Perbup Nomor 27 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan

BUPATI PAKPAK BHARAT
PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT
NOMOR 27 TAHUN 2011
T ENTANG
IZIN GANGGUAN (HO)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PAKPAK BHARAT,
Menimbang :

Mengingat

:

a.

bahwa untuk menjamin iklim usaha yang kondusif, kepastian
berusaha, melindungi kepentingan umum, serta memelihara
lingkungan hidup dan sebagai sarana pengendalian, perlindungan,
penyederhanaan dan penjaminan kepastian hukum dalam berusaha di
Kabupaten Pakpak Bharat;
b. bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010

tentang Perizinan Tertentu, maka perlu kiranya diatur tata cara
perizinan, pengawasan dan pengendalian izin gangguan di Kabupaten
Pakpak Bharat yang ditetapkan dalam suatu Peraturan Bupati.
1. Undang-undang Gangguan (HO) stbl.1926 Nomor 226 yang diubah
dan ditambah dengan Stbld.1940 Nomor 14 dan 450);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3699);
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten
Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4272);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu
di Daerah;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah;
9. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Lembaran
Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 59);
10. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Retribusi Perizinan
Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010
1

Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat

Nomor 91);
11. Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Masing-Masing Jabatan pada Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Pakpak Bharat (Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat
Tahun 2009 Nomor 4);
12. Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pendelegasian
Sebagian Wewenang Pengurusan Perizinan dan Non Perizinan
Kepada Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan
Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat (Berita Daerah
Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Berita
Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 3).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG IZIN GANGGUAN (HO).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Pemerintah Daerah adalah daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Pakpak Bharat.
4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Dinas Perindustrian, Koperasi, Perdagangan dan UMKM adalah Dinas Perindustrian,
Koperasi, Perdagangan dan UMKM Kabupaten Pakpak Bharat.
6. Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, Perdagangan dan UMKM adalah Kepala Dinas
Perindustrian, Koperasi, Perdagangan dan UMKM Kabupaten Pakpak Bharat.
7. Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal selanjutnya disebut
KP2SP-PM adalah Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal
Kabupaten Pakpak Bharat.
8. Kepala KP2SP-PM adalah Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan
Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat.
9. Petugas adalah pegawai yang ditunjuk oleh Kepala KP2SP-PM yang bertugas
melaksanakan rangkaian proses pelayanan perizinan dan non perizinan di KP2SP-PM
mulai dari melayani informasi dan pengaduan, menerima dan menolak berkas,
memverifikasi berkas, mencetak dan mengolah data perizinan dan membantu tim
teknis.
10. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur-unsur Satuan Kerja
Perangkat Daerah teknis terkait yang mempunyai kewenangan untuk memberikan
pelayanan perizinan.

11. Gangguan adalah segala perbuatan dan/atau kondisi yang tidak menyenangkan atau
mengganggu kesehatan, keselamatan, ketenteraman dan/atau kesejahteraan terhadap
kepentingan umum secara terus-menerus.
12. Retribusi Izin Gangguan adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan
untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
13. Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan
di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan tidak
termasuk tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
14. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan
yang dilengkapi dengan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang lainnya yang
disediakan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.
15. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan Badan Hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola kawasan
industri.

2


16. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang
berada dalam kawasan industri dan diluar kawasan industri tetapi di dalam RUTR baik
yang PMDN/PMA maupun yang Non PMDN/PMA.
17. Bukan Perusahaan Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
tertentu dengan maksud untuk mencari keuntungan.
18. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
persekutuan komanditer, perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dan
dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, yayasan atau
organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk
badan usaha lainnya.
19. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.
20. Perhitungan Retribusi Daerah adalah Rincian besarnya Retribusi yang harus di bayar
oleh wajib Retribusi baik pokok Retribusi, Bunga, kekurangan pembayaran retribusi,
kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi administrasi;
21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat
keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
22. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
23. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang

digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditentukan oleh Bupati.
24. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh
wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ketempat lain
yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Pemberian izin gangguan dengan maksud untuk mengatur dan menata peruntukan
suatu lokasi penempatan suatu kegiatan usaha untuk keteraturan pemanfaatan ruang.
(2) Izin gangguan dapat digunakan dan atau dianggap sebagai Surat Izin Tempat Usaha
(SITU).
Pasal 3
Izin gangguan bertujuan untuk mewujudkan tertib usaha baik ditinjau dari segi lokasi
pemanfaatan ruang maupun hubungannya dengan kelestarian lingkungan.
Pasal 4
(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha atau memiliki
tempat usaha termasuk tempat penyimpanan barang (gudang) wajib memiliki izin
gangguan dari Bupati melalui KP2SP-PM.
(2) Perusahaan industri yang didirikan didaerah wajib memiliki izin gangguan untuk

pendirian perusahaan dan izin gangguan untuk bidang usaha yang dijalankan.
(3) Izin gangguan untuk perusahaan bukan industri yang didirikan didaerah dapat
dipergunakan untuk izin gangguan bidang usaha yang dijalankan selama usaha yang
dijalankan masih sesuai dengan yang tercantum dalam izin gangguan dimaksud.
(4) Penyelenggaraan usaha dan atau tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
setelah berlakunya Peraturan Bupati ini ternyata belum memiliki izin gangguan harus
memiliki Izin Gangguan.
(5) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) si pemohon harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala KP2SP-PM
dikertas bermaterai cukup dengan mengisi blangko atau formulir isian yang telah
disediakan KP2SP-PM.
(6) Izin gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan setelah jumlah
retribusi yang ditetapkan telah dilunasi oleh sipemohon.
(7) Apabila dianggap perlu permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
disertai dengan perjanjian yang berhubungan dengan keindahan, kesopanan,
ketertiban umum, keamanan, kesusilaan, keagamaan dan kesehatan.
Pasal 5
3

(1) Jangka waktu berlakunya izin gangguan ditetapkan selama 3 (tiga) tahun.

(2) Dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap izin gangguan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib dilakukan pendaftaran ulang setiap 1 (satu) tahun
sekali.
Pasal 6
(1) Izin gangguan diberikan atas nama pemohon.
(2) Dalam surat izin dimuat ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh
pemegang izin.
(3) Izin gangguan tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain kecuali atas
persetujuan Bupati atau pejabat yang dihunjuk.
BAB III
OBJEK IZIN GANGGUAN
Pasal 7
(1) Obyek Izin Gangguan Perusahaan Industri berdasarkan Stbl 1926 Nomor 226 jo Stbl
tahun 1940 Nomor 14 dan Nomor 450 adalah sebagai berikut :
a. yang dijalankan dengan alat kerja tenaga uap air dan gas, demikian juga dengan
elektro motor dan tempat usaha lainnya yang mempergunakan uap air, gas atau uap
bertekanan tinggi;
b. yang dipergunakan untuk membuat, mengerjakan dan menyimpan mesin dan bahan
peledak lainnya termasuk pabrik dan tempat penyimpanan petasan;
c. yang dipergunakan untuk membuat ramuan kimia, termasuk pabrik korek api;

d. yang dipergunakan untuk mengerjakan dan menyimpan bahan-bahan atsiri yang
mudah menguap;
e. yang dipergunakan untuk penyulingan dari bahan-bahan tumbuh-tumbuhan dan
hewani serta mengerjakan hasil yang diperoleh dari padanya, termasuk pabrik gas;
f. yang dipergunakan untuk mengerjakan lemak-lemak dan damar;
g. yang dipergunakan untuk menyimpan dan mengerjakan sampah;
h. tempat pengeringan gandum dan atau kecambah, pabrik bir, tempat pembuatan
minuman keras dengan cara pemanasan , dan atau penyulingan, pabrik spritus,
cuka dan perusahaan pemurnian, pabrik tepung dan perusahaan roti serta pabrik
setrup buah-buahan;
i. tempat pembantaian, tempat pengulitan hewani, tempat penjemuran, tempat
pengasapan bahan-bahan hewani, begitu pula tempat penyamakan kulit hewan;
j. pabrik porselin dan pecah belah tempat pembuatan batu merah, genteng, ubin dan
tegel, tempat pembakaran, gamping, gipsa dan pembuatan kapur;
k. tempat pencairan logam, tempat pengecoran logam, tempat pertukangan besi,
tempat penempatan logam, tempat pemipihan logam, tempat pertukangan
kuningan dan kaleng dan tempat pembuatan ketel;
l. tempat penggilingan tras, penggergajian kayu dan pabrik minyak;
m.galangan kapal kayu, tempat pembuatan barang dari batu dan penggergajian batu,
tempat pembuatan kereta, tempat pembuatan tong dan tempat pertukangan kayu;

