MAKALAH KAPITA SELEKTA HORTIKULTURA TANA

MAKALAH KAPITA SELEKTA HORTIKULTURA

‘’Mempelajari Teknik Budidaya Tanaman Alpukat (Persea americana)’’

Yusuf Bachtiar
A.1410872

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2016

BAB I. PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Tanaman pangan dan hortikultura berperan penting dalam pertumbuhan
ekonomi nasional. Tanaman hortikultura terdiri dari komoditas tanaman sayuran,
tanaman buah, tanaman obat dan tanaman hias. salah satu tanaman buah unggulan
nasional Indonesia adalah alpukat (Persea americana). Menurut data statistik
Kementrian Pertanian (2015) pada tahun 2014 tanaman alpukat menghasilkan
2.420.018 pohon dengan luas panen mencapai 24.200 Ha. produksi buah alpukat

meningkat 6,01 % dari tahun 2013. Produksi buah alpukat tahun 2014 mencapai
307.318 ton dalam satu tahun dengan rata-rata hasil 126,99 Kg/pohon atau ratarata 12,70 Ton/Ha. Tetapi produksi buah alpukat berdasarkan kontribusi produksi
buah hortikultur tahun 2014 menempati posisi ke sebelas dari kesulurah komoditi
yang hanya mencapai 1,55 % dari total produksi buah nasional 19.805.977 Ton.
Sejak tahun 2004 – 2012, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil
alpukat terbesar kedua di dunia di bawah Meksiko, tetapi Indonesia tidak pernah
tercatat sebagai salah satu negara eksportir di dunia di antara 20 negara eksportir
alpukat dunia (fbbnipb.com, 2014). Alpukat di Indonesia sangat beragam karena
terjadinya penyerbukan silang secara alami selama bertahun-tahun, akibatnya
tingkat produktivitas dan kualitas buah seperti warna, bentuk, ukuran, ketebalan,
dan rasa daging buah yang dihasilkan sangat beragam. Beragamnya buah alpukat
ini akan menyulitkan pemasaran karena pasar terutama pasar ekspor menghendaki
buah yang seragam.

Namun, keragaman yang tinggi ini merupakan sumber

plasma nutfah yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan varietas-varietas
unggul alpukat yang diinginkan pasar.
Alpukat merupakan buah yang sangat bergizi, mengandung 3 – 30%
minyak dengan komposisi yang sama dengan minyak zaitun dan banyak

mengandung vitamin B (Samson, 1980). Buah alpukat makanan buah segar, bahan
pangan olahan dalam berbagai masakan serta untuk bahan dasar kosmetik. Dalam
daging buah alpukat terkandung protein, mineral Ca, Fe, vitamin A, B, dan C
(Samson,1980). Lemak monosaturated (tak jenuh) yang terdapat di dalam alpukat
mengandung aleic acid yang terbukti mampu meningkatkan kadar lemak sehat

2

dalam tubuh, dan mengontrol diabetes. Dengan menggunakan alpukat sebagai
sumber lemak, penderita diabetes dapat menurunkan kadar triglycerides sampai
20%. Lemak tak jenuh ini juga sangat baik untuk mengurangi kadar kolesterol.
Diet rendah lemak yang menyertakan alpukat telah terbukti mampu menurunkan
kadar kolesterol jahat, dan meningkatkan kadar kolesterol baik dalam darah.
Alpukat juga banyak mengandung serat yang sangat bermanfaat untuk
mencegah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
Alpukat juga mengandung potassium 30% lebih banyak di banding nenas.
Potassium sangat bermanfaat bagi tubuh untuk mengurangi resiko terkena
penyakit tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan kanker. Selain itu, alpukat
juga sangat sempurna jika di jadikan sebagai makanan untuk wanita yang sedang
hamil. Itu karena follate yang terdapat dalam alpukat, dapat mengurangi resiko

