RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING PERSEDIAAN BAHAN DAN PENCATATAN ALAT PERTANIAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII SURABAYA

ISSN 2338-137X

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016, ISSN 2338-137X

  

RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING PERSEDIAAN BAHAN

DAN PENCATATAN ALAT PERTANIAN PADA PT PERKEBUNAN

NUSANTARA XII SURABAYA

Raisa Alifianoor 1) Pantjawati Sudarmaningtyas 2) Henry Bambang Setyawan 3)

  

S1 / Jurusan Sistem Informasi

Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya

Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya, 60298

Email: 1) 11410100084@stikom.edu , 2

  

Abstract: Availabilty for materials and agricultural tools for the treatment of the commodity at PT Perkebunan

Nusantara XII Surabaya must be maintened because it’s affect the quality of agricultural commodities and

production. However, the availability for materials and agricultural tools still not maintened. This problem occurs

because PTPN XII didn’t know details of use materials in each garden. Because the material and availability of

agricultural equipment is not maintained, then the garden will always did request the purchase of material, whereas

there is a material that has accumulated on other plantations. In addition, the PTPN XII did not have a material

usage indicator so it does not know the requirement of minimum material in any garden. Application materials

inventory monitoring and recording of agriculture tools built to overcome the problems that exist in PTPN XII.

Application materials inventory monitoring and recording of farm tools built on the theory of inventory, monitoring

and evaluation, and its indicators. The indicators for this application uses material usage indicators for fertilization

and pest / disease. Application monitoring supplies and agricultural tools have passed the test and has been running

well. So the application monitoring and recording material inventory agriculture tools will help resolve any

problems.

  Keyword: Aplication, Monitoring, Stock

  PT Perkebunan Nusantara XII atau yang selanjutnya disebut dengan PTPN XII merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan status Perseroan Terbatas yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. PTPN XII ini adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang agro bisnis dan agro industri. PTPN XII mengelola area perkebunan seluas 80.000 ha dan tersebar diseluruh wilayah jawa timur yang terbagi dalam tiga wilayah dan 34 kebun. Setiap wilayah terdiri atas beberapa kabupaten. Untuk wilayah I terdiri atas Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember (Desa Sidomulyo), untuk wilayah II terdiri atas Kabupaten: Jember (Desa Kramat Sukoharjo, Desa Banjarsari Klatakan, Desa Mangaran, Desa Lengkong, Desa Curah Nongko, Desa Pondokrejo, Desa Curah Takir, Desa Mulyorejo, Desa Silo), Bondowoso, dan Situbondo, sedangkan untuk wilayah III terdiri atas Kabupaten: Ngawi, Kediri, Blitar, Malang, Lumajang, dan Jember (Desa Gelang). Komoditi yang dihasilkan dari ketiga wilayah tersebut adalah karet, kopi robusta, kopi arabika, kakao bulk, kakao edel, teh, dan aneka kayu.

  Untuk menjaga kualitas komoditi, dibutuhkan sebuah perawatan yang memerlukan bahan-bahan seperti pupuk, herbisida, bahan kimia (stimulan), fungisida, serta alat-alat pertanian lainnya yang digunakan untuk melakukan perawatan. Bahan dan alat pertanian tersebut harus terjaga ketersediaannya karena pemakaian bahan dan alat pertanian berpengaruh pada kualitas komoditi dan produksi.

