) Dalam Rangka Konsolidasi kekuasaan itu, tiga wilayah negara bagian, yaitu Negara

  Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Dan Negara Sumatra Timur menggabungkan diri menjadi satu wilayah Republik indonesia Sejak saat itu wibawa pemerintah RIS menjadi berkurang sehingga dicapai kata sepakat antara pemerintah RIS dan pemerintah RI untuk kembali bersatu mendirikan negara kesatuan republik indonesia. Kesepakatan itu dituangkan dalam satu naskah persetujuan bersama pada tanggal 19 Mei 1950.

  Dalam rangka persiapan arah itu, maka untuk keperluan menyiapkan satu naskah Undang-Undang Dasar, dibentuklah suatu panitia bersama yang akan menyusun badan pekerja komite nasional pusat pada tanggal 12 Agustus 1950, dan dewan Selanjutnya, naskah UUD baru ini diberlakukan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1950, yaitu dengan ditetapkannya undang – undang No. 7 Tahun 1950.

  UUDS 1950 ini bersifat mengganti ( renewal) sehingga isinya tidak hanyak amandement) teradap konstitui RIS tahun 1949, namun juga mencerminkan perubahan ( mengganti naskah konstitusi RIS itu dengan naskah yang sama sekali baru dengan nama Undang-Undang Dasar Sementara 1950

  Seperti halnya konstitusi RIS 1949, UUDS 1950 juga bersifat sementara. Ini terlihat jelas dalam rumusan pasal 134 yang mengharuskan konstituante bersama pemerintah segera menyusun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia untuk menggantikan UUDS 1950 tersebut.

  Sayangnya, konstituante belum sempat berhasil menyelesaikan tugasnya untuk menyusun undang-undang dasar baru ketika Presiden Soekarno berkesimpulan bahwa Konstituante telah gagal, dan atas dasar itu ia mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD negara republik indonesia selanjutnya. 4. (Kembali ke) Undang-Undang Dasar 1945 ( 5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999)

  5. Perubahan ( Amandemen ) Undang-Undang Dasar 1945 Setelah jatunya rezim Orde baru dan digantikan oleh Orde Reformasi, muncul tuntutan untuk melakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD1945. Latar belakang tuntutan perubahan terhadap UUD1945 antara lain, karena pada masa orde baru, kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR dan bukan di tangan rakyat, kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi

  Tujuan perubahan UUD1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD1945 dilakukan dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara negara ( Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial

  Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD1945 mengalami empat kali perubahan yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR. Adapun keempat perubahan tersebut sebagai berikut a. Perubahan (amandemen) pertama UUD 1945 (19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000) Permusyawaratan Rakyat Tahun 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999

  b. Perubahan (amandemen) kedua UUD 1945 (18 Agustus 2000- 9 November 2001) Perubahan kedua UUD 1945 dihasilkan melalui sidang tahunan majelis permusyawaratan rakyat tahun 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000 c. Perubahan (amandemen) ketiga UUD 1945 ( 9 November 2001 – 10 Agustus 2002)

  Perubahan ketiga UUD1945 dihasilkan melalui sidang tahunan majelis permusyawaratan rakyat tahun 2001 tanggal 1-9 November 2001 d. Perubahan (amandemen) keempat UUD 1945 (10 Agustus 2002- sekarang)

  Perubahan keempat UUD1945 dihasilkan melalui sidang tahunan majelis permusyawaratan rakyat tahun 2002 tanggal 1-11 agustus 2002.

  E. Perubahan Konstitusi

  1. Kesepakatan Dasar dalam melakukan Perubahan Konstitusi Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah konstitusi melalui jalan penafsiran. Menurut K.C. Wheare, caranya yaitu melalui : some primary sources)

  a. Beberapa kekuatan yang bersifat primer (

  b. Perubahan yang diatur dalam konstitusi ( formal amandement)

  c. Penafsiran secara hukum ( judical interpretation) usage and convention) d. Kebiasaan yang terdapat dalam bidang ketatanegaraan (

  Sementara itu, menurut Miriam Budiarjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi, yaitu sebagai berikut a. Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat, misalnya dapat ditetapkan kuorum untuk sidang yang membicarakan usul perubahan undang-undang dasar dan jumlah minimal anggota badan legislatif untuk menerimanya.

