PENANGANAN MASALAH PEKERJA ANAK MELALUI PEMBERDAYAAN ORGANISASI LOKAL “FORUM PEDULI ANAK” DI KELURAHAN CIBEUREUM KOTA CIMAHI
PENANGANAN MASALAH PEKERJA ANAK MELALUI PEMBERDAYAAN ORGANISASI LOKAL “FORUM PEDULI ANAK” DI KELURAHAN CIBEUREUM KOTA CIMAHI
Oleh:
1 Nada Kusuma 2 ; Santoso Tri Raharjo
1. Mahasiswa Program Magister Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran
2. Staf Pengajar pada Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran
Email : [email protected]; [email protected]
ABSTRACT
This study aims to understand the process of empowerment of the FPA agencies in addressing the issue of child labor in Sub Cibeureum. The method used is a qualitative research method through descriptive research. Sources of primary data in this study are participants comprising officials FPA and child labor. while secondary data sources consist of documents FPA activity, some community leaders and some parents of child labor. Data collected through documentary studies, in-depth interviews, focus groups and participant observation. Collected data checked for validity through the extension of participation, persistence observation, trianguasi, checking the adequacy of their colleagues and references. Data which has proven its validity and then tested kualitatif.Hasil showed that the cause of child labor in Sub Cibeureum caused, among other things: poverty experienced by parents, their culture and tradition that sees the child to do the work as a form of devotion to the parents, and the availability of easy job accessible without the need for specific requirements. Child labor underpinning the establishment of the institution FPA by the community leaders. FPA institutions intended to address problems faced by child labor. In the implementation of the FPA agencies remains a bottleneck, caused by the lack of competence of the management in conducting the study groups and the lack of ability to access resources. These conditions give rise to the need to empower these institutions. Empowerment of FPA agencies conducted through reorganization and restructuring management. FPA successful empowerment activities to improve the ability of these institutions, so aim to conduct the study groups for working children can be reached.
Keywords: Child Labour, Empowerment, Child Care Forum
Kajian ini bertujuan untuk memahami proses pemberdayaan terhadap lembaga FPA dalam menangani masalah pekerja anak di Kelurahan Cibeureum. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif melalui jenis penelitian deskriptif. Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan partisipan yang terdiri dari para pengurus FPA dan pekerja anak. sedangkan sumber data sekunder terdiri dari dokumen kegiatan FPA, beberapa tokoh masyarakat dan beberapa orang tua dari pekerja anak. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus dan observasi partisipatif. Data yang terkumpul selanjutnya dicek keabsahannya melalui perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianguasi, pengecekan sejawat dan kecukupan referensi. Data yang telah teruji keabsahannya kemudian diuji secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab pekerja anak di Kelurahan Cibeureum disebabkan antara lain : kemiskinan yang dialami orangtua, adanya budaya dan tradisi yang memandang anak wajib melakukan pekerjaan sebagai bentuk pengabdian kepada orangtua, dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab pekerja anak di Kelurahan Cibeureum disebabkan antara lain : kemiskinan yang dialami orangtua, adanya budaya dan tradisi yang memandang anak wajib melakukan pekerjaan sebagai bentuk pengabdian kepada orangtua, dan
Lembaga FPA dimaksudkan untuk menangani masalah yang dihadapi pekerja anak. Dalam pelaksanaannya lembaga FPA masih mengalami hambatan, yang disebabkan oleh kurangnya kompetensi pengurus dalam menyelenggarakan kegiatan kelompok belajar dan kurangnya kemampuan dalam mengakses sumber. Kondisi ini menimbulkan adanya kebutuhan untuk memberdayakan lembaga tersebut.
Pemberdayaan terhadap lembaga FPA dilakukan melalui reorganisasi dan restrukturisasi kepengurusan. Kegiatan pemberdayaan terhadap FPA berhasil meningkatkan kemampuan lembaga tersebut, sehingga tujuannya untuk melaksanakan kegiatan kelompok belajar bagi pekerja anak dapat tercapai.
Kata Kunci : Pekerja Anak, Pemberdayaan, Forum Peduli Anak
PENDAHULUAN
(Pasal 6). Hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui atas kelangsungan
Esensi community based development hidup dan perkembangannya harus dijamin. memposisikan masyarakat sebagai subyek Penghargaan terhadap pendapat anak (Pasal pembangunan, sehingga mereka lebih 12). Pendapat anak terutama yang menyangkut bertanggungjawab
untuk
mendukung,
dapat mempengaruhi memelihara, dan meningkatkan hasil –hasil kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pembangunan secara berkesinambungan untuk
hal-hal
yang
pengambilan keputusan.
kemaslahatan mereka bersama. Konvensi Hak Anak tersebut diratifikasi oleh
Sebagai bagian dari masyarakat bangsa, anak pemerintah Indonesia dalam Keppres No. 36 juga memiliki hak yang berguna dalam tahun 1990. Dalam Keppres tersebut menjamin
pertumbuhan
dan
dinyatakan bahwa anak memiliki hak-hak perkembangannya. Pengakuan terhadap hak antara lain: hak untuk hidup layak, hak untuk anak secara internasional dilakukan oleh berkembang, hak untuk dilindungi, hak untuk Perserikatan Bangsa-bangsa melalui suatu berperan serta, hak untuk menolak menjadi konvensi pada tahun 1989. Prinsip-prinsip pekerja anak, dan hak untuk memperoleh yang dianut dalam Konvensi Hak Anak adalah pendidikan. Keppres ini kemudian menjadi : Non Diskriminasi (Pasal 2). Semua hak anak salah satu dasar dari Undang-undang Nomor yang diakui dan terkandung dalam KHA harus
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, diberlakukan kepada setiap anak tanpa seperti dijabarkan mulai dari pasa 4 sampai pembedaan apapun. Kepentingan terbaik
dengan pasal 18.
untuk anak (Pasal 3). Semua tindakan yang menyangkut anak, pertimbangan utamanya
Dubowitz (2000:11) menyebutkan bahwa adalah apa yang terbaik untuk anak.
kebutuhan dasar anak meliputi : makanan yang Kelangsungan hidup dan perkembangan anak
memadai, pakaian, perumahan, perawatan memadai, pakaian, perumahan, perawatan
pengawasan,
perlindungan dari lingkungan yang berbahaya, perawat asuhan, kasih sayang, dukungan, dan cinta. Sedangkan Hurlock (1993:107), menyampaikan kebutuhan anak pada umumnya sebagai berikut : Kebutuhan fisik, Kebutuhan Emosional, Kebutuhan Intelektual
Dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dapat meningkatkan self-reliance yang dibutuhkan demi akselerasi program -program pembangunan (Bryant C. & White, L. G., 1987).