  Penggunaan bahan dan alat pertanian pada PTPN XII saat ini telah ditentukan pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015, namun penggunaan bahan saat berada di kebun masih belum diawasi secara langsung. Lokasi kebun yang terletak jauh dengan PTPN XII membuat pihak PTPN XII kesulitan untuk melakukan pengawasan secara langsung terhadap penggunaan persediaan bahan dan alat pertanian. Untuk mengetahui persediaan yang tersisa pada setiap kebun, karyawan yang ditugaskan di kebun bertanggung jawab untuk melaporkan sisa persediaan bahan dan alat pertanian yang digunakan. Pengawasan yang dilakukan oleh PTPN XII hanya melalui pelaporan oleh karyawan kebun dilakukan setiap 10 hari sekali. Informasi yang diberikan hanya melalui telepon dan mengirimkan file excel via email. Dari informasi yang diberikan oleh karyawan kebun, pihak PTPN XII masih belum mendapatkan informasi yang detail mengenai aktivitas penggunaan bahan dan alat pertanian pada kebun. Data persediaan yang diperoleh adalah data persediaan bahan dan alat pertanian PTPN XII untuk periode 10 Maret 2015 dan 31 Maret 2015. Data tersebut adalah data persediaan bahan dan alat pertanian untuk kebun yang menghasilkan komoditi kopi dan kakao. Kopi dan kakao menggunakan pupuk Urea Prill dalam perawatannya, namun kedua tanaman tersebut mempunyai standar pemupukan yang berbeda. Menurut Lingga dan Marsono(2008) penggunaan

ISSN 2338-137X

  Nomor 39 Tahun 2006, dijelaskan bahwa monitoring adalah sebuah kegiatan mengamati dengan seksama pada sebuah kondisi atau keadaan, serta terhadap sikap dan kegiatan tertentu dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan selanjutnya. Indikator yang digunakan mengacu pada buku Petunjuk Penggunaan Pupuk (Lingga dan Marsono,2008) dan buku Panduan Lengkap Kakao (Wahyudi,2008) Dengan adanya sistem ini diharapkan mampu membantu pihak PTPN XII untuk melihat sisa persediaan yang ada pada kebun serta dapat mengurangi risiko bahan yang rusak akibat penumpukan dan juga dapat meminimalkan biaya penyimpanan. Selain itu, sistem dapat melakukan record mutasi bahan dan alat pertanian yang menumpuk pada satu kebun ke kebun lain yang persediaannya telah habis. Dengan mencatat mutasi persediaan bahan dan alat pertanian, juga akan meminimalkan risiko penumpukan bahan pada satu kebun. Aplikasi yang akan dibangun berbasis web. Setiap kebun memiliki sebuah pos yang terletak pada daerah sekitar kebun dan dapat mengakses internet. Operator kebun yang bertugas pada setiap pos akan menginputkan data yang nantinya akan dikirim ke kantor wilayah yang terletak di kota Jember (Wilayah 1 dan 2) dan kota Malang (Wilayah 3). Dengan menggunakan web, kantor wilayah dapat melihat data persediaan pada wilayah lain dan dapat melakukan mutasi.

  kemudian dilanjutkan pada

  functional requitement,

  Setelah mengetahui user requirement dan

  Pada tahap analisis kebutuhan sistem kegiatan yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka. Ketiga kegiatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait proses bisnis yang ada pada PTPN XII Surabaya. Informasi yang didapat dari ketiga kegiatan tersebut akan digunakan sebagai analisa sistem yang akan menghasilkan user requirement dan functional requirement.

  Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan SDLC model waterfall. Menurut Pressman (2007) System Development Life Cycle (SDLC) merupakan pendekatan bagi pengembangan sebuah sistem. SDLC Waterfall seringkali disebut sebagai SDLC tradisional. Terdapat 5 tahapan pada SDLC model Waterfall yaitu analisis sistem, perancangan, implementasi, pengujian, dan perawatan. Namun dalam penelitian ini hanya melakukan 4 tahapan saja. Tahapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

  METODE

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016, ISSN 2338-137X pupuk Urea Prill yang digunakan pada saat persemaian bibit kopi adalah 10 gr/m

