Tanggung Jawab Kreditur Pemegang Gadai Dalam Perjanjian Gadai Di Perum Pegadaian Wilayah II Pekanbaru

42

BAB II
PERJANJIAN GADAI ANTARA KREDITUR DAN DEBITUR DI PERUM
PEGADAIAN CABANG NANGKA PEKANBARU
A. Deskripsi Perum Pegadaian Cabang Nangka Pekanbaru
1.

Sejarah berdirinya
Perusahaan jawatan pegadaian negara sebagai sebuah lembaga di dalam

sejarah pegadaian di Indonesia, berasal dari Bank Van Lening zaman Vereenigde
Oost Indische Compagnie (untuk selanjutnya disebut VOC). yaitu lembaga keuangan
yang memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali didirikan di
Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746. Bank Van Lening itu didirikan dalam bentuk
kerjasama dengan swasta, Bank Lening mempunyai tugas antara lain memberikan
pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Hal ini terus berjalan
hingga saat kekuasaan VOC dialihkan kepada Pemerintah Hindia Belanda.58
Pada zaman Raffles, bank dan lening ini dihapuskan dan hak untuk
memberikan pinjaman uang dengan gadai sebagai jaminan, diserahkan secara bebas
kepada swasta yang sudah memperoleh izin untuk itu. Namun pada kenyataannya

pegadaian swasta ini sangat menekan masyarakat, sehingga timbul hukum agar
Lembaga Pegadaian sebaiknya berada ditangan pemerintah saja. Dan untuk pertama
kalinya pada tanggal 12 Maret 1901 dikeluarkan Staatblad 1901 Nomor 131 tentang
jawatan Pegadaian (Pandhuisdienst).

58

Vollmar H.F.A., Pengantar Studi Hukum Perdata Jilid I dan II, Terjemahan I.S
Adiwinarto, Rajawali Press. Jakarta, 1984, hal. 146

42

Universitas Sumatera Utara

43

Optimalisasi peran dan fungsi dari Perum Pegadaian sangat relevan, hal ini
dikarenakan dilihat dari perspektif histories keberadaannya yang merujuk pada
Staablad tersebut diatas dan lembaran-lembaran negara yang menjadi dasar
didirikannya beserta aturan-aturan pelaksanaannya seperti Peraturan Pemerintah

(untuk selanjutnya disebut PP) Nomor 178 tahun 1961 Jawatan Pegadaian menjadi
Perusahaan Negara, Keputusan Presiden No. 180 tahun 1965 pegadaian
diintegrasikan dalam urusan bank sentral, PP Nomor 7 tahun 1969 Perusahaan
Negara Pegadaian menjadi Perusahaan Jawatan, PP Nomor 10 Tahun 1990 tentang
pengalihan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian (Perjan) menjadi Perum Pegadaian
dan yang terakhir PP Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perum.Pegadaian. Khusus
sejarah berdirinya Perum Pegadaian di wilayah II kota Pekanbaru, cabang Nangka
adalah sejak bulan November tahun 2000.59
Oleh karena itu Pegadaian yang ada sekarang adalah berdasarkan pada PP
Nomor 103 Tahun 2000 yang merupakan BUMN yang mengemban misi untuk
menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan penyaluran uang pinjaman
kepada masyarakat yang didasarkan pada hukum gadai.
2.

Dasar Hukum
Adapun dasar hukum Perum Pegadaian sesuai dengan perkembangannya

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


59

Hasil wawancara dengan Bapak Mas’ud, kepala cabang Cabang Perum Pegadaian Kantor
Cabang jalan Nangka Pekanbaru, tanggal 17 Mei 2011.

Universitas Sumatera Utara

44

a.

Dasar hukum berdirinya
Dasar hukum berdirinya perum pegadaian berdasarkan Lembaran Negara No. 14
Tahun 1990, adalah sebagai berikut :
1. Sebelum 1 April 1901, pegadaian-pegadaian yang ada di Indonesia berstatus
swasta (berdirinya dengan atau berdasarkan ijin atau sewa).
2. Berdasarkan Stb No. 131 tahun 1901 tanggal 12 Maret 1901 oleh Pemerintah
Hindia Belanda didirikan pegadaian negara yang pertama pada tanggal 1 April
1901 di Sukabumi.
3. Berdasarkan Stb No. 226 tahun 1930 tanggal 22 Juli 1930 statusnya dijadikan

Perusahaan Negara dalam arti IBW (berdasarkan Stb No. 419 tahun 1927
Pasal 2).
4. Setelah Indonesia merdeka Perusahaan Negara pegadaian ditentukan statusnya
menjadi Jawatan Pegadaian berdasarkan SK Menkeu RIS No. 1853/K tanggal
13 Januari 1950.
5. Berdasarkan PP No. 178 tahun 1961 tanggal 3 Mei, mulai tanggal 1 Juli 1961,
jawatan pegadaian statusnya diubah menjadi PN pegadaian (Perpu No. 19
tahun 1960, tanggal 30 April 1960) dan berada di bawah Menkeu.
6. Selanjutnya berdasarkan KP No. 180 tahun 1965, tanggal 19 Juni 1965, PN
pegadaian berada di bawah Departemen Urusan Bank Sentral, kemudian
berdasarkan KP No. 76 PN pegadaian kembali berada di bawah Depkeu
(Dirjen Keuangan).

Universitas Sumatera Utara

45

7. Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1969 Jawatan Pegadaian statusnya berubah menjadi
Perjan Pegadaian dibawah Depkeu.
8. Berdasarkan SK Menkeu RI No. 740/KMK. 001/1989 tentang peningkatan efisiensi

dan produktivitas BUMN maka sebagai tindak lanjut pegadaian diubah statusnya
menjadi Perum dengan PP No. 10 Tahun 1990 (Lembaran Negara No. 14 Tahun
1990) yang diperbarui dengan Peraturan Pemerintah No. 103/2000.
b.

Dasar hukum operasi
Pegadaian dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai dan

jaminan fiducia berdasarkan kebijaksanaan yang ditentukan Menteri Keuangan dalam pasal 8
PP No 103/2000 adalah sebagai berikut :
1. Hukum gadai
Berdasarkan Pasal 1150 KUHPerdata Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang
piutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh berutang atau
oleh organisasi lain atas namanya dan memberikan kekuasaan kepada si piutang
untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya harus
didahulukan. Pasal 1151: Persetujuan gadai dibuktikan dengan alat yang
diperbolehkan bagi pembuktian persetujuan pokok.
2. Jaminan fidusia


Untuk memberikan hutang jaminan fidusia ini, menurut pengertian yang
diberikan oleh Tjiptonugroho sebagai berikut:
Menurut hukumnya, jaminan fiducia adalah memudahkan hak milik kekayaan
berupa barang bergerak atau tidak bergerak (khususnya bangunan) untuk
dipakai sebagai jaminan, tetapi dengan kewajiban memeliharanya dengan

Universitas Sumatera Utara

46

baik-baik dengan kepercayaan bahwa orang-orang tetap dikuasainya dan tidak
boleh dijual (karena tidak mempunyai hak lagi) maupun dipinjamkan kepada
orang lain. Sanksi terhadap pelanggaran oleh jaminan semacam ini harus
dilegalisir.
Berdasarkan undang-undang di atas Perusahaan Umum Pegadaian merupakan satusatunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin memberikan pinjaman
kepada masyarakat pada umumnya. Dimana tugas pokoknya, dengan tujuan agar masyarakat
tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal seperti lintah darat, pengijon, bank
gelap yang memanfaatkan kesulitan dana mendesak dari masyarakat dengan mengenakan
bunga tinggi.60
3.


