MAKALAH MANAGEMENT CONTROLING pengawasan. docx
MAKALAH
MANAGEMENT CONTROLING
(pengawasan)
DISUSUN OLEH :
MUHAMAD IQBAL SETIAWAN
YOGI AFRIZAL
MUHAMAD HAFIZ MAULANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
controlling.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Neneng Sofianti, SE.,MM. yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pemahaman
kami tentang manajemen kontroling. Terima kasih pula kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari ibu Neneng Sofianti, SE.,MM. Banyak kendala yang kami alami
dalam menyusun makalah ini. Namun, itu semua tidak menyurutkan niat
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami telah berupaya menyempurnakan makalah ini, namun seperti kata
pepatah, “Tak ada gading yang tak retak” maka kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari ibu Neneng
Sofianti, SE.,MM., teman-teman dan orang lain yang sudi meluangkan
waktunya untuk menyimak isi dari makalah ini.
Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR
ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
masalah..........................................................................
1.2 Permasalahan................................................................................
.........
1.3 Maksud
Dan
Tujuan
Penyusunan
Makalah...........................................
1.4 Metode
Penyusunan
Makalah................................................................
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengawasan.........................................................................
2.2 Tujuan
dan
Bidang-Bidang
Pengawasan...............................................
2.2.1
Produksi.........................................................................
......
2.2.2
Pemasaran.....................................................................
.......
2.2.3
Keuangan......................................................................
.......
2.2.4
Personalia......................................................................
.......
2.2.5
Administrasi
(Perkantoran)..................................................
2.3 Elemen-elemen
Esensial
dalam
Manajemen
Pengawasan......................
2.4 Fungsi
Pengawasan................................................................................
2.4.1
Pengawasan
Pendahuluan
(Feedforward
Control’s)...........
2.4.2
Pengawasan
Berjalan
(Concurrent
Control’s)......................
2.4.3
Pengawasan
Umpan
Balik
(Postaction
Control’s)...............
2.5 Prinsip-Prinsip
Conroling.......................................................................
2.5.1
Tiik
Kontrol
Strategis
(Strategic
Point
Control)..................
2.5.2
Umpan
Balik
(Feedback).....................................................
2.5.3
Kontrol
yang
Fleksibel
(Flexible
Control)...........................
2.5.4
Kesesuaian
Organisasi
(Organizational
Diri
(Self
Suitability).............
2.5.5
Kontrol
Control)..................................................
2.5.6
Kontrol
Langsung
(Direct
Control).....................................
2.5.7
Faktor
Manusia
(Human
Factor)..........................................
2.6 Macam
dan
Pengawasan......................................................
Jenis-jenis
2.6.1
Menurut
Ruang
Lingkupnya................................................
2.6.2
Menurut
Obyek
Pengawasan...............................................
2.6.3
Menurut
Pihak
yang
Mengawasi.........................................
2.6.4
Menurut
Waktu....................................................................
2.7 Pengawasan
merupakan
Aspek
Penting
dalam
Manajemen..................
2.8 Asas-asas
Pengawasan...........................................................................
2.9 Sifat
dan
Waktu
Pengawasan................................................................
2.9.1
Preventif
Control ................................................................
2.9.2
Represive
Control................................................................
2.9.3
Pengawasan
yang
dilakukan
di
tengah
proses
penyimpangan
Terjadi...............................................................................
...
2.9.4
Pengawasan
berkala.............................................................
2.9.5
Pengawasan
mendadak........................................................
2.10
Karakteristik
sistem
pengawasan
yang
efektif.....................................
2.11 Cara-cara
Pengawasan
Baik.........................................................
yang
2.12
Langkah-langkah
dan
Proses
Pengawasan............................................
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
...........
3.1
Saran………………………………………………………………………………………
…………………………
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengawas atau controller dapat diibaratkan dengan navigator kapal.
Navigator kapal yang sudah terlatih itu membantu kapten kapal. Tanpa
seorang navigator, kapal dapat terkandas pada batu karang atau
kehilangan haluan, tetapi hak untuk memberi komando tetap berada di
tangan
kapten
memberitahukan
kapal.
kapten,
Navigator
hanya
bagaimana
memberi
posisi
kapal
petunjuk
yang
dan
sedang
dikemudikan itu. Jadi organisasi atau badan usaha juga bisa diibaratkan
sebagai kapal, sehingga peran pengawas (controller) sangat penting
dalam maju mundurnya suatu organisasi atau badan usaha.
Pengawasan
penerapan
cara
(Controlling)
dan
alat
sendiri
untuk
memiliki
menjamin
arti
bahwa
penemuan,
rencana
telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan mencapai tujuan
yang diharapkan. Dengan adanya manajemen pengawasan (controlling)
dimaksudkan
untuk
mengawasi
kegiatan-kegiatan
organisasi
agar
pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk
menjamin kegiatan organisasi bergerak ke arah tujuannya. Dengan
adanya fungsi pengawasan, dapat diketahui apakah pelaksanaan kegiatan
berjalan
sebagaimana
penyimpangan.
Jika
semestinya
telah
diketahui,
atau
terjadi
tindakan
kesalahan
lebih
lanjut
atau
dapat
dilaksanakan. Kemudian, dapat diusahakan untuk meningkatkannya dan
jika terjadi kesalahan dapat dilakukan perbaikan.
1.2 Permasalahan
Kami sebagai penulis, memiliki beberapa point-point permasalahan
mengenai “Manajemen Pengawasan (Controlling)” ini, yaitu sebagai
berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan pengawasan ?
2) Apa saja tujuan dan bidang-bidang pengawasan ?
3) Bagaimana elemen-elemen esensial yang ada di dalam tiap sistem
kontrol sendiri ?
4) Ada berapa fungsi, tipe, dan proses pengawasan dalam manajemen
?
5) Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip kontrol yang berguna untuk
mengembangkan sistem kontrol ?
6) Ada berapa macam dan jenis-jenis pengawasan jika ditinjau dari
setiap segi?
7) Apakah
pengawasan
manajemen ?
itu
merupakan
aspek
penting
dalam
8) Apa saja asas-asas yang menyangkut tentang pengawasan ?
9) Bagaimana sifat dan waktu dalam pengawasan ?
10) Bagaimana karakteristik sistem pengawasan yang lebih efektif ?
11) Bagaimana cara-cara melakukan pengawasan yang baik ?
12) Bagaimana langkah-langkah dan proses pengawasan ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun maksud dan tujuan kami sebagai penulis dalam membuat
makalah ini
1) Agar dapat memahami tentang pengertian dari pengawasan.
2) Agar mengetahui tujuan dan bidang-bidang pengawasan.
3) Agar mengetahui elemen-elemen esensial yang ada dalam tiap
sistem kontrol.
4) Agar mengetahui fungsi, tipe dan proses dalam pengawasan.
5) Agar mengetahui prinsip-prinsip dalam pengawasan.
6) Agar bisa mengetahui macam dan jenis-jenis pengawasan.
7) Agar mengetahui bahwa pengawasan itu adalah aspek yang
sangat penting.
8) Agar mengetahui asas-asas yang terkait dengan pengawasan.
9) Agar mengetahui sifat dan waktu dalam pengawasan
10) Agar mengetahui karakteristik sistem pengawasan yang efektif.
11) Agar mengetahui cara-cara melakukan pengawasan yang baik.
12) Agar mengetahui cara-cara dan langkah-langkah dan proses
pengawasan.
1.4 Metode Penyusunan Makalah
Dalam pembuatan makalah ini, yang berkaitan tentang Manajemen
Pengawasan (Controlling), kami menggunakan metode dengan melihat
sumber-sumber seperti media cetak dan media elektronik, dan sumbersumber lain yang relefan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENGAWASAN (CONTROLLING)
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh seorang controller (pengawas). Pengawasan dilakukan
untuk menemukan dan mengoreksi adanya penyimpangan-penyimpangan
dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan rencana kerja yang
telah ditetapkan, pada setiap tahap-tahap kegiatan perlu dilakukan
pengawasan. Sebab apabila terjadi penyimpangan akan lebih cepat
melakukan koreksi atau perbaikan.
Seorang controller ( pengawas ) harus menyelaraskan tingkat
jaminan sumber daya dengan kebutuhan rencana-rencana yang pasti
dengan proses mencatat atau dengan pengendalian perkembangan ke
arah tujuan pokok dan sasaran serta metode pencapaiannya yang
memungkinkan
seorang
pengawas
melihat
lebih
awal
adanya
penyimpangan. Oleh karena itu, pengawasan berkaitan erat dengan
perencanaan.
Pengawasan ( Controlling ) dapat diartikan secara negatif, positif,
dan dalam arti luas. Dalam arti negatif pengawasan dapat diartikan
sebagai tindakan mencari-cari kesalahan kemudian memberikan sanksi,
dan melakukan larangan-larangan. Dalam arti positif pengawasan ialah
tindakan-tindakan agar organisasi atau perusahaan berjalan terarah, tidak
terjadi kesalahan-kesalahan, penyimpangan atau kebocoran di segala
bidang. Sedangkan dalam arti luas, pengawasan adalah aktifitas controller
untuk melakukan pengamatan, penelitian dan penilaian dari pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi atau perusahaan yang sedang atau telah
berjalan untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun pengertian pengawasan menurut beberapa pakar ekonomi,
antara lain :
a.
Earl P Strong: Pengawasan adalah proses pengaturan berbagai
faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapanketetapan dalam rencana.
b.
Haroold Koontz: Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan
terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang
telah
dibuat
untuk
mencapai
tujuan-tujuan
perusahaah
dapat
terselenggara.
c.
C. G. R. Terry: Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses
penentuan apa yang harus dicapai yaitu, standar apa yang sedang
dijalankan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana yaitu selaras dengan standar.
d.
Schermerhorn, menyatakan
merupakan
proses
dalam
bahwa
pengawasan
menetapkan
pengambilan tindakan yang dapat
ukuran
adalah
kinerja
dan
mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang teleh ditetapkan
tersebut.
e.
Stoner, Freeman dan Gilbert, menyatakan bahwa pengawasan
adalah proses untuk memastikan bahwa segala akifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
f.