  telah ditentukan. Dengan mengetahui standar pupuk, pihak PTPN XII seharusnya bisa mengetahui jumlah bahan minimum yang dibutuhkan untuk setiap kebun. Kemudian jika dilihat pada data yang diperoleh untuk kebun Kendeng Lembu persediaan untuk pupuk ZA mengalami peningkatan. Pada periode 10 Maret 2015 jumlah pupuk ZA yang tersedia sejumlah 12.700 kg, sedangkan pada periode 31 Maret 2015 meningkat hingga sejumlah 95.975 kg. Kebun Kendeng Lembu adalah salah satu kebun yang menghasilkan komoditi kayu, untuk perawatan kayu membutuhkan pupuk ZA. Dosis pupuk ZA yang dibutuhkan oleh tiap pohon adalah 200 gr, dengan jadwal pemberian pupuk pada bulan Maret/April (Lingga dan Marsono,2008). Jumlah tanaman kayu pada kebun Kendeng Lembu adalah 1.024 pohon. Jika ditotal, maka pupuk ZA yang dibutuhkan untuk kebun Kendeng Lembu adalah 204,8 Kg. Jika kebun Kendeng Lembu menggunakan persediaan tersebut pada bulan April, maka persediaan yang tersisa adalah 95.770 Kg dan akan digunakan kembali tahun depan. Sisa persediaan yang disimpan tersebut akan menimbulkan kerugian bagi PTPN XII karena jika persediaan bahan terus disimpan dan tidak digunakan maka bahan tersebut akan rusak serta akan menambah biaya penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengawasan oleh pihak PTPN XII. Selain itu, penggunaan bahan dan alat pertanian juga harus dilakukan pengawasan dan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Dampaknya, jika penggunaan tidak sesuai dengan indikator yang ditentukan akan berpengaruh pada kualitas tanaman.

  Prill yang tersedia masih kurang dari standar yang

  10 Maret 2015 dan 31 Maret 2015, yaitu hanya tersedia sejumlah 3.276 kg saja. Jumlah pupuk Urea

  Jika dilihat dari data persediaan bahan periode

  . Salah satu kebun yang menghasilkan komoditi kopi adalah kebun Gunung Gumitir (Jember) dengan luas 904,54 Ha maka pupuk Urea Prill yang dibutuhkan adalah 90.454 kg. Sedangkan untuk standar pemupukan untuk tanaman kakao berbeda. Menurut Wahyudi (2008) penggunaan pupuk Urea Prill jika umur kakao mencapai dua bulan adalah sebanyak 15 kg/Ha. Salah satu kebun yang menghasilkan komoditi kakao adalah kebun Kalirejo (Banyuwangi) dengan luas 1.278 Ha pupuk Urea Prill yang dibutuhkan adalah 19.170 kg.

  2

  Berdasarkan data dan kondisi pada PTPN XII maka dibutuhkan sebuah sistem yang mampu memonitor persediaan bahan dan alat pertanian serta mencatat seluruh penggunaan bahan secara real time yang disesuaikan dengan standar atau indikator yang digunakan. Menurut Undang-Undang Pemerintah

ISSN 2338-137X

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016

  12. Fungsi menampilkan log

  8. Fungsi pencatatan permintaan pembelian bahan dan alat pertanian.

  Karyawan kebun, Administrasi tanaman

  9. Fungsi pencatatan penerimaan bahan dan alat pertanian.

  Karyawan kebun

  10. Fungsi menampilkan laporan persediaan bahan dan alat pertanian berdasarkan periode.

  Karyawan kebun, Administrasi tanaman

  11. Fungsi pencatatan penggunaan persediaan bahan dan alat pertanian.

  Administrasi tanaman

  Administrasi tanaman, Kepala bag. tanaman

  activity penggunaan bahan dan alat pertanian.

  7. Fungsi menampilkan indikator pengendalian hama.

  13. Fungsi menampilkan masa kadaluarsa bahan (expired

  date ).

  Karyawan kebun, Administrasi tanaman

  14. Fungsi menampilkan permintaan pembelian bahan dan alat pertanian

  Administrasi tanaman

  15. Fungsi pencatatan mutasi bahan dan alat pertanian.

  Administrasi tanaman

  16. Fungsi menampilkan Administrasi

  Karyawan, Administrasi tanaman

  Karyawan kebun, Administrasi tanaman

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016, ISSN 2338-137X tahap kedua yaitu tahap perancangan. Pada tahap perancangan terdapat tiga kegiatan yaitu Data Modelling , Process Modelling, dan Design Interface.

  Tabel 2. Mapping Kebutuhan Fungsional

  Kemudian untuk tahap ketiga merupakan tahap implementasi. Pada tahap ini menggunakan hasil dari tahap-tahap sebelumnya sebagai acuan implementasi. Hasil dari tahap implementasi juga akan digunakan pada tahap pengujian.

