PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASILBELAJAR SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

  PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASILBELAJAR SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI ARTIKEL PENELITIAN Oleh: ARY SUSANTO NIM: F1062131021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2018

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASILBELAJAR SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

  

Ary Susanto, Masriani, Rody Putra Sartika

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak

  

E-mail: ary95susanto@gmail.com

Abstract: the objective of this study were to determine of differences in learning

outcomes and how great the students’ influence taught using learning cycle model and

conventional model in reaction rate material toward students of class XII at SMK

Negeri 2 Pontianak. The type of this study was quasy experimental design with

nonequivalent control group design. The population this study was from all student of

  

XII at SMK Negeri 2 Pontianak, they were XII TOI, XII TPPPP, XII TEI, and XII TKR.

Random sampling is used in this study with class XII TPPPP as the experiment class

and class XII TEI as the control class. The tools of data collecting was the test learning

outcomes. The results of this study showed that the learning outcomes of the

experiment class with the control class with value sig. 0,000 < 0,05 meant there were

differences between learning outcomes from the control class that used conventional

learning and the experiment class that use,.d learning cycle 5E. Learning cycle 5E

influenced about 41,15% with effect size 1,03 included in high category against the

learning outcomes in reaction rate material toward students of class XII at SMK

Negeri 2 Pontianak.

  Keywords: Learning cycle 5E model, learning outcome, reaction rate PENDAHULUAN

  Peserta didik perlu difasilitasi untuk terlibat secara aktif membangun potensi dirinya menjadi kompeten di dalam pembelajaran. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki. Kenyataan di lapangan, guru kurang melibatkan siswa secara aktif pada suatu pebelajaran di dalam kelas sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa kurang memuaskan karena guru cenderung menggunakan metode ceramah. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 10 Januari 2017 diperoleh informasi bahwa guru sering menggunakan metode ceramah karena lebih mudah dilakukan dan lebih efektif dari segi metode diskusi dan praktikum di labolatorium. Pada saat pembelajaran, kadang-kadang ditemukan siswa yang kurang aktif di dalam pembelajaran seperti yang terlihat pada saat hasil observasi di SMK N 2 Pontianak, menunjukkan bahwa pada saat mengajar guru menggunakan metode praktikum dan ceramah. Pada metode praktikum, siswa tidak diberikan kesempatan untuk menemukan konsep sendiri. Guru hanya menitikberatkan sejauh mana langkah kerja yang diberikan sedangkan hasil dan pembahasan kurang dinilai. Selain itu, guru juga masih menjelaskan materi yang akan diberikan pada siswa sehingga posisi guru berperan sebagai sumber informasi. Hal ini terlihat pada awal pembelajaran dimana guru langsung menjelaskan materi dan tidak mengeksplorasi pengetahuan awal siswa.

  Menurut Hisyam (2001), kelemahan metode ceramah yaitu membosankan, siswa menjadi tidak aktif, memendam daya kritis siswa, kurang melekat pada ingatan siswa dan feedback relative rendah. Metode ceramah menjadikan siswa kurang mengekplorasi kemampuan berpikir dan daya ingat karena siswa hanya dijadikan objek dalam pembelajaran sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajan.

  Hal ini terlihat pada hasil ulangan harian pada Tabel 2 bahwa presentasi ketidaktuntasan hasil belajar siswa paling tinggi pada materi laju reaksi. Rendahnya hasil belajar ini disebabkan siswa kurang menguasai materi laju reaksi pada sub bab faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, karena guru hanya menggunakan metode ceramah. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu menggunakan model siklus belajar 5e. Menurut Khairani (2011), model pemebelajaran learning cycle 5E mempunyai fase-fase yang menuntut siswa untuk lebih aktif menggali dan memperkaya pemahaman terhadap konsep-konsep yang dipelajari sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

  Menurut Fajaroh (2008), model pembelajaran learning cycle 5E dapat melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen. Kegiatan eksperimen dapat dilakukan secara sederhana dengan melakukan praktikum baik di kelas maupun di laboratorium. Kegiatan praktikum dapat dilakukan secara efektif dengan bantuan lembar kerja siswa (LKS). Menurut

  Annurahman (2014) terwujudnya proses pembelajaran yang efektif apabila guru menggunakan alat bantu pembelajaran yang dapat memperjelas materi pelajaran serta kelancaran dalam proses pembelajaran. Penggunaan perangkat pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) pada praktikum dapat mempermudah guru untuk menjelaskan materi yang akan disampaikan, serta siswa juga akan mudah menerima materi karena siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan praktikum ini sesuai dengan materi laju reaksi, karena melalui praktikum dapat membantu pemahaman siswa. Pada saat pembelajaran sebaiknya guru dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aktif pada siswa, salah satunya menggunakan metode praktikum, karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan.

