PENGARUH PERSEPSI MEREK MEWAH, PENGARUH SOSIAL, SIFAT SOMBONG TERHADAP NIAT BELI PADA APPLE IPHONE DI SURABAYA - Perbanas Institutional Repository
PENGARUH PERSEPSI MEREK MEWAH, PENGARUH SOSIAL, SIFAT SOMBONG TERHADAP NIAT BELI PADA APPLE IPHONE DI SURABAYA A R T I K E L I L M I A H
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Manajemen
OLEH : PRICILLIA PRATIDINA HERWANTO 2010210384 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS S U R A B A Y A 2014
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
Nama : Pricillia Pratidina Herwanto Tempat, Tanggal Lahir : Raha, 03 April 1992 NIM : 2010210384 Jurusan : Manajemen Program Pendidikan : Stata 1 Konsentrasi : Pemasaran Judul : Pengaruh Persepsi Merek Mewah, Pengaruh
Sosial, Sifat Sombong terhadap Niat beli pada Apple Iphone di Surabaya
Disetujui dan diterima baik oleh:
Dosen Pembimbing, Tanggal : 28 Maret 2014
(Drs. Irawan, M.M)
Ketua Jurusan Manajemen Tanggal : 28 Maret 2014
Mellyza Silvy S.E.,M.Si
PENGARUH PERSEPSI MEREK MEWAH, PENGARUH SOSIAL, SIFAT
SOMBONG TERHADAP NIAT BELI PADA APPLE
IPHONE DI SURABAYA
Pricillia Pratidina Herwanto
STIE Perbanas Surabaya
The existence of purchase intention can not be separated from social influence and trait
of consumers to buy luxury items with expensive prices. The purpose of this research
was to examine whether there is a significant positive effect between each variables
(luxury brand perception, social influence and trait of vanity) on purchase intention. To
measure those variables, the researcher used a 5-point Likert scale. Methods of data
collection in this study used questionnaires by non-random sampling technique
(Judgement Sampling). The research object of this study are 115 respondents who have
an Apple iphone in Surabaya. To answer the problem and test the hypothesis, the data
were analyzed using SEM (Structural equation modeling). The researcher wanted to
prove that the trait of vanity has a role in luxury brand purchase intention, so there
should be re-evaluation on Apple iphone consumers in Surabaya. The expected result
from this study is luxury brand perception, social influence and trait of vanity have a
significant influence on purchase intention.
Keywords : luxury brand preception, social influence, trait of vanity, purchase intention
PENDAHULUANAdanya niat beli pengguna tidak Banyak vendor yang menjual terlepas dari adanya pengaruh sosial produknya di Indonesia, biasanya dan sifat dari pengguna untuk membeli menjual produknya lebih tinggi barang bermerek mewah dengan harga dibandingkan dengan negara lain mahal dan adanya nilai dari produk termasuk Apple iPhone. Ada beberapa yang diberikan oleh perusahaan. Daya alasan mengapa menggunakan tarik barang mewah internasional dapat Apple yaitu banyaknya
smartphone
menjadi hasil dari persepsi kualitas orang indonesia yang konsumtif premium, gaya ini yang menjadi sehingga menyebabkan masyarakatnya , reputasi, dan aksesibilitas gila akan gadget. Setiap produk baru
lifestyle
terbatas. Dalam persepsi pemilik dan dari vendor-vendor terkenal seperti lain-lain, karakteristik ini menandakan Apple, Samsung, BlackBerry dan emosional, pengalaman, dan nilai-nilai Nokia selalu diburu oleh orang simbolik dari produk tersebut (Kuang- Indonesia yang up to date dengan Peng Hung, 2011 : 457). Karena . Semahal apapun harganya
gadget
atribut-atribut, merek-merek mewah selalu diburu orang Indonesia, bahkan membantu membentuk pemilik mereka rela mengantri dan menunggu identitas dengan menjembatani batin bahkan sejak malam hari demi gadget dan dunia luar (Belk, 1988; Jenkins, yang diimpikan Selain itu juga adanya 2004). budaya masyarakat kita untuk
Dalam dimensi simbolik, kepemilikan merek mewah dapat memberikan sinyal kepada orang lain sebagai serta pengguna produk dengan merek yang mewah (Belk, 1988; O'Cass, 2004). Dengan kata lain, nilai terletak dalam memperluas diri seseorang dan seseorang yang ingin terlihat mewah (Berthon et al, 2009 : 47). Peningkatan market share yang tinggi pada produk Apple iPhone disinyalir karena adanya faktor citra merek mewah yang melekat pada Apple iPhone. Apple telah mengumumkan laporan keuangan dan penjualannya pada kuartal ke –4 pada tahun 2012. Dari pengumuman tersebut diketahui bahwa Apple berhasil membukukan pendapatan sebesar $37.5 milyar
17.4 Samsung Galaxy S3
4S ini diprediksikan terjadi berkat diskon yang dicantumkan Apple buat perangkat penerus iPhone 4 ini. Total, iPhone 4S mencapai 8 persen dari keseluruhan market share smartphone dunia.