  Tabel 1.Tahapan Metode Penelitian

  Input-Process-Output Diagram Input-Process-Output diagram digunakan

  untuk menggambarkan rancangan kebutuhan aplikasi monitoring persediaan bahan dan pencatatan alat pertanian yang akan dibangun dengan mengetahui input yang dibutuhkan, dan kemudian diolah hingga menghasilkan output yang dibutuhkan dan terkait monitoring persediaan bahan dan pencatatan alat pertanian pada PTPN XII .

  IPO diagram pada penelitian ini memiliki 6 input yaitu data kebun, data bahan, data bahan masuk, data penggunaan bahan, indikator penggunaan bahan, dan data mutasi bahan.

  Kemudian proses pada IPO diagram terdapat 6 proses terdiri atas maintenance data kebun,

  maintenance

  data bahan, pencatatan histori bahan dan alat pertanian, monitoring penggunaan bahan, perbandingan penggunaan bahan dengan indikator, dan pencatatan mutasi bahan. Untuk output pada IPO diagram terdapat 6 output yang terdiri atas daftar kebun, daftar bahan, laporan persediaan bahan dan alat pertanian, log activity penggunaan bahan dan alat pertanian, laporan monitoring persediaan bahan dan alat pertanian, dan evaluasi penggunaan bahan dan alat pertanian.

  Proses dan output pada IPO diagram telah disesuaikan dan telah mencakup kebutuhan fungsional tahap analisis kebutuhan sistem. Kebutuhan fungsional sistem diuraikan pada Tabel 2.

  No Kebutuhan Fungsional Pengguna

  6. Fungsi menampilkan indikator pemupukan.

  1. Fungsi menampilkan persediaan bahan dan alat pertanian.

  Karyawan kebun, Administrasi tanaman

  2. Fungsi perhitungan jumlah persediaan bahan dan alat pertanian.

  Karyawan kebun, Administrasi tanaman

  3. Fungsi pencatatan persediaan bahan dan alat pertanian.

  Karyawan kebun, Administrasi tanaman

  4. Fungsi menampilkan jadwal pemeliharaan tanaman.

  Karyawan kebun, Administrasi tanaman

  5. Fungsi penjadwalan pemeliharaan tanaman.

  Kepala bag. tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

ISSN 2338-137X

  pencatatan alat pertanian ini terdapat beberapa proses yang terdiri atas maintenance data master, penjadwalan pemupukan, penggunaan bahan, permintaan pembelian, penerimaan bahan dan alat pertanian, mutasi bahan dan alat pertanian, serta pembuatan laporan.

  Aplikasi monitoring persediaan bahan dan pencatatan alat pertanian memiliki fitur sesuai dengan fungsi-fungsi yang telah dibuat pada tahap analisis kebutuhan sistem sebelumnya. Output yang dihasilkan dari aplikasi ini adalah laporan persediaan bahan dan alat pertanian, laporan penggunaan bahan, laporan monitoring penggunaan bahan, laporan evaluasi penggunaan bahan, dan laporan mutasi

  menjadi 27 tabel saat digenerate ke dalam bentuk PDM. Tabel-tabel pada PDM tersebut terdiri atas tabel wilayah, lokasi, kategori, sub kategori, kebun, bahan, kebun_bahan, detail_bahan, tanaman, umur_tanaman, jenis_pohon, kebun_tanaman, tanaman_umur, hama_penyakit, tanaman_jenispohon indikator_pemupukan, indikator_pengendalian, jadwal, jadwal_kebun, penggunaan_bahan, permintaan_pembelian, mutasi, penerimaan_bahan, monitoring, dan evaluasi.

  modelling selanjutnya menghasilkan sebuah conceptual data model (CDM) dan physical data model (PDM). Pada CDM terdapat 20 tabel dan

