Sell: Enzyme alpha amylase; enzim alpha amilase [Jun. 30, 2009 0:05:36]

Bio-etanol Soekaeni Beri Fakta Nyata

  KOMPAS/AGUSTINUS HANDOKO / Kompas Images Soekaeni Minggu, 13 Juli 2008 | 12:20 WITA KETIKA banyak pihak masih berwacana dan bereksperimen mengenai bahan bakar nabati untuk konsumsi masyarakat umum, Soekaeni sudah selangkah lebih maju. Pensiunan pegawai sebuah badan usaha milik negara itu sudah memproduksinya secara massal. Pemilik kendaraan bermotor dan ibu rumah tangga kini memiliki alternatif bahan bakar yang baru.

  Saya terusik ketika pada tahun 2004-2005, investor asing berencana menjadikan 750.000 hektar lahan di Lampung sebagai perkebunan singkong. Mau apa mereka dengan perkebunan singkong seluas itu, sementara di rumah saya singkong hanya bisa menjadi getuk,” ujar Soekaeni. Getuk adalah makanan pedesaan Jawa yang berasal dari parutan singkong yang dikukus. Setelah secara intensif mengikuti perkembangan berita mengenai rencana investasi pada perkebunan singkong itu, Soekaeni baru tahu bahwa investor itu akan menggunakan singkong sebagai bahan dasar membuat bahan bakar nabati.

  Tahun 2002, ketika masih bekerja di sebuah BUMN, Soekaeni sudah mulai mengembangkan perkebunan singkong di Kampung Warung Ceuri, Desa Nyangkowek, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di lahan 7 hektar, ia mengembangkan perkebunan singkong dengan pola intensif.

  ”Saya memilih menggunakan pupuk organik karena pupuk pabrik ternyata membuat tanah bantat dan makin tak subur,” katanya. Pupuk itu dibuat sendiri dengan formula yang dirahasiakan, tetapi sama sekali tak menggunakan bahan kimia. Dengan pola intensif itu, produktivitas lahan bisa mencapai 100 ton per hektar dengan masa panen hanya 7 bulan. Di lahan milik petani, produktivitasnya paling-paling hanya 60 ton per hektar karena tidak dipupuk dan masa panen bisa mencapai 11 bulan. Hingga tahun 2004, Soekaeni menjual singkong dari lahannya ke pabrik tapioka dan pabrik ceriping singkong.

  Karena tingginya produktivitas singkong itu, Soekaeni sering diundang ke berbagai pameran produk dan teknologi pertanian. ”Namun, dari pameran-pameran itu saya tak mendapat apa-apa. Selalu orang lain yang untung,” katanya. Setelah pensiun pada tahun 2005, Soekaeni membulatkan tekad untuk menekuni pengolahan singkong menjadi bahan bakar terbarukan. ”Saat itu, saya sama sekali tidak tahu caranya. Saya kemudian mengumpulkan semua pemberitaan mengenai bio-etanol. Dari situ saya baru tahu, supaya tak hanya menjadi getuk, ternyata parutan singkong harus ditambah enzim alpha amilase,” kata sarjana ekonomi tersebut. Bekal dari kliping berita ternyata belum memenuhi keingintahuan Soekaeni untuk membuat etanol dari singkong. Dia lalu memberanikan diri bertanya kepada seorang pakar dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dari pakar itu, Soekaeni mengerti bagaimana cara membuat singkong menjadi bahan bakar.

  Proses perubahan bentuk dari singkong padat menjadi cairan etanol ternyata rumit. Namun, Soekaeni yang tak memiliki dasar pengetahuan ilmu kimia itu cepat tanggap. ”Itu karena saya memiliki keinginan besar untuk belajar,” katanya. Dari hasil uji coba selama 6 bulan, Soekaeni berhasil membuat singkong padat menjadi etanol.

  Pertama-tama, singkong diparut dan direbus dalam campuran enzim alpha amilase. Setelah direbus, campuran itu difermentasi dengan cara diberi ragi selama tiga hari. Bahan itu diuapkan untuk memisahkan parutan singkong dan cairan rebusan yang bercampur dengan enzim. Soekaeni mendapat kesulitan dalam proses penguapan atau destilasi. ”Yang saya uapkan itu masih campuran antara air dan alkohol,” katanya. Titik didih air dan alkohol berbeda. Air mendidih pada 100 derajat Celsius, sementara alkohol sudah mendidih pada 70-80 derajat Celsius. ”Uap pada suhu 70-80 derajat Celsius adalah uap alkohol, jadi bisa saya pisahkan,” ujarnya.

  Berdasarkan uji coba itu, Soekaeni kemudian mendirikan pabrik yang total asetnya sekitar Rp 1 miliar dari bekal menabung dan uang pesangonnya. Kini, pabrik pengolahan singkong menjadi etanol milik Soekaeni itu sudah menghasilkan 200 liter etanol per hari. Beberapa bulan ke depan, produksinya akan dinaikkan menjadi 1.000 liter karena sekarang sedang dilakukan pengembangan pabrik. Etanol hasil produksi Soekaeni dengan kadar 90 persen sampai 95 persen dijual dengan harga Rp 8.500 per liter, bisa digunakan untuk pengganti minyak tanah. Adapun etanol kadar 95 persen hingga 100 persen dijual Rp 10.000 untuk campuran premium. Kok mahal? Memang benar, tetapi daur pembakarannya jauh lebih panjang daripada minyak tanah dan pertamax. Satu liter minyak tanah biasanya hanya cukup untuk bahan bakar kompor selama dua jam berturut-turut, sedangkan etanol 90 persen hingga 95 persen bisa menghidupkan kompor selama 15 jam berturut-turut. Etanol kadar 100 persen bisa digunakan sebagai campuran premium dengan perbandingan sembilan liter premium dengan campuran satu liter etanol atau 9:1. Bahan bakar campuran ini menghasilkan oktan yang lebih tinggi dibandingkan pertamax. Dengan harga pertamax kini Rp 10.300 per liter, harga 10 liter pertamaks sudah Rp 103.000. Sementara itu, campuran 9:1 premium dan etanol hanya Rp 70.000. Jika tak dongkol dimanfaatkan oleh broker-broker pameran, Soekaeni tak akan belajar bagaimana membuat singkong menjadi etanol. Ceritanya, ketika varietas singkong yang dikembangkannya terbukti unggul dibandingkan dengan varietas lainnya, banyak orang sangat tertarik. Soekaeni kemudian diundang untuk memamerkan singkong varietas unggul itu di beberapa kota. ”Janjinya, kalau ada investor yang tertarik membuka perkebunan singkong, saya akan menjadi pemasok bibitnya. Namun, selama dua tahun berpameran dan bertemu banyak calon investor, tak ada hasilnya sama sekali. Bibit saya dipakai, tetapi saya tak bisa jadi pemasok,” kata Soekaeni menggambarkan kekecewaannya. Berangkat dari rasa kecewa karena terus-menerus dimanfaatkan, Soekaeni akhirnya berupaya sendiri memanfaatkan singkong varietas unggul yang dikembangkannya. Singkong varietas unggul yang dikembangkannya sebenarnya sudah terserap habis ke pabrik pembuatan tapioka dan pabrik ceriping singkong. Namun, Soekaeni tak puas dengan pencapaian itu, dan dia menjatuhkan pilihan pada pembuatan bio-etanol. (Kompas/aha) BIODATA Nama: Soekaeni Tempat, tanggal lahir: Semarang, 6 September 1950 Istri: Sri Hartati (almarhum) Anak: 1. Daniel Andang Widiananta (34) 2. Ester Widi Andandangsari (31) 3. Elly Kurnia Andangratri (29) 4. Ruth Laurita Andanglestari (28) Pendidikan:

  1.SD Masehi Poncol, lulus tahun 1962

  2. SMP Masehi Poncol, lulus tahun 1965

  3. SMAN 3 Semarang, lulus tahun 1968

  4. Pendidikan Telkom selama dua tahun, lulus tahun 1975

  5. Universitas Terbuka di Medan, lulus tahun 2003 Pekerjaan: 1. Manajer Marketing PT Telkom Cabang Jakarta Barat, pensiun 2005.

  2. Presiden Direktur PT Panca Jaya Raharja

  

2009 0:05:36] We offer you imported Enzyme alpha amylase for bio-ethanol processing. note: Send your inquiry to our email below Best Regards, Christo Okulian CV. Aura Medika Bio trade division Pondok Ungu Permai Blok P 15 no 10, Bekasi Utara 0812-954-7042 021-94-27-3364 christo.bte@ gmail.com

  Price: update Payment Method: Telegraphic Transfer (T/T), Cashier Order

Alfa-amilase

  Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

  

  Langsung ke:

  Struktur 3D alfa-amilase.

  

Apha-amilase (α-amilase) adalah salah sat

  sejenistruktur molekuler dari enzim ini adalah α-1,4-

  

  glukanohidrolase-amilase

  

  termasuk ke dalam golongan enzim kelas 13 glikosil hidrolase (Elpha-amilase

  

  ja

  Alpha-amilase pada umumnya aktif bekerja pada kisaran suhu 25 C hingga 95 Penambahan ionpat meningkatkan aktivitas kerja dan menjaga kestabilan

  

  enzim inilfa-amilase akan memotong ikatan glikosidik α-1,4 pada molekul pati (karbohidrat)

  

  sehingga terbentuk molekul-molekul karbohidrat yang lebih pendeasil dari pemotongan

  

KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI KECAMATAN CICURUG SUKABUMI

  (Kasus : PT. Panca Jaya Raharja) Oleh : FRANSISKA EKA DAMAYATI A14105543 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

  INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN FRANSISKA EKA DAMAYATI. Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu Dan Molases Di Kecamatan Cicurug Sukabumi (Kasus PT Panca Jaya Raharja) di bawah bimbingan RITA NURMALINA. Sektor industri dan transportasi merupakan sektor yang menggunakan energi untuk menjalankan aktivitasnya. Seiring berjalannya waktu, kedua sektor ini terus mengalami perkembangan. Di sisi lain, perkembangan sektor industri dan transportasi memberikan dampak yang negatif atau buruk bagi lingkungan. Sisa pembakaran dari kedua aktivitas tersebut telah membuat sebagian lingkungan menjadi tercemar oleh polutan yang dihasilkan. Polutan ini timbul karena proses pembakaran yang tidak sempurna. Keberadaan polutan semakin hari terus terakumulasi di atmosfer sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia.

  Bapedalda Jawa Barat menemukan bahwa konsentrasi hidrokarbon di atmosfer mencapai 4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999 : 0,24 ppm), NOx mencapai 0,076 ppm (baku mutu : 0,05 ppm) dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu : 150 mg/m3). Global warming (pemanasan global) merupakan salah satu konsekuensi yang terjadi akibat pembakaran yang kurang sempurna dari aktivitas transportasi. Hal ini dapat diketahui dengan terhentinya pendinginan udara di belahan bumi bagian Utara sehingga suhu di bumi menjadi meningkat. Fenomena ini menyebabkan sebagian es di kutub Utara dan kutub Selatan mencair sehingga menenggelamkan beberapa daratan. Pemanasan global (global warming) merupakan masalah yang harus ditanggapi dan diselesaikan karena terkait dengan keberlangsungan hidup generasi berikutnya. Dengan mengetahui begitu besar dampak yang timbul maka salah satu upaya yang dapat dilakukan supaya pencemaran udara dapat ditekan adalah penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan. Bioetanol merupakan inovasi baru dalam mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor. Pemerintah melalui PP Nomor 5 Tahun 2006 tentang penggunaan bahan bakar nabati, turut ambil bagian dalam usaha mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal ini memberikan respon yang positif dari masyarakat yang terlihat dengan adanya peningkatan konsumsi bioetanol sebesar 40.000 kilo liter pada tahun 2007. Hal ini akan meningkat seiring dengan menipisnya cadangan bahan bakar minyak (BBM) dan dapat menjadi peluang usaha baru yang dapat dikembangkan. PT Panca Jaya Raharja adalah salah satu perusahaan agribisnis yang peka terhadap kondisi ini. Melihat begitu besar peluang usaha bioetanol maka hal ini mendorong PT PJR untuk mengembangkan usaha bioetanol. Bioetanol yang akan dihasilkan direncanakan berasal dari ubi kayu dan molases (tetes tebu). Rencana pengembangan usaha bioetanol memerlukan perencanaan yang matang karena pengembangan usaha bioetanol membutuhkan modal yang relatif besar sehingga memerlukan suatu analisis kelayakan usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan dari usaha bioetanol ubi kayu dan molases. (2) Menganalisis kelayakan aspek finansial dari usaha bioetanol ubi kayu dan molases. (3) Menganalisis kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan anilisis switching value dari usaha bioetanol ubi kayu dan molases. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha bioetanol ubi kayu dan molases, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, sosial, lingkungan dan finansial. Aspek finansial yang dianalisis meliputi : Net

  Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period (PbP) dan analisis switching value. Berdasarkan analisis aspek pasar, bahwa permintaan dan potensi pasar dari bioetanol di PT PJR dalam kondisi yang baik dan menguntungkan bagi usaha bioetanol. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan akan bioetanol melebihi kapasitas produksi yang ada. Berdasarkan analisis aspek teknis, bahwa letak atau lokasi dari usaha ini sangat strategis karena didukung dengan sarana dan prasarana yang menunjang, terutama sarana transportasi yang memadai. Selain itu, ketersediaan bahan baku yang melimpah dan tenaga kerja yang memadai. PT PJR memiliki struktur organisasi yang sederhana sehingga membantu dalam pengorganisasian tugas, wewenang dan tanggung jawab. Berdasarkan analisis aspek sosial dan lingkungan, bahwa usaha ini telah membawa dampak yang positif bagi lingkungan masyarakat, terutama dalam penyerapan tenaga kerja yang masih menganggur. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial dapat diketahui bahwa usaha bioetanol ubi kayu dan molasses layak untuk dijalankan. Pada usaha bioetanol ubi kayu diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.361.603.236,32; IRR sebesar 29 persen; Net B/C sebesar 1,89 serta Pay back Period sebesar 3,22 tahun. Pada usaha bioetanol molasses diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.789.625.504,77; IRR sebesar 79 persen; Net B/C sebesar 4,46 serta Pay Back Period sebesar 1,26 tahun. Jika dilakukan perbandingan maka uasaha bioetanol molasses akan lebih layak untuk direkomendasi dalam pengembangan usaha karena nilai yang diperoleh pada usaha tersebut lebih besar dibanding uasaha bioetanol ubi kayu. Analisis switching value dilakukan dengan menganalisis perubahan dua variabel, yaitu kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume produksi. Pada usaha bioetanol ubi kayu layak untuk dilaksanakan sampai kenaikan harga ubi kayu sebesar 53,54 persen serta penurunan produki sebesar 20,88 persen. Pada usaha bioetanol molasses layak untuk dilaksanakan sampai kenaikan harga molases sebesar 64,54 persen serta penurunan volume produksi sebesar 33,56 persen. Dari hasil analisis switching value dapat diketahui bahwa usaha bioetanol ubi kayu lebih peka terhadap variabel perubahan dibandingkan dengan usaha bioetanol molases.. KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI KECAMATAN CICURUG SUKABUMI (Kasus : PT Panca Jaya Raharja) Oleh FRANSISKA EKA DAMAYATI A14105543 Skripsi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

  INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

  Judul Skripsi : Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases di Kecamatan Cicurug (Kasus : PT Panca Jaya Raharja) Nama : Fransiska Eka Damayati NRP : A14105543 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 131 685 542 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131124019 Tanggal lulus : PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI KECAMATAN CICURUG (KASUS : PT PANCA JAYA RAHARJA) BENAR – BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

  Bogor, November 2008 FRANSISKA EKA DAMAYATI A14105543 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 16 Juli 1984 dari pasangan Leonardo Sumarto dan Martina Sukaryani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

  Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak – kanak Xaverius Pringsewu pada tahun 1988. Pendidikan sekolah dasar di SD Xaverius Pringsewu pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di SLTP Xaverius Pringsewu pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Xaverius Pringsewu. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Teknologi Industri Pakan, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studi di program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis selama kuliah menjadi tenaga pengajar (les privat) bidang studi matematika. Selain itu, penulis aktif pada kelompok Paduan Suara St. Raphael BMV Bogor. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

  Skripsi yang berjudul “Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases di Kecamatan Cicurug (Kasus : PT Panca Jaya Raharja)” berisikan mengenai kriteria yang mendukung layak atau tidaknya proyek untuk dilaksanakan. Skripsi ini memuat serangkaian aspek – aspek penunjang kelayakan, seperti aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan finansial. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Bogor, November 2008 Penulis UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa karena segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan dukungan moril maupun materil, dorongan semangat, bimbingan, sumbangan pemikiran dan lain – lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

  1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.

  2. Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama yang telah memberi masukan dan saran.

  3. Tintin Sarianti, SP MM sebagai dosen penguji dari Komisi Pendidikan yang telah memberi masukan dan saran.

  4. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang telah memberi masukan dan arahan dalam penulisan proposal penelitian.

  5. Bapak Soekaeni, SE yang telah memberikan informasi mengenai kondisi di lapangan.

  6. Siti Ade Fatimah selaku pembahas pada saat seminar hasil penelitian yang telah memberi saran dan kritik dalam penyempurnaan hasil penelitian.

  7. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa.

  8. Teman – teman TIP : Cici, Nova, Nde, Wawan, Jam’an, Yoga dan Mas Zayin yang selalu memberi motivasi dalam penulisan skripsi ini.

  9. Teman – teman seperjuangan di Ekstensi MAB : Ubay, Arif, Restu, Heda, Maria, Mba Wilis, Eva, Frida.

  10. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis

  Metrohm menawarkan peralatan untuk analisis bioetanol

Metrohm dapat memberikan peralatan analisis untuk kontrol kualitas bioetanol, yaitu

kadar air, keasaman, dan kandungan sulfur klorida.

  The pH value is an important quality criterion for bioethanol. Nilai pH merupakan kriteria kualitas yang penting untuk bioetanol.