  Pembelajaran yang masih cenderung berpusat pada guru, belum dapat melatih siswa untuk memahami konsep sehingga diperlukan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran learning

  cycle

  5E adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dan merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Sri Astuti, 2012). Pada pembelajaran dengan learning cycle 5E siswa aktif bertanya, menjawab, mengerjakan soal ke depan, dan berdiskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan menemukan konsep sendiri bersama kelompoknya (Rina, 2012).

  

Tabel 2 Persentase Ketuntasan Ulangan Harian Siswa Semester Ganjil Kelas

  

XII SMK N 2 Pontianak T ahun Ajaran 2015/2016

No Materi Rata-rata persentase Ketidaktuntasan Siswa (%)

  1

  2

  3

  4 Larutan elektrolit Koloid Laju reaksi Pergeseran

  51,4 78,4 81,9 54,1 Menunjukkan hasil penelitian Rody Putra Sartika (2016) pembelajaran model siklus 5E dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi koloid.

  Hasil penelitian Shabrina (2012) menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang belajar menggunakan model learning cycle 5E pada materi stoikiometri lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan metode ekspositori. Menurut Renner (Dasna, 2010), tiap fase Learning Cycle merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengembangan konsep yang dipelajari. Siswa mengembangkan pemahamannya terhadap suatu konsep dengan kegiatan mencoba (hands on activities) (Dasna, 2006). Learning

  Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan antara lain: (1) menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai sampel penelitian, (2) memberikan soal

  Alat pengumpul data adalah tes hasil belajar berupa pretest dan posttest. Tes yang dibuat kemudian divalidasi dan diuji coba untuk menilai kelayakan pemakaiannya di lapangan. Soal tes yang digunakan dalam

  Teknik pengumpul data dalam penelitian ini meliputi teknik pengukuran dan teknik observasi langsung. Teknik pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini pemberian skor terhadap hasil pretest dan postest. Teknik observasi langsung, dilakukan dengan mengamati kegiatan mengajar yang dilakukan guru melalui lembar observasi kegiatan pembelajaran untuk melihat keterlaksanaan dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

  Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan antara lain: (1) melakukan analisis dan pengolahan data hasil penelitian pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan uji statistik yang sesuai, (2) membuat pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian, (3) menyusun laporan penelitian.

  Tahap Akhir Penelitian

  5E, (4) Memberikan soal posttest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol.

  kontrol, (3) memberikan perlakukan terhadap kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran learning clyle 5E dan kelas control tanpa menggunakan model pembelajaran learning clyle

  pretest terhadap kelas eksperimen dan kelas

  Tahap Pelaksanaan Penelitian

  cycle dapat mengembangkan keterampilan

  Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan antara lain: (1) melakukan prariset berupa pengumpulan data nilai nilai mata pelajaran kimia. Identifikasi masalah penelitian dari hasil prariset yang didapat, (2) merumuskan masalah, (3) membuat perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) dan instruen penelitian, (4) melakukan validasi perangkat pembelajaran RPP, LKS, dan instrument penelitian, (5) apabila RPP LKS dan instruen dinyatakan tidak valid oleh validator, maka langkah selanjutnya adalah merevisi RPP, LKS dan instrument tersebut, (6) menganalisis data hasil uji coba.

  Tahap Persiapan Penelitian

  XII TEI SMK N 2 Pontianak yang diajarkan oleh guru yang sama dan belum mendapatkan materi laju reaksi. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling dan diperoleh kelas XII TPPPP sebagai kelas ekserimen dan kelas XII TEI sebagai kelas kontrol.

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen yang digunakan adalah eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa kelas XII yaitu XII TP4, XII TOI, XII TKR,

  5 Fase (Lc 5-E) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Materi Laju Reaksi SMKN 2 Pontianak”. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi laju reaksi.