  Pada tahap perancangan kegiatan data

  indikator juga dapat dijelaskan lebih detail pada DFD Level 2. Pada DFD Level 2 maintenance data indikator terdapat 2 proses yaitu maintenance data indikator pemupukan dan maintenance data indikator pengendalian. Untuk proses ke dua pada DFD level 0 selanjutnya adalah proses transaksi monitoring persediaan bahan dan pencatatan alat pertanian. Pada proses yang ke 2 ini proses dan data juga dapat dijelaskan lebih detail pada DFD Level 1. DFD Level 1 transaksi ini terdiri atas 5 sub proses yaitu sub proses penjadwalan pemupukan, penggunaan bahan dan alat pertanian, permintaan pembelian, mutasi bahan dan alat pertanian, dan penerimaan bahan dan alat pertanian. Untuk sub proses penggunaan bahan dan alat pertanian juga dapat dijelaskan lebih detail pada DFD Level 2. Pada DFD Level 2 penggunaan bahan dan pencatatan alat pertanian ini dibagi menjadi 2 sub proses diantaranya proses monitoring penggunaan persediaan bahan dan alat pertanian serta proses evaluasi penggunaan persediaan bahan dan alat pertanian. Selanjutnya untuk proses ketiga pada DFD Level 0 adalah proses pembuatan laporan. Pada proses pembuatan laporan juga dapat dijelaskan lebih detail pada DFD Level 1 pembuatan laporan. Terdapat 5 sub proses yang terdiri atas laporan persediaan bahan dan alat pertanian, laporan monitoring penggunaan bahan dan alat pertanian, laporan evaluasi penggunaan bahan dan alat pertanian, laporan penggunaan bahan dan alat pertanian, serta laporan mutasi bahan dan alat pertanian.

  maintenance data indikator. Proses maintenance data

  sebuah sistem yang menggambarkan mengenai batasan-batasan dan ruang lingkup dari sebuah sistem sistem. Sebelum memulai membuat DFD, langkah pertama adalah membuat context diagram terlebih dahulu. Di dalam context diagram ini terdapat tiga entitas, yaitu: Admin tanaman, Karyawan kebun, dan Kepala bagian tanaman. Pembuatan context diagram ini disesuaikan dengan alur proses dan sistem. Dengan mengetahui alur sistem, maka aliran data pada sistem juga akan dapat diketahui. Aliran data pada context diagram akan dijelaskan lebih detail pada data flow diagram. Proses pada context diagram akan di detailkan pada DFD Level 0. Pada DFD level 0 terdapat 3 sub proses terdiri atas proses Mengelola Data Master, proses Transaksi Monitoring Persediaan Bahan dan Pencatatan Alat Pertanian, dan proses Pembuatan Laporan. Untuk data pada proses mengelola data master dapat di detailkan lagi pada DFD Level 1. DFD Level 1 proses mengelola data master terdiri atas beberapa proses juga, diantaranya proses maintenance data kebun, maintenance data kategori, maintenance data bahan, maintenance data tanaman, maintenance data hama/penyakit, dan

  diagram, data flow diagram (DFD), conceptual data model (CDM), dan physical data model (PDM). Context Diagram adalah tampilan level awal dari

  Selanjutnya adalah kegiatan data modeling. Pada kegiatan data modelling menghasilkan context

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016, ISSN 2338-137X

  kerja aplikasi secara keseluruhan. Pada system

  System flowchart ini menggambarkan mengenai arus

  Setelah melalui tahap analisis kebutuhan sistem, selanjutnya adalah melakukan tahap perancangan. Pada tahap perancangan terdiri dari tiga kegiatan yaitu data modelling, process modelling, dan desain interface. Pada kegiatan process modelling menghasilkan sebuah system flowchart.

  Kepala bag. tanaman

  18. Fungsi menampilkan laporan evaluasi penggunaan persediaan bahan dan alat pertanian.

  Kepala bag. tanaman

  17. Fungsi menampilkan laporan penggunaan bahan berdasarkan kebun.

  laporan persediaan bahan dan alat pertanian berdasarkan wilayah dan periode. tanaman, Kepala bag. tanaman

  No Kebutuhan Fungsional Pengguna

  flowchart aplikasi monitoring persediaan bahan dan

ISSN 2338-137X

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016

  bahan dan alat pertanian. Berikut akan dijelaskan beberapa tampilan pada aplikasi monitoring persediaan bahan dan alat pertanian.