Secara lebih lengkap, mockler, dalam Stoner, Freeman, dan
Gilbert mengemukakan
fungsi
pengawasan
dalam
manajemen
adalah upaya sistematis dalam menetapkan standar kinerja dan
berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain system informasi
umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan
yang telah ditetapkansebelumnya, menentukan,apakah terdapat
penyimpangan dan tingkat signifikan dari setiap penyimpangan
tersebut,
danmengambil
tindakan
yang
diperlukan
untuk
memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan
secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
g.
Mockler secara
lengkap
menguraikan
bahwa
pada
intinya
pengawasan tidak hanya berfungsi untuk menilai apakah sesuatu itu
berjalan ataukah tidak, akan tetapi termasuk tindakan koreksi yang
mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian
standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke waktu.
2.2 TUJUAN DAN BIDANG-BIDANG PENGAWASAN
Griffin menjelaskan
bahwa
terdapat
empat
tujuan
dari
pengawasan :
1)
Adaptasi Lingkungan, maksudnya adalah agar perusahaan dapat
terus
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dilingkungan
perusahaan,
baik
lingkungan
yang
bersifat
internal
maupun
lingkungan eksternal.dengan demikianfungsi pengawasan tidak saja
dilakukan untuk memastikan agar kegiatan perusahaan berjalan
sebagaimana rencana yang telah ditetapkan, akan tetapi juga agar
kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perubahan lingkungan, karena
sangat memungkinkan perusahaan juga merubah rencana perusahaan
disebabkan terjadi berbagai perubahan dilingkungan yang dihadapi
perusahaan.
2)
Meminimumkan Kegagalan, maksudnya adalah ketika perusahaan
melakukan kegiatan produksi, misalnya perusahaan berharap agar
kegagalan seminimal mungkin.oleh karena itu perusahaaan perlu
menjalankan fungsi pengawasan agar kegagalan-kegagalan tersebut
dapat diminimumkan.
3)
Meminimumkan Biaya, maksudnya adalah ketika perusahaan
mengalami kegagalan maka akan ada pemborosan yang tidak
memberikan
keuntungan
bagi
perusahaan.maka
untuk
meminimumkan biaya sangat diperlukan adalah pengawasan.
4)
Antisipasi Kompleksitas Organisasi, maksudnya adalah agar
perusahaan dapat mengantispasi berbagai kegiatan organisasi yang
kompleks.kompleksitas tersebut mulai dari pengelolaan terhadap
produk,
tenaga
kerja
hingga
berbagai
prosedur
yang
terkait
denganmanajemen organisasi.
Sesuai dengan pengertian pengawasan dalam arti luas, maka
pengawasan bertujuan :
1.
Menemukan dan menghilangkan kemacetan yang mungkin timbul.
2.
Melakukan pencegahan dan perbaikan kesalahan yang ada.
3.
Mencegah penyimpangan
4.
Mengadakan koreksi apakah hasil sesuai rencana,
5.
Memperoleh efisiensi dan efektifitas.
6.
Mendidik pegawai dan mempertebal rasa tanggung jawab.
Dalam kenyataannya pengawasan tidak hanya dilakukan bagi para
pekerja di perusahaan, namun mencakup hampir semua bidang dalam
perusahaan. Secara singkat pengawasan dapat dilakukan pada bidang :
2.2.1 Produksi
Di bidang ini pengawasan dimulai saat menerima pesanan
dari pembeli, kemudian melakukan pembelian bahan sampai
dengan produk selesai dibuat. Hal ini meliputi pula pengawasan
persediaan barang dan pengawasan kualitas serta kuantitas produk.
2.2.2 Pemasaran
Tugas bagian ini dimulai saat produk akan dikirim ke pasar
atau konsumen. Oleh karena itu biasanya pengawasan berawal dari
sini,
tetapi
sebelumnya
adakalanya
sudah
bagi
dimulai
perusahaan
dengan
riset
yang
dan
cukup
besar
mengumpulkan
informasi dari pasar.
2.2.3 Keuangan
Bidang ini harus ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat.
Pengolahan dan pengawasan yang kurang teliti akan berakibat
terjerumusnya perusahaan di dalam masalah keuangan yang
bertujuan agar perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang
digunakan.
2.2.4 Personalia
Bidang
ini
merupakan
factor
penting
yang
akan
ikut
menentukan tercapainya tujuan suatu organisasi sehingga perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Tugas dari bidang ini adalah
mengatur,
membina,
menggerakkan,
mengarahkan,
serta
mengembangkan pegawai agar mampu menyelesaikan tugas-
tugasnya secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan perusahaan atau organisasi.
2.2.5 Administrasi (Perkantoran)
Bidang ini merupakan penerapan fungsi manajemen dibidang
perkantoran, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan kantor agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan
karyawan merasa puas.
2.3 ELEMEN-ELEMEN ESENSIAL DALAM MANAJEMEN PENGAWASAN
Esensi kontrol terletak pada pengawasan langkah-langkah yang
ada dikaitkan dengan hasil yang diinginkan yang ditentukan di dalam
proses perencanaan. Elemen-elemen esensial dalam tiap sistem kontrol
adalah :
1.
Tujuan yang ditentukan sebelumnya, demikian juga rencana,
kebijaksanaan, standar, norma, aturan keputusan, kriteria, atau
tolak ukur.
2.
Alat pengukur untuk kegiatan yang sedang berjalan (bila mungkin
secara kuantitatif).
3.
Alat untuk pembanding kegiatan yang sedang berjalan dengan
kriteria.
4.
Beberapa sarana koreksi atas kegiatan yang sudah berjalan seperti
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Elemen pertama dari suatu sistem melibatkan jawaban atas
pertanyaan: kira-kira hasilnya akan bagaimana? Elemen ini menuntut
perhatian akan masa yang akan datang atas apa yang diinginkan dan apa
yang diharapkan. Usaha untuk meramalkan kejadian yang akan datang
merupakan dasar untuk menafsirkan kejadian yang aktual sedang
berjalan. Ramalan yang lemah sekalipun, merupakan kerangka kerja
untuk lebih baik memahami pengalaman. Kriteria yang ditentukan
sebelumnya dapat diterapkan dengan bebas. Tujuannya bisa dinilai oleh
orang lain, baik atau tidak baik.
Suatu sistem kontrol yang berfaedah tidak dinilai dari baiknya
tujuan. dia hanya menyajikan sarana yang mengarahkan aktifitas ke suatu
tujuan aktual. Kriteria yang di tentukan sebelumnya harus dinyatakan
secara eksplisit. Maka dari itu, pernyataan kuantitatif lebih diutamakan.
Dalam manajemen produksi, unit-unit fisik, seperti angkutan per-ton,
jarak, unit-unit per jam, kerja mesin, atau berat limbah per-unit keluaran
atau out put, dapat memberikan tolok ukur yang sederhana dan langsung
untuk operasi. Dalam manajemen financial, nilai uang atau dollar berlaku
sebagai pernyataan khusus untuk norma-norma. Seringkali para manajer
financial menggunakan keberhasilan yang lalu sebagai tolok ukur kasar
untuk mengontrol operasi yang berjalan, contohnya, laporan 12 bulan
yang lalu. Asumsinya adalah bahwa prestasi yang lalu tidak terlalu jelek
dan bahwa apabila dapat disamakan atau dilewati, maka perusahaan
tidak akan mundur. Para manajer pemasaran sebaliknya seringkali
menggunakan data- data industry sebagai tolok ukur yang dapat
digunakan
oleh
perusahaan
untuk
membandingkan
hasil-hasil
penjualannya sendiri. Mereka juga mengembangkan yang didasarkan
pada potensi pasar untuk digunakan sebagai tujuan yang ditentukan
sebelumnya.
Elemen kedua dalam sistem kontrol ialah pengukuran prestasi
aktual. Langkah ini pada umumnya menuntut perhatian khusus dan
pengeluaran, karena pencatatan dan laporan-laporan haruslah disusun
untuk menyampaikan informasi dalam bentuk yang cocok untuk sistem
kontrol. Pengukuran-pengukuran prestasi aktual harus dalam unit sama
dengan yang ditentukan kriteria sebelumnya. Pelaporan prestasi aktual
yang benar menaikkan nilai sistem kontrol. Perbaikan- perbaikan dalam
pemprosesan data yang baru ini meningkatkan kecepatan pelaporan datadata tersebut.
Elemen ketiga sistem kontrol melibatkan studi pertautan. Teknik
tersebut seperti ratio, kecenderungan, ekuasi matematis, dan peta-peta
membantu mengartikan pengukuran-pengukuran prestasi aktual dengan
menunjukan hubungan antara pengalaman aktual atas kriteria yang
ditetapkan terdahulu. Gunanya pembandingan prestasi yang lalu dengan
prestasi yang sudah direncanakan ialah tidak hanya untuk mengetahui
apabila
ada
kesalahan
tetapi
juga
untuk
memungkinkan
manajer
meramalkan problem di masa datang. Suatu sistem kontrol yang baik
akan memberikan informasi secepatnya sehingga hambatan-hambatan
dapat dicegah.
Elemen keempat suatu sistem kontrol ialah tahap membuat
koreksi. Elemen keempat ini melibatkan suatu keputusan untuk tidak
melakukan kegiatan apapun apabila prestasi “tidak terkontrol”.
Dua tipe dasar kekeliruan yang menghinggapi manajer dalam
mengambil tindakan korektif ialah :
1.
Mengambil tindakan justru ketika tidak diperlukan.
2.
Salah mengambil langkah justru ketika langkah korektif diperlukan.
Suatu sistem kontrol yang baik harus memberikan beberapa dasar
yang membantu manajer mengestimasikan resiko-resikonya sehubungan
dengan tipe-tipe kekeliruan di atas. Sudah barang tentu, tes akhir suatu
sistem kontrol ialah tindakan korektifnya jatuh pada waktu yang tepat.
2.4 FUNGSI PENGAWASAN
Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk mengawasi kegiatankegiatan organisasi agar pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan
tujuan yang ditetapkan. Begitu pula dengan seluruh unsur yang ada
didalamnya agar saling mendukung dan bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Secara singkat, dapat dikatakan
bahwa fungsi ini berusaha untuk menjamin kegiatan organisasi bergerak
ke arah tujuannya.
Fungsi pengawasan meliputi beberapa tindakan, antara lain :
1.
Menetapkan standar prestasi.
2.
Mengukur prestasi yang sedang berjalan dan membandingkannya
dengan standar yang telah ditetapkan.
3.
Mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai
dengan standar.
Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa
tujuan-tujuan
manajemen
organisasi
adalah
usaha
dan
manajemen
sistematik
untuk
tercapai.