Pemberdayaan pada lembaga Forum Peduli Anak (FPA) dilakukan untuk meningkatkan keberdayaan pada dimensi interpersonal dan politik. Hal ini disebabkan pada kedua dimensi itu lembaga Forum Peduli Anak (FPA) kurang berdaya, sehingga tujuannya belum dapat dicapai. Peningkatan keberdayaan dimensi interpersonal dan politik dari lembaga FPA setelah melalui proses pemberdayaan, dapat membantu lembaga tersebut untuk mencapai tujuannya yaitu menyelenggarakan kegiatan kelompok belajar bagi pekerja anak.
Pekerja anak merupakan salah satu fenomena permasalahan sosial yang dialami oleh anak. Fenomena ini awalnya kurang dianggap sebagai suatu permasalahan sosial karena terkait dengan budaya di beberapa tempat tertentu bahwa melibatkan anak dalam pekerjaan merupakan pembelajaran untuk memberikan bekal ketrampilan yang berguna
bagi masa depan anak. Dengan tidak bermaksud untuk masuk dalam perdebatan tersebut, tinjauan konseptual dan teoritis ini akan menyoroti penyebab dan akibat dari pekerja anak, keterkaitan beberapa teori dalam memahami penyebab pekerja anak, dan akhirnya mengulas penanganan masalah pekerja anak.
Permasalahan yang dihadapi oleh para pekerja anak di Kelurahan Cibeureum bukan hanya rendahnya tingkat pendidikan yang disebabkan oleh putus sekolah, tetapi juga beberapa masalah lain yang dapat berdampak pada proses tumbuh kembang anak. Para pekerja anak ini juga rentan mengalami eksploitasi secara ekonomi dari keluarga mereka, dan beberapa bentuk perlakuan kasar di tempat mereka bekerja. Perlakuan kasar tersebut biasanya mereka terima dari rekan kerja yang lebih dewasa, sebagai bentuk dari adanya persaingan dalam melakukan pekerjaannya.
Kebijakan internasional dalam penanganan pekerja anak adalah dengan memberikan batasan usia pada anak untuk boleh mengerjakan jenis pekerjaan tertentu. Selain itu juga melarang anak-anak untuk bekerja pada sektor-sektor yang berbahaya atau jenis pekerjaan yang terburuk bagi anak. Sebagai jalan keluarnya, setiap negara yang meratifikasi aturan tersebut diwajibkan untuk menjamin
setiap anak memperoleh kebutuhannya. Berbagai program pemerintah untuk menjamin agar setiap anak dapat tetap bersekolah dan tidak menjadi pekerja anak, setiap anak memperoleh kebutuhannya. Berbagai program pemerintah untuk menjamin agar setiap anak dapat tetap bersekolah dan tidak menjadi pekerja anak,
tokoh masyarakat yang memiliki kepedulian bersekolah. Anak-anak ini menyatakan bahwa
terhadap nasib dan masa depan anak di mereka dan orangtuanya tetap tidak mampu
Kelurahan Cibeureum. Tujuan dibentuknya membayar biaya sekolah yang masih mahal.
organisasi lokal ini adalah untuk menjamin Mereka masih memilih untuk tetap bekerja
terpenuhinya kebutuhan anak terutama karena dapat menghasilkan uang. Anak-anak
kebutuhan pendidikan, pemanfaatan waktu ini bekerja pada lingkungan kerja yang tidak
luang yang positif untuk menunjang sehat karena penuh dengan polusi, dan
perkembangannya, dan melindungi anak dari cenderung berbahaya karena resiko kecelakaan
perlakuan salah dan diskriminatif. lalu-lintas yang cukup tinggi. Selain resiko
Kondisi ini menunjukkan adanya dukungan fisik yang mungkin dialami oleh anak, mereka
dari masyarakat terhadap rencana kegiatan. juga masih harus menanggung resiko
Hal ini setidaknya dapat dilihat dengan adanya rendahnya pengetahuan dan terbatasnya
antusiasme anak untuk mengikuti kegiatan keterampilan sebagai akibat dari rendahnya
kelompok belajar. Namun demikian tergambar tingkat pendidikan.
juga adanya kendala yang dihadapi oleh Forum Istilah pekerja anak merupakan suatu istilah
Peduli Anak dalam pelaksanaan kegiatannya. yang seringkali menimbulkan perdebatan,
Kendala tersebut apabila tidak segera diatasi meskipun sama-sama digunakan untuk
akan berdampak kontra produktif terhadap menggantikan istilah buruh anak. Departemen
pencapaian tujuan forum itu sendiri. Hal inilah Tenaga Kerja dan Transmigrasi menggunakan
yang kemudian menarik perhatian peneliti istilah anak-anak yang terpaksa bekerja. Biro
untuk memahami secara lebih mendalam Pusat Statistik menggunakan istilah anak-anak
tentang kegiatan Organisasi Lokal Forum yang aktif secara ekonomi. Namun demikian
Peduli Anak. Tujuan penelitian ini definisi Pekerja Anak yang dapat diterima
menggambarkan penanganan pekerja anak secara umum adalah definisi yang disampaikan
melalui organisasi lokal Forum Peduli Anak di oleh ILO / IPEC. Menurut ILO / IPEC pekerja
Kelurahan Cibeureum Kecamatan Cimahi anak adalah anak yang bekerja pada semua
Selatan Kota Cimahi
jenis pekerjaan yang membahayakan atau
mengganggu fisik, mental, intelektual dan
TINJAUAN PUSTAKA
moral.
Pengertian Anak
Kondisi yang dialami oleh pekerja anak ini menarik perhatian para tokoh masyarakat
Anak merupakan bagian dari rentang setempat. Kondisi organisasi lokal Forum
kehidupan manusia yang berbeda dengan masa kehidupan manusia yang berbeda dengan masa
b. Kepentingan terbaik untuk anak (Pasal 3). disesuaikan dengan kepentingan masing-
Semua tindakan yang menyangkut anak, pertimbangan utamanya adalah apa yang
masing pihak yang mendefinisikannya.
terbaik untuk anak.