di dunia. Ponsel empat inci keluaran Apple ini sendiri berhasil mengalahkan Samsung Galaxy S3 yang berada diposisi ketiga dengan jumlah penjualan sebanyak 15,4 juta unit. Di posisi kedua diisi oleh iPhone 4S dengan total penjualan 17,4 juta unit. Keberhasilan iPhone
smartphone
Sebuah badan riset mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya, Apple berhasil mendominasi penjualan ponsel seluruh dunia pada kuartal ke
100% 100% Sumber :
9.4 % 8% Samsung Galaxy S3 10.4 % 7.1 % Others 76.6 % 72.3% Total
3.5 % 12.6 % Apple Iphone 4S
172.8 217.0 Apple Iphone 5
15.4 Others 132.6 156.8 Total
18.0
16.2
mengganti handphone atau
27.4 Apple Iphone 4S
6.0
Global Smartphone Q3'12 Q4'12 Apple Iphone 5
Tabel 1
MARKET SHARE KUARTAL 2012
gadget seperti iPhone, Samsung Galaxy S III, dan BlackBerry.
Sebagian juga orang Indonesia memilih gadget bukan karena fungsi tetapi karena gengsi. Semakin mahal harga gadget yang dimiliki maka semakin terlihat kelas sosialnya termasuk jika seseorang memiliki
membuat vendor berlomba-lomba meluncurkan produknya di Indonesia, pengguna di Indonesia akan rela menjual gadget lamanya dengan harga rendah dan membeli gadget yang baru.
handphone dan smartphone- nya
indonesia yang senang mengganti-ganti
smartphone . Kebiasaan orang
- –4 2012 lalu. Pada laporannya, mereka mengungkapkan penjualan iPhone 5 yang mencapai 27,4 juta unit tersebut berhasil mencapai 13 persen dari total marketshare
- –4 2012 yaitu dengan total pendapatan $36 milyar, keuntungan bersih $8.2 milyar dan penghasilan saham $8.67 per lembar.
Gross margin
tahun ini sebesar 37 persen dibandingkan dengan 40 persen dengan yang didapat Apple pada kuartal tahun lalu. Sedangkan, penjualan internasional mewakili
60 persen dari seluruh pendapatan Apple kuartal ini.Sang raksasa teknologi juga mengumumkan jumlah penjualan produk-produk andalannya. Pada kuartal ini mereka berhasil menjual 33.8 juta unit iPhone, 14,1 juta unit iPad, dan 4,6 juta unit Mac. Dibandingkan dengan jumlah penjualan tahun lalu, angka tersebut diketahui mengalami peningkatan, khususnya iPhone. Pada kuartal ke
- –4 2012, Apple menjual 26,9 juta unit iPhone, 14 juta unit iPad dan 4,9 juta unit Mac.
LANDASAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Sifat sombong
Sifat sombong adalah proses pengorganisasian motivasi emosi, persepsi dan kognitif bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya. Sifat adalah bagaimana kita berpikir, merasa dan berperilaku terhadap obyek tertentu dalam lingkungan. Sifat merupakan suatu kondisi psikologis yang mendahului tindakan dan setiap orang dapat memiliki sifat yang berbeda untuk sebuah obyek yang sama Erna Ferrinadewi (2008:94). Menurut Tatik Suryani (2008 : 64) sifat adalah sesuatu yang membedakan, relatif bertahan yang ada pada diri individu dan dapat membedakan antara individu satu dengan individu lain. Penelitian ini juga menunjukkan sifat sombong yang bisa memoderasi hubungan antara persepsi dan pengaruh konteks sosial terhadap niat pembelian. Feiereisen et al. (2009) dan Mandel et
al . (2006) mempelajari bagaimana sifat
sombong dapat mempengaruhi individu dengan jurusan dan gender yang berbeda yang menghasilkan dan menunjukkan sifat sombong tidak hanya bisa langsung mempengaruhi sifat sombong, tetapi juga bisa menjadi moderator. Dan hasilnya penelitian ini meneliti moderasi dampak sifat sombong pada suatu jenis merek-merek mewah.
Persepsi merek mewah
Persepsi merek mewah adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori pengguna akan asosiasinya pasda merek tersebut. Persepsi merek mewah merupakan konsep yang diciptakan oleh pengguna dengan alasan subjektif dan emosi pribadinya oleh karena itu dalam konsep ini persepsi pengguna menjadi lebih penting dari pada keadaan sesungguhnya. Menurut Erna Ferrinadewi (2008) merek menjadi elemen yang penting bagi perusahaan. Merek bukan hanya sebuah nama, lagu, atau simbol tapi memiliki peranan yang jauh lebih besar dari pada itu. Merek dapat berperan sebagai payung representasi produk barang atau jasa yang ditawarkan, dapat berperan sebagai perusahaan, dapat berperan sebagai orang atau bahakan berperan sebagai negara. Produk tanpa merek akan menjadi komuditas, tetapi sebaliknya produk yang diberikan merek akan memiliki nilai lebih tinggi dimata pelanggan (Hermawan Kertajaya, 2009:60). Menurut Berthon et al. (2009), persepsi pengguna terhadap merek mewah untuk
fashion
memiliki simbolik, nilai pengalaman, dan fungsional dimensi. Akibatnya, Hipotesis pertama menguji dampak dari dimensi yang berbeda dari persepsi pengguna terhadap niat pembelian. Pada bagian pertama dunia merek mewah, kualitas adalah kunci untuk memenuhi pengguna harus memenuhi nilai fungsional. Dunia kedua merek-merek mewah berhubungan dengan pengalaman. Pengalaman melibatkan fantasi, perasaan yang menyenangkan. Selain itu melihat bagaimana nilai ini dapat mempengaruhi identifikasi individu dan sifat sombong. Terakhir, di dunia ketiga merek-merek mewah, ada dimensi makna simbolik (Berthon et al, 2009; Keller, 2003). Menurut Truong et
al
. (2008:191), beberapa individu menggunakan merek mewah untuk makna simbolis berkomunikasi dengan dunia tentang kekayaan pemilik dan nilai.
