HUBUNGAN KONSUMSI GLUTEN DAN KASEIN DENGAN KEJADIAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS

  Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42, April 2018

  ISSN 2089-0834 (Cetak) Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42 April 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

  ISSN 2549-8134 (Online) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

HUBUNGAN KONSUMSI GLUTEN DAN KASEIN DENGAN KEJADIAN

PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS

1

2 1 Glodia Cattrine , Lodri Parera 2 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat-FK, Universitas Kristen Indonesia Maluku

Program Studi Magister Epidemiologi, Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro

  

Email: glodia@gmail.com; lodri.parera@gmail.com

ABSTRAK

  Perilaku Hiperaktif pada anak autis dapat membahayakan kesehatan anak autis. Sekitar 60% anak autis mempunyai sistem pencernaan yang kurang baik, sehingga beberapa jenis makanan seperti gluten dan kasein tidak dapat dicerna dengan sempurna. Hasil pencernaan yang tidak sempurna dapat merusak fungsi otak. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan pola konsumsi Gluten dan Kasein terhadap perilaku hiperaktif anak autis di Kota Ambon. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-

  

sectional study analitik dengan variabel dependent adalah perilaku hiperaktif anak autis dan variabel

  independent adalah pola konsumsi gluten dan kasein. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dengan jumlah sampel 32 anak. Instrumen atau alat pengambilan data yang digunakan adalah Tabel pengamatan Perilaku dan FFQ (Food Frequency Quistionaire). Penelitian dilakukan selama 1 bulan. Hasil penelitian yang diperoleh hasil uji statistik chisquare dengan nilai signifikan p = 0.001 dimana p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola konsumsi gluten dengan perilaku hiperaktif anak autis dan hasil uji statistik chisquare dengan nilai signifikan p = 0,064 dimana p > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pola konsumsi kasein dengan perilaku hiperaktif anak autis. Saran yaitu mengurangi konsumsi gluten dan kasein bagi anak autis.

  Kata kunci : Autis, Hiperaktif, Gluten, Kasein.

THE CORRELATIONS BETWEEN THE CONSUMPTION OF GLUTEN AND CASEIN ON THE BEHAVIOR OF HYPERACTIVE CHILDREN WITH AUTISM ABSTRACT Hyperactive behavior in children with autism can endanger the health of children with autism

  

Approximately 60% of children with autism have poor digestive system, so some foods such as gluten

and casein can not be digested properly. The result of incomplete dgestion can damage the brain

function. This study aimed to analyze the correlations between the consumption of gluten and casein

on the behavior of hyperactive children with autism in Ambon city. The research design was cross-

sectional analytic study with the dependent variable is the behavior of hyperactive children with

autism and the independent variables are the consumption patterns of gluten and casein. The sampling

technique is total sampling with a sample of 32 children. Instrumen was the observation table

behavior and FFQ (Food Frequency Quistionaire). This study was conducted during one month. The

result obtained with the chi-square statistic, result is significant value p=0,001 < 0,05, it indicates

that there is a correlation between consumption pattern of gluten with the behavior children with autis

and test reuslt with a significant value of p=0,064>0,05, it indicates that there is no correlation

between consumption patterns casein with autism. The suggestions reduce the consumption of gluten

and casein for children with autism.

  Keywords: Autism, Hyperactive, Gluten, Casein.

  Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42, April 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN

  Autisme merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang sangat kompleks sekaligus bervariasi (spektrum) yang mengakibatkan otak tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Perilaku autisme berbeda dengan perilaku normal, utisme menunjukkan perilaku yang berlebihan dan perilaku yang berkekurangan (Hasdianah, 2013).

  Salah satu jenis makanan yang diduga dapat memperberat gejala autisme adalah makanan yang berasal dari protein yaitu gluten dan kasein. Gluten merupakan jenis protein yang banyak terkandung pada gandum dan terigu, sedangkan Kasein merupakan jenis protein yang terdapat pada susu dan produk olahannya. Kedua jenis protein ini sulit dicerna didalam tubuh khusunya pada anak autis karena terjadi kebocoran dinding usus sehingga protein diserap kembali oleh tubuh anak autis, memasuki aliran darah dan diteruskan ke otak dan diubah menjadi morfin yaitu gliadimorphin dan caseomorphin yang dapat merusak sel-sel otak dan menyebabkan fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terganggu adalah fungsi kognitif, fungsi reseptif, konsentrasi dan tingkah laku (Pratiwi., dkk, 2014).

