APLIKASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DALAM PENGEMBANGAN DESAIN ALAT BANTU MAKAN BAGI PENDERITA TUNA DAKSA

  

APLIKASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

DALAM PENGEMBANGAN DESAIN ALAT BANTU MAKAN BAGI PENDERITA TUNA

DAKSA

  Emmy Nurhayati Program Studi Teknik Industri

  Fakultas Teknik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

  

Abstrak

  Manusia yang memiliki fisik sempurna dapat dengan mudah melakukan aktivitas sehari-hari, salah satunya adalah makan. Tetapi, bagi penderita tuna daksa bagian atas, aktivitas makan sangat sulit dilakukan sehingga diperlukan alat bantu makan.Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan alat bantu makan yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai/user dalam hal ini penderita tuna daksa bagian atas, kebutuhan teknis, kemudahan penggunaan (usability) dan alat bantu makan yang ergonomis.Metode yang digunakan untuk merancang dan mengembangkan alat bantu makan(Adjusted Spoon V2)ini yaitu Quality Function Deployment (QFD).Berdasarkan hasil matriks

  

House of Quality (HOQ), kebutuhan teknis pertama yaitu mekanisme gerak (priority 52.44%), kedua

  adalah pegas (priority 38.64%), ketiga adalah digitalisasi (priority 8.92%). Hasil dari penelitian ini adalah prototypeAdjusted Spoon V2yang dikembangkan untuk mampu memenuhi kebutuhan penderita tuna daksa bagian atas dalam aktivitas makan yang meliputi fleksibilitas pergerakan sendok, fleksibilitas pergerakan stick, dan kelenturan treadle, sehingga memudahkan mereka untuk mengoperasikannya.

  Kata Kunci: QFD, alat bantu makan, tuna daksa bagian atas, adjusted spoon

  

Abstract

  Potensi pengembangan dan manfaat

  Tahapan pada penelitian ini dibagi ke dalam tiga fase yaitu fase perancangan, fase

  Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah penderita tuna daksa bagian atas di Daerah Istimewa Yogyakarta.Penyandang disabilitas yang dipilih merupakanpenderita tuna daksa bagian atas di sebuah yayasan/panti rehabilitasi, sekolah berkebutuhan khusus, atau individu yang memiliki kebutuhan khusus.

  (ILO) melalui data PUSDATIN (Kementerian Sosial, 2010) menyebutkan bahwa jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah 11.580.117 jiwa dengan 3.010.830 adalah penyandang disabilitas fisik. Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan (2007) juga menampilkan persentase penduduk Indonesia yang bermasalah dalam fungsi tubuh/individu/sosial adalah 5.2% dari seluruh penyandang disabilitas bermasalah dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari.

  Labour Organization

  Indonesia.Berdasarkan data dari International

  Adjusted Spoon V2 sangat besar di

  Dalam perkembangannya, Adjusted Spoon V1 masih memerlukan pengembangan sehingga alat bantu makan ini benar-benar dapat berfungsi secara efektif, nyaman, dan mudah digunakan (ergonomis) oleh penyandang disabilitas.

  Humans who has a perfect physical can easily perform daily activities, one of which is eating. For upper limb disabled people, eating activity is very difficult. This research is for create and develop of assistive tool for eat that can meet the needs of users (upper limb disabled people), technical requirements, convenience of usability, ergonomic assistive tool for eat . The method used to create and develop of assistive tool for eat (Adjusted Spoon V2) is the Quality Function Deployment (QFD). Based on House of Quality (HOQ) matrix results, the first technical requirement is the motion mechanisms (priority 52.44%), second is spring (38.64% priority), third is digitalization (priority 8.92%). The results of this research are Adjusted Spoon V2 prototype that developed to be able to meet the needs of upper limb disabled people in eating activities that include spoon movement flexibility, stick movement flexibility and treadle flexibility, making it easier for them to operate it.

  material utama kayu (local content) dan memiliki fleksibilitas terhadap gerakan kaki, gerakan vertikal sendok, dan tinggi batang sendok yang dapat disesuaikan (adjustable).

