DESKRIPSI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNTAN PADA PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT

  DESKRIPSI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNTAN PADA PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT Nurbaiti, Eny Enawaty, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak

  Email: nurbaitianwar2125@gmail.com Abstract

  This research aims to describe the psychomotor ability of chemical education students on the determination of ascorbic acid levels by iodimetry method. The research method used is descriptive method with instrument in the form of observation sheet. Data collection techniques used are direct observation and directcommunication. The subjects of the research were chemical education students of FKIP Untan of 2015 consisting of 24 students. The result of the research indicated that the persentage of psychomotor ability of students in the category of good, good, enough, and less in sequence were 8.3%, 33.3%, 41.2%, and 16.7% respectively. In the indicator of the preparation stage of glassware shows the percentage in the excellent category is 100%. In the scour grinding stage indicator shows the percentages in the categories of good, less, and less once sequence were 50%, 25%, and 25% respectively. In the indicator phase weigh the sample shows the percentage in the excellent category that is 100%. In the indicator stage of the titration tool shows the percentage in the category of both well and well in sequence that is 83.3% and 16.7%. in indicator of flushing burette stage showed percentage in good category and less once sequentially that is 8.3% and 91.7%. In the indicator stage of pouring raw solution showed the percentage on the category very good, good, and enough sequence that is 45.8%, 45.8% and 8.3%. In the implementation stage titration shows the percentage in both excellent and good category in sequence that is 95.8% and 4.2%. Psychomotor analysis result in practicum determination of ascorbic acid level with iodimetry method obtained psychomotor ability average student get good category with percentage 54.2% and at very good category having percentage 45.8%.

  Keywords: Psychomotor Skills, Iodimetry, Ascorbic Acid.

  PENDAHULUAN proses. Kimia sebagai produk meliputi

  sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas Ilmu kimia adalah ilmu yang fakta, konsep dan prinsip kimia, sedangkan berlandaskan eksperimen, artinya konsep- kimia sebagai proses meliputi keterampilan, konsep yang terdapat pada materi kimia dapat sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk dibuktikan melalui kegiatan praktikum. Para memperoleh dan mengembangkan ahli pendidikan sains memandang kimia tidak pengetahuan kimia ( Wahyu, 2007 ). hanya sebagai pembelajaran yang terdiri dari

  Berkaitan dengan hal tersebut Sudjana fakta, konsep dan teori yang dapat dihafalkan. (2011) mengatakan bahwa hasil belajar

  Hakikat ilmu kimia mencangkup dua hal yaitu meliputi tiga ranah yaitu : (1) ranah kognitif, kimia sebagai produk dan kimia sebagai berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, (2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi, (3) ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Selain itu, menurut Depdiknas (2007), fungsi dan tujuan pembelajaran kimia adalah untuk membentuk sikap positif terhadap kimia, memupuk sikap ilmiah, memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, meningkatkan kesadaran tentang terapan ilmu kimia yang bermanfaat juga merugikan dan memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia, serta saling berkaitan dalam penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan hal tersebut, salah satu metode yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan siswa adalah metode praktikum. Krischner (dalam Gebi dan Wiwi, 2005) mengemukakan alasan dasar dari kegiatan praktikum berfungsi untuk mengembangkan keterampilan tertentu, sarana yang tepat untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis, dan memberikan pengalaman langsung bagi siswa dalam mengamati suatu fenomena dan penerapannya. Mempelajari ilmu kimia tidak terlepas dari kegiatan percobaan atau eksperimen di laboratorium. Menurut Rustaman et al. (2003) metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan kegiatan percobaan. Proses belajar mengajar dengan metode praktikum ini siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri.

  Pada kegiatan praktikum, dibutuhkan keterampilan psikomotorik dari siswa, bagaimana siswa menggunakan alat-alat percobaan, merangkai alat-alat percobaan dan sebagainya. Menurut Firman (2000) salah satu tujuan praktikum adalah mengembangkan keterampilan manipulatif yaitu keterampilan menggunakan alat-alat laboratorium.

  Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik juga dilaksanakan pada tingkat perguruan tinggi, tidak terkecuali di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan. Penilaian psikomotorik bagi mahasiswa dilakukan melalui praktikum, salah satu praktikum yang dilaksanakan sebagai mata kuliah di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan adalah praktikum Kimia Analitik. Kompetensi mata kuliah yang ingin dicapai pada praktikum ini salah satunya adalah mahasiswa terampil dalam merangkai buret, mengisi buret, mengetahui alat dan bahan yang akan digunakan, cara melakukan titrasi yang benar, mengamati perubahan warna dan menentukan titik akhir titrasi. Sebagai calon guru kimia, mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi ini selain sebagai syarat lulus mata kuliah praktikum Kimia Analitik juga sebagai bekal mengajar disekolah.

  Evaluasi terhadap kemampuan psikomotorik mahasiswa dilakukan pada saat ujian akhir praktikum, hal ini diperoleh dari wawancara terhadap dosen pengampu. Penilaian praktikum terdiri dari empat komponen yaitu aktivitas kerja 10%, pretest 20%, laporan 30% dan ujian akhir praktikum 40%. Aktivitas kerja praktikum dinilai berdasarkan absensi mahasiswa dalam praktikum, pretest merupakan tes awal yang diberikan kepada praktikan sebelum melaksanakan praktikum, laporan praktikum berupa hasil kerja praktikan pada saat praktikum, ujian akhir terdiri atas tes tertulis tentang materi praktikum yang telah dilakukan serta praktik salah satu judul praktikum yang telah ditentukan.

  Penilaian keterampilan psikomotorik praktikan tidak dilakukan pada saat praktikum berlangsung sehingga sulit untuk mengetahui apakah praktikan sudah menguasai suatu keterampilan praktikum. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia mendapatkan nilai yang baik pada saat ujian praktikum Kimia Analitik. Hasil ujian akhir Kimia Analitik menunjukkan bahwa praktikan yang memiliki nilai di atas 70 sebanyak 67 orang dan yang kurang dari 70 hanya lima orang. Hasil menunjukkan sekitar 93% praktikan menguasai praktikum. Hasil tersebut cenderung menggambarkan kemampuan kognitif saja karena penilaian ujian akhir berdasarkan penilaian laporan tentang iodimetri.

  Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian kemampuan psikomotorik terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2015 khusus pada percobaan “Penentuan Kadar Asam Askorbat dalam Tablet Vitamin C dengan Metode Iodimetri”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan psikomotorik mahasiswa yang sebenarnya.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan keterampilan psikomotorik mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Untan pada Praktikum Penentuan Kadar Asam Askorbat dalam Tablet Vitamin C dengan Metode Iodimetri. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Untan angkatan 2015 yang mengambil matakuliah Kimia Analitik yaitu mahasiswa pendidikan kimia reguler program PGMIPA- U, reguler A, dan PAPK dengan jumlah mahasiswa sebanyak 76 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive

  sampling . Teknik ini dilakukan dengan

  mengambil subyek bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah sembilan orang tiap kelas yang diwakili oleh tiga orang kelas atas, tiga orang kelas menengah dan tiga orang kelas bawah yang di pilih berdasarkan nilai praktikum.

  Prosedur penelitian disusun dengan tujuan agar langkah-langkah penelitian lebih terarah pada permasalahan yang dikemukakan, prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Tahap Persiapan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) melakukan observasi di SMK SMTI Pontianak, wawancara dengan dosen kimia, wawancara dengan mahasiswa pendidikan kimia dan menemukan masalah; (2) menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar penilaian keterampilan psikomotorik; (3) melakukan validasi instrumen penelitian melalui konsultasi dan persetujuan dua orang dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Melakukan revisi instrumen penelitian yang telah di validasi.

METODE PENELITIAN

  Tahap Pelaksanaan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) melakukan penilaian keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia pada saat praktikum penentuan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C menggunakan metode iodimetri; (2) mengolah lembar hasil observasi untuk mengetahui keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia pada saat praktikum penentuan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C menggunakan metode iodimetri.

