TUGAS PAPER ANTROPOLOGI PENDIDIKAN “Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan dalam Menciptakan Pendidikan” Oleh : Nurhasana Karunia 1215110578 TEKNOLOGI PENDIDIKAN REGULER 2011 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA KATA PENGANTAR - TUGAS PAPER ANT

TUGAS PAPER ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

  “Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan dalam Menciptakan Pendidikan”

  Oleh : Nurhasana Karunia 1215110578

  TEKNOLOGI PENDIDIKAN REGULER 2011

  

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan izin-Nya kami diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan Paper sebagai Tugas Akhir dari mata kuliah Antropologi Pendidikan yang berjudul “Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan dalam Menciptakan Pendidikan”.

  Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terselesikannya Tugas Paper ini, terutama kepada Bapak Zuhdi selaku Dose Pengampu mata kuliah Antropologi Pendidikan yang telah memberikan pengarahan kepada saya dalam membuat Tugas Paper ini.

  Semoga Paper ini dapat bermanfaat kebagi para pembaca. Namun demikian, saya sangat menyadari bahwa dalam penyajian Paper ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya menerima setiap kritik dan saran dari pembaca dengan tangan terbuka.

  Terima kasih Jakarta, Desember 2012

  Penulis,

  

DAFTAR ISI

  .... 2

  2. Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya ...................................

  6

  1. Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial ...........................

  Sosial ........................................................................................... 6

  C. Proses Evolusi

  .... 5

  3. Proses Enkulturasi ......................................................................................

  ..... 3

  2. Proses Sosialisai .........................................................................................

  1. Proses Internalisasi .....................................................................................

  KATA PENGANTAR ................................................................................................. ............ i DAFTAR ISI ................................................................................................................. ........ ii BAB

  2

  2 B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri .....................................................................

  A. Konsepsi-Konsepsi Khusus mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan

  II PEMBAHASAN ............................................................................................... ......... 2

  BAB

  1 B. Tujuan ................................................................................................. .................. 1

  ..........

  1 A. Latar Belakang .............................................................................................

  I PENDAHULUAN ............................................................................................. ...........

  6

  3. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan ................................................ 7

  D. Proses Difusi ..................................................................................................

  ...... 8

  1. Penyebaran Manusia ......................................................................................8

  2. Penyebaran Unsur-Unsur

  Kebudayaan .......................................................... 8

  E. Akulturasi dan

  Asimilasi ...................................................................................... 9 1. Akulturasi ........................................................................................

  ...............9 2. Asimilasi .......................................................................................... ...............10

  F. Pembauran atau Inovasi .....................................................................................

  10

  1. Inovasi dan Penemuan ...................................................................................

  10

  2. Pendorong Penemuan Baru ...........................................................................

  11

  3. Inovasi dan Evolusi ........................................................................................

  11 BAB

  III PENUTUP ...................................................................................................... ....... 12 Kesimpulan ...............................................................................................

  .................. 12 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling

  “bergaul” atau dengan istilah ilmiah saling “berinterksi” yang mempunyai sarana-prasarana untuk berinteraksi antar warganya untuk belajar dan memperoleh pendidikan. Berbagai macam kategori sosial, golongan sosial, komunitas masyarakat, kelompok suku, perkumpulan golongan, adat-istiadat dan pranata sosial dalam suatu warga negara. Untuk menganalisis secara ilmiah gejala dan kejadian sosial-budaya yang mempengaruhi pndidikan di sekeliling kita diperlukannya dinamika sosial, yaitu konsep-konsep tentang proses- proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi.

  Oleh karena itu dalam Paper ini akan dibahas tentang konsep- konsep khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan, proses kebudayaan sendiri, proses evolusi sosial, proses difusi, akulturasi dan asimilasi, pembauran atau inovasi.

  B.Tujuan

  1. Untuk memahami konsepsi-konsepsi khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan

  2. Memahami bagaimana proses belajar kebudayaan sendiri

  3. Memahami bagaimana proses evolusi sosial

  4. Memahami proses akulturasi dan asimilasi

  5. Memahami bagaimana pembauran dan inovasi kebudayaan

BAB II PEMBAHASAN A.Konsepsi-Konsepsi Khusus mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan Diantara konsep-konsep yang terpenting ada mengenai proses

  belajar kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Ada juga proses perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya dan bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan (cultural evolution). Kemudian ada proses penyebaran kebudayaan secara geograf, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi, yaitu proses difusi (diffusion). Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembauran atau inovasi (innovation), yang berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention). Semua konsep mengenai dinamika masyarakat dan kebudayaan tersebut akan dibahas satu demi satu secara lebih mendalam yang mempengaruhi pendidikan dan perkembangan kepribadian seorang individu di dalam masyarakatnya.