Menurut Erna Ferrinadewi (2008 : 42) bahwa persepsi mewah merupakan proses yang komplek, seringkali terjadi dimana pesan yang satu tidak berhubungan dengan pesan yang akhirnya memasuki otak pengguna karena itu memahami proses persepsi sangat penting bagi pemasar agar dapat menciptakan komunikasi yang efektif dengan pengguna.
Pengaruh sosial
Menggambarkan bahwa keputusan belanja dipengaruhi oleh kepercayaan, sifat, dan nilai-nilai pelanggan dan faktor dalam lingkungan sosial pelanggan. Secara cermat proses keputusan memilih barang atau jasa dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor pribadi (internal) didalam diri seseorang. Faktor lingkungan terdiri dari keluarga, lingkungan, budaya dan aspek pribadi (Christina Whidya, 2010 : 64).
Persepsi dan pengaruh sosial telah diuji sebelumnya dengan sampel yang berbeda, tetapi aspek utama ketiga kerangka ini peran sombong, telah menerima perhatian apalagi bahkan meskipun pemasar telah mencoba untuk menghubungkan sifat sombong dengan berbagai produk dalam budaya pengguna (Wang dan Waller, 2006). Penelitian telah membahas semua implikasi pengguna sifat sombong. Penelitian ini menunjukkan bahwa perannya menjadi lebih unggul dari pada yang ditunjukkan sebelumnya. Hal ini karena menghubungkan antara diri dan individu dengan dunianya yang diinginkan melalui lingkungan eksternal secara simbolis dan pemenuhan sensorik (Wang dan Waller, 2006 ; Watchravesringkan, 2008). Sifat sombong dapat dilihat untuk memiliki unsur-unsur yang relatif tersembunyi, seperti penggunaan produk iPhone secara personal karena kesombongan secara fisik, dan tampilan dari barang- barang mewah yang menandakan status dari barang tersebut, menandakan sifat sombong berkaitan dengan status sosial, harga diri dan kekuasaan. Untuk tujuan penelitian ini sifat sombong didefinisikan sebagai memiliki kekhawatiran berlebih, (dan mungkin meningkatkan) pandangan, penampilan fisik seseorang atau pribadi prestasi. Ciri-ciri dan sifat sombong diungkapkan oleh Netemeyer et al (1995) meliputi perhatian lebih bagi kemajuan diri, penampilan fisik dan status. Dalam jurnal dijelaskan bahwa menganjurkan dapat diamati, misalnya, dari penggunaan individu dan pilihan produk atas smartphone, produk elektronik, dan penggunaan yang berlebihan pada umumnya. Dalam penelitian, lebih lanjut menyatakan benar adalah penting terkait dengan konsumsi merek fashion mewah. Dengan mempelajari hubungan antara individu yang rentan terhadap sifat sombong dan pengeluaran mereka pada produk high-prestise, mereka menyimpulkan pengguna ini akan terus menginginkan dan mengkonsumsi produk baru, termasuk barang-barang ter-update, untuk memenuhi hasrat mereka yang mengatas namakan harga diri.
Niat beli
Niat beli akan timbul karena dorongan konsumsi yang tinggi dan adanya sifat tidak ingin kalah dengan orang lain dan adanya sifat sombong untuk memiliki barang barang bermerek yang dibentuk dari lingkungan sosial. Namun apabila pengguna sudah merasakan kenyamanan akan suatu produk tersebut, dengan adanya pandangan pengguna tentang merek yang dipilih itu baik, dan menurut persepsi pengguna merek tersebut sudah baik sehingga pengguna tidak merasa ragu lagi dengan pilihannya, maka pengguna tidak akan berpikir panjang akan menggantinya dengan merek lain sebagai pilihan untuk pembelian. Setelah pengguna membeli produk tersebut pengguna bisa puas atau tidak puas dan terlibat dalam sifat sombong paska pembelian, pelanggan yang puas akan kembali membeli produk dan memuji produk yang dibelinya dihadapan orang lain, sedikit menarik perhatian pada merek dan iklan pesaing dan membeli produk lain dari perusahaan yang sama (Kotler-Keller, 2007:244). Selain sifat yang menguntungkan menuju afektif, merek mempunyai tanggapan terhadap merek yang dapat mempengaruhi niat pembelian. Secara khusus, penelitian telah menunjukkan bahwa pengguna didorong oleh emosi mereka untuk membeli dan mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau barang.