Pembatasan usia
c. Kelangsungan hidup dan perkembangan membedakannya dengan usia dewasa seperti
anak (Pasal 6). Hak hidup yang melekat disampaikan dalam Undang-Undang No. 23
pada diri setiap anak harus diakui atas kelangsungan
hidup dan tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
perkembangannya harus dijamin. Undang-undang tersebut merupakan ratifikasi
d. Penghargaan terhadap pendapat anak dari Konvensi Hak Anak, yang menyatakan
(Pasal 12). Pendapat anak terutama yang bahwa : “Anak adalah setiap orang yang belum
hal-hal yang dapat berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk
menyangkut
mempengaruhi kehidupannya, perlu anak yang masih dalam kandungan”. Batasan diperhatikan dalam setiap pengambilan
keputusan.
usia anak menurut UU No. 23/2002 ini Konvensi Hak Anak tersebut diratifikasi oleh
merupakan penyempurnaan dari batasan yang pemerintah Indonesia dalam Keppres No. 36
diatur dalam UU No. 4 tahun 1979 tentang tahun 1990. Dalam Keppres tersebut
Kesejahteraan Anak. Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa anak memiliki hak-hak
mendefinisikan anak sebagai seseorang yang antara lain: hak untuk hidup layak, hak untuk
belum berusia 21 tahun dan belum menikah. berkembang, hak untuk dilindungi, hak untuk
berperan serta, hak untuk menolak menjadi
Hak dan Kewajiban Anak
pekerja anak, dan hak untuk memperoleh Sebagai bagian dari masyarakat bangsa, anak
pendidikan. Keppres ini kemudian menjadi juga memiliki hak yang berguna dalam
salah satu dasar dari Undang-undang Nomor menjamin
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, perkembangannya. Pengakuan terhadap hak
pertumbuhan
dan
seperti dijabarkan mulai dari pasa 4 sampai anak secara internasional dilakukan oleh
dengan pasal 18.
Perserikatan Bangsa-bangsa melalui suatu Selain itu menurut UU No. 23/2002 pasal 19, konvensi pada tahun 1989. Prinsip-prinsip
setiap anak memiliki kewajiban untuk : yang dianut dalam Konvensi Hak Anak adalah
menghormati orangtua, wali dan guru, :
mencintai
masyarakat dan menyayangi teman, mencintai tanah air,
keluarga,
a. Non Diskriminasi (Pasal 2). Semua hak bangsa dan negara, menunaikan ibadah sesuai anak yang diakui dan terkandung dalam
dengan ajaran agamanya, dan melaksanakan KHA harus diberlakukan kepada setiap
etika dan akhlak yang mulia. anak tanpa pembedaan apapun.
Tugas Perkembangan Anak
keterampilan dasar dalam membaca, menulis
berhitung; belajar Tugas
mengembangkan konsep sehari-hari; merupakan suatu tugas yang muncul pada
mengembangkan kata hati; belajar periode tertentu dalam rentang kehidupan
memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi; mengembangkan sikap yang
individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil positif terhadap kelompok sosial dan
dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan lembaga-lembaga. (Yusuf, 2004: 69-71) kesuksesan dalam menuntaskan tugas
c. Tugas perkembangan pada masa remaja berikutnya; sementara apabila gagal, maka
menurut William Kay meliputi: menerima akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya;
mencapai kemandirian individu yang bersangkutan, menimbulkan
emosional dari orangtua atau figur-figur penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
mempunyai otoritas; dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya
yang
mengembangkan ketrampilan komunikasi (Havighurst, 1961; dalam Yusuf, 2004:65)
interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara
Berdasarkan pandangan tersebut, maka tugas
individual
maupun kelompok; menemukan manusia model yang
perkembangan anak dapat dikelompokkan dijadikan identitasnya; menerima dirinya sebagai berikut :
sendiri dan memiliki kepercayaan
a. Tugas perkembangan pada usia bayi dan
kemampuannya sendiri; kanak-kanak (0-6 tahun), meliputi :
terhadap
memperkuat self-control (kemampuan belajar berjalan; belajar memakan
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, makanan padat; belajar berbicara; belajar
prinsip-prinsip atau falsafah hidup buang air kecil dan air besar; belajar
(weltanschauung); mampu meninggalkan mengenal perbedaan jenis kelamin;
penyesuaian diri mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis;
reaksi
dan
kekanak-kanakan. membentuk konsep-konsep sederhana
(sikap/perilaku)
(Yusuf, 2004: 72-73). kenyataan sosial dan alam; belajar
Menurut Havighurst (1961) dalam Yusuf mengadakan hubungan emosional dengan
(2004: 74-93) tugas perkembangan pada masa orangtua, saudara dan orang lain; belajar
mengadakan hubungan baik dan buruk. remaja meliputi : mencapai hubungan yang (Yusuf, 2004: 66-68)
lebih matang dengan teman sebaya; mencapai
b. Tugas perkembagan pada masa sekolah peran sosial sebagai pria atau wanita; (6-12 tahun) meliputi : belajar
menerima keadaan fisik dan menggunakannya memperoleh keterampilan fisik untuk
secara efektif; mencapai kemandirian melakukan
permainan;
belajar
membentuk sikap yang sehat terhadap emosional dari orangtua dan orang dewasa dirinya sendiri sebagai makhluk biologis;
lainnya; mencapai jaminan kemandirian belajar bergaul dengan teman-teman
ekonomi; memilih dan mempersiapkan karier sebaya; belajar memainkan peranan sesuai
dengan jenis kelaminnya; belajar (pekerjaan); mempersiapkan pernikahan dan dengan jenis kelaminnya; belajar (pekerjaan); mempersiapkan pernikahan dan
mengembangkan
Kebutuhan fisik
keterampilan intelektual dan konsep-konsep Dalam hal ini seorang anak memerlukan yang diperlukan bagi warga negara; mencapai
perawatan untuk kesehatan, kebutuhan akan tingkah laku yang bertanggung jawab secara
pakaian, pangan, perumahan dan lain-lain. sosial; memperoleh seperangkat nilai dan
Kebutuhan emosional
sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku; beriman dan bertaqwa
Anak memerlukan kasih sayang yang cukup kepada Tuhan Yang Maha Esa.
untuk
mendukung
kestabilan emosi,
perkembangan
kepribadiannya serta
merangsang kreatifitas anak.
Kebutuhan Anak
Kebutuhan intelektual
Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya Anak membutuhkan pengetahuan untuk tidak terlepas dari beragam kebutuhan baik
pengetahuan dan fisik, mental, emosional yang semuanya itu
mengembangkan
intelektualnya, maka pengetahuan tentang cara merupakan alat dan sarana untuk mencapai bergaul dengan orang lain akan mudah keberfungsiannya secara utuh. Prasyarat utama
dipahami anak.
