MAKALAH KAPAK PERSEGI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman prasejarah merupakan zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Di Indonesia
sendiri, zaman ini diperkirakan berlangsung sejak sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Supaya
lebih mudah difahami, sejarawan memperiodisasikan zaman prasejarah ini kedalam lima
zaman yaitu zaman paleolitikum (zaman batu tua), zaman mesolitikum (zaman batu
menengah), zaman neolitikum (zaman batu muda), dan zaman paleometalik (zaman logam).

Dari lima pembabakan zaman prasejarah di Indonesia meninggalkan budaya yang
berbeda-beda dan berkembang lebih maju, baik dari masyarakatnya maupun benda yang
ditinggalkannya. Misalnya, pada zaman paleolitikum benda yang dihasilkan masih sangat
kasar dan masyarakatnya bersifat nomaden (berpindah-pindah tempat), kehidupannya masih
tergantung pada alam dan untuk memenuhi kehidupan hidupnya mereka belum mampu
mengolah alam, tapi untuk mencari makanan mereka melakukan perburuan binatang.
Semakin berjalannya waktu, pemikiran merekapun semakin maju. Zaman mesolitikum
peralatan yang dihasilkan sudah mulai dihaluskan. Meskipun tak sehalus pada zaman
neolitikum dan budaya masyarakatnya masih berlanjut yaitu budaya mengumpulkan
makanan. Puncaknya, pada zaman neolitikumlah, manusia prasejarah di Indonesia yang
tadinya hidup bergantung pada alam, berpindah-pindah dan hidup berkelompok. Alat-alat
yang dipergunakan untuk membantu pekerjaan merekapun sudah halus. Fase terakhir adalah

fase paleometalik atau pada zaman ini sering disebut masa perundagian atau masa terampil.
Karena pada masa ini manusia prasejarah sudah terampil dalam membuat peralatan yang
tidak lagi dibuat dari batu melainkan meraka membuat peralatan itu dari logam, seperti
perunggu dan besi.
Makalah ini tidak akan membahas secara keseluruhan mengenai persebaran dan fasefase manusia prasejarah. Materi yang akan kami angkat tentang persebaran manusia

prasejarah di Indonesia adalah tentang zaman neolitikum dan benda-benda peninggalannya
yaitu yang terpaku pada kapak persegi dan kapak lonjong. Memang ada banyak peninggalan
pada zaman neolitikum. Namun, kami fokuskan materi makalah ini pada dua benda tersebut,
yaitu kapak persegi dan kapak lonjong yang merupakan peninggalan paling terkenal zaman
neolitikum.
Karena pada zaman neolitikum manusia prasejarah sudah mulai dapat mengolah alam
atau sering disebut bercocok tanam dan berladang. Maka, kedua alat ini dibutuhkan utnuk
memudahkan cocok tanam dan berladang. Peninggalan kapak persegi dan kapak lonjong
tersebar banyak di Indonesia yang terutama banyak didaerah Indonesia bagian timur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kapak persegi?
2. Apakah fungsi dari kapak persegi?
3. Bagaimana definisi bentuk kapak persegi?
4. Bagaimana cara pembuatan kapak persegi?

5. Dimana persebaran kapak persegi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kapak persegi.
2. Mengetahui fungsi dari kapak persegi.
3. Mengetahui definisi bentuk kapak persegi.
4. Mengetahui cara pembuatan kapak persegi.
5. Mengetahui daerah persebaran kapak persegi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum adalah zaman batu muda. Maksudnya adalah bukan batunya yang
muda, tetapi jarak waktu antara zaman neolitikum dengan zaman sekarang relatif dekat,
karena zaman neolitikum merupakan zaman batu terakhir, disinilah revolusi pertama terjadi
yaitu revolusi food gathering (berburu mengumpulkan makanan), menjadi food producing
(memproduksi makanan) dalam kurun waktu yang berangsur-angsur. Pada zaman ini juga
memiliki ciri-ciri khusus tersendiri yaitu menggunakan batu dengan cara digosok, sehingga
zaman ini dikenal juga dengan istilah zaman batu baru.
“About 12000 years ago, people began to plant and harvest crops and to domesticate

