B1J009114 11.

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1. Alat Penelitian
Berikut merupakan peralatan penelitian yang dipergunakan diantaranya yaitu
Laminar Air Flow (LAF), autoklaf, pH meter digital, cawan petri, gelas ukur, labu
Erlenmeyer 250 ml, 500 ml, dan 1000 ml, beaker glass, tabung reaksi, kertas whatman
no.41, hot plate, magnetic stirrer, shaker, timbangan analitik, corong, thermometer,
kompor gas, pembakar spirtus, pinset, jarum ose, spatula, bor gabus diameter 5 mm,
pisau, gunting, penyaring, inkubator, sprayer, corong Buchner dan alat penyaring
(pompa vakum).
a. Bahan Penelitian
Berikut merupakan bahan-bahan penelitian yang dipergunakan diantarnya
yaitu limbah cair minyak kelapa dari Desa Kedung Kamal, Kecamatan Grabag,
Kabupaten Purworejo; 4 (empat) isolat Trichoderma spp. (isolat rhizosfer jahe, isolat
rhizosfer bawang merah, isolat rhizosfer pisang dan Trichoderma spp. hasil isolasi
dari rhizosfer nanas), koleksi Prof. Loekas Soesanto, M.Sc., Ph.D di Laboratorium
Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto), alkohol 70%, wrapper, kertas label, alumuniumfoil, kapas, akuades,
tissue, medium Potato Dextrose Yeast Broth (PDYB), medium Potato Dextrose Agar
(PDA), dan medium limbah cair minyak kelapa.
b. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Fakultas Biologi,

Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto. Pelaksanaan penelitian yaitu 7 bulan, dari bulan Mei 2014 –
November 2014.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak

bio.unsoed.ac.id

Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu:
TJ = limbah cair minyak kelapa yang diinokulasi isolat Trichoderma sp. rhizosfer
jahe.
TP = limbah cair minyak kelapa yang diinokulasi isolat Trichoderma sp. rhizosfer
pisang.
TN = limbah cair minyak kelapa yang diinokulasi isolat Trichoderma sp. rhizosfer
nanas.

9

TB = limbah cair minyak kelapa yang diinokulasi isolat Trichoderma sp. rhizosfer
bawang merah.

Setiap perlakuan diulang sebanyak 7 kali ulangan sehingga terdapat 28 unit
percobaan. Pengukuran bobot kering saring miselium kapang Trichoderma spp. tidak
memerlukan perlakuan kontrol.
Variabel penelitian yang diamati adalah variabel bebas dan variabel
tergantung. Variabel bebasnya adalah isolat Trichoderma spp., variabel tergantungnya
adalah pertumbuhan isolat Trichoderma spp. pada limbah cair minyak kelapa.
Parameter utama adalah selisih bobot panenan miselium yang telah ditumbuhkan pada
limbah cair minyak kelapa dengan bobot inokulum Trichoderma spp. sedangkan
parameter pendukungnya adalah pH, persentase penurunan COD, persentase
penurunan BOD pada limbah cair minyak kelapa.

3. Cara Kerja
3.3.1. Sterilisasi Alat (Davet & Rouxel, 1997)
Alat-alat yang terbuat dari bahan gelas disterilisasi terlebih dahulu. Sterilisasi
menggunakan autoklaf dengan suhu 1210C, tekanan 2 atm selama 15-20 menit. Alatalat yang terbuat dari logam dapat disterilisasi menggunakan alcohol 70% dan nyala
lampu spirtus.
3.3.2. Pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Davet & Rouxel, 1997)
Kentang 200 gram yang sudah dibuang kulitnya dan dipotong dadu kecil-kecil
kemudian direbus dengan 500 ml akuades dan disaring. Agar 15 gram dicampur
dengan 300 ml akuades kemudian dipanaskan. Agar yang larut dalam akuades

dicampurkan dengan dekstrose 20 gram dan air rebusan kentang. Kemudian medium
tersebut ditambahkan akuades hingga volumenya menjadi 1000 ml. Medium PDA
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 2000 ml dan disumbat dengan kapas. Langkah

bio.unsoed.ac.id

berikutnya, medium PDA tersebut disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu
1210C dengan tekanan 2 atm selama 15-20 menit. Medium PDA yang telah steril
kemudian dituang ke dalam cawan petri steril secara aseptis dan digunakan untuk
peremajaan isolat Trichoderma spp..