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal adalah terpenuhinya kebutuhan
Kebutuhan anak pada dasarnya tidak dapat dasar anak yang meliputi kebutuhan
disama ratakan, karena mengikuti pada tahap psikologis, kasih sayang, pendidikan,
perkembangan anak. Pemenuhan kebutuhan pemeliharaan
anak akan berdampak pada pertumbuhan fisik, terhadap segala diskriminasi dan perlakuan
kesehatan,
perlindungan
perkembangan intelektual, mental dan sosial. salah, serta kesempatan untuk menyuarakan
Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan anak pendapatnya dalam berbagai keputusan yang
akan membawa dampak yang negatif pada diri menyangkut nasib dirinya.
anak pada fase perkembangan selanjutnya. Anak yang menemui kegagalan dalam
Dubowitz (2000:11) menyebutkan bahwa pemenuhan kebutuhannya akan mudah
kebutuhan dasar anak meliputi : makanan yang mengalami kegagalan dalam penyesuaian diri.
memadai, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan,
Kebutuhan anak secara spesifik akan berbeda- perlindungan dari lingkungan yang berbahaya,
pendidikan,
pengawasan,
beda sesuai dengan tahapan perkembangan perawat asuhan, kasih sayang, dukungan, dan
anak. Papalia (2001: 14-16) membagi tahapan cinta. Sedangkan Hurlock (1993:107),
perkembangan dalam delapan tahapan, yang menyampaikan kebutuhan anak pada
secara umum diterima oleh masyarakat umumnya sebagai berikut :
industri barat. Delapan tahapan tersebut industri barat. Delapan tahapan tersebut
Pada masa bayi, kebutuhan anak lebih ditekankan pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, perhatian dan kasih sayang terutama dari orangtua atau pengasuhnya. Pada masa kanak- kanak awal, anak lebih banyak membutuhkan perhatian sehingga mampu mengembangkan kontrol dirinya. Pada masa kanak-kanak akhir, seorang anak lebih banyak membutuhkan bergaul dengan teman sebayanya. Dengan demikian anak dapat mulai mempelajari perilaku yang sesuai dengan lingkungannya.
Pada masa remaja,
anak
mulai
mengembangkan kosep dirinya untuk mencari identitas diri. Dalam masa ini anak tidak hanya membutuhkan pendidikan yang memadai, tetapi juga kasih sayang dan perhatian dari orangtua agar anak tidak salah dalam mengembangkan konsep dirinya. Disamping itu dukungan emosional dari peer group juga sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan kedekatan remaja dengan peer group-nya dari pada dengan orangtuanya sendiri.
Permasalahan Anak
Berbagai permasalahan yang seringkali dihadapi anak, biasanya muncul sebagai hasil
interaksi antara anak dengan orang yang lebih dewasa dalam lingkungan sosialnya (Hill dan Tisdall: 1997:16). Permasalahan yang dihadapi oleh anak dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu child neglect dan child abuse, kedua permasalahan tersebut dapat dikatakan sebagai child maltreatment (perlakuan salah terhadap anak). Perlakuan salah terhadap anak dapat dikategorikan dalam empat jenis yaitu, perlakuan salah secara fisik (physical abuse), perlakuan salah secara emosional (emotional abuse / psychological maltreatment), penelantaran anak (child neglect), dan perlakuan salah secara seksual (sexual abuse) (Dubois, 2005:373).
Physical abuse didefinisikan sebagai sebuah tindakan yang berakibat pada luka-luka secara fisik atau yang bersiko dapat menyebabkan luka (Dubowitz, 2000:15). Sedangkan Zastrow (2004) dan Dubois (2005) mendefinisikannya sebagai luka-luka yang bukan berasal dari kecelakaan melainkan sebagai suatu akibat dari tindakan membahayakan yang biasanya dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (orangtua, teman yang lebih dewasa, pengasuh, saudara). Tindakan tersebut dapat berupa pukulan, tendangan, dibakar, atau gigitan.
Emotional abuse adalah perilaku orangtua atau pengasuh yang secara sadar dilakukan sehingga merugikan anak secara emosional. Zastrow (2004:175) menyebutkan bahwa emotional abuse and emotional neglect merupakan dua tindakan yang termasuk dalam Emotional abuse adalah perilaku orangtua atau pengasuh yang secara sadar dilakukan sehingga merugikan anak secara emosional. Zastrow (2004:175) menyebutkan bahwa emotional abuse and emotional neglect merupakan dua tindakan yang termasuk dalam
neglect) dan eksploitasi (child exploitation), meliput: penolakan, pengisolasian, teror atau
Anak yang berada dalam kondisi darurat, Anak tindakan yang menimbulkan kengerian,
yang diperdagangkan (child traficking), Anak pengabaian, dan penyalahgunaan.
yang terlibat kriminalitas atau berkonflik dengan hukum , Anak yang terlibat dalam
Child neglect
merupakan
tindakan
produksi dan perdagangan obat terlarang, penelantaran yang dilakukan dalam bentuk
termasuk anak korban penyalahgunaan tidak memenuhi kebutuhan dasar anak untuk
NAPZA, Anak korban HIV/AIDS, Anak mencapai kesehatan dan keselamatan. Lebih
korban diskriminasi sosial. lanjut Dubois (2005:373) menjelaskan bahwa
yang termasuk dalam penelantaran anak Sejalan dengan beberapa pengertian tersebut, meliputi penelantaran secara fisik (pengabaian
akhir-akhir ini mulai banyak dijumpai adanya terhadap pelayanan kesehatan), penelantaran
fenomena anak-anak yang bekerja atau pendidikan (pengabaian terhadap anak
terpaksa bekerja. Anak-anak yang bekerja sehingga tidak dapat bersekolah), dan
dipandang sebagai media pembelajaran kepada penelantaran secara emosional (pengabaian
anak untuk mempersiapkan masa depanya. terhadap pemenuhan kebutuhan kasih sayang).