various animals species.” (Daniel G. Baties and Fred Plog, 1990 : 125)
Pada zaman ini, manusia prasejarah sudah mulai meninggalkan budaya sebelumnya
yaitu nomaden (berpindah-pindah tempat). Manusia sudah mulai hidup menetap dan
berkelompok juga memikirkan bagaimana cara untuk bertahan hidup tanpa bergantung terus
terhadap alam. Tetapi, mereka harus bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut
serta mampu mengolahnya. Mereka mampu menyaring kebudayaan lama mereka dalam
mengumpulkan makanan di darat dan di perairan sehingga menghasilkan kebudayaan baru.
Pekerjaan yang dilakukan manusia prasejarah pada zaman neolitikum itu adalah bercocok
tanam dan berternak.
Manusia prasejarah neolithikum yang sudah berkolompok ini lambat laun persebaran
penduduknya meningkat. Mereka mencoba membuat tempat tinggal sendiri meskipun masih
dalam taraf sederhana. Anak-anak mereka semakin banyak, bahkan semakin terus bertambah.
Bagi mereka anak bukanlah beban, mereka memberi makan anak-anak mereka dari hasil
cocok tanam dan beternaknya itu dan dari penambahan anak itu justru sangat
menguntungkan, karena anak-anak mereka itu dapat membantu pekerjaan mereka dalam
bercocok tanam dan juga beternak.

Persebaran dan perkembangan penduduk pada zaman neolitikum ini terbilang bagus
karena tidak lagi menggantungkan hidupnya pada alam dan sudah menetap disuatu tempat.
Namun, disinilah mulai pula terjadi masalah-masalah yang cukup serius, diantaranya timbul

penimbunan sampah dan kotoran. Karena penimbunan sampah dan kotoran ini muncul
berbagai penyakit yang menyerang penduduk zaman ini. Penyakit ini adalah akar dari
penyakit-penyakit yang tersebar zaman sekarang. Akibatnya, angka kematian pada zaman itu
meningkat. Pada waktu itu pula muncul para dukun yang membantu melakuakn ritual
kematian.
Selain bercocok tanam dan berternak, manusia prasejarah pada zaman neolitikum ini
juga sudah mulai mampu membuat alat untuk membantu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Biasanya jika pada saat memanen mereka menggunakan alat yang umurnya sudah tua yang
terbuat dari kayu yang dipasangi batu api yang bergigi. Namun mereka juga masih
menggunakan alat-alat batu yang masih berumur muda, seperti digunakan untuk menggali
tanah. Alat itu berbeda dari zaman sebelumnya, yaitu di Zaman Mesolithikum dan
Paleolithikum. Alat yang dibuat di zaman ini sudah mulai dihalus diantaranya kapak persegi
dan kapak lonjong.
B. Peninggalan Zaman Neolitikum
“ Tradisi neolitik/kehidupan perkampungan dan kehidupan di gua : hasil utama adalah
beliung/kapak diasah, serpih-bilah perperiukan dan manik-manik.” (R.P. Soejono, 1976 : 17).
Manusia prasejarah pada zaman ini membuat benda yang lebih halus dari zaman
sebelumnya. Diantara peninggalan zaman neolitikum itu adalah sebagai berikut.
1.
Kapak persegi


Kapak persegi adalah alat dibuat dari batu berbentuk persegi. Asal-usul kapak peregi
bermula saat migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Von
Heine Geldern dengan memperhatikan penampang dari alat-alatnya, yang kadang kala
berbentuk persegi panjang atau trapesium. Di Indonesia bagian barat: pulau sumatera, jawa
dan Bali didapatkan kapak persegi, tetapi di Indonesia bagian timur, sedikit ditemukan
dengan pembuatan kasar... Tempat-tempat kapak persegi diketemukan di dekat Lahat
(Palembang) , Bogor, Sukabumi, Karawang dan Tasikmalaya, Pacitan (Jawa Timur).
Diketemukan juga chalcedon (batu yang indah) dibuat sangat indah dan halus, sehinga batu
itu mungkin sebagian tanda kebesaran atau alat upacara. Sejenis dengan kapak persegi
dinamakan “kapak bahu”. (Asmito,1988 : 14-15)
Meskipun namanya kapak persegi, tidak semua kapak persegi berbentuk kapak, ada juga
yang berbentuk pacul dan ada juga yang termasuk jenis tarah, tarah ini digunakan untuk
membuat alat dari kayu. Semua alat ini berbentuk sedikit melengkung dan bertangkai. Hal ini
berbeda pada saat zaman-zaman sebelumnya yang alat-alatnya biasanya tanpa tangkai
sehingga hanya cukup digenggam saja.
Macam-Macam Kapak Persegi
a.

Kapak Bahu Sederhana


Kapak bahu sederhana merupakan kapak salah satu jenis kapak persegi yang dibuat
manusia prasejarah zaman neolithikum yang tangkainya kasar. Persebaran kapak bahu
sederhana banyak ditemukan didaratan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, peninggalan
kapak bahu sederhana terdapat di situs Kalumpang yang berada di daerah Mamuju, Sulawesi
Barat.
b. Kapak Tangga
Disebut beliung tangga karena permukaam atas beliung dibuat lebih rendah, oleh
karena itu bentuknya menjadi seperti tangga. Persebaran beliung ini terdapat asia timur, yaitu
di Taiwan. Di Indonesia persebaran beliung ini terdapat di daerah Sulawesi.
c.