  V1 merupakan alat bantu makan dengan

  dirancang untuk mendapatkan alat bantu makan yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai/user dalam hal ini penderita tuna daksa bagian atas, kebutuhan teknis, kemudahan penggunaan (usability) dan alat bantu makan yang ergonomis. Adjusted Spoon

  Adjusted Spoon V1 . Adjusted Spoon V2

  Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan alat bantu makan (Adjusted Spoon V2) yang merupakan pengembangan dari produk sebelumnya yaitu

  Aktivitas makan merupakan aktivitas wajib yang harus dilakukan oleh manusia apapun kondisinya.Rahman (2009) menegaskan bahwa banyak masalah yang dapat ditimbulkan seperti penyakit dan kematian apabila manusia tidak mendapat asupan makanan yang cukup.Oleh karena itu, makan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia.Aktivitas makan sangat mudah dilakukan oleh manusia dengan fisik yang sempurna, tetapi tidak untuk penyandang disabilitas, khususnya penderita tuna daksa bagian atas.Oleh karena itu, untuk membantu dan mempermudah penyandang disabilitas melakukan aktivitas makan, perlu dikembangkan dan dirancang alat bantu makan.

  Keywords: QFD, assistive tool for eat, upper limb disabled people, adjusted spoon PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN

  evaluasi, dan fase prototyping akhir. Fase perancangan terdiri dari tahapan-tahapan untuk mengevaluasi Adjusted Spoon V1, penggalian kebutuhan pengguna dari aspek kualitatif dan teknis, dan perancangan alat bantu dengan memperhatikan aspek ergonomi melalui penerapan metode Quality Function

  Adjusted Spoon V2 juga harus

  Analisa Ergonomi Identifikasi Kebutuhan Teknis Pengujian

  Rancangan Adjusted Spoon V2

  Penggalian Kebutuhan Kualitatif dan Kuantitatif Penggalian Kebutuhan Teknis (Quality Function Deployment)

  Mulai Uji Awal Adjusted Spoon V1

  Evaluasi dan Perbaikan Rancangan Adjusted Spoon V2

  Rancangan Akhir &Prototyping (Final Design) Selesai

  mempertimbangkan aspek ergonomis dan rekayasa teknis sehingga dengan kebutuhan

  atas. Selain itu, penciptaan dan pengembangan

  Deployment (QFD). Fase kedua adalah fase

  Adjusted Spoon V2 adalah tuna daksa bagian

  Proses perancangan produk alat bantu dan rehabilitasi memiliki karakteristik yang spesifik karena pengguna yang membutuhkan kriteria alat khusus, dalam hal ini pengguna

  HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengembangan Produk Bantu dan Rehabilitasi

  Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

  cost ).Diagram alir penelitian ditampilkan pada Gambar 1.

  akhir. Pada fase ini akan dihasilkan Adjusted Spoon V2 yang efektif, ergonomis, dan berbiaya rendah (low

  ergonomics ).Fase terakhir adalah fase prototyping

  evaluasi yaitu evaluasi aspek ergonomi yang meliputi analisis biomekanika dan usabilitas.Hasil dari fase kedua adalah perbaikan produk yang efektif (design for

  Adjusted Spoon V2 khusus yang dimiliki oleh tuna daksa bagian atas, Adjusted Spoon V2 tetap memiliki nilai fungsi yang efektif.Secara umum, fase-fase pengembangan produk untuk merancang

  Adjusted Spoon V2 ditampilkan pada Gambar 2.

  Gambar 2. Proses pengembangan produk Adjusted Spoon V2 B.

   Identifikasi Kebutuhan Pengguna

  Proses pertama dalam mengembangkan Adjusted Spoon V2 adalah identifikasi kebutuhan pengguna (user needs

  identification ). Pengguna Adjusted Spoon V2

  adalah penderita tuna daksa bagian atas (upper

  limbs disabled people ). Identifikasi kebutuhan

  pengguna merupakan tahapan untuk menampung semua kebutuhan-kebutuhan pengguna yang nantinya diterjemahkan dalam rancangan alatbantu makan. Identifikasi kebutuhan pengguna dalam perancangan dan pengembangan Adjusted Spoon V2 dilakukan melalui observasi, wawancara, dan instrumen tertulis (kuesioner). Pada tahap ini, kuesioner dirancang dalam 2 tahap yaitu tahap 1 untuk mengukur efektivitas alat bantu khusus bagi penyandang disabilitas, dan tahap 2 untuk menggali kebutuhan pengguna terkait perancangan alat bantu makan (Adjusted Spoon V2 ) bagi tuna daksa bagian atas.