Dalam batasan ini bukanlah merupakan suatu masalah karena kebutuhan anak masih dapat
Sexual abuse seringkali berupa tindakan terpenuhi. Anak masih dapat memperoleh
seksual terhadap seorang anak dimana anak
kesempatan bermain dan tersebut tidak menghendakinya, biasanya
pendidikan,
bersosialisasi dengan teman sebayanya. dilakukan
menggunakan kekuatan, ancaman dengan Adapun anak yang terpaksa bekerja atau tindakan kekerasan. Sexual abuse dapat berupa
bahkan mungkin dipekerjakan, merupakan sodomi, porngrafi anak, berbagai bentuk
bentuk eksploitasi terhadap anak. Dalam hal kegiatan seksual yang pada dasarnya belum
ini anak tidak dapat terpenuhi beberapa dipahami oleh anak, merayu, dan persetubuhan
lain kebutuhan baik dengan orang lain maupun dengan
kebutuhannya
antara
kesempatan bermain, bersosialisasi dengan saudara sekandung (Zastrow 2004:177,
teman sebaya dan kebutuhan untuk Dubois 2005:373). Menurut
memperoleh pendidikan. Dengan demikian (2005:161) beberapa permasalahan anak yang
Suharto
anak tidak hanya menjadi korban eksploitasi termasuk dalam kategoti perlakuan salah
tetapi juga mengalami penelantaran. terhadap anak meliputi:
METODE PENELITIAN
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Pekerja anak yang ada di Kelurahan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
Cibeureum bekerja sebagai kusir delman kualitatif merupakan penelitian yang dilandasi
(keretek) dan pedagang keliling. Delman merupakan salah satu alat transportasi
oleh paradigma post-positifistik yang dilakukan untuk memperoleh penjelasan
tradisional yang masih banyak digunakan oleh mengenai penyebab munculnya suatu
warga Kelurahan Cibeureum. Meskipun belakangan ini sempat terjadi polemik
fenomena dengan mengumpulkan data berupa kata-kata. Lokasi Penelitian Penelitian ini
berkaitan dengan polusi dari kotoran kuda dilakukan di Kelurahan Cibeureum Kecamatan
yang dihasilkan, bekerja sebagai kusir delman Cimahi Selatan Kota Cimahi. Pemilihan lokasi
masih menjadi pilihan yang cukup ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di
menjanjikan bagi sebagian masyarakat. wilayah tersebut ditemukan adanya pekerja
Delman mulai beroperasi di wilayah anak. Mereka bekerja sebagai kusir delman
Kelurahan Cibeureum pada dekade 1970- 1980an. Pemanfaatan delman sebagai alat
(dalam bahasa setempat disebut keretek), dan menjadi pedagang keliling.
transportasi mencapai puncaknya pada tahun 1990an. Pada tahun tersebut anak-anak mulai
Pengumpulan data dalam penelitian ini ikut- ikutan menjadi ‘kenek’ dari kusir delman. dilakukan melalui penggunaan teknik-teknik
Kegiatan inilah yang mengawali keterlibatan pengumpulan data sebagai berikut : Studi anak dalam aktifitas sebagai kusir delman. dokumentasi, dilakukan terhadap sumber data
Gambaran mengenai karakteristik anak yang sekunder untuk mendapatkan informasi
pelengkap mengenai permasalahan penelitian. bekerja sebagai kusir delman di Kelurahan Dokumen yang digunakan berasal dari laporan
Cibeureum dapat diketahui dari beberapa kegiatan dan dokumen-dokumen pendataan
aspek berikut ini: Usia Berdasarkan hasil terhadap pekerja anak. Wawancara mendalam
partisipatif dan wawancara kepada informan.
observasi
mendalam dengan pekerja anak di tempat pangkalan delman, peneliti menemukan
adanya 22 anak yang bekerja sebagai kusir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mereka berusia antara 11 tahun sampai 17 tahun, dengan usia terbanyak adalah 14 tahun
Profil Pekerja Anak
(8 orang anak). Mereka mulai menjadi kusir Fenomena pekerja anak akhir-akhir ini ramai
antara usia 7 tahun sampai 13 tahun, dengan menjadi bahan pembicaraan di masyarakat,
usia terbanyak adalah 10 tahun (9 orang anak). karena kesadaran akan pentingnya posisi anak
Usia dimana seorang anak mulai melakukan Usia dimana seorang anak mulai melakukan
orang diantaranya memiliki 3 orang saudara tempuh.
dalam keluarga. Berdasarkan kedudukannya kegiatannya sebagai kusir pada usia 8 tahun,
dalam keluarga, 8 dari 22 orang anak yang memiliki kecenderungan untuk lebih cepat
menjadi kusir adalah anak pertama dengan putus sekolah. Biasanya anak-anak ini
jenis kelamin laki-laki.
pendidikan tertingginya hanyalah tamat SD. Informasi diatas menjelaskan bahwa pada anak
Pada anak yang memulai kegiatannya sebagai pertama dan berjenis kelamin laki-laki, turut
kusir pada usia diatas 8 tahun atau mendekati
memegang
peranan
penting dalam
10 tahun, kecenderungan putus sekolahnya
keluarga. Bekerja dan agak lambat. Mereka bisa mencapai
perekonomian
memperoleh uang bagi mereka menjadi hal pendidikan tertingginya sampai dengan tamat
yang lebih penting, dari pada bersekolah yang SMP. Status pendidikan kusir anak terdiri dari
justru membutuhkan biaya besar. Bekerja bagi masih sekolah dan putus sekolah. Mereka yang
anak-anak ini tidak sekedar untuk mencari masih sekolah berjumlah 6 orang, dengan
kesenangan, tetapi juga sebagai bentuk rincian 4 orang bersekolah di SD, 2 orang di
pengabdian mereka pada orangtua. Informasi SMP (kelas 2 dan 3). Mereka yang putus
ini peneliti peroleh pada saat menyaksikan sekolah berjumlah 16 orang, dengan rincian 1
seorang kusir anak yang menyerahkan orang putus sekolah SMA, 1 orang putus
penghasilannya kepada orangtua mereka. sekolah SMP, 9 orang lulus SD dan 5 orang
tidak tamat SD. Tingkat pendidikan tertinggi
Pandangan Terhadap Pekerjaan Yang
dari para kusir anak ini hanyalah lulus SMP.
Dilakukan
Meskipun ada yang berhasil melanjutkan ke jenjang SMA, namun akhirnya harus berhenti
Anak-anak yang menjadi kusir memandang juga setelah memasuki semester kedua.
pekerjaan yang mereka lakukan sebagai Sedangkan rata-rata pendidikan kusir anak
aktifitas bermain yang mendatangkan uang. yang lainnya adalah tidak tamat SD dan tidak
Hal ini memicu munculnya rasa senang pada tamat SMP. Tingkat pendidikan para kusir
anak terhadap aktifitasnya tersebut. Pandangan anak selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8
ini terutama dimiliki oleh anak-anak warga tentang karakteristik kusir anak. Status Dalam
setempat. Berbeda dengan anak dari warga Keluarga Jumlah anggota keluarga yang
setempat, anak warga pendatang memandang dimiliki oleh para pekerja anak sangat
pekerjaan yang mereka lakukan sebagai bentuk bervariasi, mulai dari 2 bersaudara sampai
terhadap orangtua. dengan 10 bersaudara dalam satu keluarga.