  b. Referendum atau plebisit

  c. Negara-negara bagian dalam negara federal (misalnya Amerika Serikat , ¾ dari 50 negara bagian harus menyetujui) special convetion)

  d. Musyawarah khusus ( Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh C.F Strong, ia mengatakan bahwa ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi, yatu sebagai berikut a. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan

  b. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum c. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara bagian (berlaku dalam

  d. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanyak untuk keperluan perubahan Pendapat lain dikemukakan oleh Hans Kelsen. Menurutnya, ada dua model dalam perubahan konstitusi, yaitu sebagai berikut a. Perubahan yang dilakukan di luar kompetensi organ legislatif biasa yang dilembagakan oleh konstitusi tersebut, yaitu suatu organ khusus yang hanya kompeten untuk mengadakan perubahan-perubahan konstitusi

  b. Perubahan konstitusi dalam negara federal bisa jadi harus disetujui oleh dewan perwakilan rakyat dari sejumlah negara anggota tertentu Dalam UUD1945 terdapat satu pasal yang berhubungan dengan cara mengubah UUD, yaitu pasal 37. Pasal ini menyebutkan : a. Untuk mengubah UUD, sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR harus hadir

  b. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir Dari pasal 37 tersebut terkandung tiga norma, yaitu sebagai berikut:

  a. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi negara b. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhi sekurang-kurangnya adalah

  2/3 dari anggota MPR yang hadir

  2. Fungsi perubahan dalam konstitusi Perubahan dalam konstitusi dimaksudkan untuk:

  a. Mengubah pasal-pasal dalam konstitusi yang tidak jelas dan tegas dalam memberikan pengaturan. Akibatnya, banyak hal yang dengan mudah dapat ditafsirkan oleh siapa saja, terjantung pada kepentingan orang-orang yang menafsirkannya

  b. Mengubah dan/ atau menambah pengaturan-pengaturan di dalam konstitusi yng terlampau singkat dan tidak lengkap, serta terlalu banyak mendelegasikan pengaturan selanjutnya kepada undang-undang dan ketetapan lainnya

  c. Memperbaiki berbagai kelemahan mendasar baik dalam isi maupun proses pembuatannya, seperti tidak konsisten hubungan antarbab, antarpasal, serta antar bab dan pasal.

  d. Memperbarui beberapa ketentuan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi politik dan ketatanegaraan suatu negara.

Dokumen yang terkait

OPTIMALISASI SINERGITAS TNI-POLRI-SIPIL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN RADIKALISME DAN TERORISME DI INDONESIA OPTIMALIZING THE SYNERGY OF MILITARY-POLICE-CIVILLIAN IN FACING RADICALISM AND TERRORISM THREATS IN INDONESIA

0 0 24

MENGENAL DEWAN KEAMANAN NASIONAL DI EMPAT NEGARA SEBAGAI REFERENSI PEMBENTUKAN STRUKTUR KOORDINASI PENANGANAN TERORISME DI INDONESIA

0 0 30

KEBIJAKAN OFSET DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN PERTAHANAN NEGARA OFFSET POLICY IN BUILDING STATE DEFENSE INDEPENDENCE

0 0 22

QUO VADIS KEMANDIRIAN PERTAHANAN UDARA INDONESIA? ANTARA ILUSI DAN KENYATAAN

0 0 28

PERAN PEACE KEEPING OPERATION NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM MENDUKUNG MISI PERDAMAIAN PBB THE ROLE OF PEACE KEEPING OPERATION OF ASEAN MEMBER STATES TO SUPPORT UN MISSION

1 2 28

BAURAN KEBIJAKAN FISKAL-MONETER DAN DAMPAKNYA BAGI ANGGARAN PERTAHANAN MONETARY AND FISCAL POLICY MIXED-SCANNING IMPACT ON THE DEFENSE BUDGET

0 0 26

MEMBANGUN KEAMANAN MARITIM INDONESIA DALAM ANALISA KEPENTINGAN, ANCAMAN, DAN KEKUATAN LAUT DEVELOPING FORMIDABLE INDONESIAN MARITIME SECURITY IN THE ANALYSIS OF INTEREST, THREAT, AND SEA POWER

0 0 22

BELA NEGARA MELALUI KAMPANYE PANGAN LOKAL DI MEDIA INTERNET STATE DEFENSE THROUGH LOCAL FOOD CAMPAIGN USING INTERNET MEDIA

0 0 16

WUJUD KESADARAN BELA NEGARA MELALUI BUDAYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN ENERGI TERBARUKAN THE FORM OF DEFENDING THE STATE THROUGH SOCIETY PARTICIPATION CULTURE IN RENEWABLE ENERGY MANAGEMENT

0 0 20

BIOLOGI NAMA ILMIAH HEWAN DAN TUMBUHAN SMA

1 9 58