10

3.3.3. Peremajaan Isolat Kapang (Davet & Rouxel, 1997)
Isolat-isolat kapang yang digunakan, diremajakan di dalam cawan petri yang
berisi medium PDA, kemudian diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu ruang.
Peremajaan dilakukan secara aseptis di Laminar Air Flow (LAF).
3.3.4. Pembuatan medium Potato Dextrose Yeast Broth (PDYB)(Wehr & Frank,
2004).
Kentang 200 gram dikupas kulitnya dan dipotong dadu selanjutnya direbus

dengan 800 ml akuades sehingga menjadi lunak. Air hasil rebusan kentang tersebut
disaring kemudian ditambahkan dekstrose 10 gram dan yeast ekstrak 2 gram.
Kemudian medium tersebut ditambahkan akuades hingga volumenya menjadi 1000
ml. Selanjutnya, medium PDYB dituangkan masing-masing sebanyak 100 ml ke dalam
labu Erlenmeyer 250 ml. Medium PDYB disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu
1210C tekanan 2 atm selama 20 menit.
3.3.5. Penentuan kadar air miselium kapang Trichoderma spp.
3.3.5.1. Kultivasi Trichoderma spp. pada medium PDYB (Wikolazka et al., 2008)
Kapang Trichoderma spp. yang telah ditumbuhkan pada medium PDA diambil
sebanyak 5 plug menggunakan bor gabus steril berukuran 5 mm dan dimasukkan ke
dalam masing-masing 100 ml medium PDYB pada labu Erlenmeyer berukuran 250
ml, selanjutnya diinkubasi selama 4 hari menggunakan shaker.
3.3.5.2. Pemanenan dan pengukuran bobot kering saring miselium kapang
Trichoderma spp. pada medium PDYB (Subowo, 2009).
Pemanenan miselium kapang Trichoderma spp. dilakukan setelah waktu
inkubasi selama 4 hari. Medium PDYB berisi miselium kapang Trichoderma spp.
dituangkan ke dalam corong buchner yang beralaskan kertas saring Whatman no.41.
Penyaringan dilakukan dengan bantuan corong buchner yang terhubung dengan
pompa vakum. Kemudian ditimbang bobot kering saring miseliumnya menggunakan
timbangan analitik.


bio.unsoed.ac.id

3.3.5.3. Pengukuran bobot kering konstan miselium kapang Trichoderma spp.
pada medium PDYB (Subowo, 2009).
Pengukuran bobot kering konstan miselium Trichoderma spp. dilakukan
dengancara miselium yang dipanen tesrsebut diatas dikeringkan menggunakan oven
dengan suhu 600C selama 24 jam. Kemudian miselium tersebut ditimbang dengan
timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering konstannya.

11

3.3.5.4. Perhitungan kadar air (Irianto et al., 2004)(Modifikasi).
Bobot kering saring miselium yang telah ditumbuhkan pada medium PDYB
dan bobot kering konstan miselium (miselium yang telah dikeringkan menggunakan
oven) ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Perhitungan kadar air
dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang terkandung pada miselium
Trichoderma spp. yang dinyatakan dalam persen. Persentase kadar air digunakan
sebagai acuan untuk mendapatkan bobot konstan inokulum Trichoderma spp..
Persentase kadar air dapat diperoleh dengan cara mengetahui selisih bobot kering

saring miselium dengan bobot kering konstan miselium yang telah ditumbuhkan pada
medium PDYB. Kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:
Persentase Kadar Air =

(bobot kering saring miselium – bobot kering konstan miselium)
100%
bobot kering saring miselium