  B.Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

1. Proses Internalisasi

  Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.

  Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi dalam kepribadian individunya, tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada dalam sekitaran alam dan lingkungan sosial maupun budayanya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian seorang bayi saat dilahirkan adalah perasaan puas dan tidak puas. Lingkungan yang berbeda dengan kandungan ibu memberi pengalaman tidak puas yang pertama kepada si individu baru itu. Baru setelah ia dibungkus selimut dan diberi kesempetan untuk menyusu, maka rasa tidak puas itu hilang. Kemudian setiap kali ia terkena pengaruh-pengaruh lingkungan yang menyebabkan rasa tidak puas tadi ia akan menangis, tetapi setiap kali diberi selimut dan susu (yang mendatangkan rasa puas tadi)ia merasa nyaman. Secara sadar si bayi telah belajar untuk tidak hanya mengalami, tetapi juga mengetahui cara mendatangkan rasa puas, yaitu dengan menangis

  Tiap hari dalam hidupnya berlalu, bertambahlah pengalamannya mengenai bermacam-macam perasaan baru, dan belajarlah ia merasakan kegembiraan, kebahagiaan, simpati, cinta,benci, keamanan, harga diri, kebenaran, perasaan bersalah, dosa, malu dan sebagainya. Selain perasaan-perasaan tersebut, juga berbagai macam hasrat, seperti hasrat untuk mempertahankan hidup, bergaul, meniru, tahu, berbakti, keindahan, dipelajarinya melalui proses internalisasi menjadi bagian kepribadian individu dan pendidikan tahap awal.

2. Proses Sosialisasi

  Menurut Macionis, Pengalaman social sepanjang hidup yang memungkinkan seseorang mengembangkan potensi kemanusiannya dan mempelajari pola-pola kebudayaan

  Proses sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.

  Kita dapat mengerti cara menyelami dan mencoba mencapai pengertian tentang suatu kebudayaan dengan belajar dari jalannya proses sosialisasi baku yang lazim dialami oleh sebagian individu dalam kebudayaan bersangkutan. Itulah sebabnya proses sosialisasi merupakan suatu proses yang sudah sejak lama mendapat perhatian besar dan banyak ahli antopologi sosial.

  Sebagai ilistrasi dari suatu proses sosialisasi, berikut ini sebuah contoh dari pengalaman-pengalaman seorang bayi sorang bayi Indonesia dalam suatu keluarga golongan pegawai tinggi di kota. Dari permulaan hidupnya si bayi sudah harus mengahadapi beberapa individu dalam lingkungan masyarakat yang kecil, ialah ibunya, seorang bidan atau juru rawat yang membantu ibunya semenjak ia lahir hingga ia berumur kira-kira seminggu, ibu dari ibunya dan ayahnya. Dalam kontak dengan keempat orang tadi ia mengalami tingkah laku mereka yang berdasarkan perhatian dan cinta. Kemudian ia juga belajar kebiasaannya yang pertama, ialah makan dan tidur pada saat-saat yang tetap. Tidak lama kemudian ia mendapat perhatian dari kakak-kakaknya yang biasanya berjumlah banyak, dan dari beberapa saudara tua lain yang menumpang pada orang tuanya, dan sering kali juga seorang wanita pembantu rumah tangga yang mempunyai tugas khsusu untuk memeliharanya. Dalam golongan-golongan lain masyarakat Indonesia atau banyak masyarakat lain, tokoh wanita seperti yang tersebut terakhir biasanya tidak ada. Selama tumbuhnya pada tahun-tahun pertama, kedua dan ketiga dari hidupnya, dengan susah payah dan disertai banyak konfik, seorang anak harus menyesuaikan segala keinginan dirinya sendiri dengan tokoh-tokoh tadi. Hubungannya dengan lingkungan sosialnya menjadi lebih intensif bila ia mengembangkan bahasanya sehingga ia dapat menguraikan isi hatinya denga lebih jelas dan dapat lebih mudah menerima maksud dan pendirian individu-individu lain.