  Aquatrode Plus Aquatrode Plus

  Segelas elektroda pH dikombinasikan dengan tanah-bersama diafragma dianjurkan untuk mengukur pH dalam Karena konduktivitas rendah diharapkan sampel, elektroda harus terlindung dengan baik untuk menekan pengaruh elektrostatik. Plus Aquatrode adalah sebuah elektroda yang dapat digunakan untngukuran. Dengan diafragma tanah-bersama terpisah, Plus Aquatrode cocok untuk mengukur pH bioetanol. PH meter digunakan untuk pengukuran harus memiliki GLP fungsi-fungsi berikut, antara lain: kalibrasi tiga-titik dengan pengakuan buffer otomatis; kompensasi temperatur; kalibrasi data monitoring; pencatatan nilai otomatis diukur; dan memori dengan hasil identifikasi. 827 pH meter pH lab untuk penggunaan laboratorium dan menawarkan 826 pH baterai ponsel dioperasikan fungsi tersebut.

  Kandungan klorida dalam bahan bakar bioetanol adalah subyek ASTM D 512. Pengukuran dapat dilakukan dengan titrasi mercurimetric atau argentometric atau titrasi langsung dengan elektroda Cl-sensitif. penentuan Argentometric (dengan perak nitrat) adalah metode pilihan karena keuntungan lingkungan dan presisi sangat tinggi. Volume didefinisikan sampel adalah pipetted ke dalam sel titrasi, diperlakukan dengan 5ml dari 2M asam nitrat dan kemudian dititrasi terhadap 0.01M solusi perak nitrat.

  Sebuah metode yang telah terbukti untuk penentuan sulfat adalah titrasi potensiometri dengan membawa nitrat menggunakan elektroda Pb-sensitif. PH sampel disesuaikan dengan pH 3-5 dengan asam perklorat dan sulfat yang kemudian diendapkan dengan larutan timbal nitrat. Elektroda Pb-selektif mendeteksi kelebihan ion pertama memimpin pada titik ekivalen. Beragam aplikasi potensiometri bioetanol membutuhkan Titrator fleksibel, seperti Titrando Metrohm. penentuan dapat dilakukan dengan reproduktibilitas baik karena rentang elektroda spesifikasi tinggi yang disediakan oleh Metrohm. Untuk pengukuran pH, elektroda Aquatrode Plus (6.0257.000) dianjurkan, tetapi untuk titrasi keasaman elektroda (6.0229.100) juga terlindung Solvotrode non-air digunakan. Untuk penentuan klorida, rendah pemeliharaan-Silver Titrode (6.0431.100) digunakan dan untuk penentuan sulfat, ion Pb-selektif elektroda selektif digunakan. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.laboratorytalk.com/news/mea/ mea842.html&ei=h9BqTOvTB4HcvQOx5fGFAQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=7& ved=0CEgQ7gEwBg&prev=/search%3Fq%3DBioethanol%2BEquipment%26hl%3Did %26client%3Dfirefox-a%26hs%3DJyl%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official

  Etanol pengukuran pH menggunakan Aquatrode Plus Metrohm mengatakan perusahaan Aquatrode Plus adalah elektroda yang paling cocok untuk pengukuran pH etanol menurut ASTM D 6423

  The pH value is an important quality criterion for bioethanol. Nilai pH merupakan kriteria kualitas yang penting untuk bioetanol.

  A combined pH glass electrode with ground-joint diaphragm is recommended for measuring the pH iegelas elektroda pH dikombinasikan dengan tanah-bersama diafragma dianjurkan untuk mengukur pH dalam Because of the expected low conductivity of the sample, the electrode should be particularly well shielded in order to suppress electrostatic influences. Karena konduktivitas rendah diharapkan sampel, elektroda harus terlindung dengan baik untuk menekan pengaruh elektrostatik. After preliminary tests with different electrodes, the Aquatrode Plus appears to be the best electrodeeasurements says Metrohm. Setelah tes awal dengan elektroda yang berbeda, Plus Aquatrode tampaknya menjadi elektroda terbaik untngukuran mengatakan Metrohm.

  With separable ground-joint diaphragm, the Aquatrode Plus is particularly suitable for measuring the pH of biofuels. Dengan diafragma tanah-bersama terpisah, Plus Aquatrode sangat cocok untuk mengukur pH biofuel. Ethanol samples were titrated according to the ASTM D 6423 norm. Etanol sampel yang dititrasi sesuai dengan norma ASTM D 6423.

  Bioethanol is an alternative fuel that has similar properties to petrol. Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang memiliki sifat yang mirip dengan bensin. However, it is obtained not from fossil oil but from starch plants and sugar plants. Namun, tidak diperoleh dari minyak fosil tetapi dari pati tanaman dan tanaman gula. Starch plants such as wheat, rye and maize as well as sugar cane and sugar beet are the most commonly used raw materials for the production of ethanol. Pati tanaman seperti gandum, rye dan jagung serta tebu dan bit gula adalah bahan baku yang paling sering digunakan untuk produksi etanol. Sugar plants are fermented directly whereas in the case of corn, maize and potato the starch is first converted into sugar by means of enzymatic processes. Gula tanaman yang difermentasi secara langsung sedangkan dalam kasus jagung, jagung dan kentang pati diubah terlebih dahulu menjadi gula melalui proses enzimatik. The development of suitable enzymatic processes will also allow wood, energy plants and straw to be fermented. Pengembangan proses enzimatik cocok juga akan memungkinkan kayu, energi tanaman dan jerami untuk difermentasi. Intensive research is currently going on into these new approaches. penelitian intensif saat ini terjadi dalam pendekatan-pendekatan baru. As of the 15 April 2008 all petrol which is sold at UK pumps now has to include at least 2.5% bioethanol. Sampai dengan 15 April 2008 seluruh bensin yang dijual di pompa Inggris sekarang harus termasuk bioetanol setidaknya 2,5%.

  The idea behind the Renewable Transport Fuels Obligation (RTFO) is to reduce climate change emissions from transport - which produced more than a quarter of overall greenhouse gases in the UK - by using renewable fuels instead of fossil fuels. Ide di belakang Terbarukan Transport Fuels Obligation (RTFO) adalah untuk mengurangi emisi perubahan iklim dari transportasi - yang memproduksi lebih dari seperempat keseluruhan gas rumah kaca di Inggris - dengan menggunakan bahan bakar terbarukan sebagai pengganti bahan bakar fosil. These renewable fuels have been added to fuel sold around the country. Terbarukan bahan bakar ini telah ditambahkan ke bahan bakar yang dijual di seluruh negeri.

