20 Eka Noviyanti Agoes S. Sucipto H 103 111

Pengaruh Salinitas dan Kadmium…

PENGARUH SALINITAS DAN KADMIUM TERHADAP HEMATOLOGI IKAN NILA
(OREOCHROMIS NILOTICUS)
Eka Noviyanti, Agoes Soegianto, dan Sucipto Hariyanto
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
ekanovianti1202@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek salinitas dan kadmium terhadap respon hematologi ikan
nila (Oreochromis niloticus). Terdapat empat tahapan pada penelitian ini yaitu tahap persiapan penelitian,
pelaksanaan penelitian, pengujian hasil penelitian, dan pengolahan hasil penelitian. Hasil penelitian kadar
hemoglobin pada salinitas 0 0/00, 5 0/00, 10 0/00, dan 15 0/00 dengan kadar kadmium 0 mg/L dalam kisaran
normal. Pada perlakuan 0 0/00, 5 0/00, 10 0/00, dan 15 0/00 dengan kadar kadmium 2.5 mg/L dan 5 mg/L
menunjukkan nilai rerata kadar hemoglobin dibawah batas normal atau telah terjadi anemia. Pada
perlakuan jumlah eritrosit pada kadar kadmium 5 mg/L dengan salinitas 10 0/00 dan 15 0/00 berada dibawah
batas normal jumlah eritrosit yaitu sebesar 1,05×106. Sedangkan pada perlakuan jumlah eritrosit pada
kadar kadmium 0 mg/L dan 2,5 mg/L dengan salinitas 0 0/00, 5 0/00 dan 10 0/00 tidak mengalami anemia
karena salinitas bersifat negatif terhadap keberadaan logam kadmium pada suatu media, sehingga salinitas
mempengaruhi kadar logam berat pada ekosistem perairan.
Kata kunci: hematologi, Oreochromis niloticus, salinitas, kadmium


PENDAHULUAN
Kadmium mencemari perairan akibat berbagai
aktivitas manusia dan secara alami oleh lingkungan.
Sumber utama pencemaran kadmium akibat aktivitas
manusia berasal dari proses pertambangan, peleburan
logam, limbah produksi perusahaan elektronika (baterai)
dan industry plastik (Abdel dan Wafeek, 2008). Sumber
kadmium dalam air laut berupa senyawa klorida (CdCl2),
sedangkan dalam air tawar berupa senyawa karbonat
(CdCO3) (Adriyani and Mahmudiono2, 2009).
Kandungan Cd di perairan tawar berkisar antara 0,00010,001 ppm (Effendi, 2003).
Adanya proses terlepasnya kadmium ke alam
secara berlebihan mengakibatkan ekosistem perairan
tercemar dan mengganggu kelangsungan hidup makhluk
hidup. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya
beberapa studi kasus yang menunjukkan bahwa terdapat
pencemaran di ekosistem perairan yang diakibatkan oleh
logam kadmium. Soraya dkk (2012) dalam penelitian
menyatakan bahwa tingkat pencemaran logam kadmium

(Cd) di perairan Waduk Cirata selama 5 tahun terakhir,
terkandung kadar Cd maksimum sebesar 0,011 ppm.
Nilai konsentrasi logam Cd tersebut berada di atas baku
mutu PP RI No. 82 Tahun 2001 dengan nilai sebesar 0,01
ppm. Laporan penelitian sebelumnya oleh Pikir (1991)
menunjukkan bahwa konsentrasi kadmium dalam air di
Pantai Kenjeran Surabaya saat itu mencapai 1,22 ppm
dan Pantai Keputih Surabaya mengandung 1,09 ppm
logam berat kadmium.