Kesimpulannya niat untuk pembelian ulang barang yang dilakukan oleh pengguna dapat dirasakan apabila pengguna mendapatkan produk yang dapat memuaskan kebutuhan yang diinginkan dan dapat disediakan oleh perusahaan yang membuat pengguna akan mengingat-ingat merek tersebut sebagai pilihannya.
Pengaruh sifat sombong terhadap persepsi merek mewah
Adanya persepssi akan adanya merek mewah membuat seseorang cenderung mempunyai rasa untuk memiliki, dan ini didasari dari adanya sifat negatif yaitu sifat fombong yang tidak ingin kalah dengan orang. Rasa untuk memiliki barang-barang bermerek dengan harga yang mahal pasti akan dimiliki oleh seseorang yang memiliki sifat sombong. Karakter ini akan melakukan apa saja agar apa yang diinginkannya tercapai. Pengaruh sifat sombong terhadap persepsi merek mewah berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan. Hipotesis 1 :Pengaruh sifat sombong berpengaruh positif terhadap persepsi merek mewah.
Pengaruh sifat sombong terhadap niat beli
Menurut Berthon (2009) penelitian telah membahas semua implikasi konsumsi kesombongan, penelitian menunjukkan bahwa perannya menjadi lebih menonjol dari pada yang ditunjukkan sebelumnya. Hal ini karena menghubungkan antara diri dan individunya yang dunianya diinginkan scara eksternal melalui simbolis dan sensorik pemenuhan (Wang dan Waller, 2006; Watchravesringkan, 2008). Kesombongan dapat dilihat untuk memiliki unsur-unsur yang relatif tersembunyi, seperti penggunaan produk perawatan pribadi karena kesombongan fisik, dan tampilan mencolok dari benda status, menandakan kesombongan berkaitan dengan status sosial dan kekuasaan. Untuk tujuan penelitian ini, kesombongan didefinisikan sebagai "memiliki kekhawatiran berlebih atau positif (dan mungkin meningkat) pandangan, penampilan fisik seseorang atau pribadi" menurut (Netemeyer, 1995. 612). Ciri-ciri dan perilaku diungkapkan oleh Netemeyer (1995) meliputi perhatian lebih bagi kemajuan diri, penampilan fisik dan status. Menganjurkan dapat diamati misalnya, dari penggunaan individu dan pilihan produk kosmetik, produk pakaian dan konsumsi yang mencolok pada umumnya. Dalam penelitian Durvasula (2001), lebih lanjut menyatakan penting terkait dengan konsumsi merek fashion mewah. Korelasi belum mendapat dukungan empiris yang luas (Park , 2008). Dari sedikit yang telah memeriksa ini hubungan. Menurut Sedikides ( 2007) penelitian berpengaruh dengan mempelajari hubungan antara individu yang rentan terhadap kesombongan dan pengeluaran mereka pada produk high-prestise, mereka menyimpulkan pengguna ini akan terus menginginkan dan mengkonsumsi produk baru, termasuk barang-barang fashion untuk memenuhi hasrat yang dimiliki dan harga diri. Pengaruh sifat sombong terhadap sifat sombong berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan. Hipotesis 2 : Pengaruh sifat sombong berpengaruh positif terhadap niat beli
Pengaruh sifat sombong terhadap pengaruh sosial
Penelitian ini label faktor eksternal yang merangsang niat individu untuk membeli sebuah merek mewah seperti pengaruh sosial. Tsai (2005 ) dan
Wiedmann (2009), dampak dari pengaruh sosial pada pengguna merek mewah terhadap niat beli dibahas dan nilai empiris didukung. Menurut Tsai (2005), sosial pengguna berorientasi termotivasi untuk memiliki merek- merek mewah untuk menampilkan status mereka dan sukses ditargetkan pada kelompok sosial. Ini akan menjadi sangat penting dalam kemewahan merek yang dikenal secara internasional. Pengaruh sifat sombong terhadap pengaruh sosial berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan. Hipotesis 3 : Pengaruh sifat sombong berpengaruh positif terhadap pengaruh sosial
Pengaruh persepsi merek mewah terhadap niat beli
Selain persepsi pengguna yang bersifat internal dan faktor eksternal juga berkontribusi terhadap miliknya nilai yang dirasakan (Ahuvia, 2005; Jenkins, 2004 ; Truong, 2010). Hal ini karena nilai merek hampir tidak dapat beroperasi di luar komunitasnya (Algesheimer, 2005; .Lalwani , 2002;. Wilcox, 2009), dan ini sangat jelas ketika tujuan dari pembelian merek mewah adalah untuk menandakan kekayaan, perdagangan disosial status dan meminta persetujuan untuk menyatakan status sosial (Danziger , 2005; Silverstein dan Fiske , 2003). Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan persepsi merek mewah terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan Hipotesis 4 : Persepsi merek mewah tidak berpengaruh terhadap niat beli
Pengaruh sosial terhadap niat beli
Menurut Kotler (2008:189), batas dimana sifat seseorang mengurangi prefensi kita untuk sebuah alternatif tergantung pada dua hal, yang pertama adalah intensitas sifat negatif orang lain terhadap alternatif yang kita sukai dan memotivasi kita untuk mematuhi kehendak orang lain. Semakin intens sifat negatif ke orang lain dan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan kita, semakin besar kemungkinan kita menyesuaikan niat pembelian.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pengaruh sosial terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan. Hipotesis 5 : Pengaruh sosial tidak berpengaruh terhadap niat beli. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN Klasifikasi Sampel
Populasi adalah sebagian wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan (Totok Amin, 2012 : 152). Pengertian populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan atau individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Satuan atau individu disebut unit analisis, bisa berupa orang, rumah tangga, tanah pertanian dan sebagainya dalam bentuk yang bisa dipakai dalam survei (Danang Sunyoto, 2012 : 47). Populasi dari penelitian ini adalah pengguna sekaligus pemilik Apple iPhone di Kota Surabaya. Sampel adalah sub kelompok elemen populasi yang terpilih untuk berpartisipasi dalam studi (Malhotra, 2009:364). Sampel adalah bagian dari populasi, sedangkan survei sampel adalah suatu prosedur dalam penelitian yang mana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat dan karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Totok Amin, 2012:153). Sampel harus mampu mewakili kesuluruhan populasi dan akan mengambil 115 sampel. Sampel dari penelitian ini adalah pengguna sekaligus pemilik Apple iPhone di Surabaya.