Pengawasan
menetapkan
standar
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan
nyata dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyipangan serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisiensi dalam pencapaian
tujuan-tujuan perusahaan.
Ada tiga tipe pengawasan, berdasarkan proses kegiatan yaitu :
2.4.1 Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control’s)
Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum
suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
2.4.2 Pengawasan Berjalan (Concurrent Control’s)
Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan
kegiatan Merupakan proses di mana aspek tertentu dari suatu
prosedur harus disetujui dulu atau syarat tertentu harus dipenuhi
dulu sebelum kegiatan - kegiatan bisa dilanjutkan, untuk menjadi
semacam peralatan "double check" yang telah menjamin ketepatan
pelaksanaan kegiatan.
2.4.3 Pengawasan Umpan Balik (Postaction Control’s)
Pengawasan ini adalah untuk memastikan bahwa output
yang dihasilkan sesuai dengan standar dengan kata lain sebagai
pengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Ada beberapa tahap proses pengawasan antara lain :
1.
Penetapan standard kegiatan
2.
Penentuan pengukuran kegiatan
3.
Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
4.
Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan.
5.
Mengambil tindakan pengoreksian bila dianggap perlu
2.5 PRINSIP-PRINSIP KONTROL
Beberapa
ide
dasar
tertentu
sangat
berguna
dalam
pengembangan sistem kontrol. Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari :
2.5.1 Titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control)
Kontrol terbaik hanya bisa diperoleh apabila titik-titik kritis,
titik kunci, dan titik batas dapat diidentifisir dan perhatian khusus
diarahkan pada penyesuaian titik-titik tersebut. Usaha mengontrol
semua titik cenderung akan menambah usaha sia-sia saja dan
mengurangi perhatian atas problem-problem penting. Kontrol yang
baik tidak berarti kontrol yang maksimum, karena kontrol itu mahal.
2.5.2 Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik adalah proses penyesuaian kegiatan yang akan
datang
atas
dasar
informasi
prestasi.
Manajemen
banyak
menggunakan prinsip umpan balik di bidang-bidang yang pada
permulaan nampaknya tidak berhubungan.
2.5.3 Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control)
Setiap sistem kkontrol harus peka terhadap perubahan
kondisi. Seringkali sistem kontrol menuntut penyesuaian diri dengan
perkembangan-perkembangan
baru,
termasuk
kegagalan
sistem kontrol itu sendiri.
2.5.4 Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability)
dari
Kontrol
harus
terpola
untuk
keperluan
organisasi.
Arus
informasi mengenai prestasi yang sedang berjalan harus sesuai
dengan
struktur
organisasi.
Untuk
dapatnya
mengontrol
keseluruhan kegiatan / operasi, seorang atasan harus menemukan
suatu pola yang akan memberikan kontrol terhadap semua bagian.
2.5.5 Kontrol Diri (Self Control)
Unit-unit dapat direncanakan untuk mengontrol diri sendiri.
Apabila suatu department dapat mempunyai tujuan masing-masing
serta system kontrolnya, control yang mendetail dapat ditangani
didalam department itu sendiri.
2.5.6 Kontrol Langsung (Direct Control)
Setiap sistem kontrol harus didesain untuk memelihara kontak
langsung antara pengontrol dan yang dikontrol. Meskipun telah
tersedia sejumlah sistem kontrol yang dilaksanakan oleh spesialisspesialis, supervisor pada tingkat pertama masih diperlukan karena
mengenal langsung prestasinya.
2.5.7 Faktor Manusia (Human Factor)
Tiap sistem kontrol yang menyangkut orang berkaitan dengan
cara-cara psikologis bagaimana orang itu memandang suatu sistem.
Suatu sistem kontrol yang disusun dengan desain rapi kemungkinan
akan gagal karena manusianya tidak menguntungkan untuk sistem
itu.
2.6 MACAM DAN JENIS – JENIS PENGAWASAN
Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi
antara lain:
2.6.1
Menurut Ruang Lingkupnya
1.
Pengawasan Administrasi yaitu pengawasan yang meliputi
seluruh aktifitas organisasi atau perusahaan.
2.
Pengawasan Manajerial yaitu pengawasan yang bersifat
khusus yang berlaku hanya untuk suatu bagian atau unit
tertentu saja.
2.6.2
Menurut Obyek Pengawasan
1.
Pengawasan keuangan
2.
Pengawasan kepegawaian
3.
Pengawasan pemasarann
4.
Pengawasan produksi
5.
Pengawasan kualitas
6.
Pengawasan persediaan
2.6.3
a.
Menurut Pihak yang Mengawasi
Internal control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat
pengawasan yang ada dalam organisasi atau perusahaan itu
sendiri.
b.
External control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat
pengawasan dari luar organisasi atau perusahaan.
c.
Direct Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan
yang bersangkutan ( pengawasan langsung ).
d.
Indirect Control, yaitu pengawasan yang dilakukan bukan oleh
atasan langsung, misalnya pengawasan oleh kepala biro, atau
kepala bagian ( pengawasan tidak langsung).
e.
Formal
Control,
yaitu
pengawasan
yang
dilakukan
oleh
masyarakat ( sosial control),misalnya oleh berbagai media.
2.6.4
a.
Menurut Waktu
Preventif Control, yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan
sebelum terjadinya kesalahan atau penyimpangan.
b.
Reprensif
Control,
yaitu
pengawasan
penyimpangan atau kesalahan.
setelah
terjadinya
Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari
pengawasan, diantaranya :
a)
Pengawasan Kemudi (Steering Control) atau disebut pula pengawasan
umpan maju (feed forward control), pengawasan ini dirancang untuk
mendeteksi adanya penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan
dan memperbolehkan mengambil tindakan koreksi sebelum kegiatan
selesai dikerjakan.
b)
Pengawasan Skrening (Screening Control), bisa disebut pengawasan
ya atau tidak (yes or no control). Tipe pengawasan ini merupakan
proses yang terlebih dahulu menyetujui aspek tertentu dari sebuah
prosedur, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan
dilanjutkan. Disini segi keamanan merupakan faktor kunci dan bahkan
dapat memberikan keamanan ekstra kepada manajer.
c)
Pengawasan
Purnakarya
(Post
Action
Control)
atau
disebut
pengawasan umpan balik (Feed Back Control), jenis pengawasan ini
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
2.7 PENGAWASAN
MERUPAKAN
ASPEK
PENTING
DALAM
MANAJEMEN
Dalam hal ini, terdapat beberapa alasan akan pentingnya
pengawasan di dalam setiap organisasi :
a.
Adanya perubahan di lingkungan organisasi
Menyebabkan fungsi pengawasan harus dilaksanakan agar dampak
dari perubahan-perubahan tersebut segera dapat dideteksi sehingga
manajemen akan mampu menghadapi tantangan dan peluang yang
disebabkan
oleh
perubahan
itu.
Misalnya
timbulnya
perubahan
teknologi, adanya pesaing-pesaing baru yang muncul.
b.
Organisasi menjadi semakin kompleks
Pada
umumnya
organisasi
saat
ini
cenderung
bercorak
desentralisasi, maka kegiatan perusahaan menjadi terpisah-pisah
secara geografis, lebih luas dan kompleks. Demikian juga jika banyak
dipakai penyalur dalam penjualan produk, maka untuk menjaga
kualitas dan profitabilitas, perlu system pengawasan yang lebih teliti.
c.
Timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja
Untuk mendeteksi adanya kesalahan yang mungkin diperbuat oleh
pelaku organisasi, maka digunakan fungsi pengawasan, semakin
jarang pekerja melakukan kesalahan, semakin sederhana manajemen
melakukan fungsi pengawasan.
d.
Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang
Mengimplementasikan sistem pengawasan merupakan cara yang
tepat untuk memeriksa pelaksanaan tugas-tugas pekerja yang telah
didelegasikan. Namun demikian, manajer harus dapat menjaga
keseimbangan antara pengawasan dengan kebebasan pribadi dari
pekerja supaya tidak mematikan kreatifitas.
2.8 ASAS – ASAS PENGAWASAN
Harold Kontz dan Cyril O Donnel menetapkan asas pengawasan
sebagai berikut:
1.
Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective).
Pengawasan harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan, yaitu
dengan mengadakan perbaikan (koreksi) untuk menghindarkan
penyimpangan-penyimpangan / deviasi dari perencanaan.
2.
Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control).
Pengawasan itu efisien bila dapat menghindarkan deviasi dari
perencanaan, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain di luar
dugaan.
3.
Asas
tanggung
responsibility).
jawab
Pengawasan
pengawasan
hanya
dapat
(Principle
of
dilaksanakan
control
apabila
manajer bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan rencana.
4.
Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control).
Pengawasan yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan
penyimpangan perencanan yang akan terjadi baik pada waktu
sekarang maupun masa yang akan datang.
5.
Asas pengawasan langsung (Principle of direct control). Teknik
kontrol yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manajer yang
berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan manajer atas dasar bahwa
manusia itu sering berbuat salah. Cara yang paling tepat demi
pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan
agar petugas memiliki kualitas yang baik.
6.
Asas
refleksi
Pengawasan
perencanaan
harus
(Principle
disusun
dengan
of
replection
baik,
of
plans).
sehingga
dapat
mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.
7.
Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organizational
suitability). Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi. Manajer dan bawahannya merupakan sarana untuk
melaksanakan rencana. Dengan demikian pengawasan yang efektif
harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer, sehingga
mencerminkan struktur organisasi.
8.
Asas pengawasan individual (Principle of individuality of control).
Pengawasan dan teknik pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan
manajer,
teknik
kontrol
harus
ditujukan
terhadap
kebutuhan-
kebutuhan akan informasi setiap manajer, ruang lingkup informasi
yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung tingkat dan
tugas manajer.
9.
Asas standar (Principle of standard). Kontrol yang efektif dan efisien
memerlukan standar yang tepat, yang berguna sebagai tolok ukur
pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
10. Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point
control). Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya
perhatian yang ditujukan terhadap faktor- faktor yang strategis dalam
perusahaan.
11. Asas kekecualian (The exception principle). Efisiensi dalam kontrol
membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor
kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu
ketika situasi berubah atau tidak sama.
12. Asas pengendalian pleksibel (Principle of flexibility of control).
Pengawasan
harus
luwes
untuk
menghindarkan
kegagalan
pelaksanaan rencana.