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9

Pada konsentrasi tertentu, kadmium dapat
menyebabkan gangguan pada metabolisme organisme
akuatik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian
yang menunjukkan bahwa kadmium dapat menyebabkan
anemia, kerusakan sistem saraf pusat dan ginjal, serta
mempengaruhi sistem reproduksi organisme akuatik
(Laws, 1993). Selain itu kadmium juga menghambat
kerja enzim yang terjadi melalui pembentukan senyawa

antara logam berat dengan gugus sulfhidril (-SH) dalam
enzim seperti karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan
fosfatil dari protein dan purin. Keadaan tersebut dapat
merusak sistem metabolisme tubuh organisme.
Kadmium yang diabsorpsi dari saluran
pernapasan, pencernaan atau kulit akan diangkut oleh
darah ke organ-organ lain. Sekitar 95% kadmium dalam
darah diikat oleh sel-sel darah dan 5% dalam plasma
darah (Suciani, 2007). Menurut Aunorohim dan Yulaipi
(2013) kadmium dapat mengganggu enzim oksidase dan
akibatya menghambat sistem metabolisme sel.
Pernyataan tersebut didukung oleh Mugahi et al (2003)
yang menyebutkan bahwa kadmium yang terserap masuk
ke peredaran darah kemudian menuju kesumsum tulang
kemudian menuju sel stem hematopoitik sehingga
menyababkan Basophilic Stippling. Kadmium yang
masuk ke sumsung tulang menyebabkan defisiensi enzim
G-6PD dan menghambat enzim pirimidin -5’nukleotidase sehingga tejadi peningkatan degradasi RNA
serta ribosom eritrosit (Ganiswara, 1995). Selain itu,
kadmium menghambat Na-K-ATPase yang menyebabkan


103

Pengaruh Salinitas dan Kadmium…

kehilangan kalium intrasel dan menghambat biosintesis
hemoglobin dengan cara menghambat aktivitas enzim ∞ALAD dengan enzim ferrokelatase (WHO, 1997). Dalam
keadaan stres pada ikan juga dapat mengganggu nilai
hematokrit yang dapat berdampak pada kesehatan ikan,
hal ini seperti yang diungkapkan Mazur dan Iwana
(1993) bahwa kondisi stres pada hewan dapat
menyebabkan peningkatan nilai hematokrit darah. Kadar
hematrokit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi,
umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa
pemijahan (Sahetapy, 2011). Menurut Gunawan (2013)
Kadmium akan mempengaruhi proses hematopoisis yaitu
dengan menghambat pembentukan sel-sel darah termasuk
menghambat diferensiasi leukosit dan trombosit dari
myeloblast dalam sumsum tulang. Selain itu, rendahnya
leukosit disebabkan terjadinya peran kalsium di sumsum

tulang terganggu.
Pada hal lain, lingkungan perairan yang tercemar
oleh kadmium dapat dideteksi oleh bioindikator. Menurut
Soegianto (2004) bioindikator untuk pencemaran
lingkungan perairan antara lain adalah ikan dan
krustasea. Ikan dan krustasea memiliki sifat khas,
diantaranya
dapat
mengakumulasi
bahan-bahan
pencemaran yang berada pada lingkungan yang tercemar,
sehingga dapat mewakili keadaan di dalam lingkungan
hidupnya. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan
ikan yang dapat mengakumulasi logam berat, juga toleran
terhadap suhu rendah maupun tinggi dan bersifat
euryhalin (Chervinski, 1982), sehingga ikan nila dapat
digunakan sebagai bioindikator untuk lingkungan yang
tercemar oleh kadmium.
Ikan nila yang memiliki sifat euryhalin mampu
hidup pada kondisi lingkungan dengan rentang salinitas

yang luas, ikan nila yang hidup pada media yang
memiliki salinitas memberikan pengaruh tekanan
osmotik, yang pada akhirnya berperan pada pertumbuhan
ikan nila, hal ini seperti yang diungkapkan Peter (1979)
bahwa salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan. Menurut
Guner et al. (2005) menyatakan bahwa pada ikan tilapia
yang dipindah ke perairan bersalinitas akan melibatkan
perubahan fungsional sel-sel kloroid dan aktivitas Na+K+-ATPase. Ikan nila yang berasal dari air tawar yang
akan dipindah ke media bersalinitas ≥ 5 ppt tanpa melalui
proses adaptasi akan mengalami stres, dalam kondisi
stres terjadi perubahan jumlah eritrosit dan kadar
hemoglobin (Roya dkk, 2007). Namun demikian, logam
berat dan salinitas di ekosistem perairan memiliki
hubungan yang saling berkaitan, hal ini seperti yang
diungkapkan Roesijadi & Robinson (1994) bahwa logam
berat dalam sistem akuatik bergantung kepada faktorfaktor spesifik kimia maupun fisik yang berlaku pada
lingkungan sekitarnya.