3.3.6. Pengukuran pH awal medium limbah cair minyak kelapa (Raharjanti,
2006).
Nilai pH dalam medium kultivasi diukur dengan menggunakan pH meter
digital. Alat pH meter dinyalakan dan pH dikalibrasi menggunakan larutan buffer
4 dan 7, lalu elektroda pH meter dicelupkan ke dalam medium limbah cair minyak
kelapa kemudian dilihat angka digital yang terdapat di alat pH meter tersebut.
3.3.7. Pengukuran suhu awal medium limbah cair minyak kelapa (Lestari et
al., 2009).
Pengukuran suhu awal perlakuan diukur dengan mencelupkan thermometer
laboratorium ke dalam medium limbah cair minyak kelapa selama beberapa menit
sampaiair raksa yangterdapat didalam thermometer laboratorium berhenti. Kemudian
dilihat berapa derajat suhu yang ditunjukkan oleh thermometer laboratorium tersebut.

3.3.8. Uji kemampuan tumbuh Trichoderma spp. pada limbah cair minyak
kelapa.
3.3.8.1. Penyiapan inokulum Trichoderma spp. (Soesanto et al., 2011).
Kapang Trichoderma spp. yang ditumbuhkan pada medium PDA diambil

bio.unsoed.ac.id

sebanyak 5 plug menggunakan bor gabus steril berukuran 5 mm dan dimasukkan ke
dalam masing-masing 100 ml medium PDYB pada labu Erlenmeyer berukuran 250
ml. Setelah itu, diinkubasi menggunakan shaker inkubator selama 4 hari.
3.3.8.2. Kultivasi miselium kapang Trichoderma spp.pada medium limbah cair
minyak Kelapa (Wikolazka et al., 2008).
Inokulum yang telah ditumbuhkan pada medium PDYB selama 4 hari
diambil dan disaring. Semua isolat Trichoderma spp. disiapkan sejumlah 7 gram
(bobot kering saring miselium), sehingga keseluruhan inokulum kapang Trichoderma
12

spp. memiliki bobot miselium yang seragam. Selanjutnya inokulum tersebut
diinokulasikan ke dalam medium limbah cair minyak kelapa dan diinkubasi selama 5
hari. Dengan telah diketahuinya kadar air inokulum berdasarkan perlakuan pada

3.3.5.4 (perhitungan kadar air) maka dapat diketahui pula bobot inokulum tersebut.
3.3.8.3. Pemanenan dan pengukuran bobot panenan miselium kapang
Trichoderma spp. pada medium limbah cair minyak kelapa
(Subowo, 2009).
Pemanenan miselium kapang Trichoderma spp. dilakukan setelah diinkubasi
selama 5 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara inokulum Trichoderma spp. disaring
menggunakan corong Buchner yang beralaskan kertas saring Whatman no.41.
Miselium yang tersaring pada kertas saring whatman dilepaskan dari kertas saringnya
untuk dimasukkan ke dalam cawan petri yang bersih. Dilanjutkan dengan dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 600C selama 24 jam. Miselium ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik sehingga akan diperoleh bobot panenan miselium.
3.3.8.4. Penentuan pengukuran pertumbuhan miselium Trichoderma spp. pada
limbah cair minyak kelapa (Martinius et al., 2010) (Modifikasi).
Kemampuan tumbuh miselium Trichoderma spp. dapat diketahui dengan
menghitung selisih antara bobot panenan miselium yang telah ditumbuhkan pada
limbah cair minyak kelapa dengan bobot inokulum.
Pertumbuhan Miselium = A – B
Keterangan :

A = Bobot panenan miselium

B = Bobot inokulum

3.3.9. Pengukuran pH akhir medium limbah cair minyak kelapa (Raharjanti,
2006).
Nilai pH dalam medium kultivasi diukur dengan menggunakan pH meter
digital. Alat pH meter dinyalakan dan pH dikalibrasi menggunakan larutan buffer
4 dan 7, lalu elektroda pH meter dicelupkan ke dalam medium limbah cair minyak
kelapa kemudian dilihat angka digital yang terdapat di alat pH meter tersebut.
3.3.10. Pengukuran Suhu akhir medium limbah cair minyak kelapa (Lestari et
al ., 2009).