  Tahap Akhir

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) menskor dan menganalisis data lembar observasi; (2) menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan; (3) menyusun laporan penelitian.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  8.3

  Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Per se nt as e Jum lah Ma has iswa (% )

  80 100 120

  60

  40

  20

  4.2

  95.8

  8.3

  45.8

  45.8

  91.7

  16.7

  Beberapa indikator yang dinilai pada penelitian keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan adalah tahap persiapan kerja, tahap persiapan peralatan gelas, tahap penggerusan sampel, tahap menimbang sampel, tahap perangkaian alat titrasi, tahap pembilasan buret, tahap menuang larutan baku ke dalam buret, dan tahap pelaksanaan titrasi .

  83.3

  25 100

  25

  50

  16.7 100

  41.2

  33.3

  8.3

  Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan

  1. Tahap Persiapan Kerja

  Grafik 1 menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada indikator tahap persiapan peralatan gelas dan tahap menimbang sampel memperoleh kategori keterampilan baik sekali dengan persentase tertinggi dari indikator lain, sedangkan pada indikator tahap pembilasan buret memperoleh kategori kurang sekali dibandingkan dengan indikator lain. Berikut hasil keterampilan psikomotorik mahasiswa pada setiap indikator.

  Grafik 1. Persentase Kategori Keterampilan Psikomotorik .

  Tingkat Keterampilan Mahasiswa Tahap Persiapan Kerja Tahap Persiapan Peralatan Gelas Tahap Penggerusan Sampel Tahap Menimbang Sampel Tahap Perangkaian Alat Titrasi Tahap Pembilasan Buret Tahap Menuang Larutan Baku ke dalam Buret Tahap Pelaksanaan Titrasi pada tahap persiapan kerja ditampilkan pada Grafik 2.

  50

  41.2 ) lah

  40

  33.3 (%

30 Jum

  e

  16.7

  20 iswa as

  8.3 nt has

  10 se Ma Per

  Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Tingkat Keterampilan Mahasiswa Grafik 2. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

  Hasil observasi tahap persiapan kerja mahasiswa yang memperoleh kategori kurang menunjukkan bahwa dari 24 mahasiswa sekali. terdapat dua mahasiswa (8,3%) memperoleh kategori baik sekali, delapan mahasiswa

  2. Tahap Persiapan Peralatan Gelas

  (33,3%) memperoleh kategori baik, sepuluh Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa (41,2%) memperoleh kategori mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan cukup, empat mahasiswa (16,7%) pada tahap persiapan peralatan gelas memperoleh kategori kurang, dan tidak ada ditampilkan pada Grafik 3.

  120 100

  100 ) lah (%

  80 Jum e

  60 iswa as nt

  40 has se Ma

  20 Per Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

  Tingkat Keterampilan Mahasiswa Grafik 3. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

  Pada indikator tahap persiapan peralatan adalah keterampilan baik sekali dengan gelas yang memiliki kategori paling tinggi persentase 100% mahasiswa.

3. Tahap Penggerusan Sampel

  Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap penggerusan sampel ditampilkan pada Grafik 4.

60 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

  4. Tahap Menimbang Sampel

  Per se nt as e Jum lah Ma has iswa (% )

  Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa 12 mahasiswa (50%) memiliki kategori baik pada tahap menggerus sampel, enam mahasiswa (25%) memiliki kategori kurang, dan enam mahasiswa lainnya (25%) memiliki kategori kurang sekali .

  Tingkat Keterampilan Mahasiswa

  Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Per se nt as e Jum lah Ma has iswa (% )

  80 100 120

  60

  40

  20

  Tingkat Keterampilan Mahasiswa 100

  50

  Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap menimbang sampel ditampilkan pada Grafik 5.

  

Grafik 4. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

  30

  20

  10

  25

  25

  50

  Grafik 5. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

  40 Hasil observasi pada tahap menimbang sampel menunjukkan bahwa terdapat 24 mahasiswa (100%) memperoleh kategori baik sekali.

  5. Tahap Perangkaian Alat Titrasi

  83.3

  Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap perangkaian alat titrasi ditampilkan pada Grafik 6.