n. pabrik tapioka;
o. pabrik untuk mengerjakan karet dan atau getah-getah perca atau bahan-bahan
yang mengandung karet;
p. perusahaan kawasan industri.
(2) Obyek Izin Gangguan bukan Perusahaan Industri berdasarkan Stbl 1926 Nomor 226
jo stbl tahun 1940 Nomor 14 dan Nomor 450 adalah sebagai berikut :
a. usaha rekreasi dan hiburan umum, gelanggang renang, pemandian umum, padang
golf, kolam memancing, gelanggang permainan ketangkasan, gelanggang bowling
dan billyard, klub malam, diskotik, panti pijat, panti mandi uap, bioskop, pusat pasar
seni, dunia fantasi, theater atau panggung terbuka dan tertutup taman marga
satwa, pentas pertunjukan satwa, usaha sarana fasilitas olah raga, balai
pertemuan, barber shop, salon kecantikan, pusat kesehatan atau health center,
pusat kebugaran jasmani atau fitness center;
b. rumah makan, restoran, bar;
c. hotel berbintang dan hotel melati;
d. ruang, gedung, tempat penyimpanan dan atau penimbunan barang-barang
dagangan;
e. perusahaan percetakan;
f. gedung-gedung pertokoan dan pusat perbelanjaan (plaza);
g. apotek dan atau toko obat;
4

h. klinik, rumah sakit, klinik bersalin dan atau bidan;
i. penjualan minyak pelumas eceran termasuk service ganti minyak pelumas;
j. tempat penyimpanan seperti garasi dan atau pool kendaraan angkutan barang
maupun orang;
k. tempat penyimpanan dan atau pool kontainer;
l. tempat penyimpanan dan penjualan bahan-bahan kimia;
m. tempat penyimpanan dan penjualan bahan-bahan karbit;
n. tempat penyimpanan dan penjualan eceran minyak tanah, residu, spritus, alkohol
dan gas elpiji;
o. bengkel sepeda dan sepeda motor;
p. bengkel perbaikan mobil;
q. perbaikan dan atau service accu dan dinamo;
r. tempat penampungan dan penjualan kertas-kertas bekas, besi bekas, kayu bekas,
plastik bekas dan barang-barang bekas lainnya;
s. tempat peternakan unggas, sapi, sapi perah dan sejenisnya;
t. pertukangan besi dan gerobak;
u. ruang pamer kenderaan bermotor (show room);
v. tempat pencucian kendaraan bermotor (sepeda motor dan lain-lain);
w. tempat penyimpanan dan atau pengolahan mengerjakan barang- barang hasil laut,
hasil bumi dan atau pertanian serta hasil hutan;
x. tempat pembuatan makanan dan minuman.
y. tempat penjualan barang dagangan dan usaha lainnya.
z. pembangunan menara dan/atau tower.
BAB IV
PERSYARATAN PERIZINAN
Pasal 8
(1) Syarat-syarat pengajuan permohonan izin gangguan bagi perusahaan industri dan
perusahaan bukan industri adalah sebagai berikut:
a. surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM;
b. fotokopi sertifikat tanah atau akte jual beli tanah yang dilegalisasi pejabat yang
berwenang atau surat keterangan tanah yang sah dari Kepala Desa/Lurah yang
dilegalisasi;
c. fotokopi KTP pemilik atau penanggung jawab;
d. pas foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar;
e. surat pernyataan pencegahan gangguan dan pencemaran lingkungan;
f. surat pernyataan persetujuan tetangga;
g. surat keterangan status tempat usaha (sewa dan atau milik sendiri);
h. denah lokasi bangunan/tempat usaha;
i. fotokopi akta pendirian bagi perusahaan yang berbadan hukum.
(2) Syarat-syarat pengajuan permohonan perpanjangan atau penggantian izin gangguan
untuk perusahaan industri dan bukan perusahaan industri adalah sebagai berikut:
a. surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM;
b. fotokopi KTP pemilik atau penanggung jawab;
c. pas foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar;
d. izin gangguan yang asli;
e. surat keterangan hilang dari kepolisian jika izin gangguan asli telah hilang.
Pasal 9
Bupati dapat menetapkan izin bersyarat dengan pemberian batas waktu berlakunya Izin
Gangguan terhadap kegiatan usaha yang bersifat insidentil.