13. Asas Peninjauan Kembali (Principle of review). Sistem kontrol harus
ditinjau berkali-kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk
mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action). Pengawasan dapat dilakukan
apabila
ada
ukuran-ukuran
untuk
mengoreksi
penyimpangan-
penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan directing.
2.9 SIFAT DAN WAKTU PENGAWASAN.
Sifat dan waktu pengawasan/ control dibedakan atas :
2.9.1 Preventif Control
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dikerjakan
dengan maksud supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :
a.
Membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tata
cara suatu kegiatan atau dibuat tata tertib.
b.
Membuat pedoman – pedoman kerja.
c.
Menetapkan sanksi – sanksi terhadap pembuat kesalahan.
d.
Menentukan
kedudukan,
tugas,
wewenang
dan
tanggung
jawab.
e.
f.
Mengorganisasikan segala macam kegiatan.
Menentukan system koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
2.9.2
Represive Control
Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaan kegiatan, agar tidak terjadi pengulangan
kesalahan, sehingga sasaran dapat tercapai. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Membandingkan antara hasil-hasil kegiatan dengan rencana
yang telah ditentukan.
b.
Mencari penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan dan
mencari solusinya.
c.
Memberikan
penilaian
terhadap
hasil
kegiatan,
termasuk
kegiatan para penanggungjawabnya.
d.
Melaksanakan sanksi yang telah ditentukan terhadap pembuat
kesalahan.
e.
Menilai kembali prosedur-prosedur yang telah ditentukan.
f.
Mengecek
kebenaran laporan yang dibuat para petugas
pelaksana.
2.9.3
Pengawasan
yang
dilakukan
di
tengah
proses
penyimpangan terjadi.
Pengawasan ini dilakukan di tengah proses penyimpangan
yang terjadi untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
2.9.4
Pengawasan berkala
Pengawasan berkala yaitu pengawasan yang dilakukan secara
berkala sebulan sekali atau satu kuartal sekali atau satu tahun
sekali.
2.9.5
Pengawasan mendadak
Pengawasan mendadak ialah pengawasan yang dilakukan
secara mendadak tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.
2.10 KARAKTERISTIK SISTEM PENGAWASAN YANG EFEKTIF
1)
Akurat ; setiap data harus akurat, jika tidak mengakibatkan
organisasi
tidak
tepat
dalam
mengambil
keputusan
untuk
mengoreksi suatu penyimpangan.
2)
Tepat waktu ; informasi segera dikumpulkan, diarahkan dan
dievaluasi jika hendak diambil tindakan yang tepat pada waktunya
untuk perbaikan.
3)
Obyektif dan Komprehensif ; informasi dalam sistem pengawasan
harus dapat dipahami dan dianggap obyektif oleh individu yang
menggunakannya.
4)
Dipusatkan pada titik pengawasan strategis ; sistem pengawasan
sebaiknya
dipusatkan
pada
daerah
yang
paling
banyak
kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar.
5)
Ekonomis ; biaya untuk implementasi sistem sebaiknya lebih kecil
daripada keuntungan yang diperoleh dari sistem itu.
6)
Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah
bertindak
untuk
menguntungkan
mengatasi
atau
perubahan
memanfaatkan
yang
kurang
kesempatan-kesempatan
baru.
7)
Dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi ; idealnya jika
sistem tersebut dapat menghasilkan prestasi yang tinggi diantara
para anggota organisasi dengan membangkitkan perasaan bahwa
mereka memiliki otonomi, tanggung jawab dan kesempatan untuk
mencapai tujuan.
8)
Dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi. Hal ini
disebabkan oleh:
Setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi.
Informasi
pengawasan
memerlukannya.
harus
sampai
kepada
orang
yang
2.11 CARA – CARA PENGAWASAN YANG BAIK
1.
Pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan.
Untuk masing-masing kegiatan cara pengawasannya pun berbeda –
beda, antara organisasi kecil dan besar juga berbeda.
2.
Pengawasan harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan,
jika ada penyimpangan yang terlambat diatasi maka hal itu akan
menjadi parah dan memperumit tindakan korektif yang akan
dilakukan.
3.
Pengawasan harus berorientasi jauh ke depan. Manajemen perlu
membuat perkiraan situasi yang mungkin akan terjadi pada
organisasi di masa depan.
4.
Pengawasan harus akurat dan obyektif. Agar pengawasan menjadi
obyektif, maka mutlak diperlukan suatu ukuran sebagi pedoman
pelaksanaannya.
5.
Pengawasan harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu
dicari
alternatif-alternatif
rencana
untuk
situasi
yang
memungkinkan.
6.
Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian
membuat kekeliruan, maka hal itu harus diatasi bersama- sama
dengan kegiatan lain yang merupakan satu kesatuan organisasi.
2.12 Langkah-langkah dan Proses Pengawasan
1)
Menetapkan standard
and
metode untuk
mengukur
prestasi.
Misalkan beberapa target yang harus dicapai/ beberapa jumlah
produksi yang harus dicapai.
2)
Mengukur
prestasi
berkesinambungan
kerja,
dan
hal
ini
merupakan
berulang-ulang
yang
proses
yang
frekuensinya
tergantung pada jenis aktiitasnya, sebaiknya dilakukan dengan
segera agar waktunya tidak terlalu panjang.
3)
Menentukan apakah prestasi kerja memenuhi standar
4)
Merupakan
kelanjutan
dari
kedua
langkah
terdahulu
yaitu
membandingkan antara langkah pertama dan langkah kedua.
5)
Mengambil tindakan korektif, apabila tidak ada penyimpangan
pada langkah pertama dan kedua maka manajemen tidak perlu
melakukan tindakan apa-apa. Tapi jika sebaliknya, maka manajemen
perlu melakukan tindakan korektif. Tindakan ini dapat berupa
perubahan aktifitas organisasi atau pada standar kerja yang telah
ditetapkan semula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telanh dirangkum dari bagian awal
sampai akhir :
1.
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh seorang controller ( pengawas).
2.
Pengawasan
memiliki
tujuan
untuk
menemukan
kemacetan,
mencegah penyimpangan, melakukan koreksi,memperoleh efisiensi
dan efektifitas, dan mempertebal rasa tanggung jawab dan dapat
dilakukan pada bidang produksi, pemasaran, keuangan, personalia,
dan administrasi.
3.
Elemen-elemen esensial dalam sistem kontrol adalah sebagai alat
ukur, pembanding, dan sarana koreksi kegiatan yang sedang
berjalan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
4.
Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk mengawasi kegiatankegiatan organisasi agar pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan
dengan tujuan yang ditetapkan.dan meemiliki tiga tipe pengawasan
berdasarkan
proses
kegiatan,
yaitu
ada
tipe
pengawasan
pendahuluan, pengawasan berjalan, dan pengawasan umpan balik.
5.
Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari titik Kontrol Strategis (Strategic
Point Control), Umpan Balik (Feedback), Kontrol yang Fleksibel
(Flexible Control), Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability),
Kontrol Diri (SelfControl), Kontrol Langsung (Direct Control), Faktor
Manusia (Human Factor).
6.
Menurut tinjauan dari beberapa segi, ada beberapa macam dan
jenis
pengawasan,
yaitu
menurut
ruang
lingkupnya,
obyek
pengawasan, pihak yang mengawasi, dan waktu.
7.
Pengawasan merupakan aspek penting dalam manajemen karena
jika adanya perubahan di lingkungan organisasi, jika organisasi
semakin
kompleks,
jika
timbulnya
kesalahan-kesalahan
dalam
bekerja, manajemen akan mampu menghadapi semua tantangan
tersebut
dan
kebutuhan
manajer
untuk
mendelegasikan
wewenangnya.
8.
Harold Kontz dan Cryil O Donnell menetapkan asas pengawasan
menjadi beberapa asas, diantaranya Asas tercapainya tujuan
(Principle of assurance of objective), Asas efisiensi dan pengawasan
(Principle
of
efficiency
and
control),
Asas
tanggung
jawab
pengawasan (Principle of control responsibility), Asas pengawasan
terhadap masa depan (Principle of future control), Asas pengawasan
langsung (Principle of direct control), Asas refleksi perencanaan
(Principle
of
reflection
of
plans),
Asas
penyesuaian
dengan
organisasi (Principle of organizational suitability), Asas pengawasan
individual (Princple
(Principle
of
(Principle
of
exception
principle),
of
individuality
standard),Asas
strategic
point
Asas
of control), Asas
pengawasan
control),
pengawasan
Asas
terhadap
standar
strategis
kekecualian
fleksibel
(The
(Principle
of
flexibility of control), Asas peninjauan kembali (Principle of review),
Asas tindakan (Principle of action).
9.
Sifat dan waktu pengawasan (control) dibedakan atas preventive
control, represive control, pengawasan yang dilakukan tengah
proses
penyimpangan
terjadi,
pengendalian
berkala,
dan
pengendalian mendadak.
10. Karakteristik pengawasan yang efektif yaitu, akurat, tepat waktu,
obyektif dan komprehensif, dipusatkan pada titik pengawasan
strategis, ekonomis, fleksibel, dapat diterima oleh seluruh anggota
organisasi, dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi.
11. Cara-cara pengawasan yang baik itu, diantaranya pengawasan
harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan, harus segera
melaporkan setiap ada penyimpangan, harus berorientasi jauh
kedepan, harus akurat dan obyektif, harus fleksibel, harus serasi
dengan pola organisasi.
12. Langkah-langkah
dan
menetapkan standard
mengukur
prestasi
and
kerja,
proses
pengawasan
metode untuk
menentukan
terdiri
mengukur
apakah
dari,
prestasi,
prestasi
kerja
memenuhi standar, mengambil tindakan korektif.
3.2 Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi.
Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan
menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang
berasal dari bawahan maupun lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun
suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota
organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak
pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin
organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan
seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan
dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi
dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
T. Hani Handoko, 2003, Manajemen Edisi 2. Yogyakarta, BPFE YOGYAKARTA .
Sule, Ernie Tisnawati, dkk. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana
Penada Media Group
http:\\www.elearning.gunadarma.ac.id/.../bab7_dasar_dan_teknik_pengaw
asan\ (17 Mei 2013)
http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/04/makalah-mpk-pengawasanmanajemen.html (17 Mei 2013)
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-pengantarmanajemen-controlling.html
(17 Mei 2013)
http://thohamuhammad.blogspot.co.id/2014/09/makalah-manajemencontrolling.html
MANAGEMENT CONTROLING
(pengawasan)
DISUSUN OLEH :
MUHAMAD IQBAL SETIAWAN
YOGI AFRIZAL
MUHAMAD HAFIZ MAULANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
controlling.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Neneng Sofianti, SE.,MM. yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pemahaman
kami tentang manajemen kontroling. Terima kasih pula kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari ibu Neneng Sofianti, SE.,MM. Banyak kendala yang kami alami
dalam menyusun makalah ini. Namun, itu semua tidak menyurutkan niat
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami telah berupaya menyempurnakan makalah ini, namun seperti kata
pepatah, “Tak ada gading yang tak retak” maka kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari ibu Neneng
Sofianti, SE.,MM., teman-teman dan orang lain yang sudi meluangkan
waktunya untuk menyimak isi dari makalah ini.
Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR
ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
masalah..........................................................................
1.2 Permasalahan................................................................................
.........
1.3 Maksud
Dan
Tujuan
Penyusunan
Makalah...........................................
1.4 Metode
Penyusunan
Makalah................................................................
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengawasan.........................................................................
2.2 Tujuan
dan
Bidang-Bidang
Pengawasan...............................................
2.2.1
Produksi.........................................................................
......
2.2.2
Pemasaran.....................................................................
.......
2.2.3
Keuangan......................................................................
.......
2.2.4
Personalia......................................................................
.......
2.2.5
Administrasi
(Perkantoran)..................................................
2.3 Elemen-elemen
Esensial
dalam
Manajemen
Pengawasan......................
2.4 Fungsi
Pengawasan................................................................................
2.4.1
Pengawasan
Pendahuluan
(Feedforward
Control’s)...........
2.4.2
Pengawasan
Berjalan
(Concurrent
Control’s)......................
2.4.3
Pengawasan
Umpan
Balik
(Postaction
Control’s)...............
2.5 Prinsip-Prinsip
Conroling.......................................................................
2.5.1
Tiik
Kontrol
Strategis
(Strategic
Point
Control)..................
2.5.2
Umpan
Balik
(Feedback).....................................................
2.5.3
Kontrol
yang
Fleksibel
(Flexible
Control)...........................
2.5.4
Kesesuaian
Organisasi
(Organizational
Diri
(Self
Suitability).............
2.5.5
Kontrol
Control)..................................................
2.5.6
Kontrol
Langsung
(Direct
Control).....................................
2.5.7
Faktor
Manusia
(Human
Factor)..........................................
2.6 Macam
dan
Pengawasan......................................................
Jenis-jenis
2.6.1
Menurut
Ruang
Lingkupnya................................................
2.6.2
Menurut
Obyek
Pengawasan...............................................
2.6.3
Menurut
Pihak
yang
Mengawasi.........................................
2.6.4
Menurut
Waktu....................................................................
2.7 Pengawasan
merupakan
Aspek
Penting
dalam
Manajemen..................
2.8 Asas-asas
Pengawasan...........................................................................
2.9 Sifat
dan
Waktu
Pengawasan................................................................
2.9.1
Preventif
Control ................................................................
2.9.2
Represive
Control................................................................
2.9.3
Pengawasan
yang
dilakukan
di
tengah
proses
penyimpangan
Terjadi...............................................................................
...
2.9.4
Pengawasan
berkala.............................................................
2.9.5
Pengawasan
mendadak........................................................
2.10
Karakteristik
sistem
pengawasan
yang
efektif.....................................
2.11 Cara-cara
Pengawasan
Baik.........................................................
yang
2.12
Langkah-langkah
dan
Proses
Pengawasan............................................
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
...........
3.1
Saran………………………………………………………………………………………
…………………………
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengawas atau controller dapat diibaratkan dengan navigator kapal.
Navigator kapal yang sudah terlatih itu membantu kapten kapal. Tanpa
seorang navigator, kapal dapat terkandas pada batu karang atau
kehilangan haluan, tetapi hak untuk memberi komando tetap berada di
tangan
kapten
memberitahukan
kapal.
kapten,
Navigator
hanya
bagaimana
memberi
posisi
kapal
petunjuk
yang
dan
sedang
dikemudikan itu. Jadi organisasi atau badan usaha juga bisa diibaratkan
sebagai kapal, sehingga peran pengawas (controller) sangat penting
dalam maju mundurnya suatu organisasi atau badan usaha.
Pengawasan
penerapan
cara
(Controlling)
dan
alat
sendiri
untuk
memiliki
menjamin
arti
bahwa
penemuan,
rencana
telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan mencapai tujuan
yang diharapkan. Dengan adanya manajemen pengawasan (controlling)
dimaksudkan
untuk
mengawasi
kegiatan-kegiatan
organisasi
agar
pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk
menjamin kegiatan organisasi bergerak ke arah tujuannya. Dengan
adanya fungsi pengawasan, dapat diketahui apakah pelaksanaan kegiatan
berjalan
sebagaimana
penyimpangan.
Jika
semestinya
telah
diketahui,
atau
terjadi
tindakan
kesalahan
lebih
lanjut
atau
dapat
dilaksanakan. Kemudian, dapat diusahakan untuk meningkatkannya dan
jika terjadi kesalahan dapat dilakukan perbaikan.
1.2 Permasalahan
Kami sebagai penulis, memiliki beberapa point-point permasalahan
mengenai “Manajemen Pengawasan (Controlling)” ini, yaitu sebagai
berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan pengawasan ?
2) Apa saja tujuan dan bidang-bidang pengawasan ?
3) Bagaimana elemen-elemen esensial yang ada di dalam tiap sistem
kontrol sendiri ?
4) Ada berapa fungsi, tipe, dan proses pengawasan dalam manajemen
?
5) Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip kontrol yang berguna untuk
mengembangkan sistem kontrol ?
6) Ada berapa macam dan jenis-jenis pengawasan jika ditinjau dari
setiap segi?
7) Apakah
pengawasan
manajemen ?
itu
merupakan
aspek
penting
dalam
8) Apa saja asas-asas yang menyangkut tentang pengawasan ?
9) Bagaimana sifat dan waktu dalam pengawasan ?
10) Bagaimana karakteristik sistem pengawasan yang lebih efektif ?
11) Bagaimana cara-cara melakukan pengawasan yang baik ?
12) Bagaimana langkah-langkah dan proses pengawasan ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun maksud dan tujuan kami sebagai penulis dalam membuat
makalah ini
1) Agar dapat memahami tentang pengertian dari pengawasan.
2) Agar mengetahui tujuan dan bidang-bidang pengawasan.
3) Agar mengetahui elemen-elemen esensial yang ada dalam tiap
sistem kontrol.
4) Agar mengetahui fungsi, tipe dan proses dalam pengawasan.
5) Agar mengetahui prinsip-prinsip dalam pengawasan.
6) Agar bisa mengetahui macam dan jenis-jenis pengawasan.
7) Agar mengetahui bahwa pengawasan itu adalah aspek yang
sangat penting.
8) Agar mengetahui asas-asas yang terkait dengan pengawasan.
9) Agar mengetahui sifat dan waktu dalam pengawasan
10) Agar mengetahui karakteristik sistem pengawasan yang efektif.
11) Agar mengetahui cara-cara melakukan pengawasan yang baik.
12) Agar mengetahui cara-cara dan langkah-langkah dan proses
pengawasan.
1.4 Metode Penyusunan Makalah
Dalam pembuatan makalah ini, yang berkaitan tentang Manajemen
Pengawasan (Controlling), kami menggunakan metode dengan melihat
sumber-sumber seperti media cetak dan media elektronik, dan sumbersumber lain yang relefan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENGAWASAN (CONTROLLING)
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh seorang controller (pengawas). Pengawasan dilakukan
untuk menemukan dan mengoreksi adanya penyimpangan-penyimpangan
dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan rencana kerja yang
telah ditetapkan, pada setiap tahap-tahap kegiatan perlu dilakukan
pengawasan. Sebab apabila terjadi penyimpangan akan lebih cepat
melakukan koreksi atau perbaikan.
Seorang controller ( pengawas ) harus menyelaraskan tingkat
jaminan sumber daya dengan kebutuhan rencana-rencana yang pasti
dengan proses mencatat atau dengan pengendalian perkembangan ke
arah tujuan pokok dan sasaran serta metode pencapaiannya yang
memungkinkan
seorang
pengawas
melihat
lebih
awal
adanya
penyimpangan. Oleh karena itu, pengawasan berkaitan erat dengan
perencanaan.
Pengawasan ( Controlling ) dapat diartikan secara negatif, positif,
dan dalam arti luas. Dalam arti negatif pengawasan dapat diartikan
sebagai tindakan mencari-cari kesalahan kemudian memberikan sanksi,
dan melakukan larangan-larangan. Dalam arti positif pengawasan ialah
tindakan-tindakan agar organisasi atau perusahaan berjalan terarah, tidak
terjadi kesalahan-kesalahan, penyimpangan atau kebocoran di segala
bidang. Sedangkan dalam arti luas, pengawasan adalah aktifitas controller
untuk melakukan pengamatan, penelitian dan penilaian dari pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi atau perusahaan yang sedang atau telah
berjalan untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun pengertian pengawasan menurut beberapa pakar ekonomi,
antara lain :
a.
Earl P Strong: Pengawasan adalah proses pengaturan berbagai
faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapanketetapan dalam rencana.
b.
Haroold Koontz: Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan
terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang
telah
dibuat
untuk
mencapai
tujuan-tujuan
perusahaah
dapat
terselenggara.
c.
C. G. R. Terry: Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses
penentuan apa yang harus dicapai yaitu, standar apa yang sedang
dijalankan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana yaitu selaras dengan standar.
d.
Schermerhorn, menyatakan
merupakan
proses
dalam
bahwa
pengawasan
menetapkan
pengambilan tindakan yang dapat
ukuran
adalah
kinerja
dan
mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang teleh ditetapkan
tersebut.
e.
Stoner, Freeman dan Gilbert, menyatakan bahwa pengawasan
adalah proses untuk memastikan bahwa segala akifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
f.
Secara lebih lengkap, mockler, dalam Stoner, Freeman, dan
Gilbert mengemukakan
fungsi
pengawasan
dalam
manajemen
adalah upaya sistematis dalam menetapkan standar kinerja dan
berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain system informasi
umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan
yang telah ditetapkansebelumnya, menentukan,apakah terdapat
penyimpangan dan tingkat signifikan dari setiap penyimpangan
tersebut,
danmengambil
tindakan
yang
diperlukan
untuk
memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan
secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
g.