90 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang

  6. Tahap Pembilasan Buret

  Sekali Perse nta se Jum lah Ma has iswa (% )

  Tingkat Keterampilan Mahasiswa

  Per se nt as e Jum lah Ma has iswa (% )

  80 100 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

  60

  40

  20

  91.7

  8.3

  Tingkat Keterampilan Mahasiswa

  80

  Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap pembilasan buret ditampilkan pada Grafik 7.

  70

  Grafik 6. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

  50 Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa dua mahasiswa (8,3%) memiliki kategori baik dan 22 mahasiswa (91,7%) memiliki kategori kurang sekali.

  40

  30

  20

  10

  16.7

  Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa 20 mahasiswa (83,3%) memiliki kategori baik sekali dan 4 mahasiswa (16,7%) memiliki kategori baik.

  Grafik 7. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

  60

  7. Tahap Menuang Larutan Baku ke dalam Buret

  Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap menuang larutan larutan baku ke dalam buret ditampilkan pada Grafik 8.

50.0 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

  Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa 11 mahasiswa (45,8%) memiliki kategori baik sekali, 11 mahasiswa (45,8%) memiliki kategori baik dan dua mahasiswa (8,3%) memiliki kategori cukup.

  Per se nt as e Jum lah M aha si swa (% )

  Tingkat Keterampilan Mahasiswa

  Per se nt as e Jum lah Ma has iswa (% )

  Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

  80 100 120

  60

  40

  20

  4.2

  95.8

  Tingkat Keterampilan Mahasiswa

  40.0

  8. Tahap Pelaksanaan Titrasi

  Grafik 9. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

  20.0

  10.0

  0.0

  8.3

  45.8

  45.8

  Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa 23 mahasiswa (95,8%) memiliki kategori baik sekali dan satu mahasiswa (4,2%) memiliki kategori baik.

  Grafik 9. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

  Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap pelaksanaan titrasi ditampilkan pada Grafik 9.

  30.0

  Pembahasan

  Langkah pertama dalam praktikum ini adalah persiapan kerja yang memiliki kategori keterampilan cukup paling tinggi dengan persentase 41,2% mahasiswa. Tingginya persentase pada kategori cukup disebabkan kurang lengkapnya alat keselamatan kerja yang dipakai pada saat praktikum. Hasil wawancara terhadap M1 dan M2 yang memiliki kategori cukup memberikan informasi bahwa masih kurangnya kesadaran akan pentingnya menggunakan alat keselamatan kerja yang benar dikarenakan mereka menganggap praktikum yang mereka lakukan hanya untuk membantu peneliti. Padahal mereka sudah memahami fungsi dari alat keselamatan kerja yang harus digunakan yaitu untuk melindungi tubuh dan menghindari kontaminasi. Persentase paling rendah adalah kategori baik sekali dengan persentase 8,3% mahasiswa yaitu rendahnya persentase pada kategori baik sekali dikarenakan hanya terdapat

  2 orang mahasiswa yang menggunakan alat keselamatan kerja seperti jas laboratorium, sarung tangan, safety shoes dan masker dengan benar.

  Pada indikator tahap persiapan peralatan gelas yang memiliki kategori paling tinggi adalah keterampilan baik sekali dengan persentase 100% mahasiswa. Tingginya persentase pada kategori ini disebabkan peralatan yang digunakan pada saat praktikum disiapkan seluruhnya oleh mahasiswa., hal ini dikarenakan sudah fahamnya mahasiswa akan fungsi-fungsi alat laboratorium yang akan digunakan pada saat praktikum dan praktikum yang dilakukan sudah pernah dilakukan sebelumnya sehingga mereka mengetahui alat apa saja yang diperlukan.

  Pada indikator tahap penggerusan sampel yang memiliki persentase paling tinggi adalah kategori keterampilan baik dengan persentase 50% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa sudah terbiasa melakukan penggerusan sampel pada setiap praktikum. Hasil wawancara terhadap M2 dan M3 diperoleh informasi bahwa pada saat kegiatan praktikum yang dilihat dari teman dan asisten pada tahap penggerusan sampel sama halnya seperti yang mereka lakukan. Kategori keterampilan kurang dan kurang sekali memiliki persentase paling rendah yaitu masing-masing kategori memiliki persentase 25% mahasiswa, hal ini disebabkan banyaknya mahasiswa yang hanya mengetahui cara memegang stamper pada tahap penggerusan sampel. Selain itu, sebagian lainnya bahkan tidak mengetahui cara penggerusan sampel yang benar. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa diperoleh informasi bahwa selama praktikum mereka tidak mengetahui cara penggerusan sampel yang benar dan mereka beranggapan dalam penggerusan sampel yang paling diperhatikan adalah kondisi akhir sampel bukan pada tekniknya.