Struktur organisasi dan tugas Perum Pegadaian.

a.

Struktur organisasi.
Perum Pegadaian adalah salah satu BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan

yang dipimpin oleh Direksi yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Perum
Pegadaian menetapkan etos kerja kepada setiap karyawan dalam melakukan pekerjaan yang
disebut “INTAN” yaitu:
Inovatif

:

Penuh gagasan, kreatif, aktif dan mempunyai
tantangan.

Nilai moral yang tinggi
Terampil


:
:

Taqwa, jujur, berbudi luhur dan loyal.
Menguasai bidang pekerjaan, tanggap, cepat

dan

akurat.
Adi layanan

60

:

Sopan, ramah dan berkepribadian simpatik.

Ibid.


Universitas Sumatera Utara

47

Nuansa citra

:

Otoritas bisnis mengutamakan kepuasan
pelanggan dan berusaha mengembangkan
diri.

Agar pelaksanaan si “INTAN” mampu membangkitkan semangat dan menjiwai
seluruh gerak langkah insan pegadaian, maka diimplementasikan dalam semboyan “141”
yang diambil dari sejarah berdirinya pegadaian pada tanggal 1 April 1901. Arti

dari

semboyan “141” adalah dari nomor satu di jasa gadai, dalam empat tahun mendatang akan
menjadi nomor satu di industri pembiayaan mikro dan kecil.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, Perum Pegadaian memiliki struktur organisasi
yang tertata menurut fungsi dan golongannya. Disetiap perubahan mempunyai struktur
organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam
menjalankan kegiatan perusahaan.61 Direksi sebagai pemimpin perusahaan di pusat
merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari:

Direktur utama sebagai ketua ;
a. Direktur umum SDM sebagai anggota ;
b. Direktur operasi dan pengembangan sebagai anggota ;
c. Direktur keuangan sebagai anggota.
Kantor pusat tempat kedudukan Pusat kegiatan administratif sedang Kantor
Daerah sebagai perpanjangan tangan Kantor Pusat dalam membawahi dan mengawasi
beberapa cabang di daerah dalam hal tugas Manajerial dan Administrasi Perusahaan
di daerah berdasarkan kebijaksanaan Direksi.

61

Hasil wawancara dengan Bapak Mas’ud, kepala cabang Cabang Perum Pegadaian Kantor
Cabang jalan Nangka Pekanbaru, tanggal 17 Mei 2011.


Universitas Sumatera Utara

48

Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas dan
wewenang setiap departemen dan bagaimana hubungan antara satu dan lainnya.
Struktur organisasi pada Perum Pegadaian dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1: Struktur Organisasi

KANTOR WILAYAH
PIMPINAN WILAYAH
HUMAS &
HUKUM

INSPEKTUR
WILAYAH

AHLI TAKSIR

TEKHNOLOGI
INFORMASI

BAGIAN OPERASIONAL&
PEMASARAN

Asisten Manajer
Usaha Inti

Asisten Manajer
Usaha Lain

BAGIAN
KEUANGAN

BAGIAN
SUMBER DAYA MANUSIA

BAGIAN LOGISTIK

Asisten Manajer
Administrasi & Pengembangan
Sumber Daya Manusia

Asisten Manajer
Pembendaharaan

Asisten Manajer
Akuntansi

Asisten Manajer
Kesejahteraan

Asisten Manajer
Perlengkapan &
Rumah Tangga

Asisten Manajer
Bangunan

KANTOR CABANG

Kantor Cabang
Gadai

Kantor Cabang
Syariah

Universitas Sumatera Utara

49

Dengan adanya pembagian tugas yang digambarkan dengan struktur
organisasi diharapkan pegawai Perum Pegadaian dapat bekerja secara profesional
serta penuh tanggung jawab terhadap pekerjaannya serta mempunyai tanggung jawab
yuridis terhadap bidang pekerjaannya masing-masing terutama terhadap objek yang
dijaminkan oleh debitur.62
b. Tugas
Di Indonesia satu-satunya lembaga pegadaian yang resmi dan didirikan oleh
pemerintah dinamakan Perum Pegadaian. Berdasarkan PP Nomor 103 tahun 2000
tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, Perum Pegadaian adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan lembaga keuangan non bank, yang
memberikan jasa pelayanan kredit berdasarkan hukum gadai dan berlaku untuk siapa
saja dengan syarat jaminan berupa benda-benda bergerak. Masyarakat yang
membutuhkan dana diwajibkan menyerahkan benda bergerak sebagai jaminannya
kepada Perum Pegadaian.
Kebutuhan dana untuk berbagai kepentingan dalam lalu lintas perekonomian
masyarakat merupakan hal yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat senantiasa berkembang dan bergerak dengan dinamis dan tidak bisa
terlepas dari aspek perekonomian. Dalam konteks ini keberadaan lembaga
pembiayaan atau perbankan menjadi sangat signifikan. Perum Pegadaian merupakan
suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan bentuk Perusahaan Umum, yang

62

Hasil wawancara dengan Bapak Mas’ud, kepala cabang Cabang Perum Pegadaian Kantor
Cabang jalan Nangka Pekanbaru, tanggal 17 Mei 2011.

Universitas Sumatera Utara

50

bergerak dalam bidang usaha peminjaman uang kepada masyarakat dengan memakai
lembaga jaminan gadai. Pegadaian dan Gadai merupakan lembaga dan perbuatan
hukum yang sudah tidak asing lagi dalam praktek perekonomian di Indonesia.
Masyarakat sudah banyak mengetahui dengan hal tersebut di atas. Pegadaian sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dana untuk berbagai
keperluan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan bagi pengguna jasa pegadaian
dalam skala menengah dan mikro.
Perum Pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan pemerintah yang
berfungsi sebagai pemasuk dana bagi kegiatan perekonomian masyarakat golongan
ekonomi lemah dalam memenuhi keperluan konsumtif dan produktif, yang memiliki
motto “mengatasi masalah tanpa masalah” yaitu membantu mengatasi masalah yang
dihadapi oleh kelompok masyarakat yang memerlukan pinjaman (kredit) dalam skala
kecil atas dasar hukum gadai, dengan segala kemudahan dalam waktu yang singkat
tanpa prosedur yang rumit dengan menggunakan hartanya (benda bergerak) sebagai
jaminan. Dimana prinsip yang dijalankan perusahaan dalam penyaluran kredit
tersebut adalah menerima barang jaminan berupa barang bergerak (seperti perhiasan,
barang elektronik, kendaraan bermotor) dan memberikan pinjaman (kredit) dengan
proses yang cepat, mudah dan murah. Cepat karena nasabah dapat dilayani dalam
tempo yang dapat diselesaikan pada saat itu, mudah karena perusahaan tidak
menuntut banyak persyaratan administrasi kecuali barang jaminan, sedangkan murah
karena suku bunga yang dikenakan relatif kecil untuk kategori pinjaman jangka
pendek.