  Halaman Master Persediaan Bahan dan Alat Pertanian

  Gambar 3. Halaman Permintaan Pembelian Gambar 1 Halaman Master Persediaan Bahan dan

  Alat Pertanian Pada halaman ini akan menampilkan bahan pada kebun tertentu. Kemudian terdapat tombol detail bahan untuk menampilkan expired date pada bahan yang dipilih. Halaman master persediaan bahan dan alat pertanian dapat dilihat pada Gambar 1.

  Halaman Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian

  Gambar 4. Halaman Persetujuan Setelah karyawan kebun mengirimkan permintaan, kemudian admin tanaman akan memberikan persetujuan terhadap permintaan tersebut. Terdapat dua pilihan persetujuan, yaitu pembelian atau dilakukan mutasi. Halaman persetujuan dapat dilihat pada Gambar 4.

  Halaman Penerimaan Bahan dan Alat

  Gambar 2. Halaman Penggunaan Bahan dan Alat

  Pertanian

  Pertanian Halaman penggunaan bahan dan alat pertanian ini merupakan halaman apabila karyawan kebun ingin mencatat penggunaan bahan dan alat pertanian yang digunakan. Pada halaman ini terdapat kolom untuk memilih tujuan penggunaan. Pada kolom event terdapat pilihan pemupukan atau pengendalian hama. Halaman penggunaan bahan dan alat pertanian dapat dilihat pada Gambar 2.

  Halaman Permintaan Pembelian

  Halaman permintaan pembelian merupakan halaman untuk karyawan kebun jika akan melakukan permintaan pembelian bahan atau alat pertanian. Karyawan kebun harus mengisi beberapa kolom yang tersedia. Halaman permintaan pembelian dapat

  Gambar 5. Halaman Penerimaan Bahan dan Alat dilihiat pada Gambar 3.

  Pertanian JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016, ISSN 2338-137X

ISSN 2338-137X

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016, ISSN 2338-137X Halaman penerimaan bahan dan alat pertanian adalah halaman yang digunakan jika kebun menerima bahan dan alat pertanian yang telah diminta sebelumnya. Pada halaman ini terdapat kolom status yang berfungsi untuk menampilkan status permintaan bahan berdasarkan tanggal permintaan. Jika permintaan disetujui untuk pembelian, maka status akan terisi dengan “pembelian”, jika permintaan disetujui untuk mutasi, maka status akan terisi “mutasi”. Halaman penerimaan bahan dan alat pertanian dapat dilihat pada Gambar 5.

  Halaman Mutasi Bahan dan Alat Pertanian

  Gambar 6. Halaman Mutasi Bahan dan Alat Pertanian Pada Gambar 6 merupakan tampilan untuk halaman mutasi bahan dan alat pertanian. Apabila permintaan bahan disetujui untuk mutasi, maka admin tanaan akan mengisi halaman ini.

  Laporan Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian

  Gambar 7. Laporan Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian

  Laporan penggunaan bahan dan alat pertanian berfungsi sebagai laporan yang menampilkan penggunaan bahan dan alat pertanian pada kebun dan periode tertentu. Contoh laporan penggunaan bahan dan alat pertanian dapat dilihat pada Gambar 7.

  Laporan Mutasi Bahan dan Alat Pertanian

  Gambar 8. Laporan Mutasi Bahan dan Alat Pertanian

  Laporan mutasi bahan dan alat pertanian ini berfungsi untuk menampilkan mutasi bahan dan alat pertanian dari kebun dan periode tertentu. Contoh laporan mutasi bahan dan alat pertanian dapat dilihat pada Gambar 8.

  Laporan Monitoring Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian

  Laporan monitoring bahan dan alat pertanian ini berfungsi untuk menampilkan penggunaan bahan pada wilayah dan kebun tertentu. Pada laporan ini juga akan menampilkan prosentase kesesuaian antara penggunaan dengan indikator penggunaan bahan. Contoh laporan monitoring penggunaan bahan dan alat pertanian dapat dilihat pada Gambar 9.

