LPSE Provinsi Jawa Tengah RKS TEKNIK LARANGAN

BAB I
SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor / Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan
yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Teknis ini adalah :
1.1. PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG PELAYANAN BALAI PENGAWASAN
KONSERVASI WILAYAH BARAT
Pembangunan Meliputi :
• Pembongkaran Bangunan lama;
• Pemerataan dan pembersihan tanah.
.
1.2. PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT.
Termasuk dalam pekerjaan ini perataan / pembersihan dan melaksanakan pekerjaan site
development (Pengembangan) sesuai Gambar Kerja dan RKS.
1.3. PEKERJAAN PERSIAPAN.
Meliputi : mobilisasi peralatan, pengadaan sarana komunikasi, pengadaan air dan listrik untuk
bekerja dan pembongkaran bangunan existing.
1.4. PEKERJAAN SIPIL, ARSITEKTUR, MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLUMBING /
SANITASI.

Sesuai dalam Gambar Kerja.
Pasal 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja pelaksanaan
pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan
fisik secara nyata di lapangan.Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang
ditetapkan belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan
diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia / Owner.
Pasal 3 :
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :
3.1 Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan
bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
3.2 Pembuatan kantor Kontraktor / Pemborong, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk
keperluan pekerjaan ini.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

1


3.3 Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong dapat membuat
berbagai perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan
instalasinya.
3.4 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor / Pemborong
harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Pasal 4
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku
atas biaya Kontraktor / Pemborong.
Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1 Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut ‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor / Pemborong, berpendidikan minimal
Sarjana Muda Teknik Sipil / Arsitektur atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam)
tahun.
5.2 Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen

dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.
5.4 Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas
bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka
akan diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.
5.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor / Pemborong
harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor / Pemborong sendiri (Penanggung
Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 6
RENCANA KERJA
6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart dan S-curve bahan dan
tenaga.
6.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Perintah Kerja
(SPK) diterima oleh Kontraktor / Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas / Pejabat Pembuat Komitmen.
6.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada
Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana. 1 (satu) salinan
Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor / Pemborong di lapangan yang
selalu diikuti dengan grafik kemajuan / prestasi kerja.

6.4 Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan sesuai dengan
Rencana Kerja tersebut.
6.5 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor / Pemborong berdasarkan
Rencana Kerja tersebut.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

2

Pasal 7
DIREKSI KEET
7.1 Direksi Keet ( Los Pengawas ).
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk keperluan
Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen seluas 24 m2 ( Ruang
Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat ), lantai diplester, dinding tripleks / papan / asbes,
diperlengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Dalam hal ini
Kontraktor / Pemborong dapat memanfaatkan sementara ruangan/lokasi pada area bangunan
yang belum/tidak dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
7.2 Kantor Pemborong, Los Kerja Dan Gudang Bahan.
Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Pemborong di

lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan
barang-barang, yang mana tempatnya / lokasinya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas /
Personalia Proyek.
7.3 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan los
Pemborong, los Pengawas beserta inventarisnya.
7.4 Pagar Pengaman Proyek.
Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat memerintahkan
kepada Kontraktor / Pemborong untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk
keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong . Tinggi Pagar Proyek minimum
1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat
/ tiang pagar dari kayu Dolken / kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan dan
atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.
7.5 Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh
Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut, harus
segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor / Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi
milik Kontraktor / Pemborong.
7.6 Direksi Keet dan Pagar pengaman proyek (butir 7.1. dan 7.4.) yang dibuat oleh Kontraktor /
Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut akan ditentukan
pemanfaatannya oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi dapat memerintahkan
kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera membongkarnya dan membersihkannya, dan

bahan-bahan bekasnya diserahkan kepada Proyek.
Pasal 8
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA
8.1 Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan lokasi
pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan di suatu
tempat yang telah ditentukan.
8.2 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.
8.3 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

3

8.4 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor /
Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan peralatan
teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakankerusakan, maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
8.5 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin memberitahukan kepada
Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan
itu.

Pasal 9
TENAGA DAN SARANA KERJA
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut
alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama
masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan
diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
9.1 TENAGA KERJA / TENAGA AHLI
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
9.2 PERALATAN BEKERJA
Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut
serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
9.3 BAHAN-BAHAN BANGUNAN
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.
9.4 PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA
9.4.1 Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong dengan supply air dari
luar.
9.4.2 Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang

merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan
Pengawas / Direksi.
9.4.3 Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang
senantiasa terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m3.
9.4.4 Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor / Pemborong dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Genset
untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara
apabila sambungan sementara PLN tidak memungkinkan dan harus atas petunjuk
Konsultan Pengawas.
Pasal 10
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
10.1 PERSYARATAN PELAKSANAAN.
Untuk menghindari klaim dari ‘User’ / Proyek dikemudian hari, maka Kontraktor / Pemborong
harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

4

“ukuran jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS.