Kapak Biola
Beliung ini menyerupai biola yang sisi kiri dan kanan kapaknya sedikit cekung.
Persebaran Beliung Biola terdapat di Asia Timur. Persebaran di Indonesia hanya di daearah
Kalumpang sama halnya kapak bahu sederhana.

d. Kapak Atap
Beliung ini membentuk trapesium. Kapak atap ini terebar di pulau Jawa yaitu di daerah
Jawa Timur dan juga ditemukan di kepulauan Bali.

e.

Kapak Penarah
Di Indonesia, peninggalan beliung diketemukam di daerah Jawa Timur dan Bali. Untuk
daerah selain Indonesia, kapak ini terdapat di Selandia Baru.

2.1 Pengertian Kapak Persegi
Neolitikum adalah zaman batu yang paling dekat dengan zaman sekarang, oleh karena itu
zaman ini juga disebut zaman batu muda. Seperti yang telah diungkapkan Soetjipto(1995:33).
jaman batu muda (Neolitikum) dinamakan demikian karena jaman ini adalah zaman
termuda dari urutan zaman-zaman batu. Muda disini sebetulnya lebih mencerminkan
pengertian jarak waktu antara jaman tersebut dengan jaman kita sekarang. jadi pengertian

muda disini tidak berhubungan dengan pengertian batu. Bukan batu yang dipergunakan
dalam jaman ini muda tetapi muda lebih dalam arti waktu.
Pengertian yang sama juga diungkapkan oleh Anwarsari(1995:67).
setelah jaman mesolitikum dilampaui, manusia menginjak suatu jaman disebut zaman
Neolitik atau juga disebut dengan kebudayaan batu baru (neo=baru, litikum=jaman batu).
Dikatakan jaman batu baru karena sebagian alat-alat yang dihasilkan telah diasah dan
diumpan, sehingga berbentuk halus. Sehingga jaman neolitikum ini dianggap sebagai masa

revolusi yang sangat besar dalam peradaban indonesia.
Wirjosuprapto juga mengungkapkan bahwa neolitikum sudah menciptakan kebudayaan yang
lebih tinggi tarafnya sehingga zaman ini dikenal sebagai zaman terakhir zaman Prasejarah
(Wirjosuprapto,1964:2).
Selain itu pada zaman ini masyarakatnya sudah mengenal kepercayaan kepada nenek
moyang. Mereka sudah mengenal upacara yang ditujukan kepada orang yang meninggal,
terutama mereka yang dianggap terkemuka dimasyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa neolitikum adalah zaman batu baru dimana zaman
ini dijadikan sebagai tonggak awal masa revolusi peradaban indonesia karena sebagian alat
yang dihasilakan telah diasah atau diupam serta manusia neolitik sudah mulai mengenal
bercocok dan kegiatan berburu serta menegenal kepercayaan kepada nenek moyang.
2.2Fungsi Dari Kapak Persegi
2.4.1.1 Sebagai tajak untuk menanam tumbuhan.
2.4.1.2 Sebagai pisau untuk mengetam padi.
2.4.1.3 Alat pembuat perahu(memotong, mengerat, memukul).
2.4.1.4 Alat yang kecil sebagai pahat.
2.4.1.5 Komoditas dagang (barter).
2.4.1.6 Sebagai bekal kubur.

2.3 Tempat Ditemukan Kapak Persegi

Kapak-kapak persegi di indonesia terutama di dapatkan di sumatra,jawa, dan bali. Di
bagian timur negeri Indonesia di temukan di nusa tenggara, maluku, sulawesi,
kalimantan(suprapta, 1991:46). Sedangkan menurut Samidi (1991:6)Kapak persegi
ditemukan di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Profinsi Jawa Barat.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa persebaran kapak persegi meliputi daerah timur dan
daerah barat Nusantara.

2. Kapak Lonjong

Kapak lonjong juga merupakan salah satu peninggalan dari zaman Neolitikum.
Kebudayaan kapak ini diperkirakan lebih tua daripada kapak persegi. Dinamakan kapak
lonjong karena mempunyai bentuk lonjong seperti telur. Selain itu kapak lonjong memiliki
ujung yang runcing, namun tidak seruncing mata panah. Pada umumnya kapak lonjong ini
dibuat dari batu kali yang berwarna kehitaman dan mempunyai tingkat kekerasan tertentu,
seperti yang masih digunakan di daerah Papua. Sedangkan ukuran-ukuran dari kapak ini
berbeda-beda, yang besar disebut welzenbeil dan kapak yang kecil disebut dengan kleinbeil.