Universitas Sumatera Utara

51

Lembaga pegadaian melaksanakan kegiatan usaha penyaluran uang pinjaman
terhadap debitur. Nasabah/peminjam ada kalanya tidak memenuhi kewajibannya
sesuai waktu yang disepakati. Setelah melalui peringatan terlebih dahulu, namun
diindahkan dan tidak melakukan perpanjangan, maka lembaga pegadaian mempunyai
hak untuk mengambil pelunasan piutangnya dengan cara melelang barang jaminan
gadai yang di bawah kekuasaannya.63
Pelaksanaan gadai yang berlangsung selama ini di Perum Pegadaian
merupakan gadai sebagaimana dimaksud dalam KUHPerdata, yang merupakan
lembaga jaminan dimana obyek jaminan berada dalam penguasaan kreditur. Dan atas
peminjaman dana dengan sistem gadai ini kreditor mendapatkan keuntungan dalam
bentuk bunga. Sistem pegadaian nampaknya merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan berbagai konsep perekonomian berbasiskan nasional. Fenomena ini
merupakan suatu hal yang wajar mengingat Indonesia merupakan negara yang
penduduknya mayoritas membutuhkan dana segar dan cepat. Dan untuk memberikan
alternatif produk lembaga keuangan yang lebih mudah tersebut telah kita kenal dalam
kegiatan perekonomian hadirnya bank dan kemudian disusul dengan gadai.
Pegadaian merupakan BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan yang
dipimpin oleh seorang direksi yang berada dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Mengenai tugas Perum Pegadaian ini dapat dilihat dalam pasal 2 surat keputusan
Menteri Keuangan nomor Kep.30/mk/6/1/1971 tanggal 20 januari 1971, yaitu:

63

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

52

1.

Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar
hukum gadai kepada:
a) Para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif
b) Kaum buruh, pegawai negeri yang ekonomi lemah yang bersifat konsumtif

2.

Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman secara tidak wajar, ijon,
pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya

3.

Disamping menyalurkan kredit, maupun usaha-usaha lainnya yang bermanfaat
tertentu bagi pemerintah dan masyarakat.

4.

Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat terutama
mengenai kredit yang bersifat produktif dan bila perlu memperluas daerah
operasional.
Pedoman operasional gadai Perum Pegadaian, pada dasarnya dapat melayani

produk dan jasa sebagai berikut:
1.

Pemberian pinjaman atau pembiayaan atas dasar hukum gadai, yaitu pegadaian
mensyaratkan penyerahan barang gadai oleh nasabah untuk mendapatkan uang
pinjaman, yang besarnya sangat ditentukan oleh nilai barang yang digadaikan.

2.

Penaksiran nilai barang, yaitu pegadaian memberikan jasa penaksiran atas nilai
suatu barang yang dilakukan oleh calon nasabah. Demikan juga orang yang
bermaksud menguji kualitas barang yang dimilikinya saja dan tidak hendak
menggadaikan barangnya. Jasa itu diberikan karena pegadaian mempunyai alat
penaksir yang keakuratannya dapat diandalkan, serta sumber daya manusia yang

Universitas Sumatera Utara

53

berpengalaman dalam menaksir dan penaksiran ini hanya memungut biaya
penaksiran.
3.

Penitipan barang (ijarah), yaitu menyelenggarakan penitipan barang orang-orang
yang mau menitipkan barang ke kantor pegadaian berdasarkan pertimbangan
keamanan dan alasan-alasan tertentu lainnya. Usaha ini dapat dijalankan oleh
karena pegadaian memiliki tempat dan gudang penyimpanan barang yang
memadai. Apalagi mengingat tempat penyimpanan untuk barang gadai tidak
selalu penuh, sehingga ruang kosong dapat digunakan. Atas jasa penitipan
dimaksud, pegadaian dapat memungut ongkos penyimpanan.

4.

Gold Counter (Gerai Emas), yaitu tempat penjualan emas yang menawarkan
keunggulan kualitas dan keaslian. Emas yang dijual di gerai ini dilengkapi
dengan sertifikat jaminan, sehingga dapat memikat warga masyarakat kalangan
menengah ke atas.64
Berdasarkan undang-undang di atas Perusahaan Umum Pegadaian merupakan

satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin
memberikan pinjaman kepada masyarakat pada umumnya. Dimana tugas pokoknya,
dengan tujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan
informal seperti lintah darat, pengijon, bank gelap yang memanfaatkan kesulitan dana
mendesak dari masyarakat dengan mengenakan bunga tinggi.65

64

Hasil wawancara dengan Yudi Sadono, Manager Operasional Perum Pegadaian Kantor
Wilayah II Pekanbaru, tanggal 15 Mei 2011.
65
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

54

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas pokok Perum Pegadaian
adalah membina pengaturan kredit atas dasar hukum gadai kepada golongan ekonomi
lemah untuk mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, walaupum
pada kenyataannya yang mencari pinjaman ke pegadaian tidak hanya masyarakat dari
golongan ekonomi lemah saja, tetapi juga orang yang sengaja untuk mencari kredit
guna keperluan yang menghasilkan (produktif) untuk memperluas usahanya.
Untuk membuktikan bahwa yang datang ke pegadaian tidak hanya dari
golongan ekonomi lemah saja, dapat dilihat dari barang-barang yang dibawa oleh
nasabah. Pada masa tempo dulu memang barang yang dibawa oleh para nasabah ke
Pegadaian kebanyakan berupa kain. Sekarang barang-barang tersebut sudah jarang
didapatkan kebanyakan sudah berganti dengan barang-barang berupa perhiasan,
elektronika, sepeda motor, bahkan peralatan computer pun telah mulai ada. 66
4.

Ruang lingkup wilayah
Dimana dari data statistik Perum Pegadaian wilayah Pekanbaru, yang mana

dari waktu ke waktu perkembangan nasabah (Debitur) sangatlah pesat sehingga
perlunya penambahan kantor cabang dan kantor unit pembantu cabang untuk di
daerah-daerah dalam satu wilayah, dapat kita lihat bahwa di Pekanbaru sendiri untuk
kantor cabang Nangka mempunyai 8 unit pembantu cabang.

5.

Jenis layanan (Produk)
66

Hasil wawancara dengan Bapak Mas’ud, kepala cabang Cabang Perum Pegadaian Kantor
Cabang jalan nangka Pekanbaru, tanggal 17 Mei 2011.

Universitas Sumatera Utara

55

Jenis layanan yang diberikan Perum Pegadaian hanya bergerak dalam ruang
lingkup gadai khususnya dalam hal benda / barang bergerak. Perum Pegadaian
membagi perusahaannya menjadi 2 (dua) pembagian yakni Pegadaian Umum dan
Pegadaian Syariah.67
6.