  Selama masa kanak-kanak tersebut ia juga berkenalan dengan tokoh-tokoh lain, yakni para paman dan bibinya, para tetangga serta kenalan-kenalan ayah-ibunya, dan karena rumah di Indonesia sering mempunyai halaman luas, maka dengan bermain- main bersama anak tetangganya di halaman ia mengalami suatu proses sosialisasi yang luas. Dalam hal itu misalnya seorang anak belajar mengenai arti dari umur dalam berbagai macam peranan sosial. kakak-kakak dan teman-temannya yang lebih tua sering kali dimenangkan atau mempunyai berbagai hak yang lebih banyak, sering kali juga ia dipaksa mengikuti kemauan individu-individu lain sekitarnya yang lebih tua, dengan berbagai macam ancaman.suatu bentuk ancaman yang khas agar anak-anak menurut, carnya menaku-nakuti dengan makhluk-makhluk yang mengerikan, seperti momok, hantu dan sebagainya. Cara memaksa supaya seorang anak menurut seperti itu tidak terdapat misalnya dalam masyarakat di Amerika, dimana paksaan terhadapa anak-anak dilakukan dengan cara-cara lain.

  Ketika seorang anak mulai sekolah, ia mulai belajar mengenai perbedaan antara jenis kelamin pria dan wanita. Menginjak usia remaj, hasrat birahinya mulai berkembang. Untuk itu ia harus belajar menyesuaikan diri dengan segala aturan kebudayaan, adat- istiadat yang ada dimasyarakat. Demikian pula atuan-aturan itu dapat kita teliti dan analisis pengaruhnya pada para individu, dan untuk selanjutnya dapat kita ikuti dengan teliti segala situasi sekita individu-individulain dalam lingkungan sosialnya, serta unsur-unsur kebudayaan yang lazim mempengaruhi diri orang Indonesia dalam golongan pegawai yang hidup dalam masyarakat kota.

  Prose sosialisasi dalam golongan-golongan sosial yang lain (dalam lingkungan sosial dari berbagai suku bangsa d iIndonesia atau dalam lingkungan sosial bangsa-bangsa lain di dunia) dapat menunjukkan proses sosialisasi yang sangat berbeda. Misalnya, bayi yang diasuh dalam keluarga kaum buruh dalam kota-kota industri besar di Amerika Serikat akan menghadapi individu-individu yang lain daripada bayi dalam contoh di atas tadi. Tokoh ayah dalam keluarga kaum buruh di Amerika misalnya tidak begitu penting dalam proses sosialisasi pertama dari bayi, karena ayah sudah berangkat ke pabrik pagi-pagi sebelum si bayi bangun, sedangkan siang hari ia tidak pulang untuk makan, dan baru kembali pada malam hari saat si bayi sudah akan tidur. Hanya pada hari sabtu dan minggu bayi mengalami pengaruh kehadiran ayahnya.

  Demikianlah para individu dalam masyarakat yang berbeda akan mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula karena proses sosialisasi banyak ditemukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Anak akan mendapatkan pengalaman dan pelajaan yang pertama dari adat-istiadat pengasuhannya, titingkah laku seks yang lazim dilakukan dalam suatu masyarakat, riwayat hidup secara detail dari beberapa individu dalam suatu masyarakat.

3. Proses Enkulturasi

  Istilah yang sesuai untuk kata “enkulturasi” adalah “pembudayaan” (dalam bahasa Inggris institutionalization). Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya untuk mendapatkan pendidikan yang terdapat dalam lingkungan masyarakatnya.

  Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu masyarakat, mula-mula dari orang-orang didalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-teman bermainnya. Sering kali anak belajar dan mendapatkan pendidikan perasaan dan nilai buday pemberi motivasi akan tindakan meniru itu telah di internalisasikan dalam kepribadiannya. Dengan berkali- kalimeniru maka tindakannya menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya “dibudayakan”. Norma juga ia pelajari dengan mendengar berbagai orang dalam lingkungan pergaulannya pada saat-saat yang berbeda-beda, dan juga mendapatkan dari sekolah formal melalui mata pelajaran ilmu kewarganegaraan dan sebagainya.