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan penelitian ini adalah teknik
Penelitian ini menggunakan sumber data primer, data yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan hasil jawaban para responden kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengajukan daftar pertanyaan tentang suatu hal atau suatu bidang. Setiap responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada didalam kuesioner.
Defini Variabel Operasional Sifat Sombong
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel dependen yaitu persepsi merek mewah, pengaruh sosial, sifat sombong dan niat beli.
Variabel penelitian
tersebut harus diisi oleh responden (Danang Sunyoto, 2012:47). Daftar pertanyaan bersifat tertutup, dimana alternatif-alternatif jawaban telah disediakan. Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa metode ini cukup ekonomis, cepat, menjamin keleluasaan responden untuk menjawab dan mengumpulkan fakta- fakta yang diperlukan serta menjamin kerahasiaan identitas responden sehingga lebih mudah memberikan informasi atau jawaban. Menurut Lupiyoadi (2001:195), data yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu pertama, data harus memenuhi prinsip validitas seperti syarat-syarat sebagai data tepat waktu yang artinya data tidak kadaluarsa. Agar faktor biasnya kecil, serta data harus relevan, artinya ada hubungan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Kedua, data harus memenuhi prinsip reliabilitas, meliputi syarat sebagai berikut: data harus obyektif, artinya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan data harus representatif, artinya data sample harus dapat mewakili seluruh populasi.
(multiple choice). Daftar pertanyaan
Metode pengumpulan data melalui kuesioner, kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Daftar pertanyaan dapat berupa pertanyaan terbuka dan tertutup
Data Penelitian
nonrandom sampling
Penelitian ini akan mengambil sampel sebanyak 115 responden yang dilakukan dengan judgement sampling untuk mendapatkan sampel responden dengan distribusi yang mendekati karakteristik populasi statistik. Peneliti, dengan judgement memilih elemen- elemen yang akan dimasukkan ke dalam sampel, karena diyakini bahwa elemen- elemen tersebut mewakili atau memang sesuai dengan populasi yang sedang diteliti (Malhotra, 2009:373).
3. Sampel adalah responden mulai dari umur 17tahun.
2. Sampel adalah individu mempunyai Apple iPhone.
1. Sampel adalah individu yang tinggal Surabaya.
pengambilan sampel keputusan merupakan pengambilan sampel yang terjadi ketika peneliti memilih anggota- anggota sampel utuk menyesuaikan diri dengan beberapa kriteria (Danang Sunyoto, 2012 : 59). Adapun yang menjadi kriteria peneliti dengan menggunakan sampel judgement adalah sebagai berikut:
Sampling . Judgement Sampling atau
yaitu teknik pengambilan sampel dalam populasi yang dilakukan secara Judgement
Sifat sombong merupakan suatu karakter yang dibentuk dari adanya rasa untuk tampil lebih dibandingkan dengan orang lain, sifat yang tidak mau kalah dengan orang, ingin terlihat lebih baik dengan berbagai cara yaitu misalnya dengan menggunakan barang-barang yang bermerek. Sifat ini juga muncul ketika bersama orang-orang disekitar dan ingin tampil beda dengan melebihkan keunggulan dari barang- barang bermerek yang dimiliki. Ini sebagai bukti pembeda atas suatu kelas sosial yang mampu memberi tanda akan status sosial seseorang.
Persepsi Merek Mewah
Persepsi merek mewah merupakan suatu sudut pandang seseorang akan suatu hal dilihat dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, bisa juga dari informasi yang ada. Persepsi merek mewah juga dapat diartikan dengan bagaimana seseorang memandang sebuah merek menjadi sesuatu yang bermakna. Bisa juga dengan melihat dari harga, prestice, kualitas, pelayanan yang diterima, pengalaman merek dan lain-lain. Persepsi adalah suatu titik dimana seseorang akan menggunakan logika dalam menanggapi merek. Hubungannya dengan barang mewah, rata-rata seseorang yang mengerti akan barang mahal maka mindset akan mengarah pada harga dan kualitas dari produk tersebut.
Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial ini merupakan adanya dorongan dari pihak luar (ekstrenal) untuk mempengaruhi suatu keputusan. Pengaruh sosial paling sering dirasakan oleh masyarakat karena itu bentuk pemasaran secara langsung secara yang cukup efektif dalam melakukan kegiatan promosi. Apalagi jika pengaruh sosial datang dari teman dekat, keluarga dan lingkungan sekitar maka akan dengan mudah untuk dapat mendekati.
Niat beli
Niat beli yang dimaksud pada penelitian ini adalah dalam hal pembelian yang terjadi, terciptanya kepuasan dalam pembelian produk Apple iPhone yang sebelumnya pernah dilakukan dapat membuat pengguna akan melakukan pembelian tanpa melihat kelebihan dan kekurangan namun hanya melihat merek, karena para pengguna sudah merasa tidak perlu mempertimbangkan merek lain selain Apple iPhone dengan fasilitas atau fitur-fitur yang terdapat pada produk Apple iPhone yang nantinya akan dibeli atau yang sedang pakai.
Alat Analisis
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah menggunakan analisis Structural
Equation Modelling
(SEM). Ghozali (2011:61) menyatakan bahwa langkah permodelan SEM (Structural Equation
Modelling
) adalah terdiri dari model pengukuran (measurin model) ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator- indikator empirisnya dan yang kedua adalah model structural merupakan model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antar faktor (Ghozali 2011:61).
Dalam penelitian ini, analisis statistik yang digunakan adalah
structural equation model (SEM) dengan
menggunakan alat analisis program AMOS 21.0. Teknik estimasi yang digunakan adalah maximum likelihood (ML) karena sampel yang digunakan antara 100-200. Sebelum pengujian SEM, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi yang meliputi: a. Ukuran Sampel Pada penelitian ini menggunakan 115 responden dengan demikian memenuhi asumsi jumlah sampel yang digunakan.
b. Asumsi Normatif Uji normalitas perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun multivariate. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis, peneliti mengamati skewness value dari data yang digunakan dengan pengujian
Assessment of Normality
. Dimana nilai kritisnya ± 2.58 pada tingkat 0.01 (1%), yang berarti apabila nilai yang dihitung lebih besar dari 2.58 maka distribusi data tidak normal. Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis ± 1.96 pada tingkat 0.05 (5%). Secara lengkap hasil uji normalitas data disajikan pada Tabel 4.15 dibawah ini. Terdapat dari dua indikator yang berdistribusi tidak normal yaitu SS1 dan SS2. Walaupun demikian indikator tersebut tetap dilakukan penelitian dikarenakan jumlah sampel sudah mencukupi syarat minimum sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hal ini berarti peneliti dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01 (1%).
Table 2
ASSESSMENT OF NORMALITY
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
pmw6 1,000 5,000 -,220 -,962 -,719 -1,575
ps1 1,000 5,000 -,328 -1,437 -,522 -1,143 ps2 1,000 5,000 -,225 -,983 -,730 -1,599 ps3 1,000 5,000 -,006 -,027 -,702 -1,538 ss1 1,000 5,000 1,127 4,934 2,170 4,750 ss2 1,000 5,000 ,540 2,365 -,557 -1,220ss3 1,000 5,000 -,687 -3,007 ,396 ,866
ss4 1,000 5,000 ,026 ,114 -,410 -,897nb5 1,000 5,000 ,483 2,116 -,408 -,892
nb4 1,000 5,000 -,381 -1,668 ,213 ,467
nb3 1,000 5,000 -,331 -1,451 -,506 -1,107nb2 1,000 5,000 -,779 -3,412 ,174 ,380
nb1 1,000 5,000 -,862 -3,772 ,216 ,474
pmw5 1,000 5,000 ,281 1,229 -,270 -,591
pmw4 1,000 5,000 -,414 -1,813 -,398 -,871
pmw3 1,000 5,000 -1,863 -8,155 5,144 11,260
pmw2 1,000 5,000 -1,043 -4,567 1,688 3,694
pmw1 1,000 5,000 -1,874 -8,204 4,870 10,660
Multivariate 52,345 10,460
c. Outliers
Outliers
adalah kondisi obsevasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal ataupun variabel-variabel kombinasi (Hair et al, dalam Imam Ghozali, 2013).
- squares pada
2
4.2.2.1 Analisis Konfirmasi Faktor (CFA)
dalam penelitian ini tidak akan dihilangkan karena data tersebut diperoleh berdasarkan informasi sesungguhnya dari responden.
multivariate
melebihi 42,312 yaitu 63, 93 dan 73. Outlier pada tingkat
mahalanobis distance
ini, terdapat data yang memiliki
multivariate outliers . Pada penelitian
(18; 0,001)= 42,312 Semua kasus yang mempunyai mahalonobis distance yang lebih besar dari 42,312 adalah
Nilai mahalanobis distance X
1. Univariate Outlier
Tabel 3
TABEL DESKRIPSI Z-SCORE
Degree of Freedom 18 yaitu jumlah indikator pada signifikansi p<0,001.