Mockler secara
lengkap
menguraikan
bahwa
pada
intinya
pengawasan tidak hanya berfungsi untuk menilai apakah sesuatu itu
berjalan ataukah tidak, akan tetapi termasuk tindakan koreksi yang
mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian
standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke waktu.
2.2 TUJUAN DAN BIDANG-BIDANG PENGAWASAN
Griffin menjelaskan
bahwa
terdapat
empat
tujuan
dari
pengawasan :
1)
Adaptasi Lingkungan, maksudnya adalah agar perusahaan dapat
terus
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dilingkungan
perusahaan,
baik
lingkungan
yang
bersifat
internal
maupun
lingkungan eksternal.dengan demikianfungsi pengawasan tidak saja
dilakukan untuk memastikan agar kegiatan perusahaan berjalan
sebagaimana rencana yang telah ditetapkan, akan tetapi juga agar
kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perubahan lingkungan, karena
sangat memungkinkan perusahaan juga merubah rencana perusahaan
disebabkan terjadi berbagai perubahan dilingkungan yang dihadapi
perusahaan.
2)
Meminimumkan Kegagalan, maksudnya adalah ketika perusahaan
melakukan kegiatan produksi, misalnya perusahaan berharap agar
kegagalan seminimal mungkin.oleh karena itu perusahaaan perlu
menjalankan fungsi pengawasan agar kegagalan-kegagalan tersebut
dapat diminimumkan.
3)
Meminimumkan Biaya, maksudnya adalah ketika perusahaan
mengalami kegagalan maka akan ada pemborosan yang tidak
memberikan
keuntungan
bagi
perusahaan.maka
untuk
meminimumkan biaya sangat diperlukan adalah pengawasan.
4)
Antisipasi Kompleksitas Organisasi, maksudnya adalah agar
perusahaan dapat mengantispasi berbagai kegiatan organisasi yang
kompleks.kompleksitas tersebut mulai dari pengelolaan terhadap
produk,
tenaga
kerja
hingga
berbagai
prosedur
yang
terkait
denganmanajemen organisasi.
Sesuai dengan pengertian pengawasan dalam arti luas, maka
pengawasan bertujuan :
1.
Menemukan dan menghilangkan kemacetan yang mungkin timbul.
2.
Melakukan pencegahan dan perbaikan kesalahan yang ada.
3.
Mencegah penyimpangan
4.
Mengadakan koreksi apakah hasil sesuai rencana,
5.
Memperoleh efisiensi dan efektifitas.
6.
Mendidik pegawai dan mempertebal rasa tanggung jawab.
Dalam kenyataannya pengawasan tidak hanya dilakukan bagi para
pekerja di perusahaan, namun mencakup hampir semua bidang dalam
perusahaan. Secara singkat pengawasan dapat dilakukan pada bidang :
2.2.1 Produksi
Di bidang ini pengawasan dimulai saat menerima pesanan
dari pembeli, kemudian melakukan pembelian bahan sampai
dengan produk selesai dibuat. Hal ini meliputi pula pengawasan
persediaan barang dan pengawasan kualitas serta kuantitas produk.
2.2.2 Pemasaran
Tugas bagian ini dimulai saat produk akan dikirim ke pasar
atau konsumen. Oleh karena itu biasanya pengawasan berawal dari
sini,
tetapi
sebelumnya
adakalanya
sudah
bagi
dimulai
perusahaan
dengan
riset
yang
dan
cukup
besar
mengumpulkan
informasi dari pasar.
2.2.3 Keuangan
Bidang ini harus ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat.
Pengolahan dan pengawasan yang kurang teliti akan berakibat
terjerumusnya perusahaan di dalam masalah keuangan yang
bertujuan agar perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang
digunakan.
2.2.4 Personalia
Bidang
ini
merupakan
factor
penting
yang
akan
ikut
menentukan tercapainya tujuan suatu organisasi sehingga perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Tugas dari bidang ini adalah
mengatur,
membina,
menggerakkan,
mengarahkan,
serta
mengembangkan pegawai agar mampu menyelesaikan tugas-
tugasnya secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan perusahaan atau organisasi.
2.2.5 Administrasi (Perkantoran)
Bidang ini merupakan penerapan fungsi manajemen dibidang
perkantoran, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan kantor agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan
karyawan merasa puas.
2.3 ELEMEN-ELEMEN ESENSIAL DALAM MANAJEMEN PENGAWASAN
Esensi kontrol terletak pada pengawasan langkah-langkah yang
ada dikaitkan dengan hasil yang diinginkan yang ditentukan di dalam
proses perencanaan. Elemen-elemen esensial dalam tiap sistem kontrol
adalah :
1.
Tujuan yang ditentukan sebelumnya, demikian juga rencana,
kebijaksanaan, standar, norma, aturan keputusan, kriteria, atau
tolak ukur.
2.
Alat pengukur untuk kegiatan yang sedang berjalan (bila mungkin
secara kuantitatif).
3.
Alat untuk pembanding kegiatan yang sedang berjalan dengan
kriteria.
4.
Beberapa sarana koreksi atas kegiatan yang sudah berjalan seperti
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Elemen pertama dari suatu sistem melibatkan jawaban atas
pertanyaan: kira-kira hasilnya akan bagaimana? Elemen ini menuntut
perhatian akan masa yang akan datang atas apa yang diinginkan dan apa
yang diharapkan. Usaha untuk meramalkan kejadian yang akan datang
merupakan dasar untuk menafsirkan kejadian yang aktual sedang
berjalan. Ramalan yang lemah sekalipun, merupakan kerangka kerja
untuk lebih baik memahami pengalaman. Kriteria yang ditentukan
sebelumnya dapat diterapkan dengan bebas. Tujuannya bisa dinilai oleh
orang lain, baik atau tidak baik.
Suatu sistem kontrol yang berfaedah tidak dinilai dari baiknya
tujuan. dia hanya menyajikan sarana yang mengarahkan aktifitas ke suatu
tujuan aktual. Kriteria yang di tentukan sebelumnya harus dinyatakan
secara eksplisit. Maka dari itu, pernyataan kuantitatif lebih diutamakan.
Dalam manajemen produksi, unit-unit fisik, seperti angkutan per-ton,
jarak, unit-unit per jam, kerja mesin, atau berat limbah per-unit keluaran
atau out put, dapat memberikan tolok ukur yang sederhana dan langsung
untuk operasi. Dalam manajemen financial, nilai uang atau dollar berlaku
sebagai pernyataan khusus untuk norma-norma. Seringkali para manajer
financial menggunakan keberhasilan yang lalu sebagai tolok ukur kasar
untuk mengontrol operasi yang berjalan, contohnya, laporan 12 bulan
yang lalu. Asumsinya adalah bahwa prestasi yang lalu tidak terlalu jelek
dan bahwa apabila dapat disamakan atau dilewati, maka perusahaan
tidak akan mundur. Para manajer pemasaran sebaliknya seringkali
menggunakan data- data industry sebagai tolok ukur yang dapat
digunakan
oleh
perusahaan
untuk
membandingkan
hasil-hasil
penjualannya sendiri. Mereka juga mengembangkan yang didasarkan
pada potensi pasar untuk digunakan sebagai tujuan yang ditentukan
sebelumnya.
Elemen kedua dalam sistem kontrol ialah pengukuran prestasi
aktual. Langkah ini pada umumnya menuntut perhatian khusus dan
pengeluaran, karena pencatatan dan laporan-laporan haruslah disusun
untuk menyampaikan informasi dalam bentuk yang cocok untuk sistem
kontrol. Pengukuran-pengukuran prestasi aktual harus dalam unit sama
dengan yang ditentukan kriteria sebelumnya. Pelaporan prestasi aktual
yang benar menaikkan nilai sistem kontrol. Perbaikan- perbaikan dalam
pemprosesan data yang baru ini meningkatkan kecepatan pelaporan datadata tersebut.
Elemen ketiga sistem kontrol melibatkan studi pertautan. Teknik
tersebut seperti ratio, kecenderungan, ekuasi matematis, dan peta-peta
membantu mengartikan pengukuran-pengukuran prestasi aktual dengan
menunjukan hubungan antara pengalaman aktual atas kriteria yang
ditetapkan terdahulu. Gunanya pembandingan prestasi yang lalu dengan
prestasi yang sudah direncanakan ialah tidak hanya untuk mengetahui
apabila
ada
kesalahan
tetapi
juga
untuk
memungkinkan
manajer
meramalkan problem di masa datang. Suatu sistem kontrol yang baik
akan memberikan informasi secepatnya sehingga hambatan-hambatan
dapat dicegah.
Elemen keempat suatu sistem kontrol ialah tahap membuat
koreksi. Elemen keempat ini melibatkan suatu keputusan untuk tidak
melakukan kegiatan apapun apabila prestasi “tidak terkontrol”.
Dua tipe dasar kekeliruan yang menghinggapi manajer dalam
mengambil tindakan korektif ialah :
1.
Mengambil tindakan justru ketika tidak diperlukan.
2.
Salah mengambil langkah justru ketika langkah korektif diperlukan.
Suatu sistem kontrol yang baik harus memberikan beberapa dasar
yang membantu manajer mengestimasikan resiko-resikonya sehubungan
dengan tipe-tipe kekeliruan di atas. Sudah barang tentu, tes akhir suatu
sistem kontrol ialah tindakan korektifnya jatuh pada waktu yang tepat.
2.4 FUNGSI PENGAWASAN
Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk mengawasi kegiatankegiatan organisasi agar pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan
tujuan yang ditetapkan. Begitu pula dengan seluruh unsur yang ada
didalamnya agar saling mendukung dan bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Secara singkat, dapat dikatakan
bahwa fungsi ini berusaha untuk menjamin kegiatan organisasi bergerak
ke arah tujuannya.
Fungsi pengawasan meliputi beberapa tindakan, antara lain :
1.
Menetapkan standar prestasi.
2.
Mengukur prestasi yang sedang berjalan dan membandingkannya
dengan standar yang telah ditetapkan.
3.
Mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai
dengan standar.
Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa
tujuan-tujuan
manajemen
organisasi
adalah
usaha
dan
manajemen
sistematik
untuk
tercapai.