  Berdasarkan hasil kuesioner tahap 1, menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Hasil identifikasi kebutuhan pengguna secara kualitatif menunjukkan bahwa responden telah memiliki alat bantu yang digunakan untuk membantu melaksanakan aktivitas sehari-hari. Alat bantu yang dimiliki dapat membantu secara signifikan atas aktivitas-aktivitas yang sebelumnya tidak dapat dilakukan atau sangat sulit dilakukan tanpa menggunakan alat bantu. Namun, pada umumnya responden membutuhkan perbaikan alat bantu, bahkan alat bantu yang dapat memenuhi kebutuhan setiap responden secara spesifik dan signifikan dengan fungsi yang dapat disesuaikan (adjustable). Berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna tahap 1 baik secara kuantitatif dan kualitatif dapat disimpulkan bahwa banyak aktivitas sehari-hari yang belum bisa dilakukan oleh penyandang disabilitas dengan baik tanpa adanya alat bantu, sehingga alat bantu memiliki peran yang efektif dalam meningkatkan kualitas hidup para penyandang disabilitas walau masih memerlukan perbaikan-perbaikan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penyandang disabilitas.

  Sedangkan hasil identifikasi kebutuhan pengguna tahap 2, mayoritas responden membutuhkan pengembangan Adjusted Spoon

  V2yang dapat mengakomodir kebutuhan

  treadle

  Gambar 3. Matrik HOQpengembangan Adjusted Spoon V2 Matrik HOQ terdiri dari 6 bagian yaitu bagian A adalah kebutuhan/keinginan pelanggan (customer needs and benefits), bagian B adalah planning matrix, bagian C adalah technical response, bagian D adalah

  Matrik HOQ terdiri dari beberapa bagian atau submatrik yang tergabung dalam beberapa cara yang memuat informasi yang saling berhubungan. Matrik HOQ ditampilkan pada Gambar 2.

  matrik yang dapat menjelaskan kebutuhan dan harapan pelanggan dan bagaimana memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan tersebut.

   House of Quality (HOQ) House of Quality (HOQ) merupakan

  Spoon C.

  4 Sensor digital pada sendok Digitalisasi Adjusted

  Pegas

  3 Kelenturan tekanan

  pergerakan yang fleksibel baik pada treadle maupun pada gerak sendok, penggantian pegas pada treadle sehingga gerakan mekanik sendok dapat dilakukan dengan baik, dan kedepannya

  2 Fleksibillitas pergerakan sendok Mekanisme gerak

  Mekanisme gerak

  stick

  1 Fleksibilitas pergerakan

  No Needs Metrics

  Tabel 1.Needs vs Metrics

  digital.Hasil identifikasi kebutuhan pengguna ditampilkan pada Tabel 1.needs vs metrics.

  Adjusted Spoon dapat dikembangkan secara

  relationship , bagian E adalah technical correlation , dan bagian F adalah technical matrix . Matrik HOQ pengembangan Adjusted Spoon V2 ditampilkan pada Gambar 3. Gambar 4. Matrik HOQ Adjusted Spoon V2 Bagian A dalam matriks HOQ

  Adjusted Spoon V2 adalah daftar kebutuhan

  4

  2.5

  5

  18.69 6.67 1.667

  5

  35.05

  12.5

  2.5

  5

  11.21

  2

  35.05

  4

  

4

  

5

  

5

Sensor digital pada Sendok

  

2

799 589 136

  38.64

  8.92

  52.44 Kelenturan tekanan treadle Fleksibilitas pergerakan sendok Fleksibilitas pergerakan stick

  M e k a n is me g e ra k D ig ita lis a si A d ju ste d S p

  12.5

  101 35.7 100 Sum score 1524 Priority (%) 100.00

  pengguna yang ditentukan berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna tahap 1 dan tahap 2.Bagian B matriks HOQ adalah penentuan sasaran/tujuan produk dan nantinya menghitung prioritas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Bagian C memuat

  Tabel 2. Perbaikan Adjusted Spoon V2

  technical response yang merupakan gambaran teknis yang diturunkan dari user needs.

