1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE STAD DISERTAI FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

  

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF

TIPE STAD DISERTAI FLIPBOOK TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA SMA

Surya Kusuma, Eka Ariyati, Eko Sri Wahyuni

  

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak

E-mail: suryakusuma3795@gmail.com

Abstract

  

The research was aimed to know the application of cooperative learning model type of

Student Teams Achievement Divisions (STAD) accompained by flip book media toward

the learning outcome of imune system material in class XI IPA SMA Negeri 1 Segedong.

This research was conducted through quasi experimental design with nonequivalent

control group design. The sample of this research were class XI IPA 1 as experiment

class and XI IPA 2 as control class, which was taken by sampling jenuh. The test in the

form of multiple choice test, there are 20 questions. Based on the result of data analysis,

obtained the average score of students learning outcomes experiment class and control

class were 15,35 and 12,87. According to U Mann-Whitney test showed Z count

  ≤ Z table (-

3,52 ≤ -1,96), it there are differences between students learning outcome who is

teaching by cooperative learning model type Students Teams Achievement Divisions

  

(STAD) accompained by flip book with student taught using conventional learning model.

  

Keywords: Student Teams Achievement Division (STAD), Flip book, Imune System,

Learning Outcome.

  PENDAHULUAN

  Hakikat belajar merupakan aktifitas fisik maupun mental dalam diri siswa yang tertuang selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran itu sendiri merupakan suatu sistem yang sangat kompleks menggambarkan adanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta perangkat dalam pembelajaran. Adapun memahami karakteristik materi, peserta didik dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran, akan membuat proses pembelajaran menjadi variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekontruksi wawasan pengetahuan dan akan berdampak baik pada hasil belajar peserta didik (Trianto, 2009: 9). Hasil observasi pada tanggal 11-12 Januari 2017 di kelas XI SMA Negeri 1Segedong pada materi sistem pencernaan, guru masih menggunakan model konvensional dengan ceramah dan tanya jawab disertai media charta dan torso. Hal ini membuat proses pembelajaran yang berlangsung menjadi pasif karena siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru atau hanya mengandalkan informasi yang disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa kurang memahami konsep-konsep materi yang disampaikan oleh guru sehingga berakibat pada hasil belajar yang rendah.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman (2010: 16) metode ceramah dan tanya jawab akan menyebabkan siswa menjadi pasif sehingga pembelajaran yang dilakukan cenderung hanya transfer hafalan belaka yang berakibat rendahnya hasil belajar yang didapatkan.Hal ini dapat dilihat dari proses belajar yang dilakukan di kelas XI SMA Negeri 1 Segedong yang berakibat pada rendahnya hasil ulangan harian siswa pada tahun pelajaran 2015/2016 dengan KKM 75, ini bisa dilihat pada tabel hasil perolehan nilai rata-rata ulangan harian siswa dibawah ini pada Tabel 1.

  

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Siswa Kelas XI IPA Semester Genap Tahun

Pelajaran 2015/2016 No Materi Nilai Ulangan Harian Kelas Rata

  • – Rata

  XI IPA 1

  Atas alasan-alasan tersebut materi ini akan mudah disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

  Adapun karakteristik dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kuis individu dan pemberian penghargaan kelompok super, hebat serta baik diakhir pembelajaran. Sehingga pada kegiatan

  VII SMPN 2 sejangkung menyatakan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media flip book memberikan kontribusi sebesar 31,59% terhadap hasil belajar siswa.

  Penggunaan media flip book bertujuan agar siswa lebih mudah menghafal istilah

  Adapun model pembelajaran kooperatif ini dapat dibantu dengan media seperti flip book.

  merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang barumenggunakan pendekatan kooperatif.