bio.unsoed.ac.id

Pengukuran suhu akhir perlakuan diukur dengan mencelupkan thermometer
laboratorium ke dalam medium limbah cair minyak kelapa selama beberapa menit
sampai air raksa yang terdapat di dalam thermometer laboratorium berhenti.
Kemudian dilihat berapa derajat suhu yang ditunjukkan oleh thermometer
laboratorium tersebut.

13


3.3.11. Pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD)(Togatorop, 2009).
Sampel diambil sebanyak 20 ml, dimasukkan ke dalam labu didih 300 ml,
ditambahkan K2Cr2O7 0,25N; 0,4 gr H2SO4; 40 ml asam sulfat yang mengandung
silver sulfat dan batu didih. Selama 10 menit dipanaskan dan didihkan dengan direflux
menggunakan kondensor, didinginkan dan dicuci dengan 50 ml air suling. Selanjutnya
ditambahkan 2 tetes indikator ferroin dan titrasi dengan amonium ferro sulfat 0,25N
hingga terjadi perubahan warna dan biru kehijauan menjadi merah kecoklatan,
kemudian mencatat volume yang digunakan. Diindikasikan sebagai (B). Dengan
melakukan prosedur yang sama, dilakukan titrasi terhadap blanko air suling sebanyak
20 ml dengan menggunakan 0,25 amonium ferro sulfat. Diindikasikan sebagai (A).
Perhitungan:
(

=

/ )

Keterangan :
A


= ml titrasi blanko (mg o2/l)

B

= ml titrasi sampel (mg o2/l)

M

= molaritas (0,25) (mg o2/l)

8000

= iliequivalent berat oksigen x 1000 ml/l

3.3.12. Pengukuran Biochemical Oxygen Demand (BOD) (Togatorop, 2009).
Penentuan BOD dilakukan dengan menetralkan air sampel sampai pH 7,0 ± 0,1
dengan penambahan asam (HCl) atau basa (NaOH). Sebanyak 30 ml air sampel
diencerkan sampai 2 liter, dengan derajat pengenceran 0,015. Kemudian dua larutan
blangko dari air pengencer dandua larutan sampel dari air yang telah diencerkan
dimasukkan pada botol-botol BOD. B0: blangko untuk hari ke-0 dan B5: untuk hari
ke-5, sedangkan S0: sampel untuk hari ke-0 dan S5: sampel untuk hari ke-5. Botolbotol tersebut disimpan dalam inkubator, suhu 200C ± 10C selama 1 jam, kemudian
botol B0 dan S0 dibuka untuk ditentukan kadar DO (Demand Oxygen), edangkan botol
B5 dan S5 tetap disimpan dan baru ditentukan kadar DO (Demand Oxygen) pada hari

bio.unsoed.ac.id

ke-5. Kadar BOD ditentukan dengan perhitungan berikut:
=

(mg O2/I)

Keterangan :
S0
S5
B0
B5
P

= kandungan O2 terlarut sampel hari ke-0 (mg O2/I)
= kandungan O2 terlarut sampel hari ke-5 (mg O2/I)
= kandungan O2 terlarut blangko hari ke-0 (mg O2/I)
= kandungan O2 terlarut blangko hari ke-5 (mg O2/I)
= faktor pengenceran

14

3.3.13. Penentuan Persentase Penurunan BOD dan COD (Fatha, 2007).

Pengukuran persentase penurunan BOD dan COD limbah cair minyak kelapa
dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Penurunan BOD:


=

%

Penurunan COD:


=

%

4. Metode Analisis ( Steel & Torrie, 1993)
Data pertumbuhan Trichoderma spp. pada limbah cair minyak kelapa
dianalisis secara deskriptif.

bio.unsoed.ac.id

15