  Pada indikator tahap menimbang sampel memiliki kategori baik sekali dengan persentase 100% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa sudah mengetahui cara menimbang sampel yang tepat dan selama praktikum sebelumnya sudah mendapat informasi dari dosen dan asisten praktikum. Pada indikator tahap perangkaian alat titrasi memiliki persentase paling tinggi pada kategori baik sekali yaitu 83,3 % mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa telah mengetahui cara perangkaian alat titrasi dari dosen yang mengajar dan sudah pernah melaksanakan praktikum ini sebelumnya. Persentase paling rendah pada kategori keterampilan baik yaitu 16,7% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa tidak mengoleskan vaselin pada kran buret. Berdasarkan hasil wawancara terhadap M4 diperoleh informasi bahwa mahasiswa yang tidak mengoleskan vaselin pada kran buret beralasan lupa, hal ini menunjukkan bahwa mereka mengetahui bahwa kran buret harus diolesi vaselin namun mereka lupa melakukannya. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan terdapat mahasiswa yang tidak mengatur tinggi buret di atas erlenmeyer sekitar 1-2 cm, hal ini disebabkan mahasiswa mengatur tinggi buret terlalu jauh dari mulut erlenmeyer. Berdasarkan hasil wawancara terhadap M5 diperoleh informasi bahwa mahasiswa yang tidak mengatur tinggi buret dikarenakan merasa tidak perlu mengatur karena ketika titrasi erlenmeyer akan diangkat mendekati buret. Selanjutnya terdapat mahasiswa yang tidak meletakkan kertas putih di bawah erlenmeyer saat titrasi. Berdasarkan wawancara terhadap M6 diperoleh informasi mahasiswa yang tidak meletakkan kertas putih di bawah erlenmeyer saat titrasi beralasan lupa, hal tersebut menyebabkan kesulitan bagi mahasiswa untuk mengamati perubahan warna larutan analit.

  Pada indikator tahap pembilasan buret yang memiliki persentase paling tinggi yaitu pada kategori kurang sekali dengan persentase 92,7% mahasiswa dan yang memiliki kategori keterampilan baik memiliki persentase sebesar 8,3% mahasiswa, hal ini disebabkan hanya sedikit mahasiswa yang membilas buret dengan larutan baku dan sebagian lainnya tidak membilas buret dengan larutan baku. Berdasarkan hasil wawancara terhadap M3 dan M7 diperoleh informasi bahwa yang tidak membilas buret dengan larutan baku beralasan buret yang digunakan sudah bersih dan tidak perlu membilasnya dengan larutan baku yang akan digunakan dan ada pula yang beralasan tidak mengetahui jika pada saat titrasi harus membilas buret dengan larutan baku.

  Pada indikator tahap menuang larutan baku ke dalam buret yang memiliki persentase paling tinggi yaitu pada kategori keterampilan baik sekali dan baik dengan persentase masing-masing 45,8% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa sudah mengetahui cara menuang larutan baku ke dalam buret menggunakan corong dan larutan tidak tumpah serta mengeluarkan larutan lewat kran apabila melebihi tanda batas nol. Persentase rendah pada kategori keterampilan cukup yaitu 8,3% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa tidak memastikan ada atau tidaknya gelembung udara pada ujung buret. Berdasarkan hasil wawancara terhadap M7 diperoleh informasi bahwa ia tidak memperhatikan ada atau tidak gelembung udara pada ujung buret dikarenakan fokus pada volume larutan baku yang masuk didalam buret.