  Teams Achievement Divisions (STAD)

  model pembelajaran yang sangat tepat digunakan oleh guru yang baru melakukan permulaan dalam proses pembelajaran kooperatif. Slavin (2005: 143) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe Student

  (STAD). Model pembelajaran ini merupakan

  Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada materi sistem imun paling rendah dibandingkanmateri lainnya. Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa, rendahnya nilai ulangan harian pada materi sistem imun disebabkan oleh materi yang cukup banyak dan terdapat istilah-istilah sistem pertahanan tubuh yang masih asing bagi siswa, sehingga siswa hanya menghafal materi tersebut. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan guru, rendahnya hasil belajar biologi dikarenakan siswa belajar cenderung menggunakan cara hafalan. Hal ini dikarenakan siswa masih sulit dalam mengaitkan konsep-konsep essensial dan menggabungkan suatu konsep dengan dengan konsep lain yang dipelajari, terutama istilah- istilah antigen dan antibodi. Selain itu buku pegangan siswa tidak bewarna dan kurang adanya gambar-gambar, sehingga siswa kurang tertarik untuk membacanya.

  XI IPA 2

  o Sumber: Guru Mata Pelajaran Biologi SMA Negri 1 Segedong

  78,16 75,80 76,98

  5 Sistem Reproduksi Manusia

  4 Sistem Regulasi Manusia 65,50 67,41 66,45

  3 Sistem Ekskresi 71,67 71,77 71,72

  2 Sistem Pernapasan 73,67 72,09 72,88

  73,50 72,41 72,95

  1 Sistem Pencernaan Makanan

  6 Sistem Imun 64,80 65,48 65,14

  • – istilah asing saat belajar, siswa dapat menemukan konsep-konsep yang esensial dan siswa dapat memahami konsep yang disampaikan oleh guru serta menghubungkannya dengan konsep yang telah ada sebelumnya karena materi yang disajikan dalam media flip book sudah dalam bentuk ringkasan, sehingga proses pembelajaran didalam kelas menjadi efektif (Santyasa, 2007: 99). Selain itu siswa juga menjadi lebih tertarik dengan gambar
  • –gambar berwarna yang ditampilkan dalam media flip book (Andri, 2013: 6). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016: 7) pada materi sistem organisasi kehidupan di kelas
  • – 1 poin dibwah skor awal

  20

  10

  50 Sumber: (Trianto, 2009: 72). Tahap selanjutnya ialah menghitung skor tim untuk menentukan predikat yang akan diterima oleh kelompok berupa sertifikat apabila skor rata-rata yang diperoleh mencapai kriteria yang telah ditentukan. Untuk memperoleh skor tim adalah dengan cara menambah skor perkembangan anggota dan membaginya dengan jumlah anggota, sehingga didapatlah skor tim yang akan disesuaikan dengan tingkat penghargaan dalam prestasi kelompok pada Tabel3.

  5 Kertas jawaban sempurna

  30

  4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal

  belajar mengajar, siswa menjadi termotivasi untuk belajar agar mendapat penghargaan kelompok.

  3 Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal

  10

  2

  Rata-rata Tim Predikat

  1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

  Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan Individu

No Skor Kuis Poin Kemajuan

  Adapun kategori tim super, tim hebat dan tim baik dihitung berdasarkan skor awal dan skor kuis individual. Skor awal diperoleh siswa pada saat pre-test sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis yang dibandingkan dengan skor awal. Sesegera mungkin setelah kuis, skor kemajuan individu dan skor tim dihitung. Berikut adalah kriteria poin kemajuan pada skor kuis:

  STAD merupakan model pembelajaran yang dicirikan oleh adanya penghargaan kooperatif dengan 6 fase pada proses pembelajaran yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa;(2) menyajikan informasi;(3) mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar;(4) membimbing kelompok bekerja dan belajar;(5) evaluasi (mengerjakan kuis);(6) memberikan penghargaan (Trianto, 2009: 71).

  materi sistem imun kelas XI SMA Negeri 1 Segedong Kabupaten Mempawah.