  C.Proses Evolusi Sosial

  4. Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial

  Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan yang tampak besar saja (macroscopic). Proses evolusi sosial-budaya yang dianalisis secara detail akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap masyarakat di dunia yang disebut “proses-proses berulang” (recurrent processes). Dan proses-proses evolusi sosial- budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh hanya akan menampakkan kepada peneliti perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang disebut sebagai “proses- proses menentukan arah” (directional processes).

  5. Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya

  Tindakan individu warga masyarakat yang menyimpang dari adat-istiadat umum dapat banyak terjadi dan dapat sering berulang dalam kehidupan sehari-harinya. Sikap individu yang hidup dalam banyak masyarakat akan mengingat keperluan diri sendirinya, dengan demikian ia sedapat mungkin akan mencoba menghindari adat atau aturan yang tidak cocok dengan keperluan pribadinya. Diseluruh dunia tidak ada suatu masyarakat yang semua warganya seratus persen taat kepada adat untuk selamanya. Justru keadaan- keadaan yang menyimpang dari adat sangat penting artinya, karena penyimpangan tersebut merupakan pangkal dari proses-proses perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya.

  Tentu saja masyarakat pada umumnya tidak membiarkan begitu saja penyimpangan-penyimpangan adat yang terjadi, ada alat-alat pengendalian masyarakat yang mengurangi penyimpangan adat. Namun apabila penyimpangan-penyimpangan tadi terjadi berulang-ulang sehingga masyarakat tidak dapat mempertahankan adatnya lagi, maka masyarakat terpaksa memberi konsekuensinya dan adat serta aturan diubah sesuai dengan desakan keperluan- keperluan baru dari individu-individu dalam masyarakat tersebut.

  Sebagai contoh, adat Minangkabau mewajibkan seorang pria yang telah meninggal harus mewariskan harta miliknya kepada keponakannya. Namun ada seorang pria yang tidak melakukan adat tersebut justru mewariskan kepada anaknya sendiri, ia diadukan kepala adat namun setaah penyimpangan tersebut terjadi berulang- ulang dengan melihat kepuasan dan keperluan masyarakatnya adat tersebut diubah menjadi harta yang dikembangkan oleh sanak saudara diwariskan kepada keponkan sedangkan harta yang dihasilkan dari usaha sendiri diwariskan keoada anaknya sendiri.

6. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan

  Evolusi masyarakat dan kebudayaan yang dipandang seolah- olah dari jarak yang jauh (misalnya beberapa ribu tahun), maka akan tampak perubahan-perubahan besar yang seolah-ola bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan dan pedidikan yang terlihat juga sangat jauh berbeda dari masyarakat

D. Proses Difusi

  1. Penyebaran Manusia

  Ilmu pleoantropologi telah memperkirakan bahwa makhluk manusia pertama hidup di daerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Sedangkan sekarang makhluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi dalam segala macam lingkungan iklim. Hal itu hanya dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai proses penyesuaian atau adaptasi fsik dan sosila budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus ribu tahun lamanya sejak zaman purba.

  Ada hal-hal yang menyebabkan migrasi yang lambat dan otomatis, ada pula peristiwa-peristiwa yang menyebabkan migrasi yang cepat dan mendadak seperti bencana alam, wabah, perubahan mata pencarian hidup, peperangan, dan juga peristiwa-peristiwa khusus yang semua telah tercatat dalam sejarah.

  2. Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan

  Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok- kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaanke seluruh penjuru dunia yang disebut pross difusi (diffusion).

  Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya di muka bumi oleh kelompok-kelompok manusia yang berimigrasi. Penyebaran unsur- unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi oleh karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali.

  Bentuk difusi yang lain adalah penyebaran unsur- unsurkebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu kelompok tetangga, dan dapat berlangsung dengan berbagai cara. Cara yang pertama adalah hubungan dimana bentuk dan kebudayaan itu masing-masing hampir tidak berubah, yaitu hubungan symbotic, yaitu hanya dengan aktivitas sehari-hari yang bersamaan saja tanpa ada proses saling mempengaruhi dan masing-masing kebudayaan tidak berubah.