chi
Deteksi multivariate outliers dapat dilihat dari nilai mahalanobis distance. Berdasarkan nilai
2. Multivariate Outliers
Valid N (listwise) 115
115 -1,87140 2,04152 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB1) 115 -2,58948 1,16812 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB2) 115 -2,58544 1,22643 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB3) 115 -2,26777 1,55338 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB4) 115 -3,03245 1,52613 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB5) 115 -1,64015 2,13220 ,0000000 1,00000000
Zscore(PS1) 115 -2,43199 1,78957 ,0000000 1,00000000
Zscore(PS2) 115 -2,56137 1,61675 ,0000000 1,00000000
Zscore(PS3) 115 -2,00283 1,90099 ,0000000 1,00000000
Zscore(SS1) 115 -1,22742 3,63992 ,0000000 1,00000000
Zscore(SS2) 115 -1,37787 2,22338 ,0000000 1,00000000
Zscore(SS3) 115 -2,67611 1,33369 ,0000000 1,00000000
Zscore(SS4)
Zscore(PMW3) 115 -4,09568 ,81060 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW4) 115 -2,40382 1,55947 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW5) 115 -1,85224 2,18582 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW6) 115 -2,09164 1,78801 ,0000000 1,00000000
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Zscore(PMW1) 115 -3,75367 ,88797 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW2) 115 -3,71277 1,03133 ,0000000 1,00000000
Data yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, dan memenuhi asumsi- asumsi SEM tersebut kemudian diuji kesesuaian modelnya dengan menggunakan program AMOS versi 21.0 dimana pertama akan diuji model untuk keseluruhan variabel. Adapun hasil pengujian AMOS untuk masing- masing variabel baik single model maupun full model disajikan pada uraian dibawah ini :
Gambar 2
CFA-Model Awal
Tabel 3
Goodness of Fit Index (MODEL CFA AWAL)
No. Analisis Kriteria Hasil Pengujian Keterangan1 Chi-Square Diharapkan Kecil 248,209 marginal
2 Probability ≥ 0.05 0,000 marginal
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,924 baik
4 GFI ≥ 0.90 0,798 marginal
5 AGFI ≥ 0.90 0,732 marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,792 marginal
7 NFI ≥ 0.90 0,701 marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,90 marginal
Berdasarkan pada Tabel 3 diketahui bahwa nilai goodness of fit tidak sesuai yang diharapkan karena jika dibandingkan antara cut of value dengan hasilnya maka semuanya hasilnya masih marginal atau kurang memenuhi syarat uji hipotesis. Maka dari itu perlu di lakukan revisi model. Revisi atau modifikasi model dilakukan dengan memperhatikan mahalanobis distance kemudian menghapus data sampel yang dianggap outliers. Pada gambar 2 diatas ini menunjukkan hasil uji SEM setelah dilakukan revisi dengan membuang data yang outlier.
Tabel 4
M.I. Par Change
e10 <--> pengaruh_sosial 4,138 ,145
e13 <--> e10 5,684 ,177
e1 <--> persepsi_merek_mewah 6,722 -,093
e1 <--> e10 4,847 ,140
e1 <--> e11 4,140 ,112
e2 <--> e10 5,579 ,198
e2 <--> e1 7,035 ,171
e3 <--> sifat_sombong 4,846 -,120
e3 <--> persepsi_merek_mewah 4,246 ,085
e3 <--> e1 4,818 -,124
e4 <--> e1 4,348 ,114
e17 <--> e2 5,661 ,134
e16 <--> pengaruh_sosial 4,017 ,127
e16 <--> e1 4,707 ,122
e16 <--> e3 4,703 -,140
e9 <--> e10 10,063 ,244
e9 <--> e1 14,435 ,228
e8 <--> pengaruh_sosial 12,202 ,259
e8 <--> e13 6,281 ,193
e7 <--> e10 6,982 -,138
e7 <--> e1 7,809 -,114
e7 <--> e2 4,225 -,110
e7 <--> e3 5,951 ,115
e7 <--> e16 4,185 -,095
e7 <--> e9 5,636 -,116
e5 <--> e7 4,504 ,080
Setelah melihat Modification indices, selanjutnya dilakukan modifikasi dengan mengorelasikan dua pasang parameter yaitu e9-10 dan e9-e1 yang memiliki nilai tertinggi seperti yang terdapat pada Tabel 4 Model yang telah dimodifikasi selanjutnya dianalisis kembali. Secara lengkap hasil modifikasi pertama ditampilan dalam gambar4.
Gambar 3
CFA-Model Modifikasi 1
Tabel 5
Goodness of Fit Index (MODEL CFA MODIFIKASI)
No. Analisis Kriteria Hasil Pengujian Keterangan1 Chi-Square Diharapkan Kecil 137,536 Marginal
2 Probability ≥ 0.05 0,058 Baik
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,217 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,885 Marginal
5 AGFI ≥ 0.90 0,826 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,951 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,835 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,44 Baik
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa nilai goodness of fit sesuai dengan yang diharapkan jika dibandingkan antara cut off values dengan hasil sudah memenuhi syarat uji hipotesis. Secara keseluruhan nilai goodness of fit sesuai dengan kriteria karena memenuhi nilai cut of values maka disimpulkan bahwa model tersebut diterima .