METODE

  Menurut WHO, di Amerika Serikat perbandingan jumlah anak autis dengan yang normal 1:150, sementara di Inggris 1:100. The

  Centre for Desease Control (CDC) telah

  melaporkan 2-6 per 1000 anak-anak mengalami autistik(Hasdianah, 2013). Berdasarkan data dari Badan Penelitian

  Statistik (BPS) sejak 2010 dengan perkiraan

  hingga 2016, terdapat sekitar 140 ribu anak di bawah usia 17 tahun menyandang autisme. Perkembangan autisme di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, di awal 2000-an prevalensinya sekitar 1:1000 kelahiran, penelitian pada 2008 menunjukkan peningkatan hingga 1,68:1000 kelahiran. Dari data pemetaan anak berkebutuhan khusus di Indonesia, diperkirakan terdapat 139.000 anak autisme dari 400.000 anak berkebutuhan khusus (HIMPSI, 2016). Di Maluku jumlah anak autis berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku seksi SLB Tahun 2016 terdapat 46 anak dengan autisme dan yang terbanyak yaitu 32 anak autis di Kota Ambon, sedangkan di Kabupaten Maluku Tengah terdapat 7 anak, di Maluku Barat Daya terdapat 6 anak, dan di Maluku Tenggara Barat terdapat 1 anak. Penelitian ini belum pernah dilakukan di kota Ambon. Berdasarkan masalah diatas pentingnya dilakukan penelitian tentang hubungan pola konsumsi gluten dan kasein terhadap perilaku anak autis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi gluten dan kasein terhadap perilaku anak autis di Kota Ambon.

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studi Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak autis di Sekolah Luar Biasa dan anak autis di Sekolah Dasar di Kota Ambon sebanyak 32 anak Pencuplikan sampel dari populasi dengan teknik exchaustive random sampling. Variabel terikat adalah Perilaku hiperaktif anak autis, sedangkan variabel bebas meliputi pola konsumsi gluten dan kasein Pengolahan dan analisis data dengan program SPSS for windows release

  16.0. Analisis data kuantitatif dilakukan secara univariat, bivariat (uji Chi Square).

HASIL

  Tabel 1 menunjukan jumlah anak autis berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 28 anak (87,5%) lebih banyak daripada anak perempuan yang berjumlah 4 orang (12,5%). Berdasarkan kelompok umur rata-rata berusia 7 sampai 12 tahun dengan jumlah anak 21 dan persentase 65,6%, sedangkan yang berusia 1-6 tahun berjumlah 5 orang (15,6%) dan yang berusia 13-18 tahun berjumlah 6 orang (18,8%). Berdasarkan urutan kelahiran jumlah tertingi pada urutan pertama dengan jumlah 20 anak (62,5%) dan yang paling terendah urutan kelahiran ketiga dengan jumlah 5 anak (15,6%). Berdasarkan status anak dengan gizi kurang berjumlah 3 orang (9,4%), anak dengan status gizi normal berjumlah 27 orang (84,4%), dan yang memiliki status gizi lebih berjumlah 2 orang (6,2%). Berdasarkan perilaku anak autis anak yang hiperaktif berjumlah 22 orang (68,7%) lebih banyak dari pada yang tidak hiperaktif atau Defisit berjumlah 10 orang (31,3%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel

  1

  Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42 April 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

  Wiraswasta Petani

  Tinggi Rendah

  18

  14 56,2 43,8

  Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah ibu dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA/Sederajat yaitu 22 orang (68,8%}, tingkat pendidikan Diploma, Strata 1 dan Strata 2 sebanyak 8 orang (25,0) dan yang terendah adalah tingkat pendidikan SMP berjumlah 2 orang (6,2%). Berdasarkan jenis pekerjaan ibu yang terbanyak adalah tidak bekerja yaitu 23 orang (71,9%), terbanyak ke dua adalah pekerja swasta dengan jumlah 5 orang (15,6%), dan PNS/Pegawai berjumlah 3 orang (9,4%) serta lainnya 1 orang (3,1%).