  Apabila diterjemahkan dari matriks HOQ, kebutuhan teknis pertama yang harus diprioritaskan untuk mengembangkan Adjusted

  Spoon V2 adalah mekanisme gerak (priority

  52.44%) yang memiliki korelasi kuat dengan kebutuhan pengguna terkait fleksibilitas pergerakan stick, fleksibilitas pergerakan sendok, dan kelenturan tekanan treadle. Prioritas pemenuhan kebutuhan teknis yang kedua adalah pegas (priority

  38.64%).Perbaikan pegas dapat memenuhi kebutuhan pengguna pada gerakan sendok dan kelenturan tekanan treadle. Berdasarkan nilai kepentingannya, kebutuhan pengguna yang paling penting untuk diterapkan dalam pengembangan Adjusted Spoon V2 adalah fleksibilitas gerakan stick, fleksibilitas gerakan sendok, dan kelenturan treadle. Sedangkan digitalisasi Adjusted Spoon V2 dengan menerapkan sensor penggerak sendok merupakan kebutuhan yang relevan namun saat ini belum diprioritaskan (weight 11.21% dan priority 8.92%).

  Berdasarkan HOQ dan pengolahan data

  Anthropometry

  , maka didapatkan perbaikan rancangan produk Adjusted Spoon

  V2 sebagai berikut:

  No Technical Needs Desain Keterangan

  35   168 168 

  1 Fleksibilitas pergerakan sendok Modifikasi gerakan sendok dari 1 gerak menjadi 2 gerak yaitu gerakan vertikal dan horizontal dan gerakan putaran sendok 45% ke kiri dan 45% ke kanan.

  1

  2

  3

  4

  5 T a rg e t V a lu e

  Imp ro v e me n t R a te

  W e ig h t W e ig h t (% )

    315 105   Δ 315 315

  P e g a s vv vv

  2 Fleksibilitas Fleksibilitas pergerakan pergerakan stick

  stick menggunakan 2

  alternatif yaitu treadle

  rail dan treadle roller

  3 Kelenturan tekanan Modifikasi pegas untuk treadle memperbaiki kelenturan tekanan

  treadle

  Fungsi pengendali Adjusted Spoon V2 mekanik kaki merupakan pemicu gerakan head terletak pada head dan treadle.Treadle sebagai untuk mengangkut nasi dan lauk.Bill of pemicu pergerakan head. Gerakan pada treadle material modul inti dari Adjusted Spoon V2 mengadopsi gerakan pedal pada mobil. ditampilkan pada Gambar 5. Gerakan treadle dengan menggunakan fungsi

  Gambar 5.Bill of Material modul inti Adjusted Spoon

  Prototyping Prototype Adjusted Spoon

  Adjusted Spoon V2 yang efektif, mudah digunakan, dan nyaman.

  Gasperz, V., 2008, Total Quality Management, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

  Chandra, M., dan Neelankavil, J.P., 2008, Product development and innovation for developing countries, Journal of Management Development Vol. 27 Iss 10 pp. 1017-2025.

  Asia-Pasific Development Center on Disability, Statistics Country Profile for Indonesia, Diakses online 15 Maret 2016, URL:

  bagi penderita tuna daksa bagian atas yang relevan, efektif serta mempertimbangkan aspek estetika dan kenyamanan melalui prinsip ergonomi (anthropometry). Modifikasi terhadap Adjusted Spoon V2perlu dilakukan karena para penderita tuna daksa bagian atas memiliki karakteristik yang berbeda- beda.Penyesuaian (adjustable) terhadap kebutuhan yang lebih spesifik dapat disesuaikan dengan karakter penyandang disabilitas masing-masing.