  The obligation extends to 3.75% biofuels content in 2009 and by 2010 the target will rise to 5%. Kewajiban meluas dengan 3,75% biofuel konten pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menargetkan akan meningkat menjadi 5%.

  The move is aimed at making transport fuels increasingly environmentally friendly without changing how the vehicle engine works. Langkah ini bertujuan untuk membuat bahan bakar transportasi yang semakin ramah lingkungan tanpa mengubah cara kerja mesin kendaraan. According to general opinion standard petrol engines run well with up to 10% addition of ethanol to petrol (E10). Menurut pendapat umum mesin bensin standar berjalan dengan baik dengan penambahan hingga 10% etanol ke bensin (E10). Higher ratios of ethanol require modifications to the engine. Tinggi rasio etanol memerlukan modifikasi mesin.

  Bioethanol is also used in the production of ETBE. Bioetanol juga digunakan dalam produksi ETBE. ETBE (ethyl tertiary butyl ether) is a petrol mixture component that, in compliance with currently valid standards, can be added with up to a 15% ratio. ETBE (etil tersier butil eter) adalah komponen yang campuran bensin, sesuai dengan standar yang berlaku saat ini, dapat ditambahkan dengan rasio hingga 15%. Furthermore, the fuel E85 (85% ethanol, 15% petrol) is continuously gaining in importance. Selanjutnya, bahan bakar E85 (ethanol 85%, 15% bensin) terus mendapatkan penting. This requires ethanol engines or so-called flexible fuel vehicles (FFVs), that can run on any petrol/ethanol mixture. Hal ini memerlukan mesin etanol atau disebut kendaraan bahan bakar fleksibel (FFVs), yang dapat berjalan di setiap bensin / campuran etanol. Such vehicles are growing in importance on the North American, Brazilian and Swedish markets. kendaraan tersebut semakin penting di Amerika Utara, pasar Brasil dan Swedia. Since 2005 several vehicles suitable for use with E85 fuel have also been on offer in Germany. Sejak tahun 2005 beberapa kendaraan yang cocok untuk digunakan dengan bahan bakar E85 juga telah ditawarkan di Jerman.

Etanol

  Ethanol (ethyl alcohol), also known as grain alcohol, is the same 'alcohol' found in all alcoholic drinks. Bioethanol is simply ethanol that has been produced using biological materials (biomass) for feedstocks. Etanol (etil alkohol), juga dikenal sebagai alkohol butir, adalah sama 'alkohol' ditemukan di semua minuman beralkohol. Bioetanol hanya etanol yang telah diproduksi menggunakan bahan biologi (biomassa) untuk bahan baku. Since it reliesnd photosynthesis to contribute to the growth of that biomass (plants, grasses, corn, wheat, etc), bioethanol is a renewable fuel. Karena mengandalkann fotosintesis untuk memberikan kontribusi pada pertumbuhan yang biomassa (tanaman, rumput, jagung, gandum, dll), bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan.

  Categories Kategori

  

  

    

  

  

    

  

    

  photo: Nate Brelsford foto: Nate Brelsford

  Properties Properties

  Bioethanol is liquid, clear, colorless, biodegradable, low toxicity Bioetanol adalah cairan, yang jelas, tidak berwarna, biodegradable, toksisitas rendah

  Production Produksi Bioethanol is made when biomass is converted to sugars, which are then fermented into ethanol.

  Bioetanol dibuat ketika biomassa diubah menjadi gula, yang kemudian difermentasi menjadi etanol. The process of hydrolysis seperates most of the water from ethanol, leaving an end product that is generally about 95% ethanol and 5% water. Proses hidrolisis sebagian besar memisahkan air dari etanol, meninggalkan suatu produk akhir yang umumnya etanol sekitar 95% dan 5% air.

CO

  2 Emissions Emisi CO

  2 Combustion of bioethanol does release CO into the atmosphere. Pembakaran bioetanol tidak

  2 melepaskan CO ke atmosfir.

  Bioethanol can be blended with conventional gasoline at any ratio, but the most common blend is E10 (10% ethanol, 90% gasoline, sometimes called Gasohol), which can be used in existing gasoline engines without modifications and without affecting vehicle warranty. Bioetanol dapat dicampur dengan bensin konvensional pada rasio, tapi yang paling umum adalah campuran E10 (etanol 10%, 90% bensin, kadang-kadang disebut Gasohol), yang dapat digunakan dalam mesin bensin yang ada tanpa modifikasi dan tanpa mempengaruhi garansi kendaraan. Higher blends, such as E85, require aFV).

Infrastructure Infrastruktur

  Bioethanol can use the existing road transport system for conventional fuels, but the corrosive capacity of bioethanol may prevent it from being able to use the pipeline system—a major drawback. Bioetanol dapat menggunakan sistem transportasi jalan yang ada untuk bahan bakar konvensional, tetapi kemampuan korosif bioetanol dapat mencegah dari yang mampu menggunakan sistem pipa-sebuah kekurangan besar.

Compared to Gasoline Dibandingkan dengan Bensin

  As a blended fuel, bioethanol reduces emissions of carbon monoxide a number of other pollutants by as much as 25% or more over conventional gasoline. Sebagai bahan bakar dicampur, bioetanol mengurangi emisi karbon monoksida beberapa polutan lainnya sebanyak 25% atau lebih dari bensin konvensional.

Advantages Keuntungan

  Bioethanol is already compatible, in low blends, with existing gas engines. Bioetanol sudah kompatibel, dalam campuran rendah, dengan mesin gas yang ada. Bioethanol is a high octane fuel with lower emissions. Bioetanol merupakan bahan bakar oktan tinggi dengan emisi rendah.