(1)
(2)
(3)

BAB V
TATA CARA PENGURUSAN IZIN
Pasal 10
Untuk memperoleh izin gangguan, pemohon mengisi formulir pendaftaran yang
telah disediakan oleh KP2SP-PM.
Apabila pengurusan izin dikuasakan maka wajib melampirkan surat kuasa yang
bermaterai cukup dan ditandatangani oleh pemilik atau pengurus atau penanggung
jawab usaha.
Formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibuat rangkap 3 (tiga).
5

(4)
(5)

(6)
(7)
(8)

Petugas akan meneliti dan mengevaluasi kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan yang diajukan pemohon dan membuat surat tanda terima dan atau resi
kepada pemohon.
Petugas akan melakukan peninjauan ke lapangan untuk menilai layak atau
tidaknya izin diberikan kepada pemohon yang dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan lapangan paling lama 2 (dua) hari kerja setelah berkas diterima dengan
lengkap dan benar.
Terhadap permohonan yang memenuhi persyaratan akan dikeluarkan izin
gangguan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak berkas diterima dengan lengkap dan
benar.
Permohonan izin yang tidak memenuhi persyaratan akan dikembalikan kepada
pemohon secara tertulis disertai dengan alasan penolakan, paling lama 7 (tujuh) hari
kerja sejak permohonan diterima.
Perubahan, penggantian dan perpanjangan izin gangguan tidak dilakukan
peninjauan ke lapangan dan selesai paling lama 3 (tiga) hari.
BAB VI
KEWAJIBAN PERIZINAN
Pasal 11

(1) Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) diwajibkan :
a. membayar retribusi izin ke kas daerah melalui petugas
b. menempatkan mesin dan peralatan listrik lainnya pada ruangan tersendiri, yang
tidak menimbulkan kebisingan dan polusi serta tidak mengganggu terhadap
tetangga dan lingkungan sekitarnya;
c. menyediakan racun api dan atau alat pencegah kebakaran dan bertanggung jawab
sepenuhnya atas kemungkinan terjadinya kebakaran yang ditimbulkan akibat
pemakaian mesin dan peralatan listrik lainnya;
d. bertanggung jawab terhadap limbah yang bersumber dari kegiatan usaha baik
limbah cair, udara dan atau gas maupun limbah padat sehingga tidak akan
menimbulkan pencemaran dan gangguan terhadap lingkungan hidup sekitarnya;
e. mematuhi segala ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
sesuai dengan kegiatan usaha;
f. mendaftar ulang izin gangguan yang dimiliki setiap 1 (satu) tahun sekali dan
membayar retribusi yang telah ditentukan;
g. menempelkan turunan surat izin gangguan yang telah dimiliki pada dinding
bangunan yang mudah dibaca.
(2) Izin gangguan sebagaimana tersebut dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Bupati ini
dapat dilakukan perubahan apabila usaha tersebut dialihkan atau dipindahtangankan
kepada pihak ketiga, dilakukan pergantian nama perusahaan dan atau ganti merek
dan penambahan luas bangunan setelah mendapat persetujuan dari Bupati;
(3) Setiap perubahan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan retribusi
sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen) dari retribusi izin gangguan yang pertama.
(4) Daftar ulang izin gangguan dikenakan retribusi sebesar 75 % / tahun dari retribusi izin
yang pertama.
Pasal 12
Izin gangguan dapat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku serta tidak mempunyai
kekuatan hukum lagi apabila :
a. memperoleh izin gangguan secara tidak sah;
b. adanya pemindahan letak dan lokasi tempat usaha;
c. pemegang izin tidak memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11;
d. lokasi tempat usaha sebagaimana yang ditetapkan dalam izin, tidak sesuai lagi
dengan perkembangan penataan kota.
Pasal 13
Terhadap pencabutan izin gangguan, pemegang izin tidak dapat mengajukan
pengembalian retribusi yang telah dibayar dan menuntut ganti rugi kepada Bupati.
Pasal 14