Pengawasan
menetapkan
standar
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan
nyata dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyipangan serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisiensi dalam pencapaian
tujuan-tujuan perusahaan.
Ada tiga tipe pengawasan, berdasarkan proses kegiatan yaitu :
2.4.1 Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control’s)
Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum
suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
2.4.2 Pengawasan Berjalan (Concurrent Control’s)
Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan
kegiatan Merupakan proses di mana aspek tertentu dari suatu
prosedur harus disetujui dulu atau syarat tertentu harus dipenuhi
dulu sebelum kegiatan - kegiatan bisa dilanjutkan, untuk menjadi
semacam peralatan "double check" yang telah menjamin ketepatan
pelaksanaan kegiatan.
2.4.3 Pengawasan Umpan Balik (Postaction Control’s)
Pengawasan ini adalah untuk memastikan bahwa output
yang dihasilkan sesuai dengan standar dengan kata lain sebagai
pengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Ada beberapa tahap proses pengawasan antara lain :
1.
Penetapan standard kegiatan
2.
Penentuan pengukuran kegiatan
3.
Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
4.
Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan.
5.
Mengambil tindakan pengoreksian bila dianggap perlu
2.5 PRINSIP-PRINSIP KONTROL
Beberapa
ide
dasar
tertentu
sangat
berguna
dalam
pengembangan sistem kontrol. Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari :
2.5.1 Titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control)
Kontrol terbaik hanya bisa diperoleh apabila titik-titik kritis,
titik kunci, dan titik batas dapat diidentifisir dan perhatian khusus
diarahkan pada penyesuaian titik-titik tersebut. Usaha mengontrol
semua titik cenderung akan menambah usaha sia-sia saja dan
mengurangi perhatian atas problem-problem penting. Kontrol yang
baik tidak berarti kontrol yang maksimum, karena kontrol itu mahal.
2.5.2 Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik adalah proses penyesuaian kegiatan yang akan
datang
atas
dasar
informasi
prestasi.
Manajemen
banyak
menggunakan prinsip umpan balik di bidang-bidang yang pada
permulaan nampaknya tidak berhubungan.
2.5.3 Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control)
Setiap sistem kkontrol harus peka terhadap perubahan
kondisi. Seringkali sistem kontrol menuntut penyesuaian diri dengan
perkembangan-perkembangan
baru,
termasuk
kegagalan
sistem kontrol itu sendiri.
2.5.4 Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability)
dari
Kontrol
harus
terpola
untuk
keperluan
organisasi.
Arus
informasi mengenai prestasi yang sedang berjalan harus sesuai
dengan
struktur
organisasi.
Untuk
dapatnya
mengontrol
keseluruhan kegiatan / operasi, seorang atasan harus menemukan
suatu pola yang akan memberikan kontrol terhadap semua bagian.
2.5.5 Kontrol Diri (Self Control)
Unit-unit dapat direncanakan untuk mengontrol diri sendiri.
Apabila suatu department dapat mempunyai tujuan masing-masing
serta system kontrolnya, control yang mendetail dapat ditangani
didalam department itu sendiri.
2.5.6 Kontrol Langsung (Direct Control)
Setiap sistem kontrol harus didesain untuk memelihara kontak
langsung antara pengontrol dan yang dikontrol. Meskipun telah
tersedia sejumlah sistem kontrol yang dilaksanakan oleh spesialisspesialis, supervisor pada tingkat pertama masih diperlukan karena
mengenal langsung prestasinya.
2.5.7 Faktor Manusia (Human Factor)
Tiap sistem kontrol yang menyangkut orang berkaitan dengan
cara-cara psikologis bagaimana orang itu memandang suatu sistem.
Suatu sistem kontrol yang disusun dengan desain rapi kemungkinan
akan gagal karena manusianya tidak menguntungkan untuk sistem
itu.
2.6 MACAM DAN JENIS – JENIS PENGAWASAN
Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi
antara lain:
2.6.1
Menurut Ruang Lingkupnya
1.
Pengawasan Administrasi yaitu pengawasan yang meliputi
seluruh aktifitas organisasi atau perusahaan.
2.
Pengawasan Manajerial yaitu pengawasan yang bersifat
khusus yang berlaku hanya untuk suatu bagian atau unit
tertentu saja.
2.6.2
Menurut Obyek Pengawasan
1.
Pengawasan keuangan
2.
Pengawasan kepegawaian
3.
Pengawasan pemasarann
4.
Pengawasan produksi
5.
Pengawasan kualitas
6.
Pengawasan persediaan
2.6.3
a.
Menurut Pihak yang Mengawasi
Internal control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat
pengawasan yang ada dalam organisasi atau perusahaan itu
sendiri.
b.
External control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat
pengawasan dari luar organisasi atau perusahaan.
c.
Direct Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan
yang bersangkutan ( pengawasan langsung ).
d.
Indirect Control, yaitu pengawasan yang dilakukan bukan oleh
atasan langsung, misalnya pengawasan oleh kepala biro, atau
kepala bagian ( pengawasan tidak langsung).
e.
Formal
Control,
yaitu
pengawasan
yang
dilakukan
oleh
masyarakat ( sosial control),misalnya oleh berbagai media.
2.6.4
a.
Menurut Waktu
Preventif Control, yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan
sebelum terjadinya kesalahan atau penyimpangan.
b.
Reprensif
Control,
yaitu
pengawasan
penyimpangan atau kesalahan.
setelah
terjadinya
Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari
pengawasan, diantaranya :
a)
Pengawasan Kemudi (Steering Control) atau disebut pula pengawasan
umpan maju (feed forward control), pengawasan ini dirancang untuk
mendeteksi adanya penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan
dan memperbolehkan mengambil tindakan koreksi sebelum kegiatan
selesai dikerjakan.
b)
Pengawasan Skrening (Screening Control), bisa disebut pengawasan
ya atau tidak (yes or no control). Tipe pengawasan ini merupakan
proses yang terlebih dahulu menyetujui aspek tertentu dari sebuah
prosedur, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan
dilanjutkan. Disini segi keamanan merupakan faktor kunci dan bahkan
dapat memberikan keamanan ekstra kepada manajer.
c)
Pengawasan
Purnakarya
(Post
Action
Control)
atau
disebut
pengawasan umpan balik (Feed Back Control), jenis pengawasan ini
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
2.7 PENGAWASAN
MERUPAKAN
ASPEK
PENTING
DALAM
MANAJEMEN
Dalam hal ini, terdapat beberapa alasan akan pentingnya
pengawasan di dalam setiap organisasi :
a.
Adanya perubahan di lingkungan organisasi
Menyebabkan fungsi pengawasan harus dilaksanakan agar dampak
dari perubahan-perubahan tersebut segera dapat dideteksi sehingga
manajemen akan mampu menghadapi tantangan dan peluang yang
disebabkan
oleh
perubahan
itu.
Misalnya
timbulnya
perubahan
teknologi, adanya pesaing-pesaing baru yang muncul.
b.
Organisasi menjadi semakin kompleks
Pada
umumnya
organisasi
saat
ini
cenderung
bercorak
desentralisasi, maka kegiatan perusahaan menjadi terpisah-pisah
secara geografis, lebih luas dan kompleks. Demikian juga jika banyak
dipakai penyalur dalam penjualan produk, maka untuk menjaga
kualitas dan profitabilitas, perlu system pengawasan yang lebih teliti.
c.
Timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja
Untuk mendeteksi adanya kesalahan yang mungkin diperbuat oleh
pelaku organisasi, maka digunakan fungsi pengawasan, semakin
jarang pekerja melakukan kesalahan, semakin sederhana manajemen
melakukan fungsi pengawasan.
d.
Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang
Mengimplementasikan sistem pengawasan merupakan cara yang
tepat untuk memeriksa pelaksanaan tugas-tugas pekerja yang telah
didelegasikan. Namun demikian, manajer harus dapat menjaga
keseimbangan antara pengawasan dengan kebebasan pribadi dari
pekerja supaya tidak mematikan kreatifitas.
2.8 ASAS – ASAS PENGAWASAN
Harold Kontz dan Cyril O Donnel menetapkan asas pengawasan
sebagai berikut:
1.
Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective).
Pengawasan harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan, yaitu
dengan mengadakan perbaikan (koreksi) untuk menghindarkan
penyimpangan-penyimpangan / deviasi dari perencanaan.
2.
Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control).
Pengawasan itu efisien bila dapat menghindarkan deviasi dari
perencanaan, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain di luar
dugaan.
3.
Asas
tanggung
responsibility).
jawab
Pengawasan
pengawasan
hanya
dapat
(Principle
of
dilaksanakan
control
apabila
manajer bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan rencana.
4.
Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control).
Pengawasan yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan
penyimpangan perencanan yang akan terjadi baik pada waktu
sekarang maupun masa yang akan datang.
5.
Asas pengawasan langsung (Principle of direct control). Teknik
kontrol yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manajer yang
berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan manajer atas dasar bahwa
manusia itu sering berbuat salah. Cara yang paling tepat demi
pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan
agar petugas memiliki kualitas yang baik.
6.
Asas
refleksi
Pengawasan
perencanaan
harus
(Principle
disusun
dengan
of
replection
baik,
of
plans).
sehingga
dapat
mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.
7.
Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organizational
suitability). Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi. Manajer dan bawahannya merupakan sarana untuk
melaksanakan rencana. Dengan demikian pengawasan yang efektif
harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer, sehingga
mencerminkan struktur organisasi.
8.
Asas pengawasan individual (Principle of individuality of control).
Pengawasan dan teknik pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan
manajer,
teknik
kontrol
harus
ditujukan
terhadap
kebutuhan-
kebutuhan akan informasi setiap manajer, ruang lingkup informasi
yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung tingkat dan
tugas manajer.
9.
Asas standar (Principle of standard). Kontrol yang efektif dan efisien
memerlukan standar yang tepat, yang berguna sebagai tolok ukur
pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
10. Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point
control). Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya
perhatian yang ditujukan terhadap faktor- faktor yang strategis dalam
perusahaan.
11. Asas kekecualian (The exception principle). Efisiensi dalam kontrol
membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor
kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu
ketika situasi berubah atau tidak sama.
12. Asas pengendalian pleksibel (Principle of flexibility of control).
Pengawasan
harus
luwes
untuk
menghindarkan
kegagalan
pelaksanaan rencana.