terhadap ancaman penyakit birth defect (Chandra, 2013)
Manfaat bagian tanaman daun alpukat sebagai obat tradisional obat batu
ginjal dan rematik. Hasil penelitian Chandra (2013) Biji alpukat mengandung pati
dan zat warna alami berwarna merah bata. Hasil penelitian Dewi (2013) ekstrak
air biji alpukat dapat menjadi antibakteri dimana pada konsentrasi 50-70% sudah
dapat menurunkan jumlah bakteri P. mirabilis dan A. aerogenes.
Permintaan pasar dalam negeri terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran akan gizi dan mulai
membaiknya perekonomian nasional. Peluang ekspor untuk komoditas alpukat
masih sangat terbuka karena sampai saat ini belum dibatasi oleh kuota. Alpukat
termasuk tanaman yang dapat tumbuh pada kisaran iklim dan lahan yang cukup
luas mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan iklim kering sampai
basah komoditas alpukat dapat dikembangkan secara luas di berbagai wilayah di
Indonesia dengan teknik budidaya yang intensif dan bersifat komersil.
II. 2. Tujuan
Mempelajari teknik budidaya tanaman alpukat (Persea americana).

3

BAB II. PEMBAHASAN

II. 1. Asal-usul dan Penyebaran
Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah – tinggi Amerika Tengah
yang masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Tanaman alpukat memiliki nama
alpukat untuk Jawa Barat, alpokat untuk Jawa Tengah, jamboo pokat untuk Batak,
pookat untuk Lampung serta boah pokat, advokat, jamboo mentega dan jamboo
pooan (Prihatman, 2000).
Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika
(Florida, California, Hawai), Mexico, Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika
Selatan. Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Daerah
Indonesia penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera,
Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara
Tanaman alpukat terdiri atas 3 tipe keturunan berdasarkan sifat
ekologisnya, yaitu : Ras Meksiko, Ras Guatamala dan Ras Hindia Barat.
Ras Meksiko berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Ekuador yang
memiliki iklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400 – 2.800 m dpl. Ras ini
tahan terhadap suhu dingin. Ras ini memiliki daun dan buah yang berbau adas.
Masa berbunga sampai buah dapat dipanen membutuhkan waktu 6 bulan. Buah
kecil dengan berat 100-225 g, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya
tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah memiliki
kandungan minyak/lemak yang paling tinggi.

Ras Guatamala berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah yang memiliki
iklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800 – 2.400 m dpl. Ras ini kurang
tahan terhadap suhu dingin. Daunnya tidak berbau adas. Masa berbunga sampai
masak buah antara 9 – 12 bulan. Buahnya memiliki ukuran besar dengan berat
berkisar antara 200 – 2.300 g. kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar
(berbintil). Bijinya relatif kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji
yang melekat. Daging buah memiliki kandungan minyak yang sedang.
Ras Hindia Barat berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan
Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian dibawah 800 m dpl. Ras
ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi mencapai minus 2° C.

4

daunnya tidak berbau adas dan warnanya lebih terang dibandingkan dengan Ras
Meksiko dan Ras Guatamala. Masa berbunga sampai masak buah antara 6 – 9
bulan. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400 – 2.300 g, tangkai
pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Memiliki biji besar dan sering lepas
didalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buah paling
rendah (Prihatman, 2000).
Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.

Tipe alpukat yang dikeluarkan oleh kementerian pertanian sebagai varietas
unggulan adalah sebagai berikut :
A. Alpukat Ijo Bundar
Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung, Batu, Malang. Dilepas
pada tahun 1987 oleh Mentan dengan SK No. 15/Kpts/TP.240/I/1987. Varietas ini
berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan kesuburan tanah. Selain itu gugur
buah sedikit. Berat buah mencapai 300-400 g/buah, diameternya 7,5 cm dengan
panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan tebal 1
mm. Bentuk buah lonjong atau oblong, berujung bulat dan pangkal buah tumpul.
Buah muda kulitnya hijau muda yang berangsur tua saat matang. Daging buah
tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan kering. Bentuk biji jorong
dengan ukuran 4 cm x 5,5 cm.
B. Alpukat Ijo Panjang
Pada tahun 1987 Menteri Pertanian melalui SK No. 16/Kpts/TP.240/1987
mengeluarkan vairetas alpukat ijo panjang. Varietas ini bentuk buahnya
menyerupai buah pir. Ujung buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing.
Buah berbobot antara 300-500 g/buah. Kulit buah berwarna hijau, permukaannya
licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda kulit buahnya hijau muda
dan setelah matang menjadi hijau tua merah. Diameter buah 6,5-10 cm dan
panjang 11,5-18 cm. Daging tebal berwarna kuning, rasanya enak, gurih, serta

agak lunak. Bijinya berbentuk jorong dan berukuran 4 cm x 5,5 cm.
C. Alpukat Merah Bundar
Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan kesuburan tanah.
Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah mencapai 0,3-0,4 kg/butir, diameter
buah 7,5 cm, dan panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik

5

kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lanjong atau oblong, berujung bulat dan
pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya merah coklat. Daging buah tebal,
berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan agak kering. Bentuk biji jorong
dengan ukuran 4 cm x 5,5 cm.
D. Alpukat Merah Panjang
Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung buah tumpul
sedangkan pangkal buahnya runcing. Bobot buah antara 300-500 g/buah dengan
kulit hijau, permukaannya licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda,
kulit buahnya hijau merah coklat dan setelah matang menjadi merah hitam.
Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm, dengan daging buah tebal,
berwarna kuning, rasa enak, gurih, serta agak lunak. Biji berukuran 4 cm x 5,5
cm.

E. Alpukat Mega Gagauan
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun 2003
berdasarkan

Surat

Keputusan

Menteri

Pertanian

Nomor

521/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Gagauan memiliki keunggulan produksi
tinggi, bentuk buah bulat, ukuran buah besar, daging buah tebal berwarna kuning,
agak pulen, permukaan agak halus, kulit buah kemerahan, dan berpotensi untuk
mengangkat serta memperkenalkan buah unggul daerah kepada khalayak yang
lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Gagauan mempunyai ciri berbuah terus
menerus, berat buah mencapai 600-800 g/buah, warna daging buah kuning.

Bentuk buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang buah 12,517,5 cm, diameter buah 11,5-15,5 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging
buah 1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,49%, dan
kadar lemak 6,41%. Produksi buah/pohon 220-230 buah (140-175 kg)/tahun.
F. Alpukat Mega Murapi
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika tahun 2003 berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 519/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat
Mega Murapi memiliki keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong,
ukuran buah besar, daging buah tebal berwarna mentega, pulen, permukaan kulit
kasar, warna kulit buah hijau tua, berpotensi untuk diperkenalkan dan diangkat
sebagai buah unggul daerah kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat

6

Mega Murapi mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah mencapai 400600 g/buah, warna daging buah kuning mentega. Bentuk buah agak bulat (pangkal
dan ujung agak membulat). Panjang buah 13-17 cm, diameter buah 10-14 cm,
tebal kulit buah 1 mm dan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya
manis pulen, kadar protein 1,37%, dan kadar lemak 7,58%. Produksi bisa
mencapai 350-450 buah /pohon (180-225 kg)/tahun.
G. Alpukat Mega Paninggahan
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun 2003

berdasarkan

Surat

Keputusan

Menteri

Pertanian

Nomor

520/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Paninggahan memiliki keunggulan
produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran sendang, daging buah tebal
berwarna kuning mentega, pulen, permukaan kulit halus, warna kulit buah merah
maron, berbuah terus menerus, berat buah mencapai 250-400 g/buah, warna
daging buah kuning mentega. Bentuk buah lonjong. Panjang buah 13,5-18 cm,
diameter buah 7,5-9 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,8-2,1
cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,16%, dan kadar lemak
7,95%. Produksi bisa mencapai 880-1000 buah/pohon (300-350 kg)/tahun.


Alpukat varietas Mega Gagauan Alpukat varietas Mega Murapi

Alpukat varietas Mega Paninggahan

II. 2. Botani Tanaman Alpukat
7

Klasifikasi Tanaman Alpukat
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub kelas

: Magnoliidae

Ordo

: Laurales

Famili

: Lauraceae

Genus

: Persea

Spesies

: Persea americana Mill.