  Berdasarkanusia ibu saat melahirkan, jumlah ibu saat melahirkan anak dengan autisme terbanyak adalah usia 21-30 tahun dengan jumlah 28 orang (87,5%), dan yang terendah adalah lebih dari 40 tahun dengan jumlah 1 orang (3,1%). Berdasarkan pendapatan keluarga bahwa pendapatan keluarga anak autis per-bulan di Kota Ambon seluruhnya adalah lebih dari 1 juta rupiah per-bulan yaitu 32 orang dengan persentase 100%.

  Tabel 2 Distribusi Frekuensi Keluarga Anak Autis

  Variabel Sub Variabel Frekuensi (f) Presentase (%) Tingkat Pendidikan Ibu Tidak sekolah

  SD SMP SMA D3/S1/S2

  2

  22

  8 6,2

  68,8

  25 Jenis Pekerjaan Ibu Tidak kerja PNS

  Nelayan Swasta

  12 62,5 37,5

  Lainnya

  23

  3

  5

  1 71,9

  9,4 15,6

  3,1 Kelompok Usia Melahirkan

  21-30 31-40

  >40

  28

  3

  1 87,5

  9,4 3,1

  Pendapatan >1 juta/bulan

  Pola Konsumsi Kasein

  20

  39 Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42, April 2018

  2

  ISSN 2089-0834 (Cetak) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

  ISSN 2549-8134 (Online) Tabel 1.

  Distribusi Frekuensi Anak Autis Variabel Sub Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)

  Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

  28

  4 87,5 12,5

  Umur 1-6 7-12

  13-18

  5

  21

  6 15,6 65,5 18,8

  Urutan Kelahiran

  1

  3

  Tinggi Rendah

  20

  7

  5 62,5 21,9 15,6

  Status Gizi Kurang Normal

  Lebih

  3

  27

  2 9,4

  84,4 6,2

  Perilaku Hiperaktif

  Defisit

  22

  10 68,7 31,3

  Pola Konsumsi Gluten

  <1juta/bulan 32 100 Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42, April 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

  Tabel 3. Analisis Bivariat Hubungan antara Variabel Bebas dengan Perilaku Hiperaktif Anak Autis

  Pola Konsumsi Perilaku Hiperaktif

  Jumlah

  Ya pValue Tidak

  f % f % f % Gluten Tinggi 20 62,5 20 62,5 0.001 Rendah 6 18,75 6 18,75 12 37,5 26 81,25

  6 18,75 32 100 Kasein Tinggi 17 53,125 1 3,125 18 56,25 0.064 Rendah 9 28,125

  5 Ya 14 43,75 26 81,25 6 18,75 32 100

  2. Konsumsi kasein dengan Perilaku Anak Autis

PEMBAHASAN

  Gluten merupakan protein yang kurang sempurna (partially complete protein). Dimana protein ini mengandung asam amino esensial yang lengkap, tetapi beberapa diantaranya hanya sedikit. Protein ini tidak dapat menjamin pertumbuhan, tetapi dapat mempertahankan kehidupan jaringan yang sudah ada (Achmad,2010). Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan wawancara dengan responden, setelah mengikuti pendidikan di Sekolah anak terlihat lebih tenang dan tidak lagi melukai orang lain tetapi masih ada yang melukai diri sendiri dan menstimulasi diri. Hal tersebut terjadi seperti penelitian yang dilaksanakan di Kota Bandung Tahun 2012 dimana Ibu yang menerapkan diet gluten pada anak autis, anak tersebut mengalami penurunan gangguan tidur dibandingkan sebelum dilakukan penerapan diet.