Data statistik gadai
Dimana dapat kita lihat dari data statistik Perum Pegadaian wilayah

Pekanbaru, yang mana dari waktu ke waktu perkembangan nasabah (debitur)
sangatlah pesat sehingga perlunya penambahan kantor cabang dan kantor cabang
pembantu untuk di daerah-daerah dalam satu wilayah, dapat kita lihat bahwa di
pekanbaru sendiri untuk kantor cabang Nangka, dengan data statistik sebagai berikut:
No.

1
2
3
4
5
6
7
8

Jumlah Nasabah

Unit Pembantu
Cabang

2007

2008

2009

2010

Pertumbuhan
(%)

Marpoyan
Delima
Paus
Durian
Belimbing
Kereta api
Pelajar
Plasa citra

1.123
1.751
1.009
1.900
1.567
1.100
1.005
1.000

1.235
1.926
1.130
2.185
1.786
1.212
1.126
1.125

1.408
2.254
1.288
2.339
2.054
1.385
1.280
1.205

1.535
2.547
1.481
2.667
2.382
1.510
1.475
1.351

10 – 14
10 – 17
12 – 15
13 – 15
14 – 16
10 - 14
12 - 15
10 - 14

Sumber : Data Perum. Pegadaian cabang nangka Pekanbaru.
7.

Gambaran kemajuan
Perum Pegadaian sudah ada lebih dari 100 (seratus) tahun di kancah keuangan

Indonesia. Perum Pegadaian hadir sebagai institusi penyedia pembiayaan jangka
pendek dengan syarat mudah dan tidak bertele-tele. Cukup membawa agunan,
67

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

56

seseorang bisa mendapat pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang tersebut.
Agunan itu bisa berbentuk apa saja asalkan berupa benda bergerak dan bernilai
ekonomis. Di samping itu, pemohon juga perlu menyerahkan surat kepemilikan dan
identitas diri.
Sekarang Perum Pegadaian banyak menawarkan produk-produk lain, Perum
pegadaian memiliki kebijakan pemberian pinjaman dalam rentang nilai dari
Rp. 5000,- (lima ribu rupiah) sampai Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)
per surat gadai. Perhitungan bunga dilakukan setiap 15 (lima belas) hari.
Sebagai contoh, penggadai yang menerima uang sebesar Rp. 40.000,- (empat
puluh ribu rupiah) hanya perlu membayar pokok plus bunga pinjaman 1,25 %
(satu koma dua puluh lima persen) bila bisa menebus barangnya sebelum
masa 15 (lima belas) hari. Perum Pegadaian selalu memberikan alternative
penyelesaian termudah bagi peminjam (penggadai) dalam membayar kredit.
Selalu ada kesempatan bagi nasabah untuk memperpanjang masa pinjaman,
mencicil pokok, atau membayar bunga pinjaman saja. Kemudahan ini
membuatnya lebih fleksibel dibandingkan pinjaman bank pada umumnya.
Pinjaman bank relatif lebih sulit untuk diperpanjang atau untuk dinegosiasikan
peminjaman ulang pembayaran.68
Bisnis gadai yang dijalankan Perum Pegadaian dapat dikatakan terus
berkembang pesat, hal ini dapat dilihat dari target keuntungan sebesar Rp 70 miliar
yang dipatok sepanjang tahun 2009. Hingga semester I tahun 2010, laba bersih yang
sudah dicatatkan jenis usaha itu telah mencapai Rp 45 miliar. Perkembangan kinerja
gadai itu disampaikan Manager operasional Perum Pegadaian wilayah II Yudi
Sadono. Laba bersih gadai telah mencapai Rp 45 miliar dari target sepanjang tahun
yang sudah ditetapkan sebesar Rp 70 miliar. Dan jika di hitung persentasenya Perum

68

Hasil wawancara dengan Bapak Mas’ud, kepala cabang Perum Pegadaian Kantor cabang
jalan Nangka Pekanbaru, tanggal 17 Mei 2011.

Universitas Sumatera Utara

57

Pegadaian wilayah II Pekanbaru mengalami kemajuan perkembangan sekitar 20 %
setiap tahunnya. 69
Oleh karena itu manajemen berniat menambah cabang pegadaiannya. hingga
akhir tahun 2011 sehingga cabang pegadaian di seluruh Indonesia itu bisa bertambah.
Dengan bertambahnya pembukaan kantor cabang itu untuk dapat mendukung target
pertumbuhan yang sudah dipatok manajemen di awal tahun 2010 lalu.70
Perum Pegadaian hadir untuk menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, untuk solusi pendanaan yang cepat, praktis, dan
menentramkan. Oleh karena hanya dalam waktu 15 menit kebutuhan masyarakat
yang memerlukan dana akan terpenuhi, tanpa memerlukan membuka rekening
ataupun prosedur lain yang memberatkan. Customer Perum Pengadaian cukup
membawa barang-barang berharga miliknya, dan saat itu juga akan mendapatkan
dana yang dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi
sewaktu-waktu. Jika masa jatuh tempo tiba dan nasabah masih memerlukan dana
pinjaman tersebut, maka pinjaman tersebut dapat diperpanjang hanya dengan
membayar sewa simpan dan pemeliharaan serta biaya administrasi. Pemberian gadai
dapat menentramkan dalam pengertian sumber dana Perum Pegadaian berasal dari
sumber yang sesuai dengan KUHPerdata dan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku dalam pegadaian, proses gadai berlandaskan prinsip nasionalisme, serta

69

Hasil wawancara dengan Yudi Sadono, Manager operasional Perum Pegadaian kantor
wilayah II Pekanbaru, tanggal 15 Mei 2011.
70
Ibid

Universitas Sumatera Utara

58

didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan nuansa keharmonisan sehingga
lebih damai dan menentramkan.71
Pelayanan kredit gadai di Perum Pegadaian pada prinsipnya mudah, murah,
dan cepat dan aman. Perjanjian kredit gadai di Perum Pegadaian cabang Nangka
Pekanbaru dilakukan antara nasabah sebagai debitur pemberi gadai dan Perum
Pegadaian sebagai kreditur pemegang gadai. Setiap nasabah yang datang ke Perum
Pegadaian dengan membawa barang jaminan di anggap sebagai pemilik, Perum
Pegadaian dalam memandang setiap nasabah yang datang dianggap mempunyai
itikad baik, sehingga kepentingan dari nasabah tersebut harus dilindungi.72
Pelaksanaan gadai yang berlangsung selama ini di Perum Pegadaian
merupakan gadai sebagaimana dimaksud dalam KUHPerdata, yang merupakan
lembaga jaminan dimana obyek jaminan berada dalam penguasaan kreditur. Dan atas
peminjaman dana dengan sistem gadai ini kreditor mendapatkan keuntungan dalam
bentuk bunga. Sistem pegadaian nampaknya merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan berbagai konsep perekonomian berbasiskan nasional. Fenomena ini
merupakan suatu hal yang wajar mengingat Indonesia merupakan negara yang
penduduknya mayoritas membutuhkan dana segar dan cepat. Dan untuk memberikan
alternatif produk lembaga keuangan yang lebih mudah tersebut telah kita kenal dalam
kegiatan perekonomian hadirnya bank dan kemudian disusul dengan gadai.