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9


Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas
maka perlu dilakukan penelitian sebagai upaya untuk
mengetahui pengaruh salinitas dan paparan logam berat
kadmium terhadap respon hematologi. Parameter yang
diukur adalah kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit.
Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui
perbedaan respon hematologi ikan nila pada salinitas
berbeda, mengetahui perbedaan respon hematologi ikan
nila pada kadar kadmium berbeda, mengetahui efek
salinitas dan kadmium terhadap respon hematologi ikan
nila
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
yang dilakukan di Universitas Airlangga, Fakultas Sains
dan Teknologi, Deprtemen Biologi, Surabaya. Perlakuan
dan pengambilan data penelitian dilakukan di
Laboratorium Budidaya Perikanan, Universitas Hang
Tuah Surabaya, sedangkan pengujian hasil penelitian
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah

(LABKESDA) pada bulan September-November 2015.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diperoleh
dari Pandaan. Umur rata-rata ikan nila adalah 1 – 1,5
bulan, ukuran 10 - 12 cm, dan berat 15- 20 g/ekor. Media
uji yang digunakan berupa air tawar yang berasal dari
PDAM dan air laut yang diperoleh dari pasar ikan
Gunung Anyar Surabaya.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: kadmium (Cd) dalam bentuk Cd(NO3)2.4H20
dengan konsentrasi 0 mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L dan air
laut 00/00, 50/00, 100/00. 150/00 dan EDTA. Adapun alat
yang digunakan antara lain aerator, akuarium
(40x40x60)cm, bak plastik, jarum suntik, tabung vakum,
hematology analyzer, gelas ukur, gelas objek, refrakto
meter, DO meter, kertas pH, termo meter, penggaris,
jaring ikan, pipet, tisu, kapas, sarung tangan lateks,
masker, gunting, kertas label, peralatan tulis, kamera.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Faktorial dengan satu faktor perlakuan yaitu beberapa

salinitas dengan beberapa konsentrasi kadmium (Cd).
Salinitas yang digunakan dalam penelitian ini 0 0/00, 50/00,
100/00. 150/00 (Berdasarkan data ikan nila gelondong besar
yang mampu hidup pada kisaran salinitas tersebut)
Sedangkan kadmium yang digunakan yaitu dengan
konsentrasi sebesar 0 mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L. Untuk
mendapatkan ulangan digunakan rumus (t-1) (r-1) ≥ 15
dengan t = perlakuan, r = ulangan didapatkan 3 kali
pengulangan pada tiap perlakuannya. Pada Tabel 3.1
dapat di lihat setiap unit perlakuan yang di lakukan 3 kali
pengulangan.
Penelitian dilakukan secara bertahap untuk
memaksimalkan hasil penelitian dan pengambilan darah

104

Pengaruh Salinitas dan Kadmium…

ikan yang tidak dimungkinkan untuk dilakasanakan
bersamaan semua perlakuannya, Setiap tahap dilakukan

selama 7 hari kemudian ikan coba diambil darahnya.
Sampel ikan nila diperoleh dari Unit Pelayanan
Budidaya Air Tawar (UPBAT) Pandaan, Pasuruan.
Sebanyak 250 ekor dimasukkan dalam kantong plastik
dan diberi oksigen. Selanjutnya ikan dipindah ke
akuarium untuk dilakukan aklimasi, setelah itu dilakukan
penyeleksian terhadap ikan sebelum digunakan sebagai
hewan uji.
Ikan nila yang telah diseleksi sebagai hewan uji
dipelihara di akuarium selama tujuh hari untuk
penyesuaian fisiologis sebagai pengaruh akibat
perubahan lingkungan. Dalam proses aklimasi diberi
aerator untuk membantu penyediaan oksigen bagi ikan
nila dan juga diberi makan berupa makanan buatan yang
berbentuk butiran (pelet).
Media hidup ikan nila terdiri atas campuran air
laut dengan air tawar (PDAM) yang telah diendapkan
selama 24 jam. Air laut diperoleh dari pasar ikan Gunung
Sari Surabaya. Air laut dan air tawar dicampur dengan
takaran tertentu sehingga diperoleh nilai salinitas yang

