sudah upload Artikel Semnas Rerrysta Yolanda dan Syuhendri dan Nelly 1

T*;asi;liaE

/{t

Imlnilllt$l
hnrtni,

Jnnrrnq I

lsBN 978-60 271715-1-O

nlnnn

ilmI Im;
n ilql{a

;}n

if

ilnil nn l,\*nyl nytftnn fiunnvrnl


I{
I

T

I

nn,7

*

:

ss

r
,

,+


*

4

1

:

,-f

.)*:

?eni1f i11'lian Tls11ia

l.s ,1
,

..


,

,.{r^
ii,..

Talirrltas i(agrtrran i'lan Tlmrr ?ent11 r111ian
-L?n1-zelsltas

St1lilltra

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
INOVASI PEMBELAJARAN FISIKA, IPA DAN ILMU FISIKA DALAM
MENYIAPKAN GENERASI EMAS 2045
Penulis

: Tim Pemakalah Seminar Nasional Pendidikan
ISBN
: 978-602-71715-1-0
Tim Editor
:
Dr. Ketang Wiyono, S.Pd., M.Pd.
Dr. Ismet, S.Pd., M.Si.
Apit Fathurohman, S.Pd., M.Si.
Nely Andriani, S.Pd. M.Si.
Saparini,S.Pd., M.Pd.
Melly Ariska,S.Pd., M.Sc.
Tim Penyunting :
Dwi Agustina
Ricky Azrofi Samara
Ardi Wiyantara
Penerbit

: Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unsri

Alamat Redaksi:

Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP Unsri
Jl. Palembang-Prabumulih Km 32 Indralaya 30662
Telp (0711) 580058, Email : pend.fisikafkipunsri@gmail.com
Website: www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page I

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan dan menyelesaikan
penyusunan prosiding ini. Seminar Nasional Pendidikan ini merupakan agenda tahunan
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Fisika (HIMAPFIS) yang diselenggarakan oleh Program
Studi Pendidikan Fisika bekerjasama dengan HIMAPFIS dan IKAPFIS (Ikatan Alumni

Pendidikan Fisika) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya. Kegiatan
Seminar ini diikuti oleh guru, dosen, dan mahasiswa yang berasal dari seluruh Indonesia.
Prosiding kali ini memuat makalah yang dipresentasikan pada Seminar Nasional Pendidikan
dengan tema “Inovasi Pembelajaran Fisika, IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi
Emas 2045” tanggal 24 Oktober 2015 di Gedung Aula Pascasarjana Universitas Sriwijaya.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada keynote speaker, Prof. Dr. Festiyed, M.Si.
dari Universitas Negeri Padang, Dr. Iskhaq Iskandar, M.Sc. dari FMIPA Universitas
Sriwijaya dan Dr. Slamet Wahyudi, M.Si. dari Balai Diklat Kehutanan Riau yang juga
merupakan Alumni Pendidikan Fisika FKIP Unsri. Selain itu, tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Rektor Unsri, Dekan FKIP, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA, Ketua
Program Studi Pendidikan Fisika, dan semua pihak yang telah membantu menyukseskan
penyelenggaraan kegiatan ini.
Palembang, 24 Oktober 2015
Panitia Pelaksana

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page i

ISBN : 978-602-71715-1-0

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
PERGESERAN
PARADIGMA
PEMBELAJARAN
FISIKA
UNTUK
MEWUJUDKAN GENERASI EMAS YANG KOLABORATIF, KOOPERATIF,
KOMPETITIF DAN BERKARAKTER (FESTIYED-Universitas Negeri Padang).............. 1
INOVASI FISIKA DALAM UPAYA MEMAHAMI FENOMENA IKLIM EKSTREM
(ISKHAQ ISKANDAR-FMIPA Unsri) ............................................................................... 31
INDONESIA EMAS DAN PENERAPAN ILMU FISIKA (IPA) DALAM DUNIA

KERJA (KASUS PENERAPAN KONSEP [FILOSOFI] FISIKA DI BIDANG
KEHUTANAN) (SLAMET WAHYUDI-Widyaiswara Madya Balai Diklat
Kehutanan Pekanbaru) ......................................................................................................... 39
PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF FISIKA MODERN BERBASIS
GAYA BELAJAR UNTUK PENGUASAAN KONSEP MAHASISWA CALON
GURU (KETANG WIYONO-Pendidikan Fisika FKIP Unsri) ......................................... 49
ANALISIS
KEMAMPUAN
REPRESENTASI
MAHASISWA
PADA
PERKULIAHAN MEKANIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FKIP
UNIVERSITAS SRIWIJAYA (ISMET-Pendidikan Fisika FKIP Unsri) .......................... 59
LITERASI ENERGI: DEFINISI, DIMENSI DAN IMPLIKASI (M. YUSUPPendidikan Fisika FKIP Unsri) ............................................................................................ 67
PROFIL PERKULIAHAN ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA
(IPBA) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNIVERSITAS
SRIWIJAYA (LENI MARLINA, LILIASARI, BAYONG TJASYONO, DAN
SUMAR HENDAYANA-Pendidikan Fisika FKIP Unsri) ................................................. 74
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGGUNAKAN PERALATAN
DAN PERLENGKAPAN DI TEMPAT KERJA DI SMK NEGERI 1 BLITAR

(SUHARNO-SMKN 1 Blitar) ............................................................................................... 81
PENGEMBANGAN LKM INTERAKTIF BERBASIS WEB PADA MATA KULIAH
PENDAHULUAN FISIKA INTI DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FKIP
UNIVERSITAS SRIWIJAYA (NURUL RAHMI ADDINNI, HAMDI AKHSAN,
KETANG WIYONO-Pendidikan Fisika FKIP Unsri) ...................................................... 91
SISTEM
PENGUSIR
BURUNG
PEMAKAN
PADI
BERBASIS
MIKROKONTROLER ATMEGA 8 MENGGUNAKAN SENSOR LDR (DWI
AGUSTINA, MUHAMMAD MUSLIM - Pendidikan Fisika FKIP Unsri) ..................... 102
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page ii