Morfologi Tanaman Alpukat
Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan
memiliki akar rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga
pemupukan harus dilakukan dengan cara yang benar.
Tinggi tanaman alpukat dapat mencapai 20 m, terdiri dari batang berwarna
coklat kotor memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus. Batang
tanaman alpukat biasanya digunakan sebagai pengembangan bibit, penyambungan
dan okulasi
Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan
di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti
kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak rmenggulung ke
atas, bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya
kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul.
Bunga alpukat berupa malai dan terletak di dekat ujung ranting, bunganya
sangat banyak berdiameter 1-1,5 cm, berwarna kekuningan, berbulu halus dan
benang sari dalam 4 karangan. Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit),
tetapi sifat pembungaannya dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang,
menutup antara 2 mekar dalam waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga

8

betina yang berfungsi sedangkan pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang
berfungsi. Berdasarkan sifat pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi
2 tipe. Tipe A: bunga betina mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar
pada sore hari pada hari berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore hari
dan bunga jantan mekar pada pagi hari berikutnya. Menurut Sunarjono (2003) tipe
A merupakan tanaman yang mekar pertama pada waktu pagi, jenis kelamin yang
masak terlebih dahulu adalah jenis kelamin betina (putiknya). Mekar kedua terjadi
sore, jenis kelamin yang masak adalah jenis kelamin jantan (tepung sari). Dengan
demikian pada waktu pagi semua tanaman tipe A bertindak sebagai betina,
sedangkan pada sore hari bertindak sebagai jantan. Sedangkan tipe B merupakan
tanaman alpukat yang mekar pertama terjadi pada waktu sore hari. Dengan putik
masak terlebih dahulu. Mekar kedua terjadi pada waktu pagi hari berikutnya.
Dengan tepung sari yang masak terlebih dahulu.
Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan
bulat tidak simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg,
berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki
kulit yang lembut dan memiliki warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah
alpukat bervariasi dari warna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat
berbiji satu dengan bentuk seperti bola berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji
berwarna putih kemerahan. Buah alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x
4 cm.
II. 3. Agronomi
A. Syarat tumbuh tanaman alpukat
Menurut Prihatman (2000) Tanaman alpukat membutuhkan angin dalam
proses penyerbukannya namun kecepatan angin mencapai 62,4 – 73,6 km/jam
dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong
lunak, rapuh dan mudah patah.
Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750 – 1000 mm/tahun.
Ras Hindia Barat dan persilangannya dapat tumbuh subur pada dataran rendah
beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun.

9

Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 40
– 80 %. Ras Meksiko dan Ras Guatamala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan
iklim kering.
Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8 – 28,8
derajat C. Tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15 – 30 derajat C
atau lebih. Besarnya suhu kardinal Ras Meksiko sampai minus 7 derajat C,
Guatamala sampai minus 4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C.
Tanaman alpukat dapat tumbuh optimal dalam tanah yang gembur, tidak
mudah tergenang air, subur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah
yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir,
lempung liat dan lempung endapan. Keasaman tanah berkisar antara pH sedikit
asam sampai netral (5,6 – 6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita
keracunan unsur Al, Mg dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak.
Sebaliknya pada pH diatas 6,5 unsur Fe, Mg dan Zn akan berkurang.
Tanaman alpukat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 5 –
1.500 m dpl. Tanaman ini dapat tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada
ketinggian 200 – 1.000 m dpl. Tanaman Ras Meksiko dan Ras Guatamala lebih
cocok ditanam di daerah ketinggian 1.000 – 2.000 m dpl sedangkan Ras Hindia
Barat pada ketinggian 5 – 1.000 m dpl.
B. Perbanyakan Tanaman Alpukat
Perbanyakan secara Generatif
Bibit yang baik antara lain yang berasal dari :
1. Buah yang sudah cukup tua.
2. Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
Bibit

yang

diperoleh

dari

biji

kurang

menguntungkan

karena

membutuhkan waktu 6 – 8 tahun untuk berbuah dan ada kemungkinan buah yang
dihasilkan berbeda dengan induknya.
Perbanyakan secara Vegetatif
1. Penyambungan pucuk (enten)
10

Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah
berumur 6 – 7 bulan atau dapat yang berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji
yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm kemudian yang
penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungan
digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm.
Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon
pokok sepanjang kurang lebih 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di
samping pohon pokok yang dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita
karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok
dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok.
Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan
lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit
sebaiknya tanaman disemprot fungisida.
Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16
bulan, dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan
2. Penyambungan mata (okulasi)
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8 –
10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat,
dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk
menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya.
Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8
mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6
cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit kayu dari cabang mata
(enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata
dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok dan
ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut
seluruhnya dengan pita plastik.
Selama 3 – 5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil.
Selanjutnya 10 – 15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon
pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas
okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah
batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok

11

yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan,
kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat
dipindahkan ke kebun setelah berumur 8 – 12 bulan dan pemindahan yang paling
baik adalah pada saat permulaan musim hujan.
Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga
kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat
penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15 – 25°C). Selain itu juga jangan
dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari
langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2
minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan
melarutkan 1 – 1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga
diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan.
C. Teknik Budidaya Tanaman Alpukat
Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan harus bersih dari
pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang
mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor kemudian
dicangkul halus 2 – 3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim
kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim
hujan.
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara
varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak
dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memiliki
tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu
tipe A dan tipe B.
Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah
panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass.
Sedangkan yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon,
fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara
kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus

12

dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B
sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.
Pembuatan Lubang Tanam dengan cara tanah digali dengan ukuran
panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan
terbuka selama lebih kurang 2 minggu. Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas
dicampur dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk mengingat letak
lubang tanam.
Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah
yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari
tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau
turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah
bibit.
b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar
gumpalan tanah tetap utuh.
c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang
setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir. Setiap bibit
sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara
langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Peneduh ini berfungsi
sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.
Pemeliharaan Tanaman
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak
terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma
juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi
(dicabut) secara rutin.
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di
dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap

13

unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan
dengan hati-hati agar akar tidak putus.
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman
perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore
hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu
rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar
luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas
pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
Budidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik
dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar
rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk
harus diberikan agak sering dengan dosis kecil.
Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila
program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P),
dan KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1 – 4 tahun) diberikan
urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27 – 1,1 kg/pohon, 0,5 – 1
kg/pohon dan 0,2 – 0,83 kg/pohon. Tanaman umur produksi (5 tahun lebih)
diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22 – 3,55 kg/pohon, 3,2
kg/pohon, dan 4 kg/pohon.
Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat tanaman
alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan
sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam
lubang sedalam 30 – 40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi
tajuk tanaman, melingkari tanaman.
Panen
Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:
A. warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;
B. bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang
nyaring;
C. bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
Cara Panen

14

Panen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik menggunakan
tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka
panen dapat dibantu dengan menggunakan alat/galah yang diberi tangguk
kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong
bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi
pada bagian dekat tangkai buah.
Periode Panen
Alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan musim
berbuah lebat biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari.di Indonesia
yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen dapat
terjadi setiap bulan.
Pascapanen
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang
menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian
tergantung pada kotoran yang menempel.
Penyortiran buah dilakukan dengan tujuan memilih buah yang baik dan
memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai
berikut:
1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2. Cukup tua tapi belum matang.
3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3
buah atau berbobot maksimal 400 g.
4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk
lonceng.
Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah
buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat.
Pemeraman dan Penyimpanan
Buah alpukat merupakan buah klimakterik untuk mencapai tingkat
kemaskan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik. Bila tenggang waktu
tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu.
Alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari untuk
memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya
dalam ruangan bersuhu 5° C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat

15

diperlambat samapai 30 – 40 hari. Akan tetapi menurut penelitian Darmawati
(2012) pada penyimpanan hari ke 10 dengan suhu 5° C terindikasi adanya gejala
chilling injury ditunjukkan dengan meningkatnya nilai kekerasan dimana kulit dan
daging buah mengeras dibeberapa tempat dengan warna coklat. Perlakuan suhu
dingin tidak lebih dari 10 hari agar kualitas dan kuantitas buah tidak menurun
drastis.
Kemasan adalah tempat yang digunakan untuk mengemas suatu
komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor.
Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung
plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan
untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton
berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton,
alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi
penyekat yang terbuat dari potongan karton.
Hama dan Penyakit
Menurut Prihatman (2000) Hama yang sering menyerang pada daun
adalah ulat kipat (Cricula trisfenestrata helf), ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas
L.), Aphis gossypii glovl A. Cucumeris, A. Cucurbitiil Aphis kapas, kutu
dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso dan Tungau
merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd). Hama yang sering menyerang pada
buah adalah Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.) dan Codot (Cynopterus sp).
Hama pada ranting Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth /
Xylosandrus morigerus Bldf).
Penyakit yang disebabkan cendawan yang sering menyerang tanaman
alpukat adalah antraknosa, bercak daun atau bercak cokelat, busuk akar dan
kanker batang dan busuk buah (Prihatman 2000).