  V2 juga dirancang sebagai alat bantu makan

  pengguna meliputi fleksibilitas pergerakan sendok, fleksibilitas pergerakan stick, dan kelenturan tekanan treadle.Adjusted Spoon

  Spoon V2 dapat memenuhi kebutuhan

  (QFD) telah diterapkan dalam perancangan dan pengembangan alat bantu makan (Adjusted Spoon V2). Berdasarkan hasil matriks House of Quality (HOQ), kebutuhan teknis pertama yaitu mekanisme gerak (priority 52.44%), kedua adalah pegas (priority 38.64%), ketiga adalah digitalisasi (priority 8.92%). Penerapan QFD membuat Adjusted

  Deployment

  Metode Quality Function

  KESIMPULAN

  dengan mempertimbangkan aspek ergonomi (anthropometry) dapat menghasilkan

  V2

  Spoon V2

  menunjukkan bahwa penerapan HOQ untuk menterjemahkan kebutuhan pengguna menjadi kebutuhan teknis dan rancangan Adjusted

  rail treadle namun muncul keterbatasan gerak treadle pada rail yang sudah dirancang.Hal ini

  dapat dikembangkan dengan menggunakan

  treadle . Fleksibilitas pergerakan treadle juga

  pada fleksibilitas pergerakan sendok, fleksibilitas pergerakan stick dan kelenturan

  Spoon V1 terutama prioritas kebutuhan teknis

  dapat disimpulkan bahwa Adjusted Spoon V2 dapat mengakomodir kebutuhan pengguna yang belum dipenuhi pada prototype Adjusted

  Adjusted Spoon V1 menjadi Adjusted Spoon V2

  Gambar 6.Dokumentasi evaluasi dan testing Berdasarkan hasil pengembangan

  diterapkan dan diujicobakan kepada pengguna yang ditampilkan pada gambar 6.Pengguna merupakan responden identifikasi kebutuhan pengguna tahap 2 yang dapat mengevaluasi perubahan Adjusted Spoon V1 dan Adjusted Spoon V2 .

DAFTAR PUSTAKA

  Severely Disabled, Journal of Grocott, P., Weir, H., dan Ram, M.B., 2007, A Intelligent and Robotic Systems 34: model of user engagement in medical 253-263, Kluwer Academic Publisher, device development, International Netherlands. Journal of Health Care Quality Assurance Vol. 20 Iss 6 pp. 484 Ulrich, K.T., dan Eppinger, S.D., 2001, – 493.

  Perancangan dan Pengembangan Infodatin - Pusat Data dan Informasi Produk, Penerbit Salemba Teknika, Kementerian Kesehatan Republik Jakarta.

  Indonesia, 2014, Penyandang Disabilitas Pada Anak, Jakarta. Unger, D., dan Eppinger, S., 2011, Improving product development process design: a

  Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, method for managing information 2014, Buletin Jendela Data dan flows, risks, and iterations, Journal of Informasi Kesehatan Engineering Design, Vol. 22 No. 10

  • – Situasi Penyandang Disabilitas, Jakarta. October 2011, 689-699.

  Kobayashi, H., 2005, Strategic evolution of Wignjosoebroto, S., 2000, Ergonomi, Studi eco-products: a product life cycle Gerak dan Waktu, Penerbit Guna planning methodology, Research in Wijaya, Surabaya. Engineering Design 16: 1-16. Krovi, V., Kumar, V., Ananthasuresh, G.K., dan Vezien, J-M., 2007, Design and

  Virtual Prototyping of Rehabilitation Aids.The American Society of Mechanical Engineers.

  Rahman, A.A., 2009, Sekuriti Makanan Dari Perspektif Syariah, Shariah Journal, Vol. 17, No. 2 (2009) 299-326.

  Shiu, M., Jiang, J., dan Tu, M., 2007, Reconstruct QFD for integrated product and process development management, The TQm Magazine, Vol. 19 Iss 5 pp. 403-418.

  Tanaka, K., Kodani, Y., Oka, M., Nishimura, Y., Farida, F.A., dan Mu, S., 2011., Meal Assistance Robot with Ultrasonic Motors, International Journal of Applied Electromagnetics and Mechanics, Vol. 36, No. 1.2, pp.

  177-181. Topping, M., 2002, An Overview of the

  Development of Handy 1, a Rehabilitation Robot to Assist the