Disadvantages Kekurangan

  Bioethanol can be corrosive to metals such as aluminum. Bioetanol dapat korosif terhadap logam seperti aluminium. Bioethanol may require the use of too much arable land (to grow the required crops) and too much energy input during production to justify it. Bioetanol mungkin memerlukan penggunaan lahan terlalu banyak (untuk menumbuhkan tanaman yang dibutuhkan) dan terlalu banyak masukan energi selama produksi untuk membenarkan itu. As such, costs—financially, environmentally—are currently prohibitive (see below). Dengan demikian, biaya-finansial, lingkungan saat ini tidak terjangkau (lihat di bawah).

The Future Masa Depan

  The future of bioethanol lies directly with precisely what composes the biomass used in the production process. Masa depan bioetanol terletak langsung dengan tepat apa yang menyusun biomassa yang digunakan dalam proses produksi. Many researchers believe its future is with cellulosic ethanol using biomass such as corn stover and switchgrass. Banyak peneliti percaya bahwa masa depan adalah dengan menggunakan cellulosic ethanol stover biomassa seperti jagung dan switchgrass.

  

Sensasi Brownies Singkong

  Posted by depoklik on Aug 15th, 2010 // No Comment when east meet west, ungkapan tersebut rasanya cukup mewakili petualang kuliner depoklik kali ini yaitu, brownies singkong dari Hannah Cake&Cookies .Rasanya lebih legit dan padat jika dibandingkan dengan brownies yang menggunakan tepung terigu. Pilihan rasanya pun menggugah selera, seperti green tea, moccacino, kacang, dan pandan yang semuanya dicampur dengan bahan dasar singkong. Bila brownies pada umumnya menggunakan perpaduan selai coklat, maka brownies singkong Ibu Sri ini menggunakan selai strawberry, bluberry, bahkan belimbing. Plus, bisa bertahan delapan sampai sepuluh hari diluar lemari es. Sri Mutiningsih, pemilik sekaligus koki di Hannah Cake&Cookies menambahkan bahwa bahan dasar singkong lebih menguntungkan bagi pembeli dan penjual. “Tepung singkong lebih irit dari segi berat timbangannya jadi kue yang saya buat dapat lebih mengembang, lebih ekonomis, tidak mengandung gluten sehingga baik untuk pencernaan, “jelas finalis Wanita Wirausaha Femina 2009 ini. Brownies singkong juga dapat bertahan lebih lama, yaitu delapan hingga sepuluh hari di luar lemari es. Sekedar informasi, ternyata brownies singkong dari Depok ini sudah melanglang buana. Berbagai media cetak mulai dari koran hingga majalah telah memuat si brownies singkong ini. Bahkan media elektronik dari online hingga televisi juga tak ketinggalan mengejar kenikmatan si singkong saat berubah wujud menjadi brownies ini. Tak perlu heran juga, sebab brownies singkong sudah berkali-kali mengikuti pameran makanan seperti Market Plan UKMCSR FEUI 2006 dan menjadi pemenang Pangan Award 2009 kategori diversifikasi makanan. Hmm… sepertinya tak perlu diragukan lagi kualitasnya, ya? Bila selama Ramadhan atau Idul Fitri, kudapan yang tersaji hanya itu-itu saja, coba sajikan brownies singkong di meja makan Anda sebagai alternatif hidangan hari raya Anda dan keluarga. Anda cukup memesan lewat telepon, email atau langsung datang saja ke kediaman Sri Mutiningsih. Sebaiknya Anda memesan terlebih dahulu, sebab sistem Hannah Cake&Cookies dibuat bila ada pesanan supaya fresh from the oven. Selamat mencoba!

  Hannah Cake&Cookie Jl. Citayam Raya – Gg. Bakti RT 002/02 No.57 Telp. 77216800, 30575161, 081310961612 E-mail : cassavabrownies@yahoo.co.id Produk: brownies singkong, aneka cake, dan aneka kue-kue panggang (seperti nastar, putri salju) Harga : Rp 20.000 hingga kisaran Rp. 100.000 Windu Puspa Ningtyas Foto: WPN Diposkan oleh kebun aren di

   Brownies Singkong, Tahan 12 Hari di Luar Kulkas

  Oleh : Samsul Hadi Selama ini singkong hanya dipandang sebelah mata. Padahal dengan pengolahan yang baik, tepung singkong dapat menjadi pengganti bahan baku tepung terigu, yang harganya semakin mahal. Ketika usaha jalan di tempat, melakukan inovasi produk mungkin lebih efektif untuk mengatasinya, ketimbang mencari peluang bisnis baru. Dan, banyak pelaku usaha melakukan hal itu. Salah satu dari mereka yaitu Sri Murtiningsih, pembuat cake brownies. Pada 2003, Sri, begitu ia biasa disapa, membuat kue bantat berasa legit itu dari tepung terigu. Tetapi, karena para pelaku usaha di produk yang sama sangat banyak, maka usahanya pun maju tidak mundur enggak juga. Untuk mengatasi kondisi ini, sarjana komputer dari Universitas Gunadharma, Jakarta, ini menerima tawaran untuk mengikuti pelatihan membuat makanan dari tepung singkong atau yang biasa disebut mocal (modified cassava flour). Sekadar informasi, pelatihan ini diselenggarakan oleh sebuah lembaga bekerja sama dengan PT Sentrafood, perusahaan distributor tepung singkong.

  Sejak itu atau tepatnya dua tahun lalu, ia beralih dari tepung terigu ke tepung singkong. “Dari segi biaya produksi, tidak terjadi pengurangan yang signifikan. Sebab, saya menggunakan bahan baku tambahan yang berkualitas nomor satu. Tapi, di luar itu semua adalah keunikannya, mengingat hampir semua makanan terbuat dari tepung terigu. Sehingga hal ini memicu peningkatan permintaan hingga 20%. Selain itu, brownies dari tepung singkong rasanya lebih enak,” kata ibu dua anak ini, agak berpromosi.