  Cycle

  proses siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan secara langsung dan menemukan konsep secara mandiri sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka penulis tertarik melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning

METODE PENELITIAN

  penelitian ini dibuat oleh peneliti sendiri sehingga perlu dilakukan validasi dan dilihat reliabilitasnya.

  = ℎ

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Setelah diperoleh nilai ES maka nilai tersebut dimasukkan ke dalam tabel luas di bawah lengkungan normal standar O ke Z kemudian dikali 100% sehingga diperoleh persentase peningkatan hasil belajar karena pengaruh penggunaan model Learning Cycle 5E terhadap hasil belajar siswa kelas xii pada materi laju reaksi SMK N 2 Pontianak. (Glass dalam Backer, 2000).

  ...............................................(4)

  ̅ = ̅̅̅− ̅

  5E terhadap hasil belajar siswa kelas XII pada materi laju reaksi SMK N 2 Pontianak dapat dihitung menggunakan effect size dengan rumus:

  cycle

  Pengaruh penggunaan model learning

  yang menunjukkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. karena hasil dari uji yang dilakukan pada nilai pretest tidak terdapat perbedaan maka tahap selanjutnya melakukan pengolahan data pada nilai postest. Pengolahan data pada nilai postest diperoleh bahwa nilai postest tidak berdistribusi normal, sehingga data selanjutnya diuji kembali menggunakan uji u-mann whitney diperoleh nilai sig 0,000<0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan kemampuan akhir antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

  Whitney diperoleh bahwa nilai sig 0,161>0,05

  kontrol. Nilai pretest diperoleh bahwa data tidak berdistribusi normal, selanjutnya data diuji kembali menggunakan uji U-Mann

  pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas

  (4) melakukan uji normalitas terhadap nilai

  100%..............(2)

  kelas eksperimen. (2) menghitumg skor total yang diperoleh setiap siswa dari seluruh indikator tes hasil belajar. (3) menghitung persentase skor total tes hasil belajar dengan menggunakan rumus :

  Penelitian ini menggunakan validitas isi. Instrumen tes divalidasi oleh dosen program studi pendidikan kimia FKIP Untan dan guru kimia di SMK Negeri 2 Pontianak. Berdasarkan hasil validasi dari validator disimpulkan bahwa instrumen tes layak digunakan.

  pretest dan postest siswa kelas kontrol dan

  17. Analisis tes hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan cara: (1) memberikan skor pada jawaban

  Teknik pengolahan data dilakukan dengan analisis tes hasil belajar siswa. Data diperoleh dari pretest dan postest diolah dengan menggunakan IBM SPSS Statistics

  Lembar observasi dalam penelitian yaitu lembar observasi tertutup. Pada lembar observasi tertutup observer hanya memberikan tanda cek (check list) pada komponen-komponen yang terdapat pada RPP.

  Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang proses dan strategi pembelajaran siswa baik yang kategori rendah, sedang, dan tinggi. Wawancara juga dilakukan untuk memperoleh informasi penyebab keberhasilan dan kegagalan siswa dalam pembelajaran. Wawancara dilakukan terhadap masing- masing 3 orang siswa yang nilai hasil belajarnya tinggi dan rendah dari kelas kontrol maupun eksperimen. selain itu wawancara juga dilakukan pada guru mata pelajaran kimia yang mengajar kelas kontrol dan eksperimen untuk mengetahui sikap siswa.

  ..........(1) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas sebesar 0,498 yang temasuk kategori sedang.

  ∑ t i k k r

  1

  1

  σ

  = 2 2 11 σ

  ) ( )

  ( ( )

  Reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan rumus alpa sebagai berikut:

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes awal siswa kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Berdasarkan data Tabel 3 terlihat maupun kelas eksperimen.Siswa kelas kontrol mengalami peninggkatan hasil belajar sebesar 9,1, sedangkan siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 39,3. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai rata-rata ketuntasan siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

  Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Ekperien

  Pembahasan Hasil Penelitian

  Kontrol 30,0 16,7 43,8 14,1 9,1 Eksperimen 23,2 15,4

  Ketuntasan (%)

  Nilai rata-rata SD Persentase

  Ketuntasan (%)

  Nilai rata- rata SD Persentase

  Tabel 3: Nilai pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas Tes Awal Tes Akhir

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai dari siswa kelas kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan siswa telah mengalami proses pembelajaran. Berdasarkan nilai tes awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen diketahui tidak ada satupun siswa yang tuntas dari kedua kelas tersebut. Hasil wawancara dengan beberapa siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh informasi bahwa ketidaktuntasan siswa dikarenakan mereka belum diajarkan materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi sehingga menyebabkan nilai pada tes awal tidak ada yang tuntas. Setelah dilakukan tes akhir, nilai dari kedua kelas tersebut mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa terjadi penambahan nilai siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Kelas eksperimen dilakukan pembelajaran menggunakan model learning cycle 5E dan pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan model konvensional. Nilai rata- rata tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol ditampilkan pada Gambar 1.