  Teams Achievement Divisions disertai media flip book terhadap hasil belajar siswa pada

  Dari uraian di atas,peneliti tertarik melaksanakan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student

  

Tabel3. Tingkat Perhitungan dalam Prestasi Kelompok

Sumber: Ratumanan (dalam Trianto, 2009: 72).

  • 5

  Eksperimental Design . Dengan rancangan

  penelitian adalah non-equivalent control group design (Sugiyono, 2013: 114).

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Dalam penelitian ini terdapat kelompok kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Oleh karena itu, rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimental Design) yang merupakan pengembangan dari True

  0 ≤ x ≤ 5

  ≤ x ≤ 15 Tim Baik 15 ≤ x ≤ 20 Tim Hebat 20 ≤ x ≤ 30 Tim Super

METODE PENELITIAN

  Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1Segedong Tahun Pelajaran 2016/2017, terdiri dari kelas XI IPA 1 berjumlah 31 siswa dan XI IPA 2 berjumlah

  

Tabel 4. Skor rata-rata Pre-test dan Post-test

Skor Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Sd Sd

  < χ 2

  hitung

  7,81 yang berarti data pre-test kelas eksperimen tidak berdistribusi normal, sedangkan kelas kontrol χ 2

  tabel atau 61,11 >

  > χ 2

  hitung

  χ 2

  dianalisis terlebih dahulu dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas. Karena jumlah data > 30 maka uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-kuadrat. Diketahui hasil pre-test kelas eksperimen

  pre-test dan post-test yang berupa skor

  Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa dikelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, hal ini dikarenakan adanya perbedaan perlakuan dimana kelas eksperimen diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai flip book, sedangkan pada kelas kontrol diajar dengan model pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil

  Pre-test 8, 87 2,04 8, 13 2,03 Post-test 15,36 1,66 12,88 2,70

  XI IPA 2 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri 1 Segedong. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.

  32. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh. Sugiyono (2016: 124) men yatakan bahwa “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.” Dalam penelitian ini semua anggota populasi digunakan sebagai sampel penelitian, dimana kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.

  IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas

  Penelitian ini dilakukan pada kelas XI

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Setelah melakukan analisis data pada tahap pelaksanaan, tahap akhir pada penelitian ini adalah menyusun laporan hasil penelitian.

  Tahap Akhir

  IPA 2SMA Negeri 1Segedong untuk melihat kemampuan awal siswa;(2) Menganalisis data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan uji prasyarat, yaitu uji normalitas;(3)Memberikan perlakuan padakelas eksperimen dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media flipbook, sedangkan kelas kontrol diajar dengan model pembelajaran konvensional;(4) Memberikan Post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan akhir siswa;(5) Analisis data.

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan tes awal (pre-test) di kelas XI IPA 1 dan XI

  Tahap Pelaksanaan

  ;(6) Melakukan validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian;(7) Melakukan validasi flip book; (8) Merevisi hasil validasi;(9) Melakukan uji coba tes;(10) Menganalisis data hasil uji coba tes untuk mengetahui tingkat reliabilitas;(11) Menentukan jadwal pelaksanaan penelitian.

  post-test)

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1)Mengurus surat izin dari fakultas;(2) Observasi awal di SMA Negeri 1 Segedong Kabupaten mempawah (wawancara dan observasi kelas);(3) Menyusun perangkat pembelajaran yang digunakan, meliputi silabus, rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) dan LKS;(4) Merancang media pembelajaran flip book; (5) Membuat instrumen penelitian (kisi-kisi soal, soal pre-test dan post-test, pedoman penskoran soal

  Tahap Persiapan

  tabel atau 5,94 < 7,81 yang berarti data pre-test kelas kontrol berdistribusi normal.

  Karena salah satu data pre-test kedua kelas tersebut ada yang tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji non parametrik yaitu uji U Mann-Whitney. Berdasarkan uji U Mann-Whitney, diketahui Z hitung sebesar -1,56 sehingga lebih besar dari - Z tabel sebesar -1,96 atau -Z tabel

  atau 52,01 > 7,81, yang berarti data post-test kelas kontrol tidak berdistribusi normal.