71

Hasil wawancara dengan Bapak Mas’ud, kepala cabang Cabang Perum Pegadaian Kantor
Cabang jalan Nangka Pekanbaru, tanggal 17 Mei 2011.
72
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

59

Pegadaian merupakan BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan yang
dipimpin oleh seorang Direksi yang berada dan bertanggung jawab kepada Menteri
B. Gadai dalam Perum Pegadaian dan KUHPerdata.
Istilah gadai seperti yang dijelaskan dalam bab terdahulu diatur di dalam
KUHPerdata Pasal 1150 bahwa Gadai adalah:

Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orangorang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah
barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Dari rumusan yang diberikan tersebut di atas dapat diketahui bahwa untuk
dapat disebut gadai, menurut KUHPerdata maka unsur-unsur yang harus dipenuhi
1. Gadai diberikan hanya atas barang bergerak;
2. Gadai harus dikeluarkan dari penguasaan Pemberi gadai;
3. Gadai memberikan hak kepada kreditur untuk memperoleh pelunasan terlebih
dahulu atas piutang kreditur (droit de preference);
4. Gadai memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mengambil sendiri
pelunasan secara mendahulu tersebut.
Pelaksanaan gadai yang berlaku dalam Perum Pegadaian berbeda dengan gadai
yang terdapat dalam KUHPerdata.

Pelaksanaan pelayanan kredit gadai di Perum Pegadaian pada prinsipnya
mudah, murah, dan cepat dan aman. Perjanjian kredit gadai di Perum Pegadaian

Universitas Sumatera Utara

60

cabang nangka Pekanbaru dilakukan antara nasabah sebagai debitur pemberi gadai
dan Perum Pegadaian sebagai kreditur pemegang gadai. Setiap nasabah yang datang
ke Perum Pegadaian dengan membawa barang jaminan di anggap sebagai pemilik,
sesuai Pasal 1977 KUHPerdata. Perum Pegadaian dalam memandang setiap nasabah
yang datang dianggap mempunyai itikad baik, sehingga kepentingan dari nasabah
tersebut harus dilindungi.73 Perjanjian kredit gadai dimulai setelah syarat-syarat
dipenuhi oleh nasabah yang meliputi :
a. Fotocopy KTP/kartu pengenal lain (SIM, Paspor)
b. Barang jaminan yang memenuhi persyaratan
c. Surat kuasa dari pemilik barang, jika dikuasakan
d. Mengisi formulir permintaan kredit
e. Menandatangani perjanjian kredit (Surat Bukti Kredit)
Pengertian gadai yang diberikan Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
mempunyai perbedaan dengan difinisi gadai pada Pasal 1150 KUHPerdata.
Pengertian gadai pada Perusahaan umum (Perum) Pegadaian disebutkan mengenai
adanya jangka waktu, sewa modal atau lazim dikenal dengan bunga, dan syarat-syarat
lain yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga pengertiannya lebih jelas dan
sifatnya lebih khusus, sedangkan di dalam Pasal 1150 KUHPerdata tidak ada
mengatur hal yang sedemikian.74

73
74

Ibid.
Muhammad Yamin, Op. cit., Hal.29.

Universitas Sumatera Utara

61

Pengertian “gadai” di dalam persepsi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
di kenal dengan istilah “Kredit gadai”.

“Kredit Gadai” yang dimaksud adalah:

Pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar
hukum gadai dan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan perusahaan. Nasabah
menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan (Pegadaian) sebagai pemberi
pinjaman (kreditur), dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan membayar sewa
modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku
Dari pengertian gadai menurut Perum Pegadaian diatas, maka ada beberapa
unsur yang terkait dalam gadai yaitu:
a.

Adanya subjek gadai, yaitu kreditur (penerima gadai) dan debitur (pemberi
gadai).

b.

Adanya objek gadai, yaitu barang bergerak, baik yang berwujud maupun tidak
berwujud

c.

Adanya kewenangan debitur.75

d.

Adanya jangka waktu tertentu

e.

Adanya sewa modal. yang disebut bunga
Dengan demikian terdapat perbandingan antara gadai yang diatur dalam

KUHPerdata dan Perum Pegadaian yaitu :
1.

Persamaan.
a. Sama-sama merupakan perutangan yang timbul dari perjanjian timbal balik
di lapangan hukum harta kekayaan
75

Ibid, Hal. 35.

Universitas Sumatera Utara

62

b. Benda perjanjian harus diserahkan ke dalam kekuasaan si pemegang gadai.
2.

Perbedaan.
a. Gadai dalam KUHPerdata merupakan perjanjian accessoir (tambahan) pada
perjanjian utang uang selaku

perjanjian principle {pokok}dengan benda

benda bergerak berwujud,hak-hak untuk memperoleh pembayaran uang[suratsurat

piutang

kepada

si

pembawa,atas

nama,atas

tunjuk)

selaku

tanggungan//atau jaminan.76
b. Gadai dalam Perum Pegadaian,kekuasaan pemegang/penerima gadai tidak
meliputi hak memakai, memungut hasil,menyewakannya dan sebagainya.77
c. Gadai dalam Perum Pegadaian,pemberi gadai harus melunasi hutangnya
dalam waktu yang telah ditetapkan bersama.Jika ia lalai dalam hal itu,si
pemegang gadai tidak berwenang memiliki benda jaminan namun selaku
kreditur,pihak terakhir ini dapat melelang benda gadai atas kekuasaan sendiri,
untuk memperoleh pelunasan dari piutangnya.78
Dengan demikian gadai yang dibahas dalam penulisan ini merupakan gadai
pada Perum Pegadaian namun peraturan gadai yang terdapat pada Perum Pegadaian
tetap berlandaskan pada KHUPerdata.
Rumusan Pasal 1150 KUHPerdata tentang gadai, dapat disimpulkan beberapa
sifat umum dari gadai yaitu:
A. Gadai adalah untuk benda bergerak.
76

Bushar Muhammad,Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jkarta,1981,hal.116-117
Ibid.
78
Ibid.
77

Universitas Sumatera Utara

63

Dalam KUHPerdata benda digolongkan sebagai berikut:
1. Menurut Pasal 503 KUHPerdata :
a. Benda berwujud ialah: benda yang dapat berpindah atau dipindahkan,
seperti: rumah, mobil, emas, arloji, sepeda motor, dan lain-lain.
b. Benda tidak berwujud ialah: setiap hak, pada umumnya hak atas harta
kekayaan dipandang sebagai suatu benda walaupun hak tersebut tidak
berwujud jika ia merupakan bagian dari harta kekayaan, seperti: hak cipta,
piutang atas bawah, piutang atas tunjuk, hak memungut hasil atas benda
dan atas piutang.79
2. Menurut Pasal 504 KUHPerdata:
a. Benda bergerak, dapat dibagi menjadi:
1.

Benda bergerak menurut sifatnya ialah benda yang dapat berpindah
atau dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata), seperti : kursi, meja, buku.

2.

Benda bergerak menurut ketentuan undang-undang ialah hak-hak yang
melekat atas benda bergerak (Pasal 511 KUHPerdata), seperti: hak
memungut hasil atas benda bergerak, saham-saham perusahaan,
piutang-piutang.

b. Benda tidak bergerak, dapat dibagi menjadi:
1.

Benda tidak bergerak menurut sifatnya ialah benda yang tidak dapat
dipindah-pindahkan (Pasal 506 KUHPerdata), seperti: tanah dan segala
yang melekat diatasnya, rumah, gedung, pepohonan.

79

Salim HS, Op.cit., Hal.37.

Universitas Sumatera Utara

64

2.

Benda tidak bergerak karena tujuannya ialah benda yang dilekatkan
pada benda tidak bergerak sebagai benda pokok untuk tujuan tertentu
(Pasal 507 KUHPerdata), seperti: mesin-mesin yang dipasang disuatu
pabrik.

3.

Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang ialah hak-hak
yang melekat atas benda tidak bergerak (Pasal 508 KUHPerdata),
seperti: hipotik, hak guna bangunan, hak memungut hasil atas benda
tidak bergerak.

Benda yang menjadi obyek gadai adalah benda bergerak. Benda bergerak ini
dibagi atas dua jenis, yaitu benda bergerak berwujud dan tidak berwujud.. Benda
bergerak baik itu berwujud maupun tidak berwujud menjadi objek gadai sedangkan
benda tetap atau tidak bergerak menjadi objek dari hipotik.80 Benda bergerak
berwujud adalah benda yang dapat berpindah atau dipindahkan. Yang termasuk
dalam benda berwujud, seperti emas, arloji, sepeda motor, dan lain-lain. Sedangkan
benda bergerak yang tidak berwujud seperti, piutang atas bawah, piutang atas tunjuk,
hak memungut hasil atas benda dan atas piutang.81

80

Satrio,J, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,

hal. 22
81

Mariam Darus Badurlzaman, Bab-bab Tentang Creditverband, Gadai dan Penanggungan,
Alumni Bandung, 1978, Hal 26.

Universitas Sumatera Utara

65

B. Sifat kebendaan
Sifat ini ditemukan dalam pada Pasal 528 KUHPerdata yang mengatakan
“atas sesuatu kebendaan, seorang dapat mempunyai baik kedudukan berkuasa,
baik hak milik, hak waris, hak pakai hasil, hak pengabdian tanah, hak gadai
atau hypotheek”.82 Yang dimaksud dengan hak kebendaan (zakelijkrecht) adalah:
hak mutlak atas suatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas
suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. Hak kebendaan
yang diatur dalam KUHPerdata dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Hak-hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan ini dapat atas
bendanya sendiri, dapat juga atas benda milik orang lain. Hak-hak ini
terdiri dari:
a.

Yang bersifat memberi kenikmatan atas benda milik sendiri, misalnya
hak milik benda bergerak, bezit atas benda bergerak bukan tanah.

b.

Yang bersifat memberi kenikmatan, tetapi atas benda milik orang lain,
misalnya bezit atas benda bergerak bukan tanah, memungut hasil atas
benda bergerak, hak pakai dan mendiami benda bergerak.

2. Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan hak ini terdiri dari:
i. Gadai sebagai jaminan ialah benda bergerak.
ii. Hipotik sebagai jaminan ialah benda-benda tetap (tidak bergerak).
Sifat-sifat dari kebendaan ialah:

82

Ibid.hal. 65

Universitas Sumatera Utara

66

1. Hak

kebendaan

merupakan

hak

yang

mutlak,

yaitu

dapat

dipertahankan terhadap siapapun juga.
2. Hak kebendaan itu mempunyai zaaksgevolg atau droit de suite (hak
yang mengikuti), artinya hak itu selalu mengikuti bendanya
dimanapun juga (ditangan siapapun juga) barang itu berada. Hak itu
terus saja mengikuti orang yang mempunyainya.
3. Hak kebendaan itu mempunyai droit de preference (hak yang terlebih
dahulu atau memberikan kedudukan diutamakan).83
Sebagai hak kebendaan, hak gadai selalu mengikuti objek atau barang-barang
yang digadaikan dalam tangan siapapun berada. Pemegang gadai (pandnemer)
mempunyai hak untuk menuntut kembali barang-barang yang digadaikan yang telah
hilang atau dicuri orang dari tangannya dari tangan siapapun barang-barang yang
digadaikan itu ditemukannya dalam jangka waktu selama 3 (tiga) tahun. Hal ini dapat
disimpulkan dari ketentuan dalam Pasal 1152 (3) KUHPerdata :
Apabila, namun itu barang tersebut hilang dari tangan penerima gadai ini atau
dicuri daripadanya, maka berhaklah ia menuntutnya kembali sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1977 ayat (2), sedangkan apabila barang gadai
didapatnya kembali, hak gadai dianggap tidak pernah hilang.
Pasal 1152 (3) KUHPerdata ini mencerminkan adanya sifat droit de suit,
karena hak gadai terus mengikuti bendanya di tangan siapapun. Demikian juga di
dalamnya terkandung suatu hak menggugat karena penerima gadai berhak menuntut
kembali barang yang hilang tersebut.

83

Ibid, Hal. 24.

Universitas Sumatera Utara

67

C. Benda gadai dikuasai pemegang gadai (inbezitstelling)
Dalam rangka mengamankan piutang kreditur, maka secara khusus oleh
debitur kepada kreditur diserahkan suatu kebendaan bergerak sebagai jaminan
pelunasan hutang debitur, yang menimbulkan hak bagi kreditur untuk menahan
kebendaan bergerak yang digadaikan tersebut sampai dengan pelunasan utang
debitur. Dengan demikian pada dasarnya perjanjian gadai akan terjadi bila
barang-barang yang digadaikan berada dibawah penguasaan kreditur atau atas
kesepakatan bersama ditunjuk seorang pihak ketiga untuk mewakilinya.
Penguasaan kebendaan gadai oleh pemegang gadai tersebut merupakan syarat
esensial bagi lahirnya gadai. Persyaratan ini selain ditentukan dalam Pasal 1150
KUHPerdata, juga tercantum dalam Pasal 1152 (1) dan (2) yaitu:
1. Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa
diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si
berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh
kedua belah pihak.
2. Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam
kekuasaan si berutang atau si pemberi gadai, ataupun yang kembali atas
kemauan si berpiutang.

D. Penyerahan barang-barang yang digadaikan kepada kreditur
Hal ini dimaksudkan bukan merupakan penyerahan yuridis, bukan penyerahan
yang mengakibatkan penerima gadai menjadi pemilik dan karenanya
pemegang gadai dengan penyerahan tersebut tetap hanya berkedudukan
sebagai pemegang saja, tidak akan pernah berdasarkan penyerahan seperti itu
saja menjadi bezitter dalam arti bezit keperdataan (burgelijk bezit). Itulah

Universitas Sumatera Utara

68

sebabnya bezit disebut pandbezit.84 Hak menjual sendiri benda gadai.
Pemegang gadai berhak menjual sendiri benda gadai dan memiliki
kewenangan untuk melakukan pelelangan terhadap barang gadai. Penyebab
timbulnya pelelangan ini adalah karena debitur tidak melakukan atau
melaksanakan prestasinya sesuai dengan isi kesepakatan yang dibuat antara
kreditur dan debitur, walaupun debitur telah diberikan somasi oleh kreditur.
Dari hasil penjualan atau pelelangan tersebut maka kreditur berhak mengambil
pelunasan piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan atau
pelelangan itu.
E. Hak yang didahulukan.
Hak yang didahulukan maksudnya apabila benda gadai itu dilelang maka
pemegang gadai harus didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya tentang
pembayaran

atau

pelunasan

piutangnya

(Pasal

1133,

Pasal

1150

KUHPerdata).
F. Mempunyai sifat accessoir
Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk memberikan jaminan atas suatu
kewajiban prestasi tertentu, yang pada umumnya merupakan perjanjian
hutang-piutang dan karenanya dikatakan, bahwa perjanjian gadai mengabdi
kepada perjanjian pokoknya atau dikatakan bahwa gadai merupakan
perjanjian bersifat accessoir. Perjanjian accessoir mempunyai ciri-ciri antara
lain:
84

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

69

1) Tidak dapat berdiri sendiri.
2) Adanya/timbulnya maupun hapusnya bergantung pada perikatan pokoknya.
3) Apabila perikatan pokoknya dialihkan, accessoir turut beralih.85
Konsekuensi perjanjian gadai sebagai perjanjian accessoir adalah:
1. Bahwa sekalipun perjanjian gadainya sendiri mungkin batal karena melanggar
ketentuan gadai yang bersifat memaksa, tetapi perjanjian

pokoknya sendiri

biasanya berupa perjanjian hutang-piutang tetap berlaku, jika ia dibuat secara sah.
Hanya saja tagihan tersebut jika tidak ada dasar preferensi yang lain,
berkedudukan sebagai tagihan konkuren belaka.
2. Hak gadainya sendiri tidak dapat dipindahkan tanpa turut sertanya (turut
berpindahnya) perikatan pokoknya, tetapi sebaliknya pengoperan perikatan pokok
meliputi pula semua accessoir nya, dalam mana termasuk jika ada hak gadainya.86
Kesimpulan dari penjelsan di atas bahwa pelaksanaan gadai dalam Perum
Pegadaian berbeda dengan pegadaian dalam KUHPerdata, namun aturan yang
diterapkan dalam pelaksanaan gadai di Perum Pegadaian Nangka Pekanbaru
mengacu pada KUHPerdata.
C. Perjanjian Gadai Antara Kreditur dan Debitur Pada Perum Pegadaian.
Jika kita membicarakan tentang defenisi perjanjian, maka pertama-tama harus
diketahui pengertian perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang

85
86

Ibid, Hal. 25.
Ibid, Hal. 26.

Universitas Sumatera Utara

70

berbunyi : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”
Perjanjian dengan jaminan gadai pada Perum Pegadaian dibuat dengan
perjanjian tertulis antara Perum Pegadaian dengan nasabah. Ketentuan tersebut dapat
diketahui bahwa setiap adanya gadai suatu barang, Perum Pegadaian telah
menentukan harus adanya surat bukti kredit (selanjutnya disebut SBK). 87
SBK ini diterbitkan oleh Perum Pegadaian dan sengaja dibuat sebagai media
atau piranti perikatan serta dijadikan alat bukti untuk kedua belah pihak. Di dalam
SBK nantinya untuk saling memantau diantara kedua belah pihak, apakah prestasi
telah dijalankan atau bahkan telah terjadi wanprestasi. Bahkan apabila ada pihak yang
dirugikan telah memiliki alat bukti untuk mengajukan suatu tuntutan kepada pihak
lain.88
Perjanjian

gadai

dapat

dilakukan

dalam bentuk perjanjian

tertulis,

sebagaimana halnya dengan perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian pemberian kredit.
Perjanjian tertulis ini dapat dilakukan dalam bentuk akta di bawah tangan dan akta
otentik. Dalam praktek, perjanjian gadai ini dilakukan dalam bentuk akta di bawah
tangan yang ditandatangani oleh pemberi gadai dan penerima gadai. Bentuk, isi, dan
syarat-syaratnya telah ditentukan oleh Perum Pegadaian secara sepihak. Semua
tertuang dalam surat bukti kredit (SBK), hal-hal yang kosong tersebut meliputi nama,
alamat, jenis barang jaminan, jumlah taksiran, jumlah pinjaman, tanggal kredit, dan
87

Suharmoko, hukum perjanjian : Teori Dan Analisa Kasus, Kencana Prenada Media Group,
2004, Hal. 123.
88
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

71

tanggal jatuh tempo. SBK ini diterbitkan oleh Perum Pegadaian dan sengaja dibuat
sebagai media atau piranti perikatan serta sebagai alat bukti untuk kedua belah pihak.
SBK ini nantinya digunakan untuk saling memantau diantara kedua belah pihak,
apakah prestasi telah dijalankan atau bahkan telah terjadi wanprestasi, dan bila ada
pihak yang dirugikan telah memiliki alat bukti untuk mengajukan suatu tuntutan
kepada pihak lain.89
Menurut Kepala Cabang Perum Pegadaian90 yang dijadikan penelitian dalam
praktek gadai di pegadaian, penerimaan barang jaminan dari seorang nasabah
didasarkan pada ketentuan Pasal 1977 dimana seseorang yang menguasai barang
bergerak dianggap sebagai sebagai pemilik barang sebenarnya. Dari pasal tersebut
ditafsirkan oleh pihak pegadaian bahwa orang yang memegang barang bergerak
untuk digadaikan adalah sebagai pemilik sebenarnya dari benda tersebut, sehingga hal
ini akan dilindungi oleh hukum, karena dalam pelaksanaan gadai, pihak pegadaian
selalu beritikad baik dalam menerima barang jaminan dari nasabah. Dalam
persyaratan peminjaman kredit dipegadaian, pihaknya mengharuskan nasabah
(debitur) untuk menyerahkan kartu tanda penduduk dan untuk barang jaminan berupa
kendaraan bermotor pegadaian mengharuskan nasabah

menyerahkan bukti

kepemilikan kendaraan bermotor berupa surat BPKB dan STNK. Karena pihak
pegadaian telah beritikad baik dalam perjanjian gadai tersebut, maka selayaknya

89
90

Muhammad Yamin, Op. cit., Hal. 64.
Bapak Mas’ud, hasil wawancara, 22 Mei 2001.