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20

Palembang, 24 Oktober 2015

PENGEMBANGAN
SIKAP
EKOLOGIS
MELALUI
PEMBELAJARAN
ECOPHYSICS BERBASIS ECOPEDAGOGY (NURASYAH DEWI NAPITUPULUSekolah Pasca Sarjana, UPI) ................................................................................................ 305
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DI KELAS XI
SMA NEGERI 2 PADANG (RAHMAH EVITA PUTRI, MASRIL, HIDAYATI–
Pendidikan IPA UPI) ............................................................................................................ 312
STUDI PENGARUH BAHAN ADITIF MULTI WALED CARBON NANOTUBE
(MWCNT) DAN ACETYLENE BLACK (AB) PADA KOMPOSIT LTO SEBAGAI
BAHAN ELEKTRODA UNTUK BATERAI LI-ION (TIARA HARDAYANTI
UTAMA, RAMLAN, ACHMAD SUBHAN-FMIPA Universitas Sriwijaya ) ................. 327
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA NEGERI SE-KECAMATAN
ILIR BARAT I PALEMBANG PADA MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN
INSTRUMEN TTCI DAN CRI (RERRYSTA YOLANDA, SYUHENDRI, NELY
ANDRIANI - Pendidikan Fisika FKIP Unsri) .................................................................... 338
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH LABORATORIUM FISIKA

SEKOLAH
BERDASARKAN
ANALISIS
KOMPETENSI
(MURNIATI,
MUHAMMAD YUSUF - Pendidikan Fisika FKIP Unsri) ................................................ 354
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA UNTUK
SEKOLAH MENENGAH ATAS (DAHLIA OKTAMIA, KETANG WIYONO,
ZULHERMAN - Pendidikan Fisika FKIP Unsri) .............................................................. 365
PENGEMBANGAN SOAL MODEL PISA MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM TERPADU KONTEN FISIKA UNTUK MENGETAHUI
PENALARAN SISWA KELAS IX (TARIDA N. SINAGA-SMP N 3 Gelumbang) .......... 372
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN
PROYEK MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK KELAS X SMA (OKTARINAH,
KETANG WIYONO, ZULHERMAN-Pendidikan Fisika FKIP Unsri) .......................... 376
MENJELASKAN PERSAMAAN LAGRANGE YANG DITERAPKAN PADA
PESAWAT ATWOOD (INDAH LISTARI, MURNIATI-Pendidikan Fisika FKIP
Unsri) ...................................................................................................................................... 384
PENGGUNAAN FUNGSI GAMMA PADA PRINSIP KETIDAKPASTIAN
HEISENBERG UNTUK PERSAMAAN SCHRÖDINGER OSILATOR HARMONIK
SEDERHANA (INTAN PUSPARINI, NELY ANDRIANI - Pendidikan Fisika FKIP
Unsri) ...................................................................................................................................... 392

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page v

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWASMA NEGERI SE-KECAMATAN ILIR
BARAT I PALEMBANG PADA MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN
INSTRUMEN TTCIDAN CRI
Rerrysta Yolanda1), Syuhendri2), Nely Andriani2)
1) Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sriwijaya
2) Dosen Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sriwijaya
e-mail : rerrystayolanda.ry@gmail.com
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pemahaman konsep, jenis miskonsepsi, dantingkat
miskonsepsi siswa pada materi suhu dan kalor. Penelitian dilakukan pada SMA Negeri se-Kecamatan
Ilir Barat I Palembang dengan sampel 94 siswa kelas X yang dipilih dengan teknik probability
sampling. Data dikumpulkan dengan instrumen Thermal and Transport Concept Inventory (TTCI)
yang dilengkapi Certainty of Response Index (CRI) dan wawancara. Analisis data deskriptif
kualitatifdigunakan untuk mencari rata-rata CRI dan fraksijawaban benar dan jawaban salah. Hasil
penelitian didapatkan 1) skor pemahaman konsep siswa rendah yaitu sebesar 45,28%, 2) terdapat
45,28% siswa paham konsep, 0% siswa kurang pengetahuan dan 54,72% siswa mengalami
miskonsepsi, 3) siswa mengalami miskonsepsi pada seluruh konsep yang diujikan yaitu 32 % pada
konsep pemuaian zat, 44% pada konsep perubahan pertambahan panjang terhadap perubahan suhu,
45% pada konsep sifat anomali air, 83% pada konsep perubahan fase, 53% pada konsep laju masukan
panas terhadap perubahan suhu, 52% pada konsep suhu yang dibagi sama rata dan 82% pada konsep
hubungan kapasitas kalor dengan perubahan suhu. Implikasi penelitian, guru perlu menganalisis
pemahaman konsep siswa dan memilih strategi pembelajaran perubahan konseptual yang cocok untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan meremediasi miskonsepsi siswa.
Kata kunci :Pemahaman konsep, miskonsepsi,Suhu dan Kalor

PENDAHULUAN
Pembelajaran fisika pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan sikap
sebagai aplikasi dari pengetahuan. Sebagai produk, fisika berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori, sedangkan sebagai proses berupa keterampilan-keterampilan
dan sikap yang harus dimiliki untuk memperoleh produk.
Pembelajaran fisika dikatakan berhasil dengan baik, apabila tujuan dari mata pelajaran
fisika sudah tercapai, sebagaimana tercantum dalam fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di
tingkat SMA yang menyatakan bahwa mata pelajaran fisika merupakan sarana: 1.
Menyadarkan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan
YME, 2. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup; jujur dan obyektif terhadap data, terbuka
dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan ilmiah,
dan dapat bekerja sama dengan orang lain, 3. Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan
dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan,

mengolah

dan

menafsirkan

data,

menyusun

laporan,

serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara tertulis dan lisan, 4. Mengembangkan kemampuan
berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 338

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

menjelaskan berbagai pecdristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, 5. Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2003). Berdasarkan penjabaran di
atas, jelas bahwa penyelenggaraan mata pelajaran fisika di SMA merupakan sebuah sarana
untuk mengembangkan dan melatih siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan
prinsip fisika, serta memiliki kecakapan ilmiah.
Tujuan dari pembelajaran fisika tersebut akan tercapai jika dalam proses
pembelajarannya berjalan dengan baik. Pada kenyataannya, yang terjadi di lapangan masih
belum sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diharapkan. Peserta didik masih kesulitan dalam
menyelesaikan masalah terkait konsep fisis dan matematis, hal ini dapat terjadi kemungkinan
karena peserta didik hanya mengenal rumus fisika tanpa disertai pemahaman konsep yang
baik. Cara guru dalam menyampaikan materi dan cara siswa dalam memahami konsep juga
dapat menyebabkan pemahaman konsep siswa berbeda-beda, akibatnya ada siswa yang paham
konsep, kurang pengetahuan bahkan ada juga yang miskonsepsi. Siswa yang kurang
pengetahuan ini telah mempelajari materi namun kurang memahami konsep yang diajarkan,
sedangkan miskonsepsi disebabkan karena siswa meyakini konsep yang tidak sesuai dengan
konsep yang dikemukakan oleh pakar ilmu.
Konsep yang salah atau konsep yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut
miskonsepsi (Suparno, 2005:3). Miskonsepsi bisa saja disebabkan karena konsep awal yang
dimiliki oleh siswa tidak sesuai dengan konsep yang seharusnya. Yang lebih memprihatinkan
miskonsepsi ini dapat bertahan lama dan sulit diperbaiki atau diubah selama pendidikan formal
berjalan. Hal ini biasanya disebabkan konsep yang diyakini itu meskipun keliru namun dapat
menjelaskan beberapa persoalan yang ada dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru fisika di SMAN 2 Palembang,
diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa pada mata pelajaran fisika masih banyak
materi yang belum mencapai KKM, sehingga siswa harus mengikuti remedial untuk mencapai
nilai KKM. Berdasarkan hasil wawancara materi yang mempunyai rata-rata nilai paling rendah
dibandingkan nilai ulangan harian materi yang lainnya adalah materi suhu dan kalor, menurut
guru fisika rendahnya hasil ulangan harian disebabkan karena siswa kurang pengetahuan dan
juga terjadi kesalahan konsep, misalnya hasil penelitian Sozbilir dalam Mahmudah (2013)
menyebutkan pada saat es batu mencair, banyak siswa yang beranggapan bahwa suhu es batu
berubah, sedangkan konsep yang benar adalah suhu es tidak berubah namun yang
menyebabkan es mencair karena adanya kalor laten.

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 339

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

Es yang mencair jika dipanaskan, suhu tubuh yang meningkat saat demam, pemuaian
pada rel kereta api merupakan sebagian kecil dari konsep suhu dan kalor yang sering dijumpai
di kehidupan sehari-hari. Konsep suhu dan kalor ini juga merupakan materi dasar yang harus
dikuasai oleh siswa sebelum siswa mendapatkan materi selanjutnya, yaitu teori kinetik gas dan
termodinamika. Materi ini juga diajarkan secara berulang-ulang di sekolah mulai dari tingkat
SD hingga perguruan tinggi namun materi yang diajarkan pada tingkat SD tidak begitu
kompleks, contohnya materi perpindahan kalor yang diajarkan di SD lebih sederhana
dibandingkan materi perpindahan kalor di tingkat yang lebih tinggi seperti SMP, SMA dan
perguruan tinggi. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, materi yang diajarkan
akan semakin kompleks.
Mengingat materi suhu dan kalor mulai diajarkan dari materi yang sederhana sampai
materi yang lebih kompleks dan topik ini sangat penting maka perlu diadakan penelitian untuk
menganalisis miskonsepsi pada siswa di tingkat SMA agar secepatnya dapat dicari solusi dan
tidak terjadi lagi miskonsepsi pada siswa dan pada materi selanjutnya di tingkat yang lebih
tinggi.
Hasil penelitian relevan sebelumnya Nur’aini (β014) menyimpulkan bahwa
miskonsepsi pada subkonsep perpindahan kalor masih ditemukan yaitu pada konsep
perubahan fase soal nomor 12 sebanyak 75%, pada konsep materi perubahan energi akibat
perubahan suhu item soal nomor 15 sebesar 83%; konsep materi suhu yang dibagi sama rata
item soal nomor 19 sebesar 70%; serta hubungan kapasitas kalor dengan perubahan suhu item
soal nomor 21 sebesar 89%. Begitu pula penelitian yang dilakukan Hartanto (2008) mengenai
identitas miskonsepsi suhu dan kalor pada siswa SMP, menyimpulkan masih banyak
ditemukan miskonsepsi pada materi suhu dan kalor, yaitu sebanyak 80,52%.
Ada beberapa cara untuk menganalisis terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat
membedakannya dengan yang paham konsep dan kurang pengetahuan, salah satunya metode
analisis dengan teknik CRI (Certainty of Response Index). Instrumen yang digunakan adalah
instrumen TTCI (Thermal and Transport Concept Inventory) berbentuk tes pilihan ganda
yang bersesuaian dengan silabus salah satu tujuannya menganalisis grafik, instrumen ini
dipilih karena instrumen suhu dan kalor belum banyak yang menggunakan grafik sedangkan
karakteristik dari materi fisika bukan hanya menguasai konsep dan matematis saja tetapi
pembacaan grafik juga merupakan salah satu dasar yang harus dimiliki peserta didik, soal
berbentuk grafik merupakan salah satu bentuk soal yang dapat mengukur sejauhmana tingkat
pemahaman konsep siswa. Instrumen TTCI ini dilengkapi CRI, sehingga siswa tidak hanya
memilih jawaban yang mereka anggap benar dalam tes ini, tetapi siswa juga memilih skala
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 340

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

tingkat keyakinan dalam memilih jawaban. Skala keyakinan ini biasanya dalam bentuk skala
dari 0 sampai 5. Ada 3 kelompok yang bisa keluar dari penerapan cara ini, yaitu konsep benar,
miskonsepsi, atau kurang pengetahuan (kurang paham materi). Dapat disimpulkan bahwa
pembelajar yang mengalami miskonsepsi dengan kurang memahami pengetahuan bisa
dipilah-pilah (Syuhendri, 2010)
Selain itu, penelitian tentang miskonsepsi siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor
belum pernah dilakukan di SMA se-Kecamatan Ilir Barat I, untuk itu diperlukan penelitian
dengan tujuan melihat bagaimana tingkat pemahaman konsep siswa, miskonsepsi serta tingkat
miskonsepsi pada materi suhu dan kalor. Hasil penelitian diharapkan menjadi pertimbangan
guru agar lebih memilih strategi pembelajaran yang cocok untuk meremediasi miskonsepsi
siswa.
METODE
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan tes dan wawancara. Data tes
dikumpulkan dengan menganalisis 19 item dari instrumen Thermal and Transport Concept
Inventory (TTCI), sebuah instrumen untuk diagnosa penguasaan konsep pada ranah suhu dan
kalor. Item yang dipilih adalah yang

berkaitan langsung

dengan konsepsuhu dan kalor.

Totalresponden penelitian adalah 94 orang. Wawancara dilakukan untuk menggalilebih dalam
bagaimana bentuk pemahaman konsep dan alasan responden. Sampel untuk wawancara
diambil sebanyak 4 orang yang dipilih secara acak. Wawancara dilakukan selama 30 menit
untuk tiap orang dan diperpanjang jika ditemukan hal

yang perlu digali lebih lanjut.

Disamping analisis kualitatif tersebut juga dilakukan analisis kuantitatif untuk melihat
persentase miskonsepsi responden.
TTCI (Thermal and Transport Concept Inventory)merupakanteskonsep standaruntuk
materi suhu dan kalor yang berbasis representasi grafik dengan dilengkapi CRI,terdiridari 16
butir soal, yang sudah teruji validasi dan reliabilitasny. Instrumen tersedia sudah dalam
bentuk bahasa Indonesia. Instrumen ini dipilih karena materi fisika bukan hanya berhubungan
dengan konsep dan matematis saja tetapi siswa juga diharapkan mampu menerapkan konsep
yang dimiliki dalam representasi grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan di 3 sekolah yang berada di lingkungan Kecamatan Ilir Barat
I Palembang. Analisis dilakukan terhadap semua pilihan responden pada 16 soal tes yang
diberikan.Analisa data dilakukan dengan caramencari skor rata-rata pemahaman konsep siswa
untuk melihat gambaran awal mengenai pemahaman konsep siswa dan juga mencari rata-rata
CRI jawaban benar dan CRI jawaban salah pada setiap soal yang diujikan, serta menentukan
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 341

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

fraksi siswa yang menjawab benar dan fraksi siswa yang menjawab salah dari seluruh soal.
Dari hasil tes pemahaman konsep lalu dianalisis pemahaman konsep siswa berdasarkan tabel
1. Selanjutnya diperoleh daftar miskonsepsi apa saja yang terdapat pada materi suhu dan
kalor. Hasil rata-rata CRI jawaban benar dan fraksi siswa yang menjawab benar serta rata-rata
CRI jawaban salah dan fraksi siswa yang menjawab salah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata CRI jawaban benar dan fraksi siswa yang menjawab benar serta rata-rata
CRI jawaban salah dan fraksi siswa yang menjawab salah
Konsep
No. Rata-rata
Fraksi Siswa Rata-rata
Fraksi Siswa
Soal CRI Benar Menjawab
CRI Salah Menjawab
Benar
Salah
Pemuaian zat padat
1
3,99
0,77
4,18
0,23
2

3,39

0,60

3,50

0,40

Perubahan
3
pertambahan panjang
4
terhadap
perubahan
suhu
12

3,79

0,71

3,93

0,29

3,29

0,54

3,37

0,46

3,27

0,44

3,34

0,56

Sifat anomali air

5

3,33

0,55

3,38

0,45

6

3,67

0,55

3,31

0,45

3,13
3,42
3,42
3,36

0,09
0,26
0,71
0,35

3,23
3,53
2,85
3,23

0,91
0,74
0,29
0,65

3,09
3,54

0,36
0,63

3,17
3,23

0,64
0,37

2,94
3,86

0,33
0,15

2,65
3,28

0,67
0,85

4,45

0,21

3,26

0,79

Perubahan Fase

7
8
Laju masukan panas 9
terhadap
perubahan 10
suhu
11
Suhu yang dibagi sama 13
rata
14
Hubungan kapasitas 15
kalor
dengan 16
perubahan suhu

Hasil tes yang telah dianalisis kemudian dikelompokkan menjadi 3 kategori
pemahaman konsep. Untuk menentukan apakah siswa mengalami miskonsepsi, paham konsep
atau kurang pengetahuan digunakan tabel 2. Adapun persentase pemahaman konsep siswa
terhadap 3 kategori tersebut pada setiap butir soal terdapat pada tabel berikut:

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 342

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

Tabel 2. Persentase Pemahaman Konsep siswa
Sub Konsep
Butir Soal

Kategori Pemahaman Konsep (%)
PK

KP

M

1

76,60

0

23,40

2

59,57

0

40,43

Perubahan
pertambahan 3
panjang terhadap perubahan
4
suhu
12

71,28

0

28,72

54,26

0

45,74

55,32

0

44,68

Sifat anomali air

5

55,32

0

44,68

6

8,51

0

91,49

7

25,53

0

74,47

8

71,28

0

28,72

Laju masukan panas terhadap 9
perubahan suhu
10

35,11

0

64,89

36,17

0

63,83

11

43,62

0

56,38

13

62,77

0

37,23

14

32,98

0

67,02

kalor 15

14,89

0

85,11

16

21,28

0

78,72

45,28

0,00

54,72

Pemuaian zat padat

Perubahan fase

Suhu yang dibagi sama rata
Hubungan kapasitas
dengan perubahan suhu
Rata-rata

Keterangan : PK (Paham Konsep), KP (Kurang Pengetahuan), M (Miskonsepsi)
Analisis tidak hanya menghitung jawaban benar dan jawaban salah tetapi juga mengaitkannya
dengan CRI (tingkat keyakinan siswa dalam menjawab soal), sehingga dari tingkat keyakinan ini
dapat diketahui bahwa satu soal dapat mengungkapkan beberapa bentuk miskonsepsi.
Berdasarkan penelitian didapat persentase miskonsepsi yang dialami siswa di tempat
penelitian dilakukan seperti pada tabel 3 dibawah. Persentase merupakan persentase rata-rata
jumlah responden dari beberapa pilihan terkait.

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 343

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

Tabel 3. Miskonsepsi dan Persentasenya
Konsep

Miskonsepsi

Pemuaian
padat

zat 1. Perubahan pertambahan panjang konstan / tidak
mengalami perubahan saat terjadi perubahan suhu.
2. Perubahan pertambahan panjang mengalami
penyusutan saat terjadi kenaikan suhu.
3. Perubahan pertambahan panjang dan perubahan
suhu tidak berbanding lurus.
4. Saat malam hari terjadi kenaikan suhu dan juga
perubahan pertambahan panjang rel meningkat.
5. Perubahan pertambahan panjang berbanding
terbalik dengan perubahan suhu, dan pada malam
hari rel mengalami penyusutan panjang namun
suhunya terus meningkat.
6. Rel mengalami pertambahan panjang saat suhu
udara menurun.
7. Perubahan pertambahan panjang konstan pada
malam hari namun suhunya terus meningkat.
Perubahan
8. Perubahan pertambahan panjang batang akhir antara
pertambahan
dua batang yang mempunyai panjang berbeda akan
panjang
sama.
terhadap
9. Perubahan pertambahan batang yang lebih pendek
perubahan suhu
akan lebih besar dibandingkan perubahan
pertambahan panjang batang yang lebih panjang.
10. Benda dengan volume yang sama maka perubahan
volumenya akan berbeda, ada yang lebih besar ada
yang kecil saat mengalami kenaikan suhu yang
sama.
11. Perubahan pertambahan panjang berbanding
terbalik dengan perubahan suhu.
12. Perubahan suhu konstan seiring dengan perubahan
pertambahan panjangnya.

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Persentase
Miskonsepsi
32%

44%

Page 344

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

Konsep

Miskonsepsi

Sifat anomali air 13. Saat air tumpah suhunya tetap konstan, namun
terjadi penambahan volume air.
14. Volume air akan konstan meskipun terjadi kenaikan
suhu.
15. Perubahan pertambahan volume berbanding terbalik
dengan perubahan suhu.
16. Grafik yang menggambarkan peristiwa anomali air
yaitu saat suhu 0oC – 4oC grafik akan mengalami
pemuaian, lalu selanjutnya mengalami penyusutan.
17. Grafik yang menggambarkan peristiwa anomali air
yaitu saat suhu 0oC – 4oC volume air tetap konstan
meskipun suhunya terus bertambah.
18. Peristiwa anomali air saat suhu 0oC – 4oC grafik
yang tepat yaitu saat suhu konstan 4oC dan volume
terus meningkat.
Perubahan fase

Persentase
Miskonsepsi
45%

19. Saat terjadi perubahan wujud juga terjadi perubahan
suhu.
20. Kemiringan grafik antara suhu dan waktu tidak
dipengaruhi kalor jenis.

83%

Laju masukan 21. Hubungan antara kalor dan suhu berbanding
panas terhadap
terbalik.
perubahan suhu 22. Suhu tetap konstan saat kalor meningkat.
23. Kalor tetap konstan saat suhu meningkat.
24. Saat benda diberi laju kalor yang konstan, dan
massa benda diubah menjadi ½ kali massa semula,
siswa tidak beranggapan bahwa perubahan suhu
menjadi 2 kali perubahan suhu semula. Ada yang
berpendapat menjadi setengahnya, ada juga yang
beranggapan bahwa
bernilai sama.
25. Saat benda diberi laju kalor yang konstan, dan
massa benda diubah menjadi 2 kali massa semula,
siswa tidak beranggapan bahwa perubahan suhu
menjadi ½ kali perubahan suhu semula. Ada yang
berpendapat menjadi 2 kali, ada juga yang
beranggapan bahwa
bernilai sama.

53%

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 345

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

Konsep

Miskonsepsi

Suhu
yang 26. Saat air dengan suhu 4oC dituangkan kedalam 4
dibagi sama rata
gelas maka suhunya akan terbagi sama rata menjadi
masing-masing 1oC
27. Jika dua gelas air dengan massa dan suhu yang
sama, siswa beranggapan bahwa suhu campuran
adalah penjumlahan suhu awal kedua gelas tersebut.
28. Fase zat padat dan cair yaitu saat terjadi perubahan
suhu.
29. Saat terjadi duaf asezat (padat dan cair) ditunjukan
saat air menguap.
Hubungan
30. Kapasitas kalor berbanding lurus dengan perubahan
kapasitas kalor
suhu.
dengan
31. Zat akan memiliki kapasitos kalor yang besar
perubahan suhu
apabila perubahan suhu lebih besar dibandingkan
kalornya.
32. Zat akan memiliki kapasitos kalor yang kecil
apabila kalor lebih besar dibandingkan perubahan
suhunya.

Persentase
Miskonsepsi
52%

82%

Dari analisa data diatas dengan menggunakan instrumen TTCI yang berjumlah 16 soal
yang dilengkapi CRI diperoleh skor rata-rata siswa sangat rendah, persentase skor rata-rata
pemahaman konsep siswa sebesar 45,28% dapat dikatakan bahwa siswa belum siap belajar suhu
dan kalor. Analisa lanjutan menggunakan CRI diperoleh bahwa pemahaman konsep siswa
terdiri dari paham konsep sebanyak 45,28%, kurang pengetahuan 0%, dan miskonsepsi sebanyak
54,72%, dari hasil ini terlihat bahwa lebih dari 50% siswa mengalami miskonsepsi. Guru perlu
memilih strategi pembelajaran khusus untuk merediasi miskonsepsi pada siswa.Berdasarkan
analisis data didapat bahwa miskonsepsi siswa terjadi pada setiap subkonsep materi suhu dan
kalor yang diujikan, selanjutnya akan dideskripsikan bagaimana miskonsepsi siswa pada setiap
subkonsep dengan memfokuskan pada hasil jawaban siswa juga hasil wawancara dengan
beberapa siswa mengenai alasan dalam memilih jawaban.
1.

Konsep Pemuaian zat padat
Pada konsep pemuaian zat padat miskonsepsi yang terjadi mencapai 32%. Soal nomor 1

menanyakan grafik yang menggambarkan sambungan lintasan rel kereta api yang dibuat
renggang untuk memberi ruang untuk memuai, siswa diminta menentukan grafik yang
menggambarkan perubahan muai rel kereta api pada keadaan siang dan malam. Pada soal ini
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 346

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

terdapat siswa mengalami miskonsepsi, ada yang beranggapan bahwa perubahan pertambahan
panjang konstan terhadap perubahan suhunya, ada juga yang beranggapan bahwa perubahan
pertambahan panjang berbanding terbalik terhadap perubahan suhu. Soal nomor 2, siswa diminta
memilih grafik yang menggambarkan perubahan panjang dan perubahan suhu rel pada malam
hari. Jawaban benar yaitu jawaban B, karena pada malam hari terjadi penyusutan panjang dan
penurunan suhu. Berdasarkan hasil wawancara untuk kedua soal ini siswa beralasan bahwa
perubahan panjang dan perubahan suhu benda berbanding lurus. Namun, masih terdapat siswa
yang mengalami miskonsepsi dengan alasan yang berbeda, ada yang beranggapan bahwa pada
malam hari terjadi peningkatan suhu dan perubahan pertambahan panjangnya meningkat, tetapi
ada juga yang beranggapan bahwa perubahan pertambahan panjang berbanding terbalik terhadap
perubahan suhu, saat suhu meningkat terjadi penyusutan begitupun sebaliknya saat terjadi
penurunan suhu perubahan pertambahan panjang meningkat. Padahal jawaban yang benar
hubungan perubahan pertambahan panjang dan perubahan suhu benda berbanding lurus, saat
siang hari terjadi pemuaian dan malam hari terjadi penyusutan.

2.

Konsep Perubahan pertambahan panjang terhadap perubahan suhu
Siswa mengalami miskonsepsi sebanyak 44%. Soal nomor 3 membahas mengenai dua

buah batang dari bahan yang sama, dan memiliki panjang awal yang berbeda, saat kedua batang
mengalami kenaikan suhu yang sama, siswa diminta memilih grafik yang menunjukkan
perubahan pertambahan panjang kedua batang tersebut. Beberapa siswa memilih jawaban C,
jawaban ini telah sesuai dengan konsep yang benar karena perubahan pertambahan panjang
kedua batang tersebut akan sama, karena koefisien muainya mempunyai nilai yang sama.
Konsep ini juga berlaku untuk soal nomor 4, soal nomor 4 menggambarkan sebuah batang besi
yang berbentuk silindris dimasukkan ke dalam sebuah cincin besi yang tebal. Volume batang
besi dan cincin besi sama, keduanya diberi suhu yang sama, siswa diminta memilih grafik yang
menunjukkan keadaan tersebut. Beberapa siswa menjawab sesuai dengan konsep yang benar.
Hasil wawancara dengan beberapa siswa juga beralasan bahwa perubahan pertambahan panjang
kedua batang tersebut akan sama. Ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal
nomor 3 dan 4.
Soal nomor 3 siswa yang miskonsepsi beranggapan perubahan pertambahan panjang
batang akhir antara dua batang yang mempunyai panjang berbeda akan sama, ada juga yang
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 347

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

beranggapan bahwa perubahan pertambahan batang yang lebih pendek akan lebih besar
dibandingkan perubahan pertambahan panjang batang yang lebih panjang, sedangkan untuk soal
nomor 4 siswa beranggapan bahwa benda dengan volume yang sama maka perubahan
volumenya akan berbeda, ada yang lebih besar ada yang kecil saat mengalami kenaikan suhu
yang sama, ada juga yang beranggapan bahwa perubahan pertambahan panjang berbanding
terbalik dengan perubahan suhu, beberapa siswa juga beranggapan bahwa perubahan suhu
konstan seiring dengan perubahan pertambahan panjangnya.Sedangkan soal nomor 12 untuk
menggambarkan grafik yang menyatakan hubungan antara penyusutan panjang
penurunan suhu

dengan

. Jawaban yang benar adalah A karena sesuai dengan rumus

bahwa perubahan panjang suatu bahan berbanding lurus dengan perubahan suhunya. Namun,
masih terdapat siswa yang mengalami miskonsepsi, berdasarkan hasil wawancara siswa
beralasan bahwa semakin besar kenaikan suhu, penyusutan akan semakin kecil yang terjadi.
3.

Konsep Sifat Anomali air
Konsep sifat anomali air siswa miskonsepsi sebanyak 45%. Soal nomor 5 menanyakan

grafik yang menunjukkan kejadian air tumpah, dengan suhu awal 5C sampai air mendidih dan
sebagian air tumpah. Sebagian besar siswa memilih jawaban D yang sesuai dengan konsep
sebenarnya, bahwa saat air dipanaskan air akan memuai, semakin besar perubahan suhunya
semakin bertambah juga volume dari air tersebut, maka grafik yang tepat ditunjukkan oleh
jawaban D. Soal nomor 6 menanyakan grafik yang menunjukkan peristiwa anomali air pada
suhu antara 0C sampai 4C. Jawaban yang benar adalah D karena pada suhu antara 0C sampai
4C sifat air akan mengalami penyimpangan. Sebagian besar siswa sudah memahami konsep, ini
ditunjukan dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Berdasarkan hasil wawancara siswa
beralasan bahwa pada soal nomor 5 suhu dimulai dari 5C dan perubahan suhu dan volumenya
berbanding lurus sehingga jawaban yang lebih tepat adalah D, sedangkan untuk soal nomor 6
karena pada suhu 0C sampai 4C sifat air akan mengalami penyimpangan sesuai dengan sifat
anomali air. Ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi. Soal nomor 5 siswa beranggapan
bahwa saat air tumpah suhunya tetap konstan, namun terjadi penambahan volume air, ada juga
yang beranggapan bahwa volume air akan konstan meskipun terjadi kenaikan suhu, beberapa
siswa juga beranggapan perubahan pertambahan volume berbanding terbalik dengan perubahan
suhu. Pada soal nomor 6 siswa beranggapan bahwa grafik yang menggambarkan peristiwa
anomali air yaitu saat suhu 0oC – 4oC grafik akan mengalami pemuaian, lalu selanjutnya
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 348

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

mengalami penyusutan, ada juga yang beranggapan bahwa grafik yang menggambarkan
peristiwa anomali air yaitu saat suhu 0oC – 4oC volume air tetap konstan meskipun suhunya
terus bertambah, beberapa siswa juga beranggapan bahwa peristiwa anomali air saat suhu 0 oC –
4oC grafik yang tepat yaitu saat suhu konstan 4oC dan volume terus meningkat.
4.

Konsep Perubahan Fase
Pada konsep perubahan fase siswa mengalami miskonsepsi sebanyak 83%. Soal nomor 7

menunjukkan grafik perubahan suhu terhadap waktu yang diperlukan untuk perubahan suhu,
siswa diminta menentukan grafik yang harusnya lebih curam. Miskonsepsi siswa ketika
menjawab soal ini disebabkan kemampuan anak mengerti maksud pertanyaan. Hal ini terlihat
dari beragamnya jawaban siswa. Seharusnya grafik yang seharusnya lebih curam jawabannya
adalah D, karena kemiringan grafik kenaikan suhu

terhadap kalor Q adalah

, dengan

massa yang tetap maka kemiringan grafik berbanding terbalik dengan nilai kalor jenisnya. Kalor
jenis air = 4200 J/kg K, kalor jenis es = 2100 J/kg K dan kalor jenis uap 2010 J/kg K, jadi grafik
yang lebih curam adalah dari titik e ke f. Pada soal nomor 8 grafik yang mengalami fase zat
padat dan zat cair adalah dari titik b ke c dimana saat terjadi perubahan wujud zat tidak terjadi
perubahan suhu, sehingga jawaban yang benar adalah C. Berdasarkan hasil wawancara siswa
beralasan karena pada es sudah melebihi suhu maksimal untuk mendidih, ada juga yang
beralasan bahwa pada panas konstan suhu semakin tinggi dan akan lebih curam untuk soal
nomor 7. Soal nomor 8 siswa beralasan saat terjadinya perubahan wujud maka terjadi juga
perubahan suhu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sozbilir dalam Mahmudah (2013)
menyimpulkan bahwa salah satu miskonsepsi pada materi suhu dan kalor yaitu siswa
beranggapan bahwa perubahan wujud terjadi karena adanya perubahan suhu.
5.

Konsep Laju masukan panas terhadap perubahan suhu
Pada konsep laju masukan panas terhadap perubahan suhu, miskonsepsi terjadi sebanyak

53%. Soal nomor 9 menanyakan hubungan yang tepat antara kalor yang dibutuhkan dengan
perubahan suhu, saat suhu berubah dari T0 menjadi T1. Jawaban yang benar adalah E. Karena
hubungan kalor yang dibutuhkan dan perubahan suhunya berbanding lurus. Sebagian besar siswa
telah menjawab dengan benar, berdasarkan hasil wawancara siswa beralasan karena semakin
besar kalor yang dibutuhkan maka perubahan suhunya juga akan semakin besar. Namun, ada
beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 9, siswa beranggapan bahwa
perubahan suhu konstan saat kalor meningkat. Soal nomor 10 menggambarkan jika laju kalor
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 349

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

tetap dan massa air dikurangi menjadi

semula, maka grafik hubungan antara kalor (Q) yang

dibutuhkan dengan perubahan suhu seharusnya jawaban yang benar adalah B karena dengan laju
kalor tetap, dan massa benda
perubahan suhu

massa semula, maka perubahan suhu

menjadi dua kali

. Soal nomor 11 hampir sama dengan soal nomor 10 hanya yang

membedakan adalah nilai massa bendanya ditambah menjadi dua kali semula, maka perubahan
suhu

menjadi setengah kali perubahan suhu

. Berdasarkan hasil wawancara siswa

beralasan bahwa semakin sedikit air yang dipanaskan pada suhu yang sama, air akan lebih cepat
mendidih sehingga suhunya lebih tinggi, sedangkan semakin banyak air yang dipanaskan, air
akan lama untuk mendidih dan suhunya lebih rendah.
6.

Konsep Suhu yang dibagi sama rata
Pada konsep suhu yang dibagi sama rata siswa miskonsepsi sebanyak 5β% . Soal nomor

1γ menggambarkan sebuah gelas dengan suhu 4C dituangkan kedalam 4 gelas yang mula-mula
kosong, dan masing-masing gelas berisi air dengan volume yang sama, siswa diminta
menunjukkan grafik yang menggambarkan suhu dalam masing-masing gelas. Jawaban yang
benar adalah C karena suhu dari keempat gelas tersebut akan sama yaitu 4C. Hasil wawancara
dengan siswa, siswa beralasan bahwa karena air hanya dituangkan bukan dicampurkan maka
tidak mengalami perubahan suhu. Ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal
nomor 13 yaitu siswa beranggapan bahwa saat air dengan suhu 4oC dituangkan kedalam 4 gelas
maka suhunya akan terbagi sama rata menjadi masing-masing 1oC.Soal nomor 14 siswa
mengalami miskonsepsi, siswa banyak beranggapan bahwa jika dua drum air dengan volume dan
suhu yang sama dicampurkan, maka suhu akhir air campuran adalah penjumlahan dari suhu awal
kedua air. Hasil wawancara dengan siswa beralasan bahwa jika kedua drum air dicampurkan,
suhu akan bertambah dan volumenya juga akan bertambah. Padahal suhu akhir air campuran
akan sama dengan suhu awalnya jika volume dan suhu air sama dan jawaban yang benar adalah
D. Hal ini sesuai dengan asas black.
7.

Hubungan Kapasitas Kalor dengan perubahan suhu
Pada konsep hubungan kapasitas kalor dengan perubahan suhu siswa yang mengalami

miskonsepsi sebanyak 82. Pada soal nomor 15 dan 16 siswa keliru dalam menentukan nilai
kapasitas kalor dari hubungan kalor dan perubahan suhu, seharusnya pada soal nomor 15 grafik
yang menunjukkan nilai kapasitas kalor terbesar adalah jawaban C, sedangkan grafik yang
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 350

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

menunjukkan kapasitas kalor terkecil adalah jawaban E, ini karena nilai kapasitas kalor
sebanding dengan laju kalor dan berbanding terbalik dengan perubahan suhunya

.

Berdasarkan hasil wawancara siswa beralasan bahwa semakin kecil kalor semakin besar
perubahan suhu, ada juga yang beralasan bahwa semakin kecil perubahan suhu maka semakin
besar kalornya.
Temuan penelitian pemahaman konsep suhu dan kalor ini sejalan dengan penelitian
relevan sebelumnya. Nur’aini (β014) dengan instrumen TTCI menyimpulkan bahwa miskonsepsi
pada subkonsep perpindahan kalor masih ditemukan yaitu pada konsep perubahan fase soal
nomor 12 sebanyak 75%, pada konsep materi perubahan energi akibat perubahan suhu item soal
nomor 15 sebesar 83%; konsep materi suhu yang dibagi sama rata item soal nomor 19 sebesar
70%; serta hubungan kapasitas kalor dengan perubahan suhu item soal nomor 21 sebesar 89%.
Hartanto (2008) mengenai identifikasi miskonsepsi suhu dan kalor pada siswa SMP,
menyimpulkan masih banyak ditemukan miskonsepsi pada materi suhu dan kalor, yaitu
sebanyak 80,52% untuk miskonsepsi sangat besar. Sozbilir dalam Mahmudah (2013)
mendapatkan miskonsepsi pada materi suhu dan kalor yang terjadi pada peserta didik
berdasarkan umurnya, peserta didik umur 15-18 tahun memiliki miskonsepsi salah satunya suhu
akan berubah saat terjadi perubahan wujud zat. Hal yang sama didapatkan oleh Hafizah (2014)
menyimpulkan bahwa miskonsepsi paling tinggi terdapat pada pengaruh kalor terhadap
perubahan wujud benda. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi pada materi suhu dan kalor, sehingga perlu adanya strategi untuk
meremediasi miskonsepsi.
PENUTUP
Berdasarkan analisis data hasil penelitian mengenai pemahaman konsep siswa SMA
kelas X pada materi suhu dan kalor di SMA se-Kecamatan Ilir Barat I Palembang, dapat
disimpulkan bahwa: (1) Pemahaman konsep siswa materi suhu dan kalor dinilai masih rendah,
hal ini dibuktikan dengan diperolehnya skor pemahaman konsep rata-rata siswa sebesar 45,28%.
Analisa lanjutan didapatkan bahwa tingkat pemahaman konsep siswa terdiri dari paham konsep
sebanyak 45,28%, kurang pengetahuan sebanyak 0%, dan miskonsepsi sebanyak 54,72%. (2)
Terdapat miskonsepsi pada seluruh konsep yang diujikan materi suhu dan kalor, miskonsepsi
yang tertinggi banyak terjadi pada konsep perubahan fase sebanyak 83%, miskonsepsinya
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 351

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

meliputi siswa beranggapan bahwa saat terjadi perubahan wujud juga terjadi perubahan
suhu,kemiringangrafikantarasuhudanwaktutidakdipengaruhikalorjenis,
fasezatpadatdancairyaitusaatterjadiperubahansuhu,

saatterjadiduafasezat

(padatdancair)

ditunjukansaat air menguap. (3) Tingkat miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep pemuaian
zat sebanyak 32%, konsep perubahan pertambahan panjang terhadap perubahan suhu sebanyak
44%, sifat anomali air sebanyak 45%, perubahan fase sebanyak 83%, laju masukan panas
terhadap perubahan suhu 53%, suhu yang dibagi sama rata sebanyak 52% dan hubungan
kapasitas kalor dengan perubahan suhu sebanyak 82%.
Disarankan penelitian lanjutan 1)untuk mengungkap latar belakang terjadinya
miskonsepsi, dan 2) mencoba berbagai strategipembelajaran guna meremediasi miskonsepsi
pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Dahar, Ratna W. 2011. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika SMA. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Fitri, Siska. 2013. Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas IX pada Pokok bahasan Rangkaian Listrik
Sederhana di SMP Negeri 3 Tanjung Agung Muara Enim. Skripsi tidak diterbitkan.
Indralaya : Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya.
Hartanto. 2008. Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMP/MTs se-Kecamatan Belitang pada Materi
Pokok Suhu dan Kalor melalui Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka. Skripsi
tidak diterbitkan. Indralaya : Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya.
Hafizah, Deni., Venny Haris, dan Eliwatis. 2014. Analisis Miskonsepsi Siswa Melalui Tes
Multiple Choice Menggunakan Certainty Response Index pada mata pelajaran Fisika MAN
1 Bukittinggi. Jurnal Pendidikan MIPA, 1(1):100-104.
Hasan, S., D. Bagayoko, D., and Kelley, E.L. 1999. Misconseptions and the Certainty of
Response Index (CRI). Phys. Educ. 34(5), pp. 294-299.
Maharta, Nengah. 2010. Analisis Miskonsepsi Fisika Siswa SMA di Bandar Lampung.
http://www.scribd.com/doc/41470237/Junal-Analisis-Miskonsepsi-fisika. diakses pada
tanggal 28 Maret 2015.
Marry. et al. 2007. Using a Dhelpi Study to Identify the Most Concepts for Students to Master in
Thermal and Transport Science. Proccedings of the 110th Annual Conference of the
American Society for Enginering Education (electronic), Nashville, TN, June 2003.
Nur’aini, Shofia. β014.Pengembangan Instrumen Tes TTCI (Thermal And transport Concept
Inventory) berbasis Representasi Grafik dengan CRI (Certainty Of Response Index) untuk
www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 352

ISBN : 978-602-71715-1-0
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Inovasi Pembelajaran Fisika,IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 20
Palembang, 24 Oktober 2015

Mengetahui Miskonsepsi Siswa pada Materi Suhu Dan Kalor.http://digilib.uin.suka.ac.id.
Diakses 28 Maret 2015.
Prayogi, Dadi. 2010. Studi Miskonsepsi Siswa dengan menggunakan Certainty of Response
Index (CRI) pada Materi Gelombang di Kelas VIII SMP Negeri 1 Indralaya. Skripsi tidak
diterbitkan. Indralaya: Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sudjana, N. 1999. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.
Syuhendri. 2010. Pembelajaran Perubahan Konseptual: Pilihan Penulisan Skripsi Mahasiswa.
Forum MIPA, 13(2), 133-140.
Syuhendri. 2014. Konsepsi Alternatif Mahasiswa Pada ranah Mekanika: Analisis untuk Konsep
Impetus dan Kecepatan Benda Jatuh. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 1(1), 56-67.

www.pendidikanfisika.fkip.unsri.ac.id

Page 353