diinginkan sebagai media hewan uji. Untuk membuat
media hewan uji dengan salinitas yang diperlukan,
digunakan rumus sebagai berikut.
Sebanyak 10 ekor ikan nila yang sebelumnya
telah dipuasakan selama 2 hari dipaparkan pada media uji
dengan salinitas 00/00, 50/00, 100/00. 150/00 yang
mengandung konsentrasi kadmium sebesar 0 mg/L, 2,5
mg/L, dan 5 mg/L. Selama tujuh hari masa pemaparan,
dilakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan yaitu
pH, suhu, dan DO. Pengukuran dilakukan dua kali pada
setiap perlakuan dan di dapatkan hasil untuk pengukuran
pH sebesar (7 ± 0,00), DO sebesar (5,70 ± 1,20), dan
suhu sebesar (29,76 ± 0,72). Setelah tujuh hari
pemaparan ikan nila yang masih hidup diambil darahnya
pada daerah jantungnya untuk mengetahui pengaruh
kadmium (Cd) terhadap respon hematologi ikan nila (O.
niloticus).
Sebelum pengambilan sampel darah, ikan dibuat
pingsan terlebih dahulu dengan es kering. Setelah ikan
pingsan, darah diambil dengan menggunakan jarum
suntik (syringe) berukuran 1 mL yang diinjeksikan pada
bagian jantung ikan (Lihat Gambar 6). Jumlah sampel
ikan untuk respon hematologi masing-masing 5 ekor.
Teknik pengambilan darah ini berlaku untuk uji respon
hematologi. Darah yang diperoleh dari sampel ikan untuk
uji respon hematologi diletakkan di tabung EDTA.
Semua sampel darah tersebut kemudia dibawah ke
laboratorium kesehatan untuk mengetahui hasil darah
ikan.
Sampel darah kemudian diuji dengan
menggunakan alat hematology analyzer dimana sampel

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9

darah ikan di homogen terlebih dahulu selama 10 menit
kemudian sampel darah ikan langsung dimasukkan
kedalam alat hematology analyzer untuk memperoleh
data respon hematologi (kadar hemoglobin dan jumlah
erirosit). Sampel darah yang telah homogen dengan
antikoagulan diletakkan di dalam adaptor pada mesin
hematology analyzer (sysmex), mesin tersebut akan
bekerja dan menghasilkan data secara otomatis yang
muncul pada layar hematology analyzer. Data yang
dihasilkan kemudian dicatat (atau di print) untuk segera
dianalisis.
Terdapat dua jenis data pada penelitian ini,
yaitu data utama dan data penunjang. Data utama dalam
penelitian ini adalah hematokrit ikan nila (O. niloticus).
Sedangkan data penunjangnya adalah pengamatan
terhadap kondisi lingkungan lain berupa DO, pH, dan
suhu
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
secara statistik. Untuk mengetahui pengaruh salinitas dan
kadmium terhadap respon hematologi ikan nila (O.
niloticus) dilakukan analisis ANOVA satu arah untuk
mengetahui perbedaan antar tiap perlakuan dengan taraf
ketelitian α = 0,05. Jika perlakuan berbeda nyata, maka
dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji
DUNCAN.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hewan uji berupa ikan nila diberi perlakuan
berupa salinitas dan kadmium yang berbeda-beda
sehingga dapat diketahui bagaimana ikan tersebut
mengatur respons hematologi akibat perubahan
lingkungan yang diberikan. Pengaturan tubuh yang
diukur dalam penelitian ini adalah respon hematologi
ikan nila dengan parameter nilai darah lengkap.
Parameter darah lengkap ikan nila yang diukur adalah
kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit yang diukur
dengan menggunakan alat hemayology analizer. Pada
penelitian ini juga diukur data penunjang yaitu kondisi
lingkungan (media) ikan nila yang berupa DO, pH, dan
suhu. Sifat euryhaline dari ikan dapat diketahui dengan
cara menganalisis osmolaritas darah (plasma atau serum)
maupun cairan tubuh pada berbagai kondisi salinitas air
(Sampaio & Bianchini, 2002; Jandal & Wilson, 2011).
Pada penelitian ini hewan uji ikan nila yang
digunakan dengan panjang rata-rata 11,05± 0,14 cm
ukuran tersebut sesuai dengan ukuran gelondongan besar
(Deputi Menristek, 2000). Selain di ukur panjang
tubuhnya, setiap hari pada masing-masing akuarium
perlakuan diamati kematian ikan nila, rata-rata kematian
ikan nila cukup tinggi, hal ini dikarenakan beberapa
faktor lingkungan yaitu salinitas dan kadmium. Misalkan
pada salinitas 10 ppt dan 15 ppt di setiap akuarium
perlakuan tingkah laku ikan nila cenderung agresif dan