pengabdian
anak
Pengabdian ini akan sangat terasa terutama Pengabdian ini akan sangat terasa terutama
khusus yang letaknya berdekatan dengan kondisi
kandang kuda (dalam istilah lokal tempat penghasilan yang sangat kecil.
tinggal ini disebut kampus). Perbedaan pandangan terhadap pekerjaan yang
Jalur yang menjadi trayek delman ini meliputi dilakukan ini mempengaruhi perilaku anak
jalan raya dengan kondisi jalan sebagian besar sehari-hari. Anak yang menganggap bekerja
rusak, dengan panjang jalan maksimal kurang sebagai bentuk pengabdian, cenderung
lebih 7 Km. Jalur ini melintasi kawasan melakukan aktifitasnya dengan sangat serius
industri dan beberapa kawasan pemukiman dan mengatur penggunaan penghasilan dengan
yang merupakan wilayah RW 15, 16, 17, 18, sangat baik. Sedangkan anak yang
27, 30 dan RW 08 Kelurahan Cigugur tengah. menganggap bekerja sebagai aktifitas bermain,
Kepemilikan delman paling banyak berasal menunjukkan kecenderungan yang sebaliknya.
dari warga RW. 16. Di wilayah ini pula paling mudah ditemukan anak-anak yang menjadi
Delman yang digunakan oleh para pekerja kusir, meskipun mereka tidak semuanya
anak ini status kepemilikannya sangat merupakan warga setempat.
bervariasi. Dari 22 anak yang menjadi kusir, 8 orang
Penggunaan waktu bekerja bagi para kusir merupakan milik orangtua, yang kemudian
delman anak tidak sama antara mereka yang dikelola oleh anak-anak mereka sebagai usaha
masih sekolah dan yang sudah tidak menambah pendapatan keluarga. Ada pula
bersekolah. Pekerja anak yang masih sekolah delman yang disewa dari para juragan dengan
menggunakan waktu bekerja setelah pulang sistim setoran. Mereka juga berjumlah 8 orang.
sekolah. Biasanya mulai dari jam 2 siang Selain itu ada 6 orang anak yang merupakan
sampai jam 7 malam (5 jam dalam sehari). “kusir
Anak-anak yang sudah tidak bersekolah penghasilan berdasarkan sistim bagi hasi.
menggunakan waktu bekerja relatif lebih panjang, mereka mulai bekerja dari jam 8 pagi
Para kusir anak yang bekerja di Kelurahan sampai jam 8 malam (12 jam dalam sehari).
Cibeureum tidak hanya anak dari warga setempat, tetapi juga warga pendatang yang
Permasalahan yang dihadapi oleh kusir delman berasal dari Kelurahan Cigugur Tengah,
adalah putus sekolah dan eksploitasi secara Melong, Utama, Kabupaten Bandung, Garut
ekonomi. Adanya masalah putus sekolah dan Tasikmalaya. Tempat tinggal para kusir
yang dialami oleh para kusir anak disebabkan pendatang ini mengikuti para juragan yang
oleh beberapa faktor antara lain: ekonomi dan memiliki delman, dengan sistem sewa.
pengaruh lingkungan setempat yang kurang pengaruh lingkungan setempat yang kurang
pekerjaan yang dilakukan oleh anak pendidikan bagi anak. Para pekerja anak ini
positif
terhadap
merupakan kegiatan mengisi waktu luang dan sebenarnya masih memiliki minat atau
mencari uang untuk keperluannya sendiri. keinginan untuk bersekolah, meskipun minat
Sementara pada keluarga yang kondisi tersebut sangat kecil dan tidak sebesar
ekonominya pas-pasan dan anak yang bekerja motivasi mereka untuk mendapatkan uang
sebagai tulang punggung keluarga, maka hal
itu merupakan bentuk tanggung jawab anak jam sekolah anak-anak ini lebih banyak berada
dengan bekerja sebagai kusir. Pada hari dan
terhadap keluarganya.
di pangkalan delman dari pada mengikuti Lingkungan tempat dimana anak melakukan
kegiatan belajar di sekolah. aktivitas pekerjaannya, menganggap kusir
Masalah lain yang dirasakan oleh mereka anak merupakan saingan bagi mereka. adalah
Anggapan ini berakibat pada munculnya mengalami eksploitasi secara ekonomi.
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Penghasilan yang mereka peroleh dari bekerja
kusir anak di tempat mereka bekerja. Kadang- sepanjang hari hasilnya semua harus disetor
kadang para kusir anak ini menerima kepada orang tuanya. Aktivitas bekerja yang
perlakuan kasar pada saat bersaing mencari dilakukan sangat menyita waktu (lihat tabel 6
penumpang.
dan 7 tentang pola pemanfaatan waktu),
sehingga mereka kurang memiliki waktu untuk belajar dan bermain. Hal ini akan berdampak
Pemanfaatan pelayanan Lembaga FPA
pada kurangnya minat untuk sekolah dan minat Lembaga “Forum Peduli Anak” adalah belajar. Kondisi kusir anak yang berada pada
kelompok yang terbentuk dari adanya aspirasi tahap perkembangan dimana anak seharusnya
masyarakat untuk memberikan pelayanan masih dalam tahap belajar dan bermain, tetapi
terhadap pekerja anak dan anak putus sekolah waktu yang dimiliki harus digunakan untuk
di Kelurahan Cibeureum. Para kusir anak bekerja. Dengan banyaknya waktu yang
memperoleh informasi mengenai adanya digunakan
lembaga FPA dari pamflet yang dipasang di ketertarikan anak ke sekolah mulai berkurang.
tempat-tempat umum, dan adanya kegiatan Anak mulai malas untuk pergi bersekolah dan
sosialisasi dan motivasi yang dilakukan oleh lebih memilih bekerja menjadi kusir.
peneliti.