  Pada kelas eksperimen, kegiatan pembelajaran terdiri atas 6 fase, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa;(2) Menyajikan informasi;(3) Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar;(4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar;(5) Evaluasi;(6) Memberikan Penghargaan. Penggunaan flip book pada proses pembelajaran digunakan pada fase keempat, yaitu membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada tahap ini siswa telah dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen yang telah dilaksanakan pada fase ketiga berdasarkan kemampuan kognitifnya.Menurut Isjoni (2007: 111), dengan mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda, maka siswa yang kurang pandai akan termotivasi dan terbantu oleh siswa yang lebih pandai, sedangkan siswa yang lebih pandai akan semakin terasah kemampuannya.Setiap kelompok bertugas untuk mendiskusikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diberikan. Pada tahap ini, siswa tidak hanya berdiskusi, tetapi juga belajar bersama teman- teman satu kelompok dan tiap anggota kelompok akan menjawab kuis individual dengan baik pula sehingga usaha mereka dalam berdiskusi nantinya akan menentukan apakah kelompok mereka mendapat penghargaan sebagai tim super, tim hebat dan tim baik.

  XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media flip book, sedangkan kelas kontrol diajar dengan model konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab. Kegiatan masing- masing kelas terdiri atas 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 2 x 45 menit.

  XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas

  13 Mei 2017 sampai dengan tanggal 20 Mei 2017 di SMA Negeri 1 Segedong pada Kelas

  Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal

  Pembahasan Penelitian

  ≤ Z tabel (-3,52 ≤ -1,96). Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media flip book dengan kelas kontrol yang diajarkan dengan model konvensional dengan ceramah dan tanya jawab.

  Karena data post-test kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji non parametrik yaitu uji U Mann-Whitney. Berdasarkan uji U Mann-Whitney (Lampiran B.8), diketahui Z hitung

  tabel

  ≤ Z hitung ≤ Z tabel (-

  > χ 2

  hitung

  sedangkan kelas kontrol χ 2

  tabel atau 6,48< 7,81, yang berarti data post- test kelas eksperimen berdistribusi normal,

  < χ 2

  hitung

  Adapun untuk hasil post-test diketahui hasil post-test kelas eksperimen χ 2

  1,96 ≤ -1,56 ≤ 1,96). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan antara hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf α = 5%, sehingga dapat dikatakan kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama.

  Adapun pada kelas kontrol, kegiatan pembelajaran terdiri atas 3 langkah, yaitu: (1) Pendahuluan;(2) Kegiatan Inti; (3) Penutup. Penggunaan Power Point sebagai media pembelajaran digunakan pada saat guru menjelaskan materi, yaitu pada tahap kegiatan inti. Diskusi juga dilakukan pada tahap kegiatan inti, siswa dibagi menjadi 5 kelompok untuk mendiskusikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan. Disini tampak perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam kegiatan diskusi. Pada kelompok eksperimen, kegiatan diskusi tidak hanya sekedar mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) namun juga ditekankan bahwa siswa harus saling membantu anggota kelompoknya yang belum paham mengenai materi yang dipelajari, karena nasib kelompok ditentukan oleh berhasil tidaknya anggota kelompok dalam belajar dan bekerjasama.Beda halnya dengan kelompok kontrol yang anggotanya dipilih tidak berdasarkan perbedaan kemampuan kognitif, mereka juga tidak dituntut untuk saling mengajarkan hingga anggota kelompoknya paham terhadap materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Trianto, 2009: 44), Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikirnya.

  Dengan adanya perbedaan perlakuan seperti yang telah dijabarkan diatas, maka hasil belajar siswa juga tidak sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.Kelas Eksperimen memiliki rata-rata skor post-test sebesar 15,35, lebih tinggi dibandingkan dengan skor post-test kelas kontrol yaitu sebesar 12,87.

  Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai flip book pada kelas eksperimen memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan model konvensional diantaranya adalah siswa menjadi terbantu dalam belajar dan berdiskusi karena adanya media flip book sebagai media yang melengkapi buku pegangan siswa, flip

  book mudah digunakan karena berisi materi

  yang disusun dengan bahasa yang mudah dimengerti secara padat dan jelas dibandingkan buku ajar, serta dilengkapi dengan gambar yang menarik sehingga membuat siswa tertarik untuk membacanya. Menurut Susilana dan Cepi (2007: 88-89), flip book dapat meningkatkan aktivitas siswa. Dengan meningkatnya aktivitas siswa, tentunya dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, ukuranya tidak terlalu besar dan juga ringan sehingga mudah dibawa kemana- mana.

  Jika dilihat dari jumlah siswa yang tuntas, kelas eksperimen memiliki persentase ketuntasan sebesar 80,65% (25 orang tuntas dari 31 siswa), sedangkan kelas kontrol sebesar 43,75% (14 orang tuntas dari 32 siswa). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan menyebabkan hasil belajar yang berbeda pula. Selain itu, Untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran juga dapat dilihat dari proses pembelajaran itu sendiri, hasil akhir sangat penting tetapi proses yang mengiringinya juga tidak kalah pentingnya. Selama kegiatan pembelajaran, siswa terlihat antusias dan mau bekerjasama. Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan hasil Evaluasi diakhir pembelajaran baik kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan pada pertemuan kedua. Hal ini dapat menunjukan bahwa siswa mengalami kemajuan dipertemuan kedua, semua itu dapat dilihat pada semuakelompok pada pertemuan kedua baik kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai rata-rata LKS meningkat dibdandingkan dengan nilai rata-rata LKS pertemuan pertama. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Darmojo dan Kaligis (dalam Nurseha, 2007: 40), LKS digunakan sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.

  Untuk memperjelas perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilanjutkan dengan menghitung persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disajikan pada Tabel 5.

  

Tabel 5. Persentase Keberhasilan Siswa Menjawab Benar Per Tujuan Pembelajaran

NO Tujuan Pembelajaran Nomor Soal Persentase Menjawab Benar (%) Eksperimen Kontrol

  1 Siswa dapat menyebutkan pengertian sistem imun 16 96,77% 62,5%

  2 Siswa dapat menyebutkan fungsi sistem imun

  17 93,54% 73,43%

  20

  3 Siswa dapat membedakan antigen 12 90,31% 65,62% dan antibodi pada mekanisme pertahanan tubuh

  13

  8 Siswa dapat membedakan mekanisme kekebalan pasif dan kekebalan aktif

  power point kedalam buku catatan masing-

  Pada tujuan pembelajaran keempat yaitu mengidentifikasi jenis antigen dan kelas antibodi, rata-rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar kelas eksperimen sebesar 48,38% dan kelas kontrol sebesar 42,18%. Adapun soal yang berkiatan dengan tujuan pembelajaran keempat adalah soal nomor 14 dan 15.Hal ini dapat dikarena pada kelas eksperimen yang yang menggunakan media flip book pada saat fase penyampaian informasi dan tujuan pembelajaran guru tidak menekankan kepada siswa untuk menandai hal-hal penting pada media media flip book pada saat penyampaian materi oleh guru, sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional dengan ceramah dan tanya jawab serta menggunakan media power point saat penyampaian materi guru ada meminta siswa untuk mencatat beberapa konsep penting yaitu nama-nama antigen dan kelas antibodi yang tercantum di

  Namun jika dilihat dari persentase siswa menjawab benar pada soal post-test per tujuan pembelajaran, kelas eksperimen memiliki persentase yang lebih rendah pada beberapa tujuan pembelajaran yaitu pada tujuan pembelajaran 4, 5, 9 dan 10 dengan persentase kertuntasannya dibawah 75%, walaupun keempat tujuan pembelajaran tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol, akan tetapi persentasenya lebih tinggi (tidak lebih dari 7%) dari kelas kontrol.

  Berdasarkan Tabel 5, diketahui secara keseluruhan persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan pembelejaran pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata-rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan pembelajaran pada kelas eksperimen sebeasar 76,25%, sedangkan kelas kontrol sebesar 61,62%. Dari 10 tujuan pembelajaran yang diujikan, semua tujuan pembelajaran memiliki persentase siswa menjawab benar lebih tinggi pada siswa kelas eksperimen jika dibandingkan dengan persentase pada kelas kontrol.

  4 Rata-rata 76,25% 61,62%

  2 56,44% 56,24%

  10 Siswa dapat membedakan mekanisme kerja vaksin dan antibiotik

  3

  1 64,51% 62,49%

  9 Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis penyakit yang menyerang sistem pertahanan tubuh

  7 80,64% 53,15%

  18

  19

  11

  10

  6

  5 81,92% 63,12%

  7 Siswa dapat menjelaskan mekanisme imunitas nonspesifik dan imunitas spesifik

  6 Siswa dapat membedakan imunitas nonspesifik dan imunitas spesifik 9 90,32% 84,37%

  8 54,83% 53,12%

  5 Siswa dapat menjelaskan cara kerja antibodi

  15

  14 48,38% 42,18%

  4 Siswa dapat mengidentifikasi jenis antigen dan kelas antibodi

  masing. Hal ini dikarenakan ada konsep penting yang ada di power point namun tidak ada didalam buku pegangan siswa pada kelas kontrol, ini berbeda pada kelas eksperimen yang telah menggunakan media flip book sehingga tidak ditekankan untuk mencatat, karena sudah diberikan dua buah untuk masing-masing kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Trianto, 2009: 88), yang mengatakan bahwa mencatat dapat memperdalam pemahaman kognitif siswa selama terjadinya interaksi aktif anak dengan lingkungan serta melalui interaksi sosisal dengan teman sebaya dan guru.

  Sementara itu, pada tujuan pembelajaran yang kelima yaitu menjelaskan cara kerja antibodi. Rata-rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar kelas eksperimen sebesar 54,83% dan kelas kontrol sebesar 53,12%.Adapun penyebab rendahnya rata-rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar pada kedua kelas yang sama-sama rendah, dapat dikarenakan pada saat menjelaskan materi cara kerja antibodi tidak diiringi oleh penekanan dan penulisan ulang poin-poin penting dipapan tulis sehingga siswa kurang begitu mengerti secara rinci pada tiap gambar. Hal ini dikarenakan masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol telah menggunakan media yaitu flip book dan power

  point , sehingga guru merasa tidak perlu

  menulis ulang di papan tulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2005: 61), menyatakan hasil belajar siswa akan optimal jika ada penekanan saat guru menjelaskan poin-poin penting saat menyampaikan materi pelajaran pada proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

  Selanjutnya pada tujuan pembelajaran kesembilan yaitu mengidentifikasi jenis-jenis penyakit yang menyerang sistem pertahanan tubuh. Soal yang mencakup tujuan pembelajaran ini adalah soal nomor 1 dan

  3.Pada soal nomor 1 memiliki aspek kognitif jenjang C3 yang menyajikan grafik mengenai suatu penyakit yang berkaitan dengan sistem imun dan siswa diminta untuk mengaplikasikan kemampuan dalam membaca grafik untuk menentukan penyakit apa yang disajikan berdasarkan grafik tersebut. Soal dengan aspek kognitif jenjang C3 akan menuntut siswa mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari dikelas (Mayer dalam Faisal,

  2015: 104). Sedangkan pada soal nomor 3 dengan aspek kognitif jenjang C4 menyajikan beberapa gejala suatu penyakit dan siswa diminta untuk menganalisis dan menentukan mana yang menujukkan gejala dari penyakit autoimun. Soal dengan aspek kognitif C4 akan menuntut siswa untuk dapat menganalisis suatu permasalahan yang ada (Mayer dalam Faisal, 2015: 104).