105

Pengaruh Salinitas dan Kadmium…

saling menyerang satu sama lainnya. Menurut Bustaman
dkk., (2009) hal tersebut merupakan perilaku yang wajar
karena ikan nila mempunyai sifat kanibalisme yaitu
tindakan membunuh dan memakan seluruh atau sebagian
besar, dari individu yang memiliki spesies sama
(Fesseheye, 2006). Peristiwa kanibalisme dapat terjadi
karena beberapa hal, antara lain ukuran atau usia ikan
yang tidak merata, jenis spesies, dan kondisi lingkungan
(Smith dan Reay, 1991 dalam Fasseheye, 2006) sehingga
dapat menyebabkan kematian pada ikan (Anggoro,
1992).
Pada perlakuan salinitas 0 ppt dengan konsentrasi
logam berat 2,5 ppm dan 5 ppm kematian ikan nila
dipengaruhi oleh oleh toksisitas kadmium karena
kadmium dapat bersifat racun yang secara langsung
mengganggu proses homoestasis dan secara tidak
lamgsung menyebabkan perubahan biokimia dalam tubuh
ikan serta dapat menonaktifkan berbagai macam enzim
yang diperlukan oleh sel di dalam tubuh ikan nila, akibat
perubahan metabolisme dan ketidak seimbangan
metabolisme yang terlalu besar tersebut menyebabkan
ikan nila tidak dapat bertahan hidup dan mati (Sobirin,
2015)
Salah satu variabel bebas pada penelitian ini
adalah hematologi ikan nila, salah satu parameter yang
diukur untuk menggambarkan profil hematologi ikan nila
adalah kadar hemoglobin. Berdasarkan data yang
diperoleh pada perlakuan 0 mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L
dengan salinitas 00/00, 50/00, 100/00, 150/00 maka diperoleh
rerata kadar hemoglobin yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata kadar hemoglobin ikan nila
Kadar Hemoglobin (g/dL)
Salinitas
(0/00 )

Cd (mg/L)
0

2,5

5

0

9,167 ±
0,5686

5,033 ±
1,1150

4,100 ±
1,3748

5

4,367 ±
1,0970

4,000 ±
0,7000

3,003 ±
0,5859

10

4,567 ±
0,7234

4,133 ±
0,7371

3,922 ±
0,3215

15

6,167 ±
0,4726

4,000 ±
0,8660

2,633 ±
1,1719

2,5 mg/L pada media uji salinitas 00/00 menunjukkan
rerata kadar hemoglobin sebesar 5,033 ± 1,1150, pada
salinitas 50/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin
sebesar 4,000 ± 0,7000, pada salinitas 100/00
menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 4,133 ±
0,7371, dan pada salinitas 150/00 menunjukkan rerata
kadar hemoglobin sebesar 4,000 ± 0,8660. Kemudian
perlakuan dengan kadar 5 mg/L pada media uji dengan
salinitas 00/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin
sebesar 4,100 ± 1,3748, pada salinitas 5 0/00 menunjukkan
rerata kadar hemoglobin sebesar 3,003 ± 0,5859, pada
salinitas 100/00 menunjukkan rerata kadar hemoglobin
sebesar 3,922 ± 0,3215, dn pada salinitas 15 0/00
menunjukkan rerata kadar hemoglobin sebesar 2,633 ±
1,1719.
Langkah awal untuk mengolah data kadar
hemoglobin adalah dengan menguji normalitas sebaran
dan homogenitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dan Levene’s test. Setelah itu data
diuji dengan menggunakan two wayANOVA untuk
mengetahui pengaruh salinitas, kadmium, dan interaksi
antara keduanya terhadap terhadap kadar hemoglobin.
Hasil uji two way ANOVA untuk saliitas memiliki nilai
signifikan 0.000. Selain itu, hasil uji two way ANOVA
untuk cadmium juga memilki nilai signifikan 0.000,
sedangkan untuk pengaruh interaksi salinitas dan
kdmium menunjukkan nilai sebesar 0.005. Ke tiga nilai
tersebut menunjukkan nilai 0.05 yang berarti tidak ada
perbedaan pada setiap salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan
150/00 dengan kadar kadmium 0 mg/L.
Hasil uji one way ANOVA kadar hemoglobin
pada salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 pada setiap
perlakuan pada kadar kadmium 2,5 mg/L memiliki nilai
signifikan 4.292, nilai tersebut > 0.05 yang berarti tidak
ada perbedaan pada setiap salinitas 0 0/00, 5 0/00, 100/00,
dan 150/00 dengan kadar kadmium 2,5 mg/L. Uji Duncan
menunjukkan pada salinitas 00/00 berbeda nyata dengan
salinitas 50/00, 100/00, dan 150/00, kadar hemoglobin pada