Perlakuan dan penerimaan lingkungan Pelayanan yang diberikan oleh lembaga FPA keluarga terhadap aktivitas pekerja anak tidak
berupa penyelenggaraan pendidikan non sama.
formal dalam bentuk kegiatan kelompok menginginkan anaknya sekolah menganggap
Pada keluarga
yang
masih masih
mencari nafkah, dan kurangnya motivasi anak dimanfaatkan oleh anak putus sekolah.
untuk belajar, merupakan beberapa penyebab Kegiatan kelompok belajar dimulai dengan
adanya pekerja anak di wilayah tersebut. melakukan sosialisasi kepada sasaran
Situasi tersebut menyebabkan tidak dapat kegiatan.
terpenuhinya kebutuhan pendidikan bagi anak. Pelayanan lembaga FPA belum dapat
Penanganan masalah pekerja anak oleh dimanfaatkan oleh para pekerja anak.
lembaga FPA diutamakan untuk memenuhi Lembaga tersebut baru dapat melakukan
kebutuhan pendidikan bagi anak. Rencana ini sosialisasi kegiatan kepada 22 orang kusir
kebijakan utama anak. Sedangkan kegiatan kelompok belajar
disesuaikan
dengan
anak, yaitu belum dapat dimanfaatkan karena kegiatannya
penanganan
pekerja
mengembalikan para pekerja anak ke dunia belum berjalan.
pendidikan. Selain itu pilihan rencana didasarkan pada pertimbangan bahwa
Sosialisasi terhadap kusir anak dilakukan pendidikan merupakan salah satu bekal hidup
untuk memberikan informasi tentang rencana terbaik bagi masa depan anak. Untuk
kegiatan kelompok belajar. Rencana tersebut memahami penanganan masalah pekerja anak
disambut gembira oleh anak dan mereka yang sudah dilakukan oleh lembaga FPA,
menyatakan kesediaannya untuk mengikuti peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan
kegiatan. Anak-anak tersebut mengharapkan yang mereka lakukan, sebagai berikut:
kegiatan kelompok belajar yang dilakukan Penanganan masalah pekerja anak yang sudah
tidak mengganggu aktifitas mereka dalam dilakukan oleh lembaga FPA meliputi :
bekerja. Sasaran penyuluhan adalah para orangtua yang
memiliki pekerja anak dan anak putus sekolah,
Penanganan Masalah Pekerja Anak oleh
para juragan delman dan tokoh masyarakat.
Lembaga “Forum Peduli Anak”
Penyuluhan ini bertujuan untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat tentang pentingnya
Fenomena pekerja anak di Kelurahan pendidikan bagi masa depan anak. Kegiatan
Cibeureum merupakan permasalahan sosial penyuluhan dilakukan melalui tatap muka dan
yang muncul karena beberapa faktor. penyebarluasan pamflet. Penyuluhan melalui
Rendahnya dukungan keluarga kepada anak tatap muka dilakukan sebanyak 2 kali, dengan untuk
mengangkat materi tentang pekerja anak dan memperoleh uang dengan menjadi kusir,
hak-hak anak. Metode yang digunakan adalah pemberian penghargaan sebagai anak yang hak-hak anak. Metode yang digunakan adalah pemberian penghargaan sebagai anak yang
wilayah kantong pekerja anak dan anak putus sekolah mendapat reaksi positif. Para pekerja
Penyuluhan tentang hak-hak anak dan dampak bekerja bagi anak berhasil mempengaruhi pola
anak dan anak putus sekolah merespon adanya pikir peserta tentang pekerja anak. Setelah
pamflet tersebut dengan menghubungi Ketua mengikuti penyuluhan mereka memahami
RT setempat, dan menyatakan keinginannya pentingnya pemenuhan hak-hak anak dan
resiko yang akan ditanggung oleh pekerja anak untuk kembali bersekolah. Mereka bersedia pada masa dewasanya.
mengikuti kegiatan kelompok belajar asalkan Akan tetapi kegiatan ini belum diikuti oleh
tidak memerlukan biaya yang cukup besar. para juragan delman dan seluruh orangtua
Kegiatan sosialisasi dan motivasi kepada para yang memiliki pekerja anak, sehingga
pekerja anak dilakukan melalui suatu acara pemahaman tersebut hanya dimiliki oleh
“ngaliwet” (istilah lokal yang menunjukkan sebagian orang. Kondisi ini mendorong
kegiatan masak dan makan bersama) pada dilaksanakannya suatu bentuk penyuluhan
malam hari. Pemilihan waktu ini dengan yang lebih mudah menjangkau semua lapisan
pertimbangan mereka sudah beristirahat dari masyarakat, sehingga mereka memahami
aktifitas kerja. Pada kegiatan “ngaliwet” ini pentingnya pemenuhan hak anak dan resiko
peneliti menyampaikan informasi tentang yang akan dialami pekerja anak pada masa
rencana dilakukannya kegiatan kelompok dewasanya.
belajar, dan meminta tanggapan mereka tentang rencana tersebut. Disamping itu
peneliti juga memotivasi mereka dengan Penyebarluasan pamflet yang berisi tentang
menyampaikan kondisi mereka saat ini bila pekerja anak dan hak anak, dilakukan sebagai
dikaitkan dengan harapan atau cita-cita masa upaya penyebarluasan informasi untuk
depan mereka.
mempengaruhi opini masyarakat. Kegiatan ini Sosialisasi kepada para pekerja anak
merupakan pelengkap dari penyuluhan, karena disamping bertujuan untuk menyampaikan
lebih mudah menjangkau banyak pihak. informasi tentang rencana kegiatan kelompok
Pemasangan pamflet dilakukan secara merata belajar, juga bertujuan untuk mengetahui
di beberapa RW dengan prioritas wilayah yang minat mereka terhadap pendidikan. Dengan
menjadi kantong pekerja anak dan anak putus demikian dapat diperoleh umpan balik bagi
sekolah. Pelaksanaan
kegiatannya
FPA untuk merancang bentuk kegiatan belajar berkoordinasi dengan para Ketua RW dan RT.
yang menarik bagi para calon warga belajar. Hal ini dilakukan untuk menjamin ketepatan
Informasi tersebut juga peneliti manfaatkan sasaran.
untuk menentukan titik masuk dalam untuk menentukan titik masuk dalam
Kegiatan ini berhasil memperoleh informasi tentang minat anak untuk kembali bersekolah dan model pendidikan yang mereka inginkan. Meskipun tidak semua pekerja anak yang mengikuti kegiatan menyatakan bersedia kembali sekolah, namun hampir semua dari mereka menyatakan bersedia mengikuti kegiatan kelompok belajar asalkan tidak menghalangi pekerjaan mereka. Persyaratan tersebut disampaikan karena bekerja bagi mereka sangat penting. Kondisi keluarga yang kurang mampu yang menyebabkan keluarga tersebut tidak dapat memenuhi beberapa kebutuhan dasar anak, menjadi alasan utama mereka menjadi pekerja anak. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan belajar yang mereka inginkan adalah pada saat mereka selesai bekerja.
Kegiatan yang sudah dilaksanakan tersebut kemudian dinilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Selain itu juga dilihat partisipasi mereka dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan penilaian tersebut diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Akan tetapi dari aspek partisipasi para pengurus mengakui bahwa partisipasi mereka masih kurang. Mereka masih sangat tergantung pada peneliti
penyuluhan, demikian pula dengan pembuatan pamflet. Kondisi ini diakui oleh para pengurus sebagai suatu kelemahan yang mereka alami.