Kapak lonjong mempunyai fungsi yang hampir sama dengan kapak persegi.
Diantaranya kapak lonjong yang berukuran besar ini digunakan untuk memotong makanan
dan sebagai pekakas. Sedangkan kapak lonjong yang berukuran kecil digunakan untuk benda

wasiat dan upacara.
Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia, hanya terbatas di daaerah bagian timur,
yaitu Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua. Di Serawak yaitu
di Gua Niah, kapak lonjong juga di temukan. Dari tempat-tempat yang disebutkan itu, hanya
sedikit yang diperoleh dari penggalian arkeologi, kecuali di Serawak dan Kalumpang di
Sulawesi Tengah. Suatu hal yang agak menyulitkan tentang penelitian kepurbakalaan ini
adalah karena alat semacam ini masih dibuat di pedalaman Pulau Papua. Tidaklah mustahil
temuan-temuan lepas di beberapa tempat di bagian timur Indonesia tu adalah hasil pengaruh
dari Papua yang mencapai tampat-tempat tersebut dalam waktu yang tidak begitu tua. (R.P.
Soejono, 2010 : 221)
Sampai saat ini kita masih dapat menemukan kebudayatan kapak lonjong ini di Papua,
karena kapak lonjong di Papua masih digunakan dalam membuat bahan makanan. Selain
itu,kapak lojong juga digunakan usebagai alat perkakas dan sebagai alat untuk memangkas.
Hal ini juga dikarenakan Papua merupakan pusat pembuatan dari kapak lonjong.
Karena kebudayaan kapak lonjong ini masih dibuat di daerah Papua, maka ini
merupakan kendala yang dialami oleh para peneliti, khususnya dalam melakukan penelitian
kapak lonjong. Hal ini dikarenakan pada para peneliti menemukan sebuah kapak lonjong,
mereka akan sulit dalam menentukan pertanggalan (dating). Sehingga pertanggalan yang
muncul pada saat diteliti di laboratorium akan relatif muda.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Zaman Neolitikum merupakan
zaman batu ketiga setelah zaman paleolitikum dan zaman mesolitikum. Pada zaman ini
manusia merubah kebudayaan dari berburu dan meramu makanan menjadi pandai mengolah
alam yaitu bercocok tanam dan beternak. Kehidupannya juga tidak lagi nomaden (berpindahpindah tempat), tetapi sudah hidup menetap dan berkelompok.
Perkakas batu yang dihasilkan sudah halus. Dan diantara batu yang dihaluskan itu
adalah
1. Kapak Persegi
Alat yang dibuat dari batu berbentuk persegi. Kapak ini tersebar di dekat Lahat (Palembang) ,
Bogor, Sukabumi, Karawang dan Tasikmalaya, Pacitan (Jawa Timur).
Yang termasuk kapak persegi adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.

Kapak Bahu Sederhana
Kapak Tangga
Kapak Biola
Kapak Atap
Kapak Penarah

2. Kapak Lonjong
Benda peninggalan pada zaman neolitikum yang dibuat dari batu dan mempunyai bentuk
lonjong seperti telur . Kapak ini tersebar di daaerah bagian timur, yaitu Sulawesi, Sangihe
Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua.
B. Saran
Makalah ini disusun sebagai media pembelajaran tentang zaman neolitikum dan
peninggalannya yaitu kapak persegi dan kapak lonjong. Sebelumnya, dalam mengkaji tulisan
ini, diharapkan terlebih dahulu pembaca mengetahui hal-hal mengenai zaman neolitikum.

Makalah yang disusun penulis ini masih jauh dari sempurna. Dalam penulisan
makalah ini perlu adanya peninjauan ulang. Akan tetapi, penulis berharap sekali makalah ini
bisa bermanfaat bagi yang membaca. Dan pembaca bisa memahami tentang zaman
neolitikum dan peninggalannya yaitu kapak persegi dan kapak lonjong.

DAFTAR PUSTAKA

Anwarsari. 1995. Sejarah Nasional Indonesia 1. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Bagian Proyek Operasi dan Perawatan
Fasilitas Proyek IKIP Malang.
Bates, D. G., Plog, F. 1990. Cultural Anthropology. New York: Mc Graw-Hill Publishing Company
Clark, G. 1967. World Prehistory an Outline. London: Cambridge at the university Press.
Havilland, W.A. Tanpa Tahun. Antropologi 1. Terjemahan RG Soekadijo. 1988. Jakarta: Erlangga
Soejono, R.P. 1976. Aspek-aspek Arkeologi Indonesia. Jakarta: Pembinaan Kepurbakalaan dan
Peninggalan Nasional.
Soejono, R.P., Leirissa, R.Z. 2008. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: Balai Pustaka
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius
Soetjipto. 1995. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Bagian Proyek Operasi dan Perawatan
Fasilitas Proyek IKIP Malang.