  Pada indikator tahap pelaksanaan titrasi memiliki kategori keterampilan baik sekali dengan persentase paling tinggi yaitu 95,8% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa telah melakukan titrasi dengan benar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap M8 diperoleh informasi bahwa sebelumnya mahasiswa sudah mendapatkan cara titrasi yang benar dari dosen yang mengajar dan juga mereka sudah pernah melakukan titrasi pada praktikum yang sama sebelumnya. Persentase kategori keterampilan baik memiliki persentase paling rendah yaitu 4,2% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa memegang erlenmeyer dengan tangan kiri dan membuka-menutup kran buret dari samping buret. Berdasarkan wawancara diperoleh informasi bahwa mahasiswa tersebut grogi dan terburu-buru dalam pelaksanaan praktikum.

  Gambaran keseluruhan keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan dari keseluruhan kemampuan psikomotorik mahasiswa rata-rata memperoleh kategori baik dengan persentase paling tinggi yaitu 54,2% mahasiswa dan pada kategori baik sekali memiliki persentase sebesar 45,8% mahasiswa. Secara keseluruhan tidak ada mahasiswa yang memperoleh kategori cukup, kurang, maupun kurang sekali. Tingginya keterampilan psikomotorik mahasiswa karena praktikum yang dilakukan sudah dilakukan sebelumnya. Selain itu, mahasiswa telah memperoleh informasi pada saat matakuliah manajemen laboratorium sehingga membuat mahasiswa lebih berpengalaman dalam melaksanakan praktikum, hal ini menurut Krischner (dalam Gebi dan Wiwi, 2005) yang mengemukakan alasan dasar dari kegiatan praktikum berfungsi untuk mengembangkan keterampilan tertentu, sarana yang tepat untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis, dan memberikan pengalaman langsung bagi siswa dalam mengamati suatu fenomena dan penerapannya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa yang paling tinggi yaitu pada tahap menimbang sampel dan paling rendah yaitu pada tahap pembilasan buret. Persentase kemampuan psikomotorik mahasiswa dari yang tertinggi sampai terendah secara berurutan yaitu pada indikator tahap meningkatkan keterampilan dibidang menimbang sampel, tahap persiapan peralatan tersebut. gelas, tahap pelaksanaan titrasi, tahap perangkaian alat titrasi, tahap menuang larutan ke dalam buret, tahap persiapan kerja, DAFTAR RUJUKAN tahap menggerus sampel, tahap persiapan buret. Secara keseluruhan keterampilan Depdiknas. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: psikomotorik mahasiswa FKIP Untan Dirgen Manajemen Pendidikan Dasar termasuk ke dalam kategori yang sangat baik. dan Menengah.

  Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar

  Dalam Pengajaran Kimia. Bandung:

SIMPULAN DAN SARAN Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

  UPI.

  

Simpulan Gebi, Dra. Dwiyanti dan Wiwi. M.Si, Dra.

  Berdasarkan hasil analisis psikomotorik Siswaningsih. (2005). Keterampilan dalam praktikum penentuan kadar asam

  Proses Sains Siswa SMU Kelas II

  askorbat dengan metode iodimetri diperoleh Pada Pembelajaran Kesetimbangan kesimpulan bahwa gambaran keseluruhan Kimia Melalui Metode Praktikum. keterampilan psikomotorik dari keseluruhan Bandung: FMIPA UPI. indikator rata-rata memperoleh persentase Rustaman, N. et. al. (2003). Common Text 54,2% pada kategori baik dan memperoleh Book Strategi Belajar Mengajar persentase 45,8% pada kategori baik sekali. Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan

  Biologi. FMIPA UPI.

  

Saran Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil

  Diharapkan keterampilan psikomotorik Proses Belajar. Bandung: PT Remaja mahasiswa pada tahap pembilasan buret dan Rosdakarya Offsel. tahap penggerusan sampel yang memiliki ____________. (2007). Penelitian dan kategori paling rendah diantara indikator Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar lainnya ditingkatkan melalui bimbingan yang Baru Algensindo. intensif oleh asisten dan dosen pengampu Wahyu, Raharjo. (2007). Kebahagiaan untuk membimbing praktikan guna Sebagai Suatu Proses Pembelajaran.

  Jurnal Psikologi, volume 12 no 2.