Kelemahan yang dialami oleh pengurus FPA disebabkan oleh kurangnya kompetensi mereka dalam menyelenggarakan kegiatan kelompok belajar. Selain itu mereka juga mengalami kesulitan dalam mengakses sumber. Kesulitan ini terjadi karena terbatasnya pengetahuan mereka tentang sumber yang dapat diakses, dan kurangnya keterampilan mereka dalam mengakses sumber-sumber yang dibutuhkan. Kelemahan inilah yang kemudian melatarbelakangi perlunya pemberdayaan terhadap lembaga FPA.
Pemberdayaan FPA dilakukan dalam bentuk mengganti kepengurusan dengan melibatkan anggota masyarakat yang memiliki potensi dalam kegiatan pendidikan. Penempatan orang-orang yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan kegiatan kelompok belajar ini tidak hanya memicu dukungan dari masyarakat setempat, tetapi juga mendorong adanya dukungan dari dunia usaha dalam pelaksanaan kegiatan. Hal ini berdampak pada kemampuan FPA untuk menjalankan fungsinya sehingga kegiatan kelompok belajar dapat dilaksanakan.
Keberhasilan pemberdayaan lembaga FPA tidak serta merta berdampak pada menurunnya jumlah pekerja anak. Namun demikian, setidaknya FPA sudah berhasil memulai kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi pekerja anak. Keberhasilan FPA menjalankan kegiatannya menunjukkan adanya kemampuan masyarakat Kelurahan Cibeureum untuk menangani masalah pekerja memenuhi kebutuhan pendidikan bagi pekerja anak. Keberhasilan FPA menjalankan kegiatannya menunjukkan adanya kemampuan masyarakat Kelurahan Cibeureum untuk menangani masalah pekerja
bahwa dalam konsep pemberdayaan tidak Cimahi untuk kesinambungan kegiatan,
hanya berkaitan dengan pemberian daya atau sehingga tujuan mengembalikan pekerja anak
kekuasaan, melainkan juga menyediakan ke dunia pendidikan akan dapat tercapai.
sumber-sumber yang dapat diakses oleh klien dalam rangka menentukan masa depannya
sendiri. Agar klien dapat menentukan masa
Pemberdayaaan Bagi Pekerja Anak
depannya sendiri maka diperlukan upaya Pembahasan
penumbuhan kesadaran dari mereka yang tidak mencakup dua hal utama yaitu adanya
mengenai
pemberdayaan
berdaya. Penumbuhan kesadaran ini ditujukan kelompok yang berdaya dan yang tidak
agar mereka yang tidak berdaya sadar bahwa berdaya.
merekapun mempunyai kekuatan untuk disampaikan oleh Paul (1987) dalam Prijono
Pengertian
pemberdayaan
menentukan keputusan dan tindakan yang akan (1996:63)
mereka lakukan untuk masa depan yang “Pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan
menyebutkan
bahwa:
mereka inginkan.
yang adil sehingga meningkatkan kesadaran Hal ini sesuai dengan pendefinisian politis dan kekuasan kelompok yang lemah
pemberdayaan yang disampaikan oleh serta memperbesar pengaruh mereka terhadap
Gutiérrez dalam DuBois (2005:25) yang proses dan hasil- hasil pembangunan”.
menyatakan bahwa : “Empowerment is the process of increasing personal, interpersonal,
Hassenfeld dalam Dubois dan Milley or political power so that individuals, families, (1992:227)
memberikan
batasan
and communities can take action to improve their
Definisi tersebut pemberdayaan
menjelaskan bahwa pemberdayaan pada “Empowerment is process through which clien
dasarnya merupakan proses peningkatan obtain resources -personal, organizational,
kekuatan personal, interpersonal dan politik sehingga individu, keluarga dan komunitas
community- that enable them to gain greater dapat bertindak untuk memperbaiki situasinya.
control over their environmental and to attain their aspirations”. (Pemberdayaan merupakan Pemberdayaan pada lembaga FPA dilakukan
untuk meningkatkan keberdayaan pada suatu proses dimana klien memperoleh
dimensi interpersonal dan politik. Hal ini sumber-sumber, baik secara personal,
disebabkan pada kedua dimensi itu lembaga organisasi, maupun kemasyarakatan, yang
FPA kurang berdaya, sehingga tujuannya memungkinkan
belum dapat dicapai. Peningkatan keberdayaan melakukan kontrol yang lebih besar terhadap
dimensi interpersonal dan politik dari lembaga lingkungan dan menyampaikan aspirasinya).
FPA setelah melalui proses pemberdayaan, dapat membantu lembaga tersebut untuk FPA setelah melalui proses pemberdayaan, dapat membantu lembaga tersebut untuk
terus menerus dan timbal balik. Permasalahan sosial dalam pandangan ekologi
Perspektif yang Melandasi Penanganan
terjadi karena tiga hal yaitu : perubahan dalam
Kesejahteraan Sosial Anak dalam Hal
kehidupan, tekanan lingkungan dan proses
Pekerja Anak
interpersonal. Berdasarkan perspektif ekologi
Perspektif Ekologi
praktek pekerjaan sosial bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas orang-orang dalam
Istilah ekologi merupakan istilah yang beradaptasi dengan lingkungannya. Tujuan
dipinjam dari ilmu biologi. Istilah tersebut tersebut dicapai melalui mengembangkan
menunjukkan adanya hubungan antara organisme dengan lingkungan fisik maupun
keterampilan pekerja anak untuk menjalankan fungsinya secara lebih efektif.
biologis. Dalam konteks pekerjaan sosial istilah ekologi menggambarkan adanya hubungan antara manusia dengan lingkungan
Strengths Perspektif
sosialnya. Hubungan tersebut berpengaruh Sheafor dan Horesjsi (2003) menjelaskan terhadap kemampuan manusia untuk berfungsi bahwa perspektif kekuatan (strengths sosial (Hilahan, Wilcox, Spearly,& Campbell perspective ) merupakan perspektif dalam dalam DuBois, 2005). pekerjaan sosial yang bertujuan untuk
pekerja sosial model dalam pekerjaan sosial yang
Perspektif ekologi mendasari munculnya life
menjamin
bahwa
memperhatikan kekuatan-kekuatan pekerja disampaikan
anak. Perspektif ini menekankan bahwa untuk (DuBois, 2005). DuBois menyatakan bahwa :
oleh
Germain&Gitterman
anak memecahkan “...the transactions between people and their
menolong pekerja
dapat dilakukan dengan environments is the source of human needs and
masalahnya,