BAB III. PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Permintaan pasar komoditas alpukat dalam negeri terus meningkat sejalan
dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran akan gizi dan

16

mulai membaiknya perekonomian nasional. Peluang ekspor untuk komoditas
alpukat masih sangat terbuka karena sampai saat ini belum dibatasi oleh kuota.
Alpukat termasuk tanaman yang dapat tumbuh pada kisaran iklim dan lahan di
Indonesia. Indonesia sebagai penghasil alpukat terbesar kedua setelah Mexiko
tetapi nilai ekspor masih sangat rendah dikarenakan beragamnya produk alpukat
yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen luar negeri. Untuk memenuhi
kebutuhan pasar luar negeri perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas
dengan memperbaiki teknik budidaya.
Varietas unggulan alpukat yang dikeluarkan oleh kementrian pertanian
yaitu : Alpukat Ijo Bundar, Alpukat Ijo Panjang, Alpukat Merah Bundar, Alpukat
Merah Panjang, Alpukat Mega Gagauan, Alpukat Mega Murapi dan Alpukat
Mega Paninggahan.
Untuk memperoleh bibit yang berkualitas dapat dilakukan dengan
perbanyakan secara generatif yaitu mengambil biji dari buah yang sudah cukup
tua, buahnya tidak jatuh hingga pecah dan dapat dilakukan dengan perbanyakan
secara vegetatif yaitu : Penyambungan pucuk (enten) dan Penyambungan mata
(okulasi).
Teknik budidaya tanaman alpukat harus memperhatikan lahan, pola tanam,
penggunaan varietas, waktu tanam, pemeliharaan tanaman, penggunaan bibit,
pemakaian pupuk, cara panen dan penanganan pascapanen.

DAFTAR PUSTAKA
BALITBU.
Jenis-jenis
Alpukat.
Sumber
:
. diakses
pada tanggal 16 okt 2016, 1.09

17

Chandra, Andy dkk. 2013. Pengaruh pH dan Jenis Pelarut pada Perolehan dan
Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.
Darmawati, E dan Fauzan, A A. 2012. Kajian Identifikasi Chilling Injury pada
Buah Alpukat secara Non Destructive menggunakan Gelombang
Ultrasonik.
PERAN
KETEKNIKAN
PERTANIAN
DALAM
PEMBANGUNAN
INDUSTRI
PERTANIAN
BERKELANJUTAN
BERBASIS KEARIFAN LOKAL.Universitas Udayana,. Bali.
Dewi dan Sulistyowat. 2013. Penggunaan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea
americana Mill.) sebagai Antibakteri Proteus mirabilis dan Aerobacter
aerogenes.Vol. 6. No.2. 2013:31-34. Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya. Surabaya.
Fbbnipb.com. 2014. Posisi dan Daya Saing Buah Nusantara di Pasar Dunia.
Sumber : . diaksess pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 14.00
WIB.
Jawal, MA,. Mulyono, J dan Kiloes, AM. 2015. Diseminasi dan Adopsi Varietas
Unggul Avokad : Mega Murapi, Mega Paninggahan dan Mega Gagauan.
Inovasi Hortikultura Pengungkit Peningkatan Pendapatan Rakyat.
IAARD PRESS. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementrian Pertanian. Jakarta.
Prihatman K. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.
BAPPENAS. Jakarta.
Samson, J.A. 1980. Tropical Fruits. Longman Inc., New York.
Sunarjono, Hendro. 2003. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru
Algesindo. Bandung

18