  Cara lain adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena perdagangan, tetapi dengan akibat yang lebih jauh daripada

  symbotic, unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para

  pedagang masuk kedalam kebudayaan penerima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan yang disebut penetration pacifiue, pemasukan secara damai.

  Adapula pemasukan secara tidak damai, yaitu pada bentuk hubungan yang disebabkan karena peperangan dan serangan penaklukkan yang merupakan titik permulaan dari proses masuknya unsur-unsur kebudayaan asing. Lanjutan dari penaklukkan adalah penjajahan dan mulailah proses akulturasi.

E. Akulturasi dan Asimilasi

1. Akuturasi

  Akulturasi ialah konsep mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, lama kelamaan diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kebudayaan sendiri. Terdapat lima masalah-masalah mengenai akulturasi :

  a. Mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat. b. Mengenai unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, dan sukar diterima masyarakat.

  c. Mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan yang tidak mudah diganti atau diuabah oleh unsur- unsur kebudayaan asing.

  d. Mengenai individu-individu yang suka dan cepat menerima dan yang sukar atau lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing.

  e. Mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.

2. Asimilasi

  Asimilasi (assimilation) adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan-kebudayaan tadi masing- masing berubah sifatnya yang khas dan juga berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

  Biasanya, golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Golongan-golongan minoritas mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dan menyesuaikan dengan kebudayaan dari golongan mayoritas. Sehingga hilangnya kebudayaan minoritas dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. Ada beberapa faktor penghambat terjadinya proses asimilasi yaitu, kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi, sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan lain, perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.

F. Pembauran atau Inovasi

1. Inovasi dan Penemuan

  Inovasi adalah suatu proses pembaruan dan penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanyasistem produksi menghasilkan produk-produk baru.

  Proses inovasi sudah tentu sangat erat kaitannya dengan penemuan baru dalam teknologi. Suatu penemuan biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.

  Proses discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, suatu ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.

2. Pendorong Penemuan Baru

  Beberapa faktor pendorong individu untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru : a. Kesadaran para inividu akan kekurangan dalam kebudayaan

  b. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan

  c. Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat Suatu krisis masyarakat sering juga merupakan suatu masa timbulnya banyak penemuan baru, yaitu mereka menentang keadaan, tidak merasa puas dengan keadanaan dan mereka sadar akan kekurangan-kekurangan disekelilingnya.

  Usaha untuk mencari dan menciptakan penemuan baru sering juga terdorong oleh sisitem perangsang yang ada dalam masyarakat. Seperti, orang yang menciptakan penemuan baru akan diberi ganjaran berupa kehormatan dari umum, kedudukan yang tinggi, dan sebagainya.

3. Inovasi dan Evolusi

  Suatu penemuan baru harus dilihat dalam kebudayaan tempat penemuan tadi terjadi. Hal ini disebabkan karena suatu penemuan baru jarang merupakan suatu perubahan mendadak dan keadaan tidak ada, menjadi ada. Suatu penemuan baru biasanya berupa rangkaian panjang, dimulai dari penemuan-penemuan kecil yang secara akumulatif diciptakan oleh sederet pencipta-pencipta. Dengan demikian proses inovasi yaitu proses pembaruan teknologi ekonomi dan lanjutannya yang juga merupakan suatu proses evolusi. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi individu-individu itu bersifat aktif, sedangkan dalam proses evolusi individu-individu itu pasif, bahkan sering bersifat negatif. Karena kegiatan dan usaha individu itulah, maka suatu inovasi memang merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang lebih cepat (artinya lebih cepat kelihatan daripada suatu proses evolusi kebudayaan).

BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa dari

  berbagai gejala-gejala dan masalah-masalah kebudayaan dalam masyarakat hingga adanya pemecahan/solusi yang menyebabkan terjadinya evolusi dan inovasi kebudayaan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat itu sendiri. Sehingga dapat menutupi segala kekurangan-kekurangan mereka dan mencukupi segala keperluan- keperluan mereka. Sampai dengan saat ini kebudayaan-kebudayaan masyarakat masih berevolusi untuk mengikuti perkembangan zaman dan keperluan masyarakat yang beragam yang akan menjadikan masyarakat tersebut berpendidikan tanpa menghilangkan kebudayaan-kebudayaan masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

  • 2009, Jakarta

  Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta,