Hubungan Antara Happiness dengan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Happiness
1. Definisi Happiness
Kebahagiaan merupakan konsep yang subjektif karena setiap
individu memiliki tolak ukur yang berbeda-beda. Aristoteles (dalam Adler,
2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata
“happy” atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good
time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan.

Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007)
adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, good
luck, good reputation, good friends, good money dan goodness.

Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang
mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif
yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Sedangkan
happiness atau kebahagiaan menurut Biswas-Diener & Dean (2007)

merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia – apa yang membuat
kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih

baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa happiness
adalah perasaan positif yang ditandai dengan adanya pengalaman
menyenangkan yang dirasakan individu sehingga membuat kehidupan dan
kesehatan individu menjadi lebih baik.
14

Universitas Sumatera Utara

15

2.

Aspek – Aspek Kebahagiaan
Menurut Seligman dkk (2005), ada lima aspek utama yang dapat
menjadi sumber kebahagiaan sejati, yaitu :
a.

Menjalin hubungan positif dengan orang lain
Hubungan yang positif bukan sekedar memiliki teman, pasangan,

ataupun anak. Status perkawinan dan kepemilikan anak tidak dapat
menjamin kebahagiaan seseorang.

b.

Keterlibatan penuh
Bagaimana seseorang melibatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan
yang ditekuni. Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga
dalam aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga.
Keterlibatan penuh membutuhkan partisipasi aktif dari orang yang
bersangkutan. Dengan melibatkan diri secara penuh, bukan hanya fisik
yang beraktivitas, tetapi hati dan pikiran juga turut serta.

c.

Menemukan makna dalam keseharian
Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain
tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni temukan makna
dalam apapun yang dilakukan.


d.

Optimis, namun tetap realistis
Orang yang optimis ditemukan lebih berbahagia. Mereka tidak mudah
cemas karena menjalani hidup dengan penuh harapan.

Universitas Sumatera Utara

16

e.

Menjadi pribadi yang resilien
Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah mengalami
penderitaan. Karena kebahagiaan tidak bergantung pada seberapa
banyak peristiwa menyenangkan yang dialami. Melainkan sejauh
mana seseorang memiliki resiliensi, yakni kemampuan untuk bangkit
dari peristiwa yang terpahit sekalipun.

3. Unsur – Unsur Kebahagiaan

Ada dua hal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kebahagiaan
yaitu afeksi dan kepuasan hidup (Rusydi, 2007).
a.

Afeksi
Perasaan (feeling) dan emosi (emotion) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. Setiap pengalaman emosional selalu berhubungan dengan
afektif atau perasaan yang sangat menyenangkan sampai kepada
perasaan yang tidak membahagiakan.

b.

Kepuasan hidup
Kepuasan hidup merupakan kualitas dari kehidupan seseorang yang
telah teruji secara keseluruhan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan antara
segala peristiwa yang dialami dengan apa yang menjadi tumpuan
harapan dan keinginan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
semakin terpenuhinya kebutuhan dan harapan seseorang maka
semakin tinggi pula tingkat kepuasan seseorang.


Universitas Sumatera Utara

17

4. Ciri-Ciri Orang yang Bahagia
Menurut David G. Myers (2002), ada empat karakteristik yang
selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu :
a.

Menghargai diri sendiri
Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka
cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang
menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah
orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk
menyetujui pernyataan seperti diatas.

b.

Optimis

Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis
atau pesimis, yaitu permanen (menentukan berapa lama seseorang
menyerah) dan pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan
melebar ke banyak situasi). Orang yang optimis percaya bahwa
peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk
bersifat sementara sehingga mereka berusaha untuk lebih keras pada
setiap kesempatan agar ia dapat mengalami peristiwa baik lagi
(Seligman, 2005). Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala
aspek ketika mengalami peristiwa buruk di area tertentu.

c.

Terbuka
Orang yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa orang – orang yang tergolong sebagai

Universitas Sumatera Utara

18


orang extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata
memiliki kebahagiaan yang lebih besar.
d.

Mampu mengendalikan diri
Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada
hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga
biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan
Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
seseorang, yaitu:
a. Budaya
Triandis (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa faktor budaya dan
sosial politik berperan dalam tingkat kebahagiaan seseorang. Carr
(2004) mengatakan bahwa budaya dalam kesamaan sosial memiliki
tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Carr juga menambahkan bahwa
kebahagiaan lebih tinggi dirasakan di negara yang sejahtera di mana
institusi umum berjalan dengan efisien dan terdapat hubungan yang
memuaskan antara warga dengan anggota birokrasi pemerintahan.

b. Kehidupan sosial
Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia menjalani
kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit
menghabiskan

waktu

sendirian

dan

mayoritas

dari

mereka

bersosialisasi.

Universitas Sumatera Utara


19

c. Agama atau religiusitas
Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan
daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini
dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan
menciptakan makna dalam hidup bagi manusia (Seligman, 2005).
Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau
komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang
tersebut (Carr, 2004). Hubungan antara harapan akan masa depan dan
keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat
efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan
(Seligman, 2005).
d. Pernikahan
Seligman (2005)

mengatakan bahwa pernikahan sangat erat

hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua

penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan yaitu,
orang yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang
yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan
banyak

keuntungan

diantaranya

keintiman

yang

dapat

psikologis

membahagiakan
dan


fisik,

seseorang,

memiliki

anak,

membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang
tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan (Carr, 2004).
Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan

Universitas Sumatera Utara

20

besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman,
2005).
e. Usia
Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,
afek positif sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah
(Seligman, 2005). Seligman (2005) menjelaskan hal yang berubah
ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan
“mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan”
berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman.
f. Uang
Seligman (2005) menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin,
kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur
dimana

hampir

semua

orang

memperoleh

kebutuhan

dasar,

peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan
(Seligman, 2005).
g. Kesehatan
Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan
kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman (2005) yang
penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita.
Seligman (2005) juga menambahkan bahwa orang yang memiliki lima
atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan
dengan waktu.

Universitas Sumatera Utara

21

h. Jenis kelamin
Jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan
kebahagiaan (Seligman, 2005). Wanita memiliki kehidupan emosional
yang lebih ekstrim daripada pria (Seligman, 2005). Wanita mengalami
lebih banyak emosi positif dengan intensitas yang lebih tinggi
dibandingkan

pria

(Seligman,

2005).

Seligman

(2005)

juga

menjelaskan bahwa tingkat emosi rata – rata pria dan wanita tidak
berbeda namun wanita lebih bahagia dan juga lebih sedih daripada
pria.

B. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas Hidup
Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para
peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multi disipliner
tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam
konteks penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus
seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi. Oleh
karena adanya perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka,
kualitas hidup sulit didefinisikan secara pasti (Zega, 2015).
Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat
diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial,
emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau
bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada,

Universitas Sumatera Utara

22

adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta
kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain (Ware JE &
Sherbourne CD, dalam Silitonga 2007) .
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)
Group (dalam Rapley, 2003) mendefinisikan kualitas hidup sebagai
persepsi individu tentang posisinya di kehidupan dalam konteks
kebudayaan dan sistem nilai dimana mereka hidup, berhubungan dengan
tujuan, harapan, ukuran, dan perhatian individu tersebut. Sedangkan
menurut Donner, Karone, & Bertoliti (1997), kualitas hidup secara umum
adalah keadaan individu dalam lingkup kemampuan, keterbatasan, gejala
dan sifat psikososial untuk berfungsi dan menjalankan bermacam-macam
perannya secara memuaskan.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas
hidup adalah penilaian individu tentang kehidupannya yang berhubungan
dengan tujuan, harapan, kemampuan, dan keterbatasan untuk berfungsi
menjalani perannya dalam kehidupan.

2. Aspek Kualitas Hidup
Menurut WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003),
menyatakan bahwa pengukuran kualitas hidup harus didasarkan pada 6
aspek yaitu aspek physical health, psychological, level of independence,
social relationships, environment, dan spirituality/religion/personal belief.

Universitas Sumatera Utara

23

Namun kemudian 6 aspek tersebut diperbaharui menjadi 4 aspek kualitas
hidup (WHOQOL-BREF dalam Rapley, 2003) yang meliputi:
a.

Physical Health
Physical Health mencakup aktivitas sehari - hari; ketergantungan pada

obat-obatan,

energi

dan

kelelahan;

mobilitas;

sakit

dan

ketidaknyamanan; tidur dan istirahat; kapasitas kerja.
b.

Psychological Health
Psychological Health mencakup bodily image dan appearance ,

perasaan negatif, perasaan positif; self-esteem,spiritual / agama /
keyakinan pribadi, berpikir, belajar; memori dan konsentrasi.
c.

Social Relationships
Social Relationships mencakup relasi personal, dukungan sosial;

aktivitas seksual.
d.

Environment
Environment mencakup sumber finansial, kebebasan, keamanan dan

keselamatan fisik; perawatan kesehatan dan sosial termasuk
aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan untuk
mendapatkan

berbagai

informasi

baru

maupun

keterampilan;

partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan
kegiatan yang menyenangkan di waktu luang; lingkungan fisik
termasuk polusi / kebisingan / lalu lintas / iklim; serta transportasi.

Universitas Sumatera Utara

24

3. Domain Kualitas Hidup
Menurut European Organization for Research and Treatment of
Cancer Quality of Life Questionnaire-C30 (EORTC-C30) terdapat tujuh

domain kualitas hidup meliputi (Perwitasari, 2009).
a.

Fungsi fisik, mencakup kegiatan berat, berjalan kaki dalam jarak jauh,
berjalan kaki dalam jarak dekat, berbaring di tempat tidur/duduk di
kursi, memerlukan bantuan orang lain saat makan, berpakaian dan
buang air.

b.

Fungsi peran, mencakup keterbatasan saat bekerja dan keterbatasan
saat melakukan kegiatan santai atau hobi.

c.

Fungsi emosi, mencakup perasaan tegang, perasaan khawatir,
tersinggung dan depresi.

d.

Fungsi kognitif, mencakup konsentrasi dan memori.

e.

Fungsi sosial, mencakup kehidupan keluarga dan kehidupan sosial.

f.

Kondisi kesehatan secara keseluruhan

g.

Domain gejala, mencakup kelelahan, butuh istrahat, badan lemah,
lelah, mual, muntah, nyeri, sesak nafas, sulit tidur, kehilangan nafsu
makan, konstipasi, diare dan kesulitan keuangan.

Universitas Sumatera Utara

25

4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Menurut Brown (1996), faktor – faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup seseorang adalah:
a.

Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri dari:
1.

Lingkungan makro, meliputi lingkungan biospherik, ekonomi,
sosial, budaya, politik dan kebangsaan.

2.

Lingkungan sekitar, meliputi lingkungan keluarga, tetangga,
tempat dimana kita bekerja, sekolah, rumah, dan keluarga sosial.

b.

Faktor Pribadi
Faktor pribadi terdiri dari:
1.

Faktor biologis, meliputi keadaan tubuh, struktur otak, dan
tingkah laku.

2.

Faktor psikologis, meliputi kebiasaan, kognisi, emosi, persepsi,
dan pengalaman yang merupakan karaterisitik individu untuk
menyesuaikan diri dengan dunianya.

C. Kanker
1. Definisi Kanker
Kanker adalah suatu proses pelipatgandaan sel yang tidak
terkendali dan menghasilkan tumor yang menyerang jaringan-jaringan
yang ada

didekatnya

dan bermetastatis (Kiple, 2003).

Dalam

perkembangannya sel-sel kanker ini dapat berkembang ke bagian tubuh

Universitas Sumatera Utara

26

lain sehingga dapat menyebabkan kematian (Setiati, 2009). Jenis kanker
tergantung pada jenis organ atau sel tempat terjadinya pembelahan sel
yang abnormal tersebut, contohnya: kanker rahim, kanker payu dara,
kanker hati, kanker usus, kanker pankreas, kanker otak, kanker kulit,
kanker prostat, kanker tulang sarkoma,kanker testis, kanker lidah, kanker
mata, kanker darah, dan lain-lain. Hasil penelitian Oemiati (2011),
kanker terbanyak di Indonesia adalah kanker ovarium dan serviks uteri.

2. Penyebab
Kategori agens dan faktor-faktor tertentu memberikan implikasi
dalam proses karsinogenik. Adapun fakor-faktor yang menyebabkan
kanker adalah sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002 ).
a.

Virus
Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel
yang menganggu generasi populasi sel sehingga sel tersebut
mengarah pada kanker.

b.

Agen Fisik
Faktor-faktor fisik yang dapat menyebabkan kanker mencakup
pemajanan terhadap sinar matahari atau radiasi, iritasi kronis atau
inflamasi, dan penggunaan tembakau. Pemajanan berlebih pada
radiasi ultraviolet, terutama pada individu berkulit terang, dan
bermata hijau atau biru, meningkatakan resiko kanker kulit. Iritasi
atau inflamasi kronik diduga merusak sel-sel yang menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

27

diferensiasi sel abnormal. Mutasi sel sekunder terhadap iritasi atau
inflamasikronik berkaitan dengan kanker bibir pada perokok yang
menggunakan pipa.
c.

Agen Kimia
Banyak substansi kimiawi yang ditemukan dalam lingkungan kerja
yang menjadi karsinogen atau ko-karsinigen dalam proses kanker.
Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatik dan anilin,
arsenik, jelaga dan tar, absestos, benzen, pinang dan kapur sirih,
kardium, senyawaan kromium, nikel dan seng, debu kayu, senyawa
berilium dan polivinil klorida.

d.

Faktor-faktor genetik dan keturunan
Kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya
abnormal, dapat terbentuk sel-sel mutan. Beberapa kanker pada masa
dewasa dan anak-anak menunjukkan predisposisi keturunan. Pada
kanker dengan predisposisi herediter umumnya saudara dekat
memiliki tipe kanker yang sama. Kanker yang bersifat keturunan
termasuk retinoblastoma, nefroblastoma, feokromositoma, maligna,
leukimia dan kanker payudara, endometrial, kolorektal, lambung,
prostat dan paru-paru.

e.

Faktor-faktor makanan
Risiko kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang
karsinogenik atau ko-karsinogenik atau ada tidaknya substansi
proaktif dalanm diet. Substansi diet berkaitan dengan peningkatan

Universitas Sumatera Utara

28

resiko kanker, mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan atau
diasap, makanan yang mengandung nitrat atu nitrit, dan diet dengan
kalori tinggi.
f.

Agen hormonal
Pertumbuhan

kanker

dipercepat

dengan

adanya

gangguan

kesimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri
(endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.

3. Gejala
Menurut Diananda (2009), gejala kanker biasanya tergantung dari
jenis, tempat, dan stadium kanker. Gejala umum kanker sebagai berikut :
a.

Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misalnya : ada
benjolan di payudara, di perut, dan sebagainya)

b.

Terjadi perubahan warna
Terjadi perubahan pada tahi lalat seperti: bertambah besar, warnanya
tambah hitam, ada penyebaran pigmen di sekitar tahi lalat, gatal
berdarah, rambut yang sebelumnya ada gugur dan tidak tumbuh lagi.

c.

Demam kronis

d.

Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara
(pada kanker leher)
Perubahan nada suara pada umumnya menjadi serak dan makin lama
suaranya makin hilang (aphoni) dapat disebabakan oleh kanker

Universitas Sumatera Utara

29

laring, thyroid, paru. Batuk yang tidak sembuh-sembuh dapat
disebabkan olehkanker paru dan jalan nafas.
e.

Terjadi perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih
Alat-alat pencernaan terganggu disebut indigestion atau dispepsi,
misalnya: perubahan pola BAB, BAB berdarah dan sebagainya. Ini
disebabkan oleh kanker rektum, lambung, usus, atau kolon dan
sebagainya.

f.

Penurunan nafsu makan dan berat badan

g.

Keluarnya cairan atau darah tidak normal ( misalnya: keluar cairan
abnormal dari puting payudara).

D. Hubungan Happiness dengan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker
Seligman (2005) mendefinisikan kebahagiaan sebagai konsep yang
mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif
yang yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Menurut
Veenhoven (2007), kebahagiaan dapat membantu kelancaran pengobatan
pada orang yang sakit fisik karena dapat meningkatkan sistem imun, serta
dapat juga melindungi orang-orang yang sehat dari penyakit. Secara
langsung, kebahagiaan memang tidak menyembuhkan penyakit serius,
melainkan hal tersebut muncul untuk melindungi kita supaya tidak rentan
jatuh sakit dan memperparah penyakit (Veenhoven, 2007). Salah satu aspek

Universitas Sumatera Utara

30

happiness adalah optimis, menemukan makna dalam keseharian, dan menjadi

pribadi yang resilien (Seligman, 2005).
Dampak psikologis yang dialami oleh pasien kanker pada umumnya
adalah emosi-emosi negatif seperti rasa tidak berdaya, kecemasan tentang apa
yang akan terjadi, sedih, marah, putus asa, dan sebagainya (Oetami dkk,
2014). Emosi negatif tersebut mengindikasikan bahwa pasien kanker
merasakan ketidakbahagiaan (unhappy) yang pada akhirnya berdampak pada
kesehatan pasien kanker tersebut, baik fisik maupun psikologis.
Kesehatan fisik maupun psikologis merupakan aspek penting dari
kualitas hidup pada pasien kanker (WHOQOL, dalam Rapley, 2003).Kriteria
kualitas hidup yang positif pada pasien kanker adalah bahwa pasien memiliki
pandangan psikologis yang positif, memiliki kesejahteraan emosional,
memiliki mental yang baik, memiliki kemampuan fisik untuk melakukan halhal yang ingin dilakukan, memiliki hubungan yang baik dengan teman dan
keluarga, dan sebagainya (Bowling, 2005). Pemahaman kualitas hidup yang
positif akan menentukan sikap pasien selanjutnya, hal ini dipengaruhi oleh
emosi positif seperti happiness, penerimaan diri yang baik, citra tubuh positif,
harga diri, hubungan sosial, lingkungan dan spiritualitas subyek (Prastiwi,
2012).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwasanya happiness memiliki hubungan dengan pasien kanker untuk
meningkatkan kesehatan. Kesehatan fisik dan psikologis merupakan salah
satu aspek penting yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker.

Universitas Sumatera Utara

31

Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwasannya ada kaitan antara
happiness dengan kualitas hidup pada pasien kanker.

E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
happiness dengan kualitas hidup pada pasien kanker.

Universitas Sumatera Utara