Universitas Sumatera Utara

72

apabila pegadaian dilindungi oleh hukum. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi
adanya nasabah yang beritikad tidak baik dalam menggadaikan barangnya.
Perjanjian kredit gadai dimulai setelah syarat-syarat dipenuhi oleh nasabah
yang meliputi :
a. Fotocopy KTP/kartu pengenal lain (SIM, Paspor)
b. Barang jaminan yang memenuhi persyaratan
c. Surat kuasa dari pemilik barang, jika dikuasakan
d. Mengisi formulir permintaan kredit
e. Menandatangani perjanjian kredit (Surat Bukti Kredit)
Surat Bukti Kredit (SBK) dalam bentuknya dibuat secara timbal balik, di
mana pada halaman depannya memuat catatan penting, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Perusahaan umum Pegadaian
Nomor bunga jaminan/ nomor kredit
Tanggal kredit
Tanggal batas/jatuh tempo
Taksiran
Uang pinjaman
Golongan uang pinjaman
Keterangan barang jaminan
Nama nasabah/yang dikuasakan serta alamat
Tarif bunga
Tanda lain yang dinyatakan seperti paraf kuasa pemutus kredit (KPK)/Kepala
cabang, dan lain-lain.91
Sedangkan pada halaman belakang SBK terdapat isi perjanjian kredit gadai

antara Perum Pegadaian dengan nasabah. Perjanjian ini diberi nama dengan
“Perjanjian kredit dengan jaminan benda bergerak”.

91

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

73

Adapun isi yang terdapat di dalam SBK memuat antara lain sebagai berikut:
1. Pengakuan nasabah telah menerima penetapan besarnya taksiran jaminan,
Uang pinjaman dan tarif sewa modal dan SBK ini merupakan tanda bukti
yang sah penerimaan uang pinjaman.
2. Menyatakan bahwa barang yang diserahkan sebagai jaminan adalah milik
nasabah sendiri atau milik orang lain yang dikuasakan kepadanya untuk
digadaikan, dan bukan berasal dari hasil kejahatan, tidak dalam objek
sengketa atau sita jaminan.
3. Nasabah menyatakan telah berhutang kepada Perum Pegadaian dan
berkewajiban untuk membayar pelunasannya.
4. Perum Pegadaian akan memberikan ganti kerugian apabila barang jaminan
yang berada dalam penguasaan Perum Pegadaian mengalami kerusakan atau
hilang yang disebabkan oleh suatu bencana alam (force majeure) yang
ditetapkan pemerintah, dan ganti rugi diberikan sebesar harga taksiran awal.
5. Nasabah dapat melakukan perpanjangan kredit, mengangsur uang pinjaman
atau menambah uang pinjaman selama nilai taksiran masih memenuhi syarat.
6. Bila sampai pada tanggal jatuh tempo tidak dilakukan pelunasan atau
perpanjangan kredit, maka Perum Pegadaian berhak melakukan penjualan
barang jaminan melalui lelang.
7. Jika hasil penjualan lelang berlebih maka kelebihannya tersebut akan
dikembalikan kepada nasabah. Dan bila hasilnya tidak mencukupi maka
nasabah wajib membayar kekurangan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

74

8. Nasabah harus datang sendiri untuk melakukan pelunasan atau perpanjangan
kredit ataupun

dengan

mengalihkannya

kepada orang lain

dengan

menggunakan surat kuasa.
9. Nasabah menyatakan tunduk dan mengikuti segala peraturan yang berlaku di
Perum Pegadaian sepanjang ketentuan yang menyangkut kredit gadai ini.
10.Apabila terjadi perselisihan di kemudian hari akan diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat dan jika tidak tercapai kesepakatan akan
diselesaiakan melalui Pengadilan Negeri setempat.
Mengenai isi perjanjian dan syarat-syarat gadai yang dituangkan dalam surat
bukti kredit (SBK) gadai, pada dasarnya telah ditentukan secara sepihak oleh Perum
Pegadaian. Kepada calon nasabah hanya dimintakan pendapatnya apakah menerima
syarat-syarat yang ada dalam formulir itu atau tidak.92
“Perjanjian yang dibuat secara sepihak dan pihak lainnya hanya mempunyai
pilihan untuk menerima atau menolak perjanjian tersebut tanpa diberi kesempatan
untuk merundingkan isinya disebut dengan perjanjian baku”.93
Pemerintah Indonesia secara resmi melalui Undang-undang No.8 Tahun 1999
menggunakan istilah klausula baku sebagaimana dapat ditemukan dalam Pasal 1
angka 10 Undang-undang Perlindungan Konsumen. Dalam pasal tersebut dinyatakan
bahwa klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak olweh pelaku usaha yang

92
93

Ibid, Hal. 124.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

75

dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib
dipenuhi oleh konsumen.
Badrulzaman dalam tulisannya tentang perlindungan konsumen dilihat dari
sudut perjanjian baku dalam majalah Peradin dengan singkat menyatakan bahwa
perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam
bentuk formulir.94
Yusuf Sofie menyebutkan bahwa perjanjian baku itu dikatakan perjanjian atau
persetujuan yang dibuat oleh para pihak mengenai sesuatu hal yang telah ditentukan
secara baku serta dituangkan secara tertulis.95
Shidarta memberikan arti bahwa perjanjian baku itu sebagai perjanjian yang
hamper seluruh klausula-klausulanya dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain
pada dasarnya tidk mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta
perubahan. Adapun yang belum dibakukan adalah beberapa hal lainnya yang sifatnya
sangat spesifik dari obyek perjanjian. Dengan demikian perjanjian baku adalah
perjanjian yang ditetapkan secara sepihak oleh produsen/pelaku usaha/penjual yang
mengandung ketentuan yang berlaku umum sehingga pihak konsumen hanya
mempunyai 2 pilihan saja yaitu menyetujui atau menolaknya.96
Setelah memberikan definisi terhadap perjanjian baku selanjutnya MD
Badrulzaman mengemukakan ciri-ciri secara umum tentang perjanjian baku sebagai
94
Badrulzaman,Perlindungan Terhaap Konsumen dari Sudut Perjanjian Baku,Majalah Hukum
Peradin,WEdisi 17 tahun ke IX Jan-Feb..hal.22
95
Yusuf Sofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen Hukumnya. XCitra Asditya Bakti,
Cetakan ke-1,Bandsung,2000.hal.74
96
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo,Jakarta,2000,hal.74

Universitas Sumatera Utara

76

berikut : perjanjian baku disiapkan terlebih dahulu secara umum, isinya ditentukan
secara sepihak oleh pihak yang kuat kedudukan ekonominya, debitur selalu
menerimanya karena terdesak oleh kebutuhannya, bentuknya tertentu, konsumen
tidak ikut menentukan isi perjanjian, konsumen hanya mempunyai pilihan untuk
menerima atau tidak menerima.97
Dengan demikian, perjanjian gadai pada Perum Pegadaian yang dituangkan
dalam SBK ini dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian baku, karena memenuhi ciriciri dari perjanjian baku yaitu :
a. Bentuk perjanjian tertulis.
Yang dimaksud dengan perjanjian disini adalah perjanjian berupa naskah
perjanjian secara keseluruhan dan dokumen bukti perjanjian yang memuat
syarat-syarat baku. Kata-kata ataupun kalimat berupa pernyataan kehendak
yang dimuat dalam syarat-syarat baku dibuat secara tertulis berupa akte di
bawah tangan. Karena dibuat secara tertulis maka perjanjian yang memuat
syarat-syarat baku tersebut selalu menggunakan kata-kata ataupun susunan
kalimat yang teratur dan sangat rapi.
b. Format perjanjian dibakukan.
Sebuah format perjanjian meliputi moral,rumusan ataupun ukuran.Format ini
dibakukan yaitu sudah di