13. Asas Peninjauan Kembali (Principle of review). Sistem kontrol harus
ditinjau berkali-kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk
mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action). Pengawasan dapat dilakukan
apabila
ada
ukuran-ukuran
untuk
mengoreksi
penyimpangan-
penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan directing.
2.9 SIFAT DAN WAKTU PENGAWASAN.
Sifat dan waktu pengawasan/ control dibedakan atas :
2.9.1 Preventif Control
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dikerjakan
dengan maksud supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :
a.
Membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tata
cara suatu kegiatan atau dibuat tata tertib.
b.
Membuat pedoman – pedoman kerja.
c.
Menetapkan sanksi – sanksi terhadap pembuat kesalahan.
d.
Menentukan
kedudukan,
tugas,
wewenang
dan
tanggung
jawab.
e.
f.
Mengorganisasikan segala macam kegiatan.
Menentukan system koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
2.9.2
Represive Control
Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaan kegiatan, agar tidak terjadi pengulangan
kesalahan, sehingga sasaran dapat tercapai. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Membandingkan antara hasil-hasil kegiatan dengan rencana
yang telah ditentukan.
b.
Mencari penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan dan
mencari solusinya.
c.
Memberikan
penilaian
terhadap
hasil
kegiatan,
termasuk
kegiatan para penanggungjawabnya.
d.
Melaksanakan sanksi yang telah ditentukan terhadap pembuat
kesalahan.
e.
Menilai kembali prosedur-prosedur yang telah ditentukan.
f.
Mengecek
kebenaran laporan yang dibuat para petugas
pelaksana.
2.9.3
Pengawasan
yang
dilakukan
di
tengah
proses
penyimpangan terjadi.
Pengawasan ini dilakukan di tengah proses penyimpangan
yang terjadi untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
2.9.4
Pengawasan berkala
Pengawasan berkala yaitu pengawasan yang dilakukan secara
berkala sebulan sekali atau satu kuartal sekali atau satu tahun
sekali.
2.9.5
Pengawasan mendadak
Pengawasan mendadak ialah pengawasan yang dilakukan
secara mendadak tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.
2.10 KARAKTERISTIK SISTEM PENGAWASAN YANG EFEKTIF
1)
Akurat ; setiap data harus akurat, jika tidak mengakibatkan
organisasi
tidak
tepat
dalam
mengambil
keputusan
untuk
mengoreksi suatu penyimpangan.
2)
Tepat waktu ; informasi segera dikumpulkan, diarahkan dan
dievaluasi jika hendak diambil tindakan yang tepat pada waktunya
untuk perbaikan.
3)
Obyektif dan Komprehensif ; informasi dalam sistem pengawasan
harus dapat dipahami dan dianggap obyektif oleh individu yang
menggunakannya.
4)
Dipusatkan pada titik pengawasan strategis ; sistem pengawasan
sebaiknya
dipusatkan
pada
daerah
yang
paling
banyak
kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar.
5)
Ekonomis ; biaya untuk implementasi sistem sebaiknya lebih kecil
daripada keuntungan yang diperoleh dari sistem itu.
6)
Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah
bertindak
untuk
menguntungkan
mengatasi
atau
perubahan
memanfaatkan
yang
kurang
kesempatan-kesempatan
baru.
7)
Dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi ; idealnya jika
sistem tersebut dapat menghasilkan prestasi yang tinggi diantara
para anggota organisasi dengan membangkitkan perasaan bahwa
mereka memiliki otonomi, tanggung jawab dan kesempatan untuk
mencapai tujuan.
8)
Dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi. Hal ini
disebabkan oleh:
Setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi.
Informasi
pengawasan
memerlukannya.
harus
sampai
kepada
orang
yang
2.11 CARA – CARA PENGAWASAN YANG BAIK
1.
Pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan.
Untuk masing-masing kegiatan cara pengawasannya pun berbeda –
beda, antara organisasi kecil dan besar juga berbeda.
2.
Pengawasan harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan,
jika ada penyimpangan yang terlambat diatasi maka hal itu akan
menjadi parah dan memperumit tindakan korektif yang akan
dilakukan.
3.
Pengawasan harus berorientasi jauh ke depan. Manajemen perlu
membuat perkiraan situasi yang mungkin akan terjadi pada
organisasi di masa depan.
4.
Pengawasan harus akurat dan obyektif. Agar pengawasan menjadi
obyektif, maka mutlak diperlukan suatu ukuran sebagi pedoman
pelaksanaannya.
5.
Pengawasan harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu
dicari
alternatif-alternatif
rencana
untuk
situasi
yang
memungkinkan.
6.
Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian
membuat kekeliruan, maka hal itu harus diatasi bersama- sama
dengan kegiatan lain yang merupakan satu kesatuan organisasi.
2.12 Langkah-langkah dan Proses Pengawasan
1)
Menetapkan standard
and
metode untuk
mengukur
prestasi.
Misalkan beberapa target yang harus dicapai/ beberapa jumlah
produksi yang harus dicapai.
2)
Mengukur
prestasi
berkesinambungan
kerja,
dan
hal
ini
merupakan
berulang-ulang
yang
proses
yang
frekuensinya
tergantung pada jenis aktiitasnya, sebaiknya dilakukan dengan
segera agar waktunya tidak terlalu panjang.
3)
Menentukan apakah prestasi kerja memenuhi standar
4)
Merupakan
kelanjutan
dari
kedua
langkah
terdahulu
yaitu
membandingkan antara langkah pertama dan langkah kedua.
5)
Mengambil tindakan korektif, apabila tidak ada penyimpangan
pada langkah pertama dan kedua maka manajemen tidak perlu
melakukan tindakan apa-apa. Tapi jika sebaliknya, maka manajemen
perlu melakukan tindakan korektif. Tindakan ini dapat berupa
perubahan aktifitas organisasi atau pada standar kerja yang telah
ditetapkan semula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telanh dirangkum dari bagian awal
sampai akhir :
1.
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh seorang controller ( pengawas).
2.
Pengawasan
memiliki
tujuan
untuk
menemukan
kemacetan,
mencegah penyimpangan, melakukan koreksi,memperoleh efisiensi
dan efektifitas, dan mempertebal rasa tanggung jawab dan dapat
dilakukan pada bidang produksi, pemasaran, keuangan, personalia,
dan administrasi.
3.
Elemen-elemen esensial dalam sistem kontrol adalah sebagai alat
ukur, pembanding, dan sarana koreksi kegiatan yang sedang
berjalan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
4.
Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk mengawasi kegiatankegiatan organisasi agar pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan
dengan tujuan yang ditetapkan.dan meemiliki tiga tipe pengawasan
berdasarkan
proses
kegiatan,
yaitu
ada
tipe
pengawasan
pendahuluan, pengawasan berjalan, dan pengawasan umpan balik.
5.
Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari titik Kontrol Strategis (Strategic
Point Control), Umpan Balik (Feedback), Kontrol yang Fleksibel
(Flexible Control), Kesesuaian Organisasi (Organizational Suitability),
Kontrol Diri (SelfControl), Kontrol Langsung (Direct Control), Faktor
Manusia (Human Factor).
6.
Menurut tinjauan dari beberapa segi, ada beberapa macam dan
jenis
pengawasan,
yaitu
menurut
ruang
lingkupnya,
obyek
pengawasan, pihak yang mengawasi, dan waktu.
7.
Pengawasan merupakan aspek penting dalam manajemen karena
jika adanya perubahan di lingkungan organisasi, jika organisasi
semakin
kompleks,
jika
timbulnya
kesalahan-kesalahan
dalam
bekerja, manajemen akan mampu menghadapi semua tantangan
tersebut
dan
kebutuhan
manajer
untuk
mendelegasikan
wewenangnya.
8.
Harold Kontz dan Cryil O Donnell menetapkan asas pengawasan
menjadi beberapa asas, diantaranya Asas tercapainya tujuan
(Principle of assurance of objective), Asas efisiensi dan pengawasan
(Principle
of
efficiency
and
control),
Asas
tanggung
jawab
pengawasan (Principle of control responsibility), Asas pengawasan
terhadap masa depan (Principle of future control), Asas pengawasan
langsung (Principle of direct control), Asas refleksi perencanaan
(Principle
of
reflection
of
plans),
Asas
penyesuaian
dengan
organisasi (Principle of organizational suitability), Asas pengawasan
individual (Princple
(Principle
of
(Principle
of
exception
principle),
of
individuality
standard),Asas
strategic
point
Asas
of control), Asas
pengawasan
control),
pengawasan
Asas
terhadap
standar
strategis
kekecualian
fleksibel
(The
(Principle
of
flexibility of control), Asas peninjauan kembali (Principle of review),
Asas tindakan (Principle of action).
9.
Sifat dan waktu pengawasan (control) dibedakan atas preventive
control, represive control, pengawasan yang dilakukan tengah
proses
penyimpangan
terjadi,
pengendalian
berkala,
dan
pengendalian mendadak.
10. Karakteristik pengawasan yang efektif yaitu, akurat, tepat waktu,
obyektif dan komprehensif, dipusatkan pada titik pengawasan
strategis, ekonomis, fleksibel, dapat diterima oleh seluruh anggota
organisasi, dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi.
11. Cara-cara pengawasan yang baik itu, diantaranya pengawasan
harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan, harus segera
melaporkan setiap ada penyimpangan, harus berorientasi jauh
kedepan, harus akurat dan obyektif, harus fleksibel, harus serasi
dengan pola organisasi.
12. Langkah-langkah
dan
menetapkan standard
mengukur
prestasi
and
kerja,
proses
pengawasan
metode untuk
menentukan
terdiri
mengukur
apakah
dari,
prestasi,
prestasi
kerja
memenuhi standar, mengambil tindakan korektif.
3.2 Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi.
Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan
menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang
berasal dari bawahan maupun lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun
suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota
organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak
pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin
organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan
seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan
dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi
dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
T. Hani Handoko, 2003, Manajemen Edisi 2. Yogyakarta, BPFE YOGYAKARTA .
Sule, Ernie Tisnawati, dkk. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana
Penada Media Group
http:\\www.elearning.gunadarma.ac.id/.../bab7_dasar_dan_teknik_pengaw
asan\ (17 Mei 2013)
http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/04/makalah-mpk-pengawasanmanajemen.html (17 Mei 2013)
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-pengantarmanajemen-controlling.html
(17 Mei 2013)
http://thohamuhammad.blogspot.co.id/2014/09/makalah-manajemencontrolling.html