  Rasa inilah yang menjadi pembeda antara Hanah Cake, demikian label brownies singkong buatan Sri, dengan produk sejenis. “Dengan rasa seperti inilah pembeli yang semula sekadar mencicipi, keesokannya akan membeli tanpa ragu lagi. Pada rasa inilah terletak mutu produk saya, sehingga konsumen tidak perduli lagi dengan harganya. Meski untuk itu saya harus menekan harga serendah mungkin. Melalui rasa ini pulalah saya ingin menciptakan pasar, tidak lagi mengikuti pasar,” ujar Sri, yang saat ini juga sedang membuat cookies (lebaran) dari tepung singkong. Perempuan yang sekarang ditugasi sebagai konsultan pembuatan makanan berbahan tepung singkong ini, membuat dua jenis brownies yaitu kukus dan panggang. Keduanya dibuat dalam tiga ukuran yakni 10 cm x 12 cm, 10 cm x 20 cm, dan 24 cm x 24 cm dengan kisaran harga Rp17 ribu–Rp65 ribu untuk setiap loyangnya. Setiap brownies memiliki topping yang berbeda-beda, tergantung permintaan konsumen, seperti keju parut, cokelat putih, cokelat blog, atau cokelat chips. “Khusus untuk topping keju parut, ada penambahan biaya sekitar Rp3 ribu/loyang,” jelas istri seorang guru SMP (Sekolah Menengah Pertama) ini. Namun, karena modal tidak mencukupi, Sri belum memunyai gerai sehingga hanya menerima pesanan. “Selain itu, dengan cuma melayani pemesanan, saya bermaksud memberikan brownies yang fresh from the oven,” ujar Sri, yang mengalami peningkatan pemesan hingga empat kali lipat setiap menjelang lebaran. Untuk pemesanan, ia menyarankan dua atau tiga hari sebelumnya, meski ia mampu melayani pemesanan mendadak. Untuk tambahan pelayanan, ia juga menyediakan jasa antar (delivery) di sekitar Jakarta–Bekasi dengan biaya minimal Rp10 ribu.

  “Saya juga memilih memasarkan brownies saya melalui berbagai bazar atau pameran daripada menitipkan ke kantin-kantin. Sebab, hasilnya jelas-jelas sangat efektif yaitu mampu menghabiskan 10–12 loyang ukuran kecil,” imbuh wanita Jawa kelahiran Jakarta hampir 38 tahun lalu itu. Di samping itu, ia juga berpromosi melalui internet. Kini Hanah Cake telah tersebar ke Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan Surabaya. Apa sih kelebihan tepung singkong dibandingkan tepung terigu? “Dilihat dari teksturnya, tepung singkong lebih padat sehingga dalam penggunaannya lebih irit. Misalnya, untuk membuat satu adonan kue dibutuhkan 200 gr tepung terigu. Sedangkan dengan tepung singkong hanya diperlukan 150 gr. Di samping itu, tepung singkong memunyai kadar air lebih sedikit sehingga brownies cepat matang saat dikukus, kadar gula lebih tinggi sehingga irit penggunaan gula, rasanya netral sehingga gampang menyerap penambah rasa apa pun, dan harganya lebih murah (tepung terigu dijual dengan harga Rp7 ribu–Rp10 ribu per kilogram, sedangkan tepung singkong Rp5 ribu/kg, red.),” jelasnya.

  Dilihat dari daya tahannya, ia melanjutkan, tepung singkong dapat disimpan hingga setahun sedangkan tepung terigu baru sebulan sudah kutuan. Setelah diolah menjadi brownies, brownies singkong mampu bertahan 12 hari di luar lemari es, sedangkan browines terigu hanya selama seminggu (di dalam kulkas, baik brownies singkong maupun brownies terigu mampu bertahan selama sebulan, red.). Namun, dari segi ketersediaan, ia menambahkan, tepung singkong belum sebanyak tepung terigu. Maklum, pabrik pengolahannya baru ada tiga yaitu di Trenggalek (Jawa Timur), Lampung, dan Karawang (Jawa Barat). Selain itu, sebagian besar tepung singkong yang dihasilkan lebih banyak digunakan untuk memenuhi pasokan berbagai industri makanan di luar Pulau Jawa. Tapi, Sri sendiri sampai sejauh ini tidak pernah kesulitan pasokan. Nah, selamat mencicipi.

  Enam Keunggulan Tepung Singkong Dibandingkan Tepung Terigu: Teksturnya lebih padat sehingga dalam penggunaannya lebih irit. Kadar air lebih sedikit sehingga kue cepat matang saat dikukus. Kadar gula lebih tinggi sehingga irit penggunaan gula atau bahan pemanis lain. Rasanya netral sehingga gampang menyerap penambah rasa apa pun. Harganya lebih murah. Setelah diolah menjadi kue, daya tahannya lebih lama daripada yang terbuat dari tepung terigu. (sumber: Majalah Pengusaha – Peluang Usaha dan Solusinya) Diposkan oleh kebun aren di

  

  Lezatnya Aneka Kue dari Bahan Singkong

  Olahan singkong tak musti hanya menjadi makanan yang tidak menarik, baik secara estetika maupun rasa. Singkong bisa diolah menjadi aneka penganan yang menarik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di rumahnya di kawasan Pancoran, Depok, Jawa Barat, ubi kayu ini bisa diolah menjadi aneka macam penganan jenis cake, brownies, dan aneka cookies atau kue-kue kering yang kaya rasa dengan rupa yang cantik-cantik. Bahkan kue-kue kering “biasa” seperti nastar, putri salju, brownies, dan kastengel bisa dibuat dari bahan singkong dan dinamakan nastar singkong belimbing, putri salju green tea singkong, brownies singkong keju, brownies singkong green tea, kastangel singkong, serta aneka rupa makanan lain.

  Dan semuanya berbahan dasar 100 persen singkong. “Kalau di tempat lain, memang sudah ada yang mengelola brownies dan blondies dari singkong. Tapi itu pun kadarnya 80 persen singkong dan sisanya tetap menggunakan tepung terigu. Kalau di sini semua terbuat dari singkong,” kata Sri yang pernah mendapatkan penghargaan Pangan Award dari Unit Kerja Mandiri (UKM) Departemen Perdagangan RI kategori diversifikasi pangan pada November 2009. Untuk menjadi kue-kue yang lezat dan menarik, singkong harus diolah terlebih dulu menjadi tepung singkong.

  Tepung singkong dibuat dari singkong yang telah direbus dan dijemur, kemudian ditumbuk hingga menjadi tepung. Barulah kemudian tepung singkong ini digunakan sebagai bahan dasar kue-kue, layaknya penggunaan tepung terigu pada pembuatan kue-kue umumnya. “Bukan tepung tapioka loh, tapi tepung singkong,” tandas Sri yang juga pernah meraih penghargaan dari salah satu majalah perempuan sebagai fi - nalis Wanita Wirausaha 2009 ini. Tepung tapioka berasal dari saripati singkong yang telah diparut dan diambil airnya untuk kemudian diendapkan. Endapan inilah yang kemudian menjadi tepung tapioka. Penggunaan tepung tapioka atau yang sering disebut sebagai tepung sagu, atau sebagian masyarakat mengenalnya sebagai tepung kanji ini, sudah cukup dikenal dalam dunia pembuatan kue. Tapi penggunaan tepung singkong untuk pembuatan aneka kue masih belum familiar. Tepung singkong pun masih cukup sulit didapat, sebab jenis tepung ini masih jarang dijual di pasaran. Berbeda dengan tepung tapioka atau bahkan tepung terigu yang sudah biasa ditemui di pasar. “Untuk bahan baku membuat kue ini, saya memperoleh tepung singkongnya dari Trenggalek, Jawa Timur, dan Lampung. Itu pun pesannya harus dari jauh-jauh hari. Telepon sana, telepon sini, kadang tidak ada juga,” kata Sri. Tepung singkong bisa didapat dengan harga 5.000 rupiah per kilogram (kg). Dan ongkos kirimnya bisa mencapai 50.000 rupiah untuk satu karung tepung singkong ukuran 25 kg. Ditambahkan Pasta Menurut Sri, pembuatan kue dan brownies dengan menggunakan tepung singkong pada dasarnya sama dengan pembuatan brownies maupun aneka cookies dengan menggunakan tepung terigu. Hanya saja, dalam prosesnya sedikit membutuhkan ketelatenan dan sedikit merepotkan. Misalnya harus memisahkan putih dan kuning telur ketika proses pengadukan berlangsung. “Kalau brownies ataupun cake tepung terigu, ketika kita mengocok putih telur dan kuning telurnya bisa disatukan, kemudian dimasukkan tepung terigunya. Tapi kalau brownies atau cake dengan tepung singkong, kuning telur dan putih telurnya harus di- mix tersendiri.

  Setelah itu, baru dicampur dengan adonan kuning telur dan tepung terigunya.” Proses terpisah ini sengaja dilakukan mengingat kandungan air dalam tepung singkong lebih tinggi atau lebih banyak dibandingkan dengan kandungan air pada tepung terigu. Jika tepung singkong dan putih telur tidak dipisahkan, maka akan menyebabkan kue menjadi tidak mekar saat dipanggang atau dikukus. “Kuenya jadi mimpes, tidak mekar.

  Kalau dicampurkan terpisah dan pada menit-menit akhir sebelum dipanggang, maka hasilnya akan bagus. Mekar seperti kue dengan bahan baku tepung terigu,” jelasnya. Lalu bagaimana rasa kue-kue dari tepung singkong buatan Sri? Sepintas mungkin tidak ditemukan bedanya dengan yang dibuat dari tepung terigu, sebab tampilan fisiknya memang serupa. Namun jika mencicipi rasanya, beda antara bahan baku tepung terigu dan tepung singkong ini akan cukup terasa. Nastar singkong belimbing terasa lebih kering. “Serat tepung singkong memang lebih kasar dibandingkan dengan tepung terigu. Jadi akan terasa berbeda di lidah,” kata Sri menyakinkan. Membuat kue kering dengan tepung singkong, lanjut Sri, tidak sama dengan kue kering dari tepung terigu, terutama dalam hal komposisi bahan baku yang digunakan. Jika pada kue-kue kering umumnya hanya menggunakan kuning telur saja, maka tidak dengan kue-kue kering dengan bahan dasar tepung singkong. Dalam setiap adonan kue-kue kering dengan tepung singkong harus disertakan putih telur dengan perbandingan minimal separonya. “Misalnya kalau satu adonan membutuhkan tiga butir kuning telur, maka putih telurnya setidaknya adalah satu putih telur. Lumayan juga kan bisa memanfaatkan putih telur daripada dibuang,” tambahnya. Sifat tepung singkong yang tinggi kandungan air ini membuat kue yang dihasilkan akan sangat mempur atau mudah sekali hancur ketika sudah matang. “Jadi dengan putih telur ini sifat kue lebih elastis. Putih telur ini bisa menggantikan peran gulatin pada tepung terigu,” katanya. Agar kue-kue kering dari tepung singkong bisa renyah, Sri menambahkan tepung maizena dalam setiap adonan. Sedangkan untuk mengurangi aroma langu dari tepung singkong, biasanya Sri menambahkan pasta aneka rasa. Harga kue-kue berbahan dasar singkong buatan Sri ini cukup terjangkau. Jenis nastar, kastangel, dan kue-kue kering lainnya harganya antara 25.000 rupiah hingga 55.000 rupiah per toples. Untuk brownies maupun blondies berharga mulai dari 36.000 rupiah. nik/L-4/Jumat, 22 Januari 2010.

  Sumber : http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=43157 Diposkan oleh kebun aren di

  

  Legitnya Usaha Brownies Singkong

  Para penikmat kue tentu sudah mengenal baik brownies. Itu, lo, cake coklat yang bantat atau kenyal, berasa manis dan legit. Makanan ini sempat menjadi santapan terkenal lantaran ada beragam model pengolahannya. Mulai dari brownies oven sampai kukus. Biasanya, brownies memakai bahan baku tepung terigu. Tapi saat harga terigu terus naik seperti sekarang, mulai ada usaha menggunakan tepung singkong sebagai bahan baku utama. Bentuk dan rasanya memang sekilas tak berbeda. Sebagian orang bilang, rasanya beda tipis alias mirip banget dengan brownies terigu. Tapi, biaya pembuatannya jauh lebih irit.

  Salah satu yang pengusaha yang telah mencoba peruntungan brownies singkong adalah Sri Murtiningsih. Sejak Januari lalu, ia membikin brownies berbahan singkong. Sebelumnya, Sri telah melakukan uji coba hampir selama tiga tahun sebelum mendapatkan formula yang pas.