Kontraktor / Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan
syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai
dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh
Konsultan Pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan :
1. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan
pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
2. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
3. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan proyek.
4. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.
5. Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
• 1 (satu) kamera.
• 1 (satu) alat ukur schuifmat.
• 2 (dua) alat ukur optik ( theodolit & waterpass).
• 1 (satu) mesin tik standar 18” atau 1 (satu) unit komputer dan printer.
• 1 (satu) alat ukur panjang 5 m & 50 m.
• 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
10.2 STANDAR YANG DIPERGUNAKAN.
Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia,
Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan

pekerjaan, antara lain :
PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.
NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia.
NI-10 : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia.
PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik.
PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
SII : Standar Industri Indonesia.
SK SNI T-15-1991-03 ( PBI-1991 ) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta :
• Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
• Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga Kerja yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan bahaya
kebakaran. Jika tidak terdapat di dalam Peraturan / Standar / Normalisasi tersebut di atas,
maka berlaku Peraturan / Standar / Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal
produsen bahan / material / komponen yang bersangkutan.
Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :

• Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja, RKS, BQ, BA,
Aanwijzing dan Surat Perjanjian / Kontrak ).
• Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong dan sudah disetujui / disahkan oleh
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

5

Pasal 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
11.1 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
11.2 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
11.3 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan dari
Konsultan Pengawas.
11.4 Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada
Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.
Pasal 12
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
12.1 Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.
12.2 Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor / Pemborong
harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak
boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan
dalam gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan
darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan
secara tertulis.
12.3 Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya
untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-permukaan pekerjaan yang
sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam
gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas.
12.4 UKURAN.
12.4.1 Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar Pelengkap
meliputi :
• As - as
• Luar - luar
• Dalam - dalam
• Luar - dalam.
12.4.2 Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centi meter ( cm )
untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter ( mm ) untuk pekerjaan
Baja dan Mekanikal / Elektrikal.
12.4.3 Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah ukuran
jadi seperti dalam keadaan jadi / selesai ( “finished”).
12.4.4 Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor / Pemborong wajib melaporkan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan
ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan.
12.4.5 Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala
tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setiap
deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

6

Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor / Pemborong tidak
dibenarkan merubah atau mengganti ukuranukuran yang tercantum di dalam Gambar
Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas / Direksi, dan segala akibat
yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong baik dari segi biaya
maupun waktu.
12.5 PERBEDAAN GAMBAR.
12.5.1 Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat (berlaku).
12.5.2 Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil / Struktur, maka
Kontraktor / Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan
memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana.
12.5.3 Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam hal
terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaanperbedaan dan ataupun ketidaksesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor / Pemborong
diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan selanjutnya
diadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana,
untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
12.5.4 Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor / Pemborong
untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.
12.6 ISTILAH.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut :
SD : Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding beton, batu
kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman rumput, pohon peneduh, perdu
dan lain-lainnya.
SR : Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan
konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensioning kolom, balok dan tebal lantai.
AR : Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan
bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun
estetika.
M : Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih-air kotordrainase, sistim
pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set dan sistim pengkondisian udara
(AC).
EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik dan
penerangan.
12.7 SHOP DRAWING.
12.7.1 Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
oleh Kontraktor / Pemborong berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan.
12.7.2 Kontraktor / Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas.
12.7.3 Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

7

yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak
maupun di dalam Buku ini.
12.7.4 Kontraktor / Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas / Direksi.
12.7.5 Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor / Pemborong dan diajukan kepada
Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuain dengan format
standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
12.8 PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN
PEMBUATAN “AS BUILT DRAWING“.
12.8.1 Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
12.8.2 Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor / Pemborong berkewajiban
membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai dengan
kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh Kontraktor / Pemborong ( As Built
Drawing ). Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi
tanggungan Kontraktor / Pemborong.
Pasal 13
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG
13.1 Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
13.2 Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
13.3 Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.
13.4 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor
/ Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui
Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung
jawab atas segala kerusakan yang timbul.
13.5 Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
13.6 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
13.7 Selama pembangunan belangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga keamanan bahan /
material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di
lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Bila terjadi
kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang
belum, adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan dalam
biaya Pekerjaan Tambah.
13.8 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas akibatnya, baik
yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
13.9 Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi
pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