107

Pengaruh Salinitas dan Kadmium…

salinitas 50/00 tidak berbeda nyata dengan salinitas 100/00,
dan 150/00.
Hasil uji one way ANOVA kadar hemoglobin
pada salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 15 0/00 pada setiap
perlakuan pada kadar cadmium 5 mg/L memiliki nilai
signifikan 3.208, nilai tersebut > 0.05 yang berarti tidak
ada perbedaan pada setiap salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan
150/00 dengan kadar kadmium 2,5 mg/L. Uji Duncan
menunjukkan pada salinitas 00/00 berbeda nyata dengan
salinitas 50/00, 100/00, dan 150/00, kadar hemoglobin pada
salinitas 50/00 tidak berbeda nyata dengan salinitas 100/00,
dan 150/00.
Pada penelitian ini rerata kadar hemoglobin pada
salinitas 00/00, 50/00, 100/00, dan 15 0/00 dengan kadar
kadmium 0 mg/L dalam kisaran normal, menurut salasia
et al (2001) kadar hemoglobin normal ikan nila berkisar
5,05-8,33 g/dl. Kadar hemoglobin yang normal meskipun
telah dipapar salinitas terjadi diduga karena ikan yang
akan dikenai perlakuan telah beradaptasi, hal ini
dikarenakan setiap hewan uji diaklimasi secara bertahap
dari salinitas 00/00 sampai salinitas 150/00 sebelum dikenai
perlakuan selama tujuh hari. Hal ini seperti yang
diungkapkan Suyatno (2003) bahwa ikan nila mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki salinitas 0350/00. Selain itu, pada perlakuan alinitas 150/00 dengan
logam 2,5
mg/L juga menujukkan rerata kadar
hemoglobin yang masih berada pada kisaran normal, hal
ini mungkin terjadi karena salinitas menurunkan
toksisitas logam kadmium sampai batas aman, sehingga
kadmium tidak sampai mengganggu biosintesis
hemoglobin ikan nila. Pernyataan mengenai salinitas
yang dapat menentukan toksisitas kadmium didukung
oleh Mance (1990) bahwa salinitas menentukan toksisitas
logam berat.
Sedangkan perlakuan pada sallinitas 00/00, 50/00,
0
10 /00, dan 150/00 yang ditambah kadmium 2.5 mg/L
menunjukkan nilai rerata kadar hemoglobin di bawah
batas normal atau telah terjadi anemia, begitu juga pada
perlakuan 00/00, 50/00, 100/00, dan 150/00 dengan kadar
kadmium 5 mg/L rerata kadar hemoglobin berada di
bawah batas normal. Terjadinya anemia tersebut karena
cadmium dapat menjai penghambat biosintesis
hemoglobin dengan cara menghambat aktivitas enzim δALAD dengan enzim ferrokelatase (WHO, 1997). Hal
tersebut didukung oleh pernyataan yang mengatakan
bahwa anemia terjadi karena menurunnnya masa hidup
eritrosit akibat interfensi cadmium dalam sintesis
hemoglobin dan juga terjadi peningkatan korproporifin
dalam urin (ATSDR, 2003)
Berdasarkan data yang diperoleh pada perlakuan 0
mg/L, 2,5 mg/L, dan 5 mg/L dengan salinitas 0 0/00, 5 0/00,
10 0/00, 15 0/00 yang mana pada setiap perlakuan dikenai