  Adapun rata-rata persentase ketuntasan hasil belajar per tujuan pembelajaran pada kelas eksperimen sebesar 64,51% dan sebesar 62,49% pada kelas kontrol.Hal ini dikarena pada soal nomor 1 siswa pada kelas eksperimen mengerjakan LKS yang berisikan kegiatan mengamati grafik penurunan sel T yang berkaitan dengan penyakit AIDS sehingga siswa dapat dengan mudah menjawab soal post-test yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran ini. Selain itu pada media flip

  book juga mencamtumkan mengenai grafik

  yang sama sehingga hal ini semakin memperdalam pemahaman siswa pada kelas eksperimen. Sedangkan kelas kontrol hanya mengerjakan LKS berupa soal dan mengamati materi melalui media. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (dalam Arsyad, 2009: 78) menyatakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

  Terakhir pada tujuan pembelajaran kesepuluh yaitu siswa dapat membedakan mekanisme kerja vaksin dan antibiotik.Rata- rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan pembelajaran pada kelas eksperimen (56,44%) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (56,24%).penyebab lain rendahnya rata-rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar pada tujuan ini adalah karena kurangnya penguasaan waktu dalam mengajar, karena di akhir pembelajaran guru tidak sampai selesai menyimpulkan pembelajaran pada hari itu dikarenakan waktunya sudah habis. Hal inilah yang menyebabkan siswa ada yang kurang paham mengenai ribosom yang berkaitan dengan mekanisme kerja antibiotik. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainal (2010: 35), menyatakan kegiatan menutup pelajaran

  (Closure) meliputi meninjau kembali

  Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok . Alfabeta. Bandung:

  Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

  Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Alfabeta. Bandung.

  (Penterjemah: Marianto Samosir). Nusa Media. Bandung. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian

  dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan. Banjar Angkan Klungkung. Slavin, E. R. (2005). Cooperative Learning.

  Media Pembelajaran . Makalah Disajikan

  PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Santyasa, I.W.(2007). Landasan Konseptual

  Santyasa.(2007). Interaksi Belajar Mengajar.

  Wahyuni. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Flib Book Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran . 5 (3): 11-22.

   diakses 10 Oktober 2015). Rahmawati, D., Kurnia Ningsih & Eko Sri

  Rahman. (2010). Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi dalam Pembelajaran Sains Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Budaya. (Online).

  (Online). diakses 8 Agustus 2017).

  Nurseha. (2007). Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi Terhadap Prestasi Belajar Geografi Pada Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Jurnal Penelitian Pendidikan.

  Isjoni. (2007). Cooperative Learning:

  penguasaan inti dan mengevaluasi. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengukur tingkat kebaerhasilan peserta didik maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar.

  Faisal. (2015). Mengintegrasi Revisi Taksonomi Bloom Kedalam Pembelajaran Biologi. Jurnal Sainsmat. 4 (2): 102-112.

  Rajawali Press. Jakarta.

  Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran.

  Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Media Flip book Terhadap Hasil Belajar Siswa Sistem Gerak Manusia SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran . 2 (6): 39-48.

  DAFTAR RUJUKAN Andri, Y., Syamswisna, & Laili F. Y. (2013).

  (1) Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media flipbook, disarankan menggunakan materi yang berbeda. (2) Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa., diharapkan lebih memerhatikan tentang alokasi waktu saat mengajar dan kerjasama siswa dalam melakukan diskusi.

  Saran

  ≤ Z tabel (- 3,52 ≤ -1,96)).

  ( Z hitung

  dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dengan ceramah dan tanya jawab pada materi sistem imun di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Segedong yang dibuktikan dengan perhitungan statistik ujiU Mann-Whitney

  Divisions (STAD) disertai media flipbook

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA N 1 Segedong anatara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Zainal, A. (2010). Micro Teaching.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.