  1. Konsumsi Gluten dengan Perilaku Hiperaktif Anak Autis

  Dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan berarti antara konsumsi Kasein dengan perilaku hiperaktif anak autis dengan nilai uji statistik P>0.05. Hal ini terlihat dari perilaku anak yang cenderung tantrum dan sering menstimulasi diri dengan bertepuk- tepuk tangan dan melompat-lompat tanpa sebab. Kasein adalah senyawa protein yang secara alami ditemukan dalam susu sapi. Protein kasein berikatan dengan kalsium fosfat melalui ikatan ester menjadi fosfoprotein (Almatsier, 2001). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dan para guru konsumsi kasein pada anak autis di Kota Ambon lebih rendah dibandingkan pola konsumsi gluten. Hal ini dikarenakan pihak sekolah memberi penekanan kepada para orangtua agar tidak memberikan makanan atau minuman yang mengandung kasein.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola konsumsi gluten dengan perilaku hiperaktif anak autis di Kota Ambon dan tidak terdapat hubungan antara pola konsumsi kasein dengan perilaku hiperaktif anak autis di Kota Ambon

  Saran

  Terkhusus kepada orangtua maupun keluarga anak dengan autisme dapat melaksanakan pola konsumsi yang sehat, aman dan tepat bagi anak-anak autis untuk memperbaiki perilaku hiperaktif anak tersebut.Instansi kesehatan secara khusus perlu melakukan perhatian bahkan melaksanakan program atau terapi

  Dari hasil penelitian ini terdapat hubungan yang sangat berarti antara konsumsi gluten dengan perilaku hiperaktif anak autis dengan nilai uji statistik P<0.05. Hal ini terlihat dari perilaku anak yang cenderung tantrum dan sering menstimulasi diri dengan bertepuk- tepuk tangan dan melompat-lompat tanpa sebab. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria (2009) dengan judul hubungan konsumsi gluten terhadap perilaku hiperaktif pada anak downsyndrom dan hasilnya memang terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi gluten terhadap perilaku hiperaktif.

  Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42 April 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42, April 2018

  ISSN 2089-0834 (Cetak) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

  ISSN 2549-8134 (Online)

  khusus untuk memperbaiki perilaku hiperaktif anak-anak autis dalam bidang kesehatan di Kota Ambon.Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mengkaji lebih luas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hiperaktif anak autis khususnya mengenai pola konsumsi zat pewarna dan zat pengawet makanan pada anak autis.

  Indonesia. (Di akses pada artikel autis

  HIMPSI. (2016). Jumlah Anak Autis di

  Autisme. Diakses pada Jurnal Sari Pediatri, Vol 6, No 1.

  Yogyakarta. Penerbit : Pustaka Pelajar. Ginting, Sri., dkk. (2004). Terapi Diet

  Intisari Psikologi Abnormal Edisi Ke IV.

  Durrand, Mark,. Barlow, David. (2007).

DAFTAR PUSTAKA Achmad, D Sediaoetama. (2010). Ilmu Gizi

  pada Jurnal Hasanuddin University pada tanggal 12 Agustus 2016) Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu

  Autis di Indonesia. (Diakses pada http://

  Yogyakarta. Penerbit : Diva Press. Hasdianah. (2013). Autis Pada Anak

  Pencegahan, Perawatan, dan Pengobatan. Yogyakarta. Penerbit :

  Nuha Medika . Hasinah Hasanatun, Tiesnamurti Bess. (2014).

  Identifikasi Gen k-Kasein untuk seleksi pada sapi perah. Bogor. Diakses pada

  jurnal pusat penelitian dan pengembangan peternakan bogor pada november 2016

  Hembing. (2003). Telah sembuh anakku dari autism. Jakarta. Penerbit : PT Dyatama Milenia. Judarwanto Widodo. (2015). Jumlah Penderita

  Jumlah Penderita Autis Indonesia By The Children Indonesia pada tanggal 10 Oktober 2016)

  klinik.com pada tanggal 12 Agustus 2016)

  Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Disekolah Luar Biasa Bagi Petugas Kesehatan.