Tabel 6
HASIL ESTIMASI CFA - MODIFIKASI 1 Estimate Std .Estimate S.E. C.R. P pmw1 <--- persepsi_merek_mewah 1,000 ,675
pmw2 <--- persepsi_merek_mewah ,981 ,679 ,169 5,808 ***
pmw3 <--- persepsi_merek_mewah 1,118 ,796 ,160 6,965 ***
pmw4 <--- persepsi_merek_mewah ,296 ,171 ,187 1,582 ,114
Estimate Std .
Estimate S.E. C.R. P
pmw5 <--- persepsi_merek_mewah ,808 ,473 ,186 4,349 ***
nb1 <--- niat_beli 1,000 ,817nb2 <--- niat_beli 1,127 ,937 ,095 11,922 ***
nb3 <--- niat_beli ,791 ,648 ,105 7,501 ***
nb4 <--- niat_beli ,743 ,730 ,086 8,655 ***
nb5 <--- niat_beli ,174 ,143 ,118 1,478 ,139
ss4 <--- sifat_sombong 1,000 ,621ss3 <--- sifat_sombong 1,174 ,747 ,233 5,044 ***
ss2 <--- sifat_sombong ,769 ,449 ,194 3,963 ***
ss1 <--- sifat_sombong ,325 ,258 ,127 2,570 ,010
ps3 <--- pengaruh_sosial 1,000 ,644ps2 <--- pengaruh_sosial ,967 ,642 ,235 4,116 ***
ps1 <--- pengaruh_sosial ,901 ,604 ,229 3,936 ***
pmw6 <--- persepsi_merek_mewah ,720 ,409 ,190 3,800 ***
Pada Tabel 6 dilakukan analisis atas signifikansi loading factor dapat digunakan untuk menjelaskan faktor yang dianalisis. Pedoman analisis ini adalah dibutuhkan nilai lamda yang ≥ 0,40 atau memiliki nilai CR ≥ 2. Adapun setelah dilakukan modifikasi model jika masih terdapat indikator yang belum memenuhi kriteria analisis dalam loading factor maka indikator tersebut harus dihilangkan. Setelah dilakukan proses modifikasi dan didapatkan hasil dari loading factor tersebut valid dan sesuai dengan standar maka dalam proses analisis selanjutnya tidak ada indikator dalam model yang dihapus dari model dikarenakan sudah memenui kreteria
loading factor .
Gambar 4
CFA-Model Akhir
Tabel 7
Goodness of Fit Index (MODEL CFA AKHIR)
yang lebih baik dari sebelumnya dengan terpenuhinya empat kriteria yaitu Probability, CMIN/DF,
metode estimasi maximum likelihood .
structural equation modeling (SEM) dengan
Sumber : Data Diolah Tabel 8 menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan telah fit secara seluruhnya dengan sampel data. Pengujian persamaan structural ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel dilakukan
Estimate S.E. C.R. P pmw1 <--- persepsi_merek_mewah 1,000 ,687
pmw2 <--- persepsi_merek_mewah ,962 ,674 ,163 5,886 ***
pmw3 <--- persepsi_merek_mewah 1,116 ,808 ,157 7,084 ***
pmw5 <--- persepsi_merek_mewah ,735 ,438 ,184 3,996 ***
nb1 <--- niat_beli 1,000 ,818nb2 <--- niat_beli 1,130 ,939 ,095 11,915 ***
nb3 <--- niat_beli ,775 ,642 ,105 7,354 ***
nb4 <--- niat_beli ,749 ,732 ,086 8,703 ***
ss4 <--- sifat_sombong 1,000 ,616ss3 <--- sifat_sombong 1,196 ,755 ,242 4,948 ***
ss2 <--- sifat_sombong ,766 ,439 ,197 3,891 ***
ps3 <--- pengaruh_sosial 1,000 ,697ps2 <--- pengaruh_sosial ,873 ,646 ,193 4,517 ***
ps1 <--- pengaruh_sosial ,822 ,614 ,192 4,282 ***
pmw6 <--- persepsi_merek_mewah ,715 ,414 ,183 3,901 ***
Tabel 8
HASIL ESTIMASI CFA AKHIR
Estimate Std.lainnya belum mampu terpenuhi pada tahapan analisis ini. Berikut adalah hasil CFA akhir :
goodness of fit
GFI, TLI dan RMSEA. Kriteria
goodness of fit
No. Analisis Kriteria Hasil Pengujian Keterangan
Tabel 7 menunjukkan penilaian
8 RMSEA ≤ 0.08 0,34 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,835 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,977 Baik
5 AGFI ≥ 0.90 0,826 Marginal
4 GFI ≥ 0.90 0,913 Baik
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,128 Baik
2 Probability ≥ 0.05 0,208 Baik
1 Chi-Square Diharapkan Kecil 85,746 Marginal
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan menggunakan program AMOS 21.0 dengan model persamaan struktural yang ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5
Model Persamaan Struktural - Awal
Tabel 9
GOODNESS OF FIT MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AWAL)
Hasil
No. Analisis Kriteria Keterangan
PengujianDiharapkan
1 Chi-Square 130,779 Marginal
Kecil
2 Probability 0,001 Marginal
≥ 0.053 CMIN/DF 1,539 Baik ≤ 2.00
4 GFI 0,865 Marginal
≥ 0.90