  Gambar 9. Laporan Monitoring Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian

ISSN 2338-137X

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016

  20 Laporan Monitoring Penggunaan Bahan

  16 Evaluasi Penggunaan Bahan 100%

  17 Laporan Persediaan Bahan dan Alat Pertanian

  100%

  18 Laporan Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian

  100%

  19 Laporan Mutasi Bahan dan Alat Pertanian

  100%

  21 Laporan Evaluasi Penggunaan Bahan 100% Rata-rata 100%

  100%

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016, ISSN 2338-137X

  Berdasarkan hasil uji coba dan evaluasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

  1. Penelitian ini menghasilkan Aplikasi Monitoring Persediaan Bahan dan Pencatatan Alat Pertanian pada PT Perkebunan Nusantara XII Surabaya.

  Aplikasi ini mampu melakukan monitoring dengan membandingkan antara penggunaan bahan dengan indikator yang telah ditetapkan, dan mampu melakukan perhitungan dalam transaksi penggunaan, penerimaan, dan mutasi bahan dan alat pertanian.

  2. Aplikasi ini menghasilkan laporan persediaan bahan dan alat pertanian tiap wilayah, laporan penggunaan bahan dan alat pertanian, laporan mutasi bahan dan alat pertanian, laporan

  monitoring penggunaan bahan, serta laporan

  evaluasi penggunaan bahan tiap kebun dan per wilayah per bulan

  3. Dari hasil uji coba, aplikasi ini mendapat nilai 100% dan dapat dipastikan bahwa semua fungsi aplikasi ini dapat berjalan dengan baik.

  15 Monitoring Penggunaan Bahan 100%

  14 Mutasi Bahan dan Alat Pertanian 100%

  13 Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian 100%

  12 Penerimaan Bahan dan Alat Pertanian 100%

  Laporan Evaluasi Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian

  Gambar 10. Laporan Evaluasi Penggunaan Bahan dan Alat Pertanian Gambar 11. Laporan Evaluasi Penggunaan Bahan dan

  Alat Pertanian Per Wilayah Laporan evaluasi penggunaan bahan dan alat pertanian ini berfungsi untuk menampilkan prosentase kesesuaian penggunaan bahan dengan indikator pada keseluruhan kebun per wilayah.

  Contoh laporan evaluasi penggunaan bahan dan alat pertanian dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar

  Pelaksanaan uji coba disesuaikan dengan 21 desain test case beserta skenarionya. Hasil uji coba didapat dari perhitungan (jumlah uji coba berhasil/jumlah pengujian) x 100%.

  Hasil uji coba aplikasi monitoring persediaan bahan dan pencatatan alat pertanian mendapat hasil 100% dan dipastikan semua fungsi aplikasi dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah hasil uji coba fungsi aplikasi monitoring persediaan bahan dan pencatatan alat pertanian pada Tabel 3.

  Tabel 3. Hasil Uji Coba No. Fungsi Hasil

  1 Master Wilayah-Lokasi 100%

  2 Master Kebun 100%

  3 Master User 100%

  4 Master Kategori 100%

  5 Master Persediaan 100%

  6 Master Tanaman 100%

  7 Master Hama/Penyakit 100%

  8 Master Indikator (Pemupukan) 100%

  9 Master Indikator (Pengendalian) 100%

  10 Penjadwalan Pemupukan 100%

  11 Permintaan Pembelian 100%

KESIMPULAN DAN SARAN

11. Hasil Uji Coba& Evaluasi

ISSN 2338-137X

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016

  Adapun saran yang diberikan untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan pengembangan pada aplikasi monitoring persediaan bahan dan pencatatan alat pertanian adalah menambahkan indikator pemupukan dan pengendalian untuk komoditi karet, teh, dan aneka kayu.

DAFTAR PUSTAKA

  Lingga, Pinus dan Marsono. 2008. Petunjuk

  Penggunaan Pupuk . Jakarta: Penebar Swadaya

  Pressman, Roger S. 2007. Rekayasa Perangkat

  Lunak . Yogyakarta: Andi

  Wahyudi, T. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Jakarta: Penebar Swadaya

  Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jendral Bina Pembangunan Daerah. 2013. Pedoman Budidaya

  Tanaman Perkebunan dan Kehutanan . Jakarta

  JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016, ISSN 2338-137X