  Jakarta. Penerbit: Kemenkes RI. Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pedoman

  Pelayanan Kesehatan Anak Dengan Disabilitas Bagi Tenaga Kesehatan.

  Jakarta. Penerbit : Kemenkes RI. Kessick Rosemary. (2011). Autisme dan Pola

  Makan yang Penting untuk Anda Ketahui. Jakarta. Penerbit : PT

  Gramedia.

  Hani’ah Munnal. (2015). Kisah Inspiratif Anak-anak Autis Berprestasi.

  Jakarta. Penerbit: Dian Rakyat. Adriani, Merryana., Wirjatmadi, Bambang.

  Gizi. Jakarta. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama.

  Penerbit : Yayasan Essentia Medica. Buditianingsih, N. V., Wahini Meda. (2014).

  Amazine. (2016). Fungsi dan Manfaat Protein

  Kasein. (Diakses pada Http//:

  Amazine.Com pada tanggal

  01 September 2016) Barasi, M. (2007). Nutrition at a Glance.

  Penerjemah : Hermin. 2009. At a Glance : Ilmu Gizi. Jakarta. Penerbit : Erlangga. Beck, Mary. (2011). Ilmu Gizi dan Diet

  Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta.

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makanan Remaja (Kasus di Sekolah Kejuruan Negeri 8 Surabaya).

  (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakart. Penerbit : Kencana Media Group.

  (Diakses Pada Ejournal Unesa.ac.id Jurnal Tata Boga vol 3, no 3, 2014 )

  Dep. Gizi. (2011). Gizi dan Kesehatan

  Kukus Tepung Pisang Raja. (Diakses

  Andriani, Dwi. (2012). Studi Pembuatan Bolu

  Kehidupan. Jakarta. Penerbit : Kencana Media Group.

  (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus

  Adriani, Merryana., Wirjatmadi, Bambang.

  Masyarakat. Jakarta. Penerbit : PT Raja Grafindo Persada. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 8 No 1, Hal 37 - 42, April 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

  Kusumayanti Dewi. (2011). Pentingnya Pengaturan Makanan Bagi Anak Autis.

  (Diunduh pada tanggal 6 November 2016 ,

  Biomedik Pada Autisme Fokus Pada Diet Dan Nutrisi. (Di akses pada 16

  Zahra Zulfa, Warsiki Endang. (2014). Aspek

  Hidup Sehat, Dan Bermain),Konsumsi Dan Status Gizi Penderita Autism Spectrum Disorder (ASD). (Diakses September 2016).

  Syafitri Indrya. (2008). Pengasuhan (Makan,

  (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta. Penerbit : EGC.

  Supariasa I D.N, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu.

  Sofia Amilia, (2012). Kepatuhan Orang tua dalam Menerapkan Terapi Diet Gluten Free Casein Free pada Anak Penyandang Autisme di Yayasan Pelita Hafizh dan SLBN Cileunyi Bandung. (Diakses pada jurnal student e-journal unpad, Vol 1, No 1 2012)

  http://www.autis.info/index.php/terapiau tisme/terapi-makanan ).

  03 September 2016 pada umy.ac.id) Soenardji, Soetardjo. (2009. Terapi makanan anak dengan gangguan autisme.

  (Diakses pada Jurnal Gizi Umum Volume 2 Nomor 1 September, 2016)

  Rumi Muhammad. (2016). Gluten. (di akses pada

  gluten free-casein free berbahan dasar umbi sebagai subtitusi tepung terigu bagi anak autis.

  Probosari Riezky, Harlita, Ariani Sri, Ramli Murni. (2015). Potensi aneka tepung

  nutrition collage, volume 3, nomor 1, 2014)

  Hubungan skor frekuensi diet bebas gluten bebas casein dengan skor perilaku autis. (Diakses pada journal of

  Pratiwi Rifmie, Dieny Fillah F. (2014).

  terhadap perilaku hiperaktif pada anak downsyndrom. Skripsi

  Maria. (2009). Hubungan konsumsi gluten

  Oktober 2016, http://moveamura.wordpress.com/diet- nutrisi/).