  5E terhadap hasil belajar siswa pada materi laju reaksi dihitung dengan menggunakan rumus effect size dan diperoleh nilai sebesar 1,35 dengan kategori tinggi. Berdasarkan kurva lengkung O ke Z menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan model learning cycle 5E memberikan pengaruh sebesar 41,15%.

  Hasil uji normalitas data nilai tes awal memberikan nilai sig. 0,001 untuk kelas kontrol sig. 0,002 untuk kelas eksperimen. Karena kedua kelas memberikan Sig. (2- tailed) < 0,05, berarti data kedua kelas tidak berdistribusi normal. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal siswa digunakan uji statistik nonparametrik yaitu uji U Mann-

  cycle

  Pengaruh model pembelajaran learning

  Besar Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

  memberikan nilai Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas kontrol yang diberikan pembelajaran dengan model konvensional dan kelas eksperimen yang diberikan model pembelajaran learning cycle 5E.

  Mann-Whitney . Hasil uji U Mann-Whitney

  Perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan diketahui dengan melakukan analisis pada nilai tes akhir siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hasil uji normalitas data nilai tes akhir memperlihatkan nilai signifikansi untuk kelas kontrol sebesar 0,004 dan kelas eksperimen 0,045. Artinya data kedua kelas tidak berdistribusi normal. Perbedaan hasil belajar kedua kelas dialalisis dengan uji statistik nonparametrik yaitu uji U

  memberikan nilai Sig. (2-tailed) 0,161 > 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas kontrol dan eksperimen.

  Whitney . Hasil uji U Mann-Whitney

  63 15,4 39,3

  • ra ta

  Pada kelas eksperimen beberapa siswa menjawab bahwa makanan yang di simpan dalam kulkas lebih tahan lama. Beberapa siswa memberi penjelasan bahwa makanan tersebut menjadi dingin sehingga tahan lama. Berbeda dengan kelas kontrol kebanyakan siswa hanya diam dan mendengarkan guru menyampaikan apersepsi.

  60

  40

  20

  30.04 23.214 43.77 62.946

  kontrol eksperimen rata rata nilai tes awal 30.04 23.214 rata rata nilai tes akhir 43.77 62.946

  Pada fase exploration siswa diberi kesempatan untuk membangun konsep yang dipikirkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan di LKS I secara berkelompok. Pada kelas eksperimen guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, LKS I yang diberikan berisi petunjuk pelaksanakan praktikum untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. LKS I berisi faktor-faktor yang

  motivasi dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan (Bybee, 2006). Guru memberikan apersepsi dengan mengarahkan materi di dalam kehidupan sehari-hari. Apersepsi yang diberikan guru adalah dengan memperlihatkan dua contoh yang berbeda yaitu makanan di dalam kulkas dan makanan yang berada di luar kulkas. . Menurut Jito (2014) apersepsi berarti penghayatan tentang segala sesuatu yang menjadi dasar untuk menerima ide-ide baru dimana siswa mengaitkan apa yang telah diketahui atau dialami dengan apa yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.

  Gambar 1: Nilai rata-rata tes awal dan tes akhir kelas kontrol dan kelas eksperimen siswa kelas XII TEI dan XII TPPPP

  elaboration dan evaluation. Pada fase engagement guru berusaha membangkitkan

  Pengaruh tersebut diperoleh dari proses pembelajaran learning cycle 5E, dimana pembelajaran tersebut memiliki beberapa fase yaitu engagement, exploration, explenation,

  5E memberikan pengaruh yang positif terhadap proses pembelajaran yang dilakukan, yaitu dapat memberikan suasana yang menyenangkan karena siswa terlibat langsung untuk melakukan praktikum dalam pembelajaran sebesar 41,15% terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XII SMK N 2 Pontianak. Berdasarkan dari lembar observasi bahwa siswa bersemangat melakukan praktikum.

  learning cycle

  Pembelajaran

  Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model learning cycle 5E yang menunjukkan hasil belajar siswa memperoleh nilai yang tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas eksperimen mengungkapkan bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran learning cycle 5E karena siswa dapat merasakan suasana pembelajaran yang berbeda.