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9

pengulangan sebanyak tiga kali, maka diperoleh rerata
kadar hemoglobin yang mana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata kadar eritrosit ikan nila
Kadar Eritrosit (g/dL)
Salinitas
(0/00 )
0
5
10
15

Cd (mg/L)
0

2,5

5

1,896 ±
0,0450
1,6667 ±
0,2154
1,6933 ±
0,3156
1,7458 ±
0,1937

1,4800 ±
0,2722
1,2433 ±
0,3955
1,3467 ±
0,0321
1,1833 ± 0,25

1,2200 ±
0,3858
1,1933 ±
0,2577
0,8400 ±
0,3601
0,9600 ±
0,3666

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa rerata
jumlah eritrosit pada kadar kadmium 5 mg/L dengan
salinitas 10 0/00 dan 15 0/00 berada dibawah batas normal
jumlah eritrosit yaitu sebesar 1,05×106. Batas jumlah
normal eritrosit untuk ikan teleostei adalah 1,05×10 6 –
3,0×106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006).
Rerata jumlah eritrosit yang berada dibawah batas normal
mengindikasikan bahwa ikan berada pada kondisi
anemia. Hal ini disebabkan timbal dalam bentuk ion
bebas pada perlakuan tersebut berada pada toksisitas
yang dapat merusak eritrosit. Pada perlakuan dengan
salinitas terendah pada penelitian ini yaitu salnitas 0 0/00
ikan tidak mengalami anemia karena salinitas bersifat
negatif terhadap keberadaan logam kadmium pada suatu
media, sehingga salinitas mempengaruhi kadar logam
berat pada ekosistem perairan. Sesuai dengan laporan
dari Mance (1990) bahwa salinitas menentukan toksisitas
logam berat. Penurunan salinitas akan meningkatkan
toksisitas logam berat (Sullivan, 2000).
Kadmium yang masuk ke dalam tubuh ikan
menyebabkan defisiensi enzim G-6PD dan penghambatan
enzim pirimidin-5’-nukleotidase sehingga terjadi
akumulasi degradasi RNA (pyrimidine nucleotides) serta
ribosom eritrosit yang ditandai dengan ditemukannya
Basophilic Stippling (terdapat bintik biru atau bintik
basofilik pada eritrosit). Hal ini menyebabkan turunnya
masa hidup eritrosit dan meningkatnya kerapuhan
membran eritrosit, sehingga terjadi penurunan jumlah
eritrosit (Ganiswara, 1995). Pernyataan mengenai
rendahnya jumlah eritrosit akibat timbal juga didukung
oleh penelitian Kurniawati (1996) yang menyebutkan
bahwa penelitian larutan kadmium dapat menyebabkan
kerusakan eritrosit. Hal tersebut juga didukung oleh
penelitian (Wahyuni, 2000) yang menyatakan pemberian
larutan timbal dapat menurunkan nilai volume padat
eritrosit (PCV/ packed cell volume).

108

Pengaruh Salinitas dan Kadmium…

Pada penelitian ini data rerata jumlah eritrosit diuji
dengan uji statistik untuk mengetahui rerata jumlah
eritrosit pada setiap perlakuan serta pengaruh salinitas,
kadmium dan interaksi antara kadmium dan salinitas
tehadap jumlah eritrosit ikan nila. Hal pertama yang
dilakukan adalah menguji normalitas sebaran dan
homogenitas data dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov dan Levene’s test, dari uji tersebut menunjukan
bahwa data rerata jumlah eritrosit berdistribusi normal
karena menunjukkan nilai signifikan 0.782 dan homogen
karena nilai signifikan sebesar 0.001. Setelah itu data
diuji dengan menggunakan ANAVA dua arah, hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh salinitas terhadap
jumlah eritrosit memiliki nilai signifikan 0.000, selain itu
pengaruh kadmium terhadap jumlah eritrosit juga
memiliki nilai signifikan 0.000, sedangkan untuk
pengaruh interaksi atara salinitas dan kadmium
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.844. Ketiga nila
tersebut menunjukkan nilai