6

(1) Pemohon yang mengajukan izin wajib mengambil surat izin paling lama 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak lewat waktu atau sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan
penerbitan izin.
(2) Apabila telah lewat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemohon tidak
mengambil izin dimaksud maka izin dianggap tidak berlaku sehingga untuk
memperoleh kembali harus mengajukan permohonan baru.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 15
(1)
(2)
(3)

(4)

(5)

Retribusi Izin Gangguan dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak
diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan STRD.
Retribusi Izin Gangguan dibayar lunas kepada petugas.
SKRD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan
Banding yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu paling lama satu bulan sejak tanggal diterbitkannya hal
dimaksud.
Bupati atas permohonan wajib retribusi setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk mengangsur
atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua per
seratus) setiap bulan.
Dari hasil pemungutan retribusi diberikan upah pungut sebesar 5% (lima per seratus)
yang pembagiannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 16

(1) Penagihan Retribusi terutang dilakukan dengan menggunakan STRD dan didahului
dengan Surat Teguran/Peringatan/surat lain yang sejenis.
(2) Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai tindakan awal pelaksanaan
penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo
pembayaran.
(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/Peringatan/Surat lain
yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang dan dikenakan
sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada wajib retribusi apabila tidak melunasi
retribusi yang dimaksud.
(4) Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikeluarkan oleh KP2SP-PM.
BAB IX
TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 17
Tata cara Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi dengan ketentuan
sebagai berikut :
(1) Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi dilakukan oleh Bupati.
(2) Wajib retribusi mengajukan permohonan bermaterai 6.000 tentang pengurangan atau
keringanan atau pembebasan retribusi kepada Bupati melalui KP2SP-PM.
(3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus dibuat alasan pengurangan
atau keringanan atau pembebasan retribusi yang dapat diterima dan atau melampirkan
dokumen-dokumen atau hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi Bupati untuk
mengabulkan permohonan tersebut.
(4) Bila diperlukan KP2SP-PM akan mengundang instansi teknis terkait untuk membahas
dimungkinkan atau tidaknya pemberian pengurangan atau keringanan atau
pembebasan retribusi kepada wajib retribusi.
(5) KP2SP-PM mengajukan nota dinas kepada Bupati tentang pengurangan atau
keringanan atau pembebasan retribusi dengan melampirkan berkas permohonan dan
dokumen pendukung lainnya.
(6) Bupati menyatakan menolak atau menerima permohonan pengurangan atau
keringanan atau pembebasan retribusi dalam bentuk disposisi yang ditujukan kepada
KP2SP-PM.
7

(7) KP2SP-PM akan menyurati wajib retribusi tentang penolakan atau persetujuan Bupati
tentang permohonan pengurangan atau keringanan atau pembebasan retribusi.
(8) Apabila Bupati menyetujui permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1), maka
KP2SP-PM menerbitkan SKRD dengan mencantumkan jumlah pengurangan atau
keringanan atau pembebasan retribusi.
(9) Apabila Bupati tidak menyetujui atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud
ayat (1), maka wajib retribusi harus membayar retribusi sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB X
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 18
(1) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap usaha yang diwajibkan memiliki
Izin Gangguan dilakukan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM
serta dibantu oleh Kecamatan tempat lokasi izin dikeluarkan.
(2) Pengawasan secara umum pelaksanaan pemberian Izin Gangguan dilakukan oleh
Inspektorat.
(3) Bupati melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM serta dibantu
oleh Kecamatan tempat lokasi izin dikeluarkan dapat meminta laporan hal-hal yang
dianggap perlu kepada pimpinan usaha .
(4) Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian usaha, sewaktu-waktu
petugas dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM dan Kecamatan
dapat melakukan pemeriksaan ditempat usaha dan secara berkala melakukan
penelitian terhadap persyaratannya.
(5) Ketentuan lebih lanjut tentang Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian, jika
dianggap perlu dapat diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Hal-hal yang belum cukup diatur dengan Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 20
Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.
Ditetapkan di Salak
pada tanggal 02 Nopember 2011
BUPATI PAKPAK BHARAT,
dto
REMIGO YOLANDO BERUTU

Diundangkan di Salak
pada tanggal 02 Nopember 2011
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PAKPAK BHARAT,
dto
HOLLER SINAMO
BERITA DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2011
NOMOR 132

8