  80 100 N il ai ra ta pengaruh suhu dan pengaruh konsentrasi. Pengaruh luas permukaan dan katalis terhadap laju reaksi terdapat pada pembahasan.

  Pada fase explanation siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi yang diperoleh pada fase eksploration. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Perwakilan yang terpilih yaitu kelompok 2, kelompok yang terpilih maju ke depan bersama kelompoknya dan mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian. Hasil dari diskusi yang dilakukan kelompok 2 cukup baik mereka memaparkan semua jawaban hasil diskusi dengan baik dan benar. Pada fase explanation siswa mengajukan pertanyaan tentang hasil yang dipresentasikan oleh kelompok 2, kemudian kelompok 2 pun menjawab pertanyaan dari temannya, dan terjadilah diskusi tanya jawab antar siswa. Guru meluruskan jika terdapat diskusi yang tidak tepat. Pada hal ini diskusi yang di lakukan siswa cukup kondusif dan kelas menjadi aktif.

  Pada kelas kontrol, kelompok yang terpilih yaitu kelompok 1. Kelompok tersebut maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Hasil dari diskusi yang dilakukan kelompok 1 pada kelas kontrol cukup baik, namun terdapat beberapa jawaban siswa yang tidak sesuai sehingga guru meluruskan supaya tidak terjadi kesalah konsep pada siswa.

  Pada fase ini guru berperan penting untuk meluruskan dan memperbaiki jika ada jawaban siswa yang kurang tepat sehingga siswa dapat memahami materi dengan konsep yang telah mereka dapatkan. Menurut Anurrahman (2014) guru hendaknya memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk mencari sumber yang dapat membantu peningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang aspek-aspek yang dipelajari. Peran guru adalah menguatkan dan meluruskan pemahaman siswa apabila terjadi kesalahpahaman sehingga siswa dapat memahami materi berdasarkan pemahaman mereka dan penguatan yang guru berikan. Menurut Shofiyah (2013) pada fase explain

  guru memiliki kesempatan untuk langsung memperkenalkan konsep, proses, atau keterampilan sehingga siswa dapat mengecek apakah pemahaman mereka tentang suatu pengetahuan itu adalah pengetahuan yang benar atau salah.

  Pada fase elaboration siswa mengembangkan pengetahuan baru mereka dengan cara mengaplikasikan pengetahuan baru itu ke situasi permasalahan yang lain. Pada fase ini siswa kembali melaksanakan praktikum sesuai prosedur kerja yang terdapat dalam LKS II tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dalam kehidupan

  sehari-hari. Pada fase ini siswa kembali melaksanakan praktikum sesuai prosedur kerja yang terdapat dalam LKS II, yang hanya diberikan pada kelas eksperimen saja. Siswa diberikan LKS II sebagai petunjuk untuk melakukan praktikum, menganalisis hasil percobaan, dan menjawab pertanyaan. Siswa dilatih membuat kesimpulan dan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pengetahuan yang telah didapatkan pada tahap eksploration.

  Siswa melakukan praktikum dengan bahan dan alat yang sudah disediakan. Siswa melakukan praktikum dengan cara memasukan tablet penyegar ke dalam air gelas kimia yang berisi air dan menghitung berapa lama tablet penyegar tersebut habis larut dalam air. Siswa melakukan percobaan lagi dengan perlakuan yang sama, namun gelas kimia yang kedua dipanaskan hingga tablet penyegar larut dalam air. Setelah itu, siswa membandingkan waktu yang dibutuhkan kedua tablet penyegar tersebut untuk larut dalam air.

  Pada fase ini siswa dilatih untuk membuat kesimpulan dan memberikan penjelasan. Hasil pada LKS II cukup baik dilihat dari hasil yang dikerjakan siswa, dimana siswa banyak yang menjawab dengan benar. Pada fase ini tidak dilakukan pada kelas kontrol hal ini bisa jadi yang menyebabkan nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada kelas kontrol. Pada evaluation guru menginstruksikan siswa untuk mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS untuk mengecek pemahaman siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Soal LKS dikerjakan siswa secara berkelompok. Jawaban yang dihasilkan cukup baik karena hampir semua siswa menjawab dengan benar. Sehingga disimpulkan bahwa siswa melakukan pembelajaran dengan benar. Guru

  dapat memantau kemajuan siswanya dalam mencapai tujuan pembelaran.

  (2007). Using a Learning Cycle to

  Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja grafindo Persada.

  Bandung: Rosda. Sardiman A. M. (2011). Interaksi dan

  Ngalim Purwanto. (2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

  Sosial. Jogyakarta: Gadjahmada University Press.

   diakses tanggal 17 Januari 2016). Nawawi. (2012). Metode Penelitian Bidang

  as a tool for Planning Science Instruction.(online).

  Lorsbach, A.W. (2011). The Learning Cycle

  Nurcahyo, Jito. (2014). Pengaruh Apersepsi Visual dan Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teori Proses Pembubutan Dasar Di SMK N 2 Pengasih Kulon Progo. E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin .2(1):1-5.

  Matematika dan IPA Vol. 7 No. 2 Juli 2016: 32-4.

  Putra, rody sartika. (2016). Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Koloid Menggunakan Pembelajaran Model Siklus Belajar 5E Kelas XI SMAN 2 Pontianak. 33 Jurnal Pendidikan

  (Online). (http//harminingsih.blogspot.com/2008/ 08.html diakases tanggal 25 april 2017).

  Colombia : University of Missouri- Columbia. Harminingsih. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

  Teaching The Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers.

  Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Hanuscin, Deborah L and Michele H. Lee.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  (Learning Cycle) Kajian Teoritis dan Implementasinya dalam Pembelajaran Kimia. Dalam I Wayan Dasna dan Sutrisno (Eds.), Model-Model Pembalajaran Konstruktivistik dalam Pembelajaran Sains-Kimia (hlm. 69-95).

  Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Dasna, I Wayan. 2006. Model Siklus Belajar

  Ketut, Dewa sukardi. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

  & Landes. (2006). The BSCS 5E Instructional Model: Origins and Effectiviness. Colorado Spring: BSCS.

  Jakarta : PT. Rineka Cipta. Bybee, Taylor, Gardner, Pamela Van Scooter,

  Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

  Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

  Anni, Catharina Tri, dkk (2005).

  Aunurrahman.(2014).Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

  Saran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih baik antara lain: Pada pembelajaran guru lebih membimbing siswa dalam melakukan fase penjelasan dalam membuat argument dan membuat kesimpulan karena pada penelitian masih terdapat siswa yang belum bisa menyimpulkan.

  Saran

  5E dan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi kelas XII SMK N 2 Pontianak. (2) pembelajaran learning cycle 5E memberikan pengaruh sebesar 41,15% terhadap hasil belajar pada siswa SMK N 2 Pontianak pada materi laju reaksi.

  cycle

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran learning

DAFTAR RUJUKAN

  S, Syukri. (1999). Kimia Dasar 2. Bandung: ITB. Sugiyono.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

  Singgih, Santoso. (2001). SPSS Versi 10

  (2013). The Effect of 5e Learning Cycle Model In Teaching Trigonometry On Students’ Academic Achievement And The Permanence Of Their Knowledge.

  Tuna, Abdulkadir dan Ahmet Kaçar.

  Jurnal Pendidkan IPA Indonesia. 2(1):83-87 .

  Ilmiah (Scientific Reasoning) Siswa Melalui Model Pembelajran 5e Pada Siswa Kelas X Sman 15 Surabaya.

  Shofiyah. (2003). Mengembangkan Penalaran

  Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

  IPA SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.

  Bandung: Alfabeta. Subana dan Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV.

  (2007). Pengembangan Pembelajaran

  Sudjana. (2005).Metode Statistika. Bandung :Tarsito. Sutrisno, Leo, Kresnadi Herim dan Kartono.

  Rahayuningsih, Rina. (2012). Penerapan Siklus Belajar 5e (Learning Cycle 5e) disertai Peta Konsep untuk Meningkatkan Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas Xi Ipa Sma Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia. 1 (1): 51-58.

  Pendidikan Sekolah Dasar.1 (2): 143- 153.

  Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5e) Berbasis Eksperimen Pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang I Jember. Jurnal Ilmu

  Pustaka Setia. Sri, Astuti. (2012). Meningkatkan Hasil

  International Journal on New Trends In Education And Their Implications.4 (1): 73-87.