8

Pasal 14
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN – BAHAN
14.1 Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun
syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. 1941 dan
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia
(SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang
berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan
kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
14.2 MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI.
14.2.1 Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau
merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai
dasar perbandingan kualitas / setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk nama
dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau
kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan, dan
Kontraktor / Pemborong harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material,
barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana,
sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material paten itu harus dipergunakan sesuai
dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
14.2.2 Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut,
mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
14.2.3 Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang
diajukan / ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai
Pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor / Pemborong tidak berhak mengajukan klaim
sebagai pekerjaan tambah.
14.2.4 Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk
setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
14.2.5 Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus
disertai test dari Laboratorium lokal / dalam negeri baik kualitas, ketahan serta
kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui
oleh Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka
biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan
sebagai biaya pekerjaan tambah.
14.3 Kontraktor / Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan
yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan / dipakai. Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan
yang ditentukan untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi.
Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal
pelaksanaan.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

9

14.4 Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada
Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan
contoh bahan tersebut.
14.5 PENYIMPANAN MATERIAL
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan dan
atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
14.5.1 Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar tidak
mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses pekerja. Bahan material
disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak
ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang / stock material.
14.5.2 Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian untuk
pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila
diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan
pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan
tanpa ijin tertulis dari pemiliknya.
14.5.3 Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
14.5.4 Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping
sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase / pemasukan dari kandungan
air / cairan yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut,
dan menjaga gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus
ditimbun dan diangkat / dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari
1 (satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.
Pasal 15
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
15.1 Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.
15.2 bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir /
ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan / proyek
selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas /
Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan
Pengawas / Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada
Kontraktor / Pemborong, yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran
tersebut menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak
Kontraktor / Pemborong tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari harga
borongan.
15.4 Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke laboratorium
Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan
ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong.
15.5 Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahanbahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaanpekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

10

15.6 Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan
lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Pasal 16
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
16.1 Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub
Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/Pemborong
“wajib” memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.
16.2 Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor
dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
16.3 Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan khusus
dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi
pabrik.
Pasal 17
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
17.1 Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan,
dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing didalam daerah kerja,
kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus
dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini
mencakup pula perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus
tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
17.2 Lubang-lubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai dan
dipadatkan sampai 90 % dari kepadatan kering maksimum.
Pasal 18
PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.00
18.1 PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK.
18.1.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi
“existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan
kepada Direksi / Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
18.1.2 Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di
lapangan, harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana.
18.1.3 Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat waterpass &
theodolit.
18.1.4 Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana.
18.1.5 Sebagai keharusan dari Kontrak ini dan tanpa biaya tambahan, Kontraktor / Pemborong
harus menyediakan khusus untuk digunakan oleh Konsultan Pengawas segala peralatan,
instrumen, personil dan tenaga survey, dan lainlain material yang mungkin dibutuhkan
dalam memeriksa pemasangan / pematokan (setting out) atau untuk pekerjaan-

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

11

pekerjaan lain yang terkait. Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak
hanya terbatas pada :
a. Personil :
• 1 orang surveyor ahli
• 1 orang pekerja surveyor
b. Peralatan pengukuran (survey) :
• 1 pita meteran baja dengan panjang 50 m
• 1 steel measuring rod (4 m)
• Patok-patok survey dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey.
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap termasuk tripod danlain-lain.
Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor / Pemborong harus mengadakan survey dan
pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor /
Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan pengukuran dan survey yang
dikerjakan oleh karyawannya. Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas
ataupun oleh Kontraktor harus dijaga baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera
diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan dari
bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
18.1.6 Kontraktor / Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) salinan / copy penampang
melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah
satu salinan atau merevisinya, kemudian mengembalikannya kepada Kontraktor /
Pemborong. Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan / revisi,
Kontraktor / Pemborong harus mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan
tersebut di atas. Cross section dari Kontraktor / Pemborong harus digambar di atas
kertas kalkir agar memungkinkan direproduksi. Bila cross section ini akhirnya
disetujui, maka Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan gambar asli dan 3 (tiga)
lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek. Gambar cross section harus
memakai judul dan ukuran sesuai dengan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
18.2 PEKERJAAN PENENTUAN PEIL + 0,00
Pekerjaan penentuan peil + 0,00 (finishng Arsitektur) adalah permukaan lantai finishing
ruangan Lantai Satu seperti tertera dalam gambar kerja yaitu sama dengan elevasi Lantai Dasar
bangunan yang sudah ada. Selanjutnya peil + 0,00 ini ditandai dengan patok ukur yang
ditentukan di lapangan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 19
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN
PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )
19.1 PATOK UKUR.
19.1.1 Kontraktor / Pemborong harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-garis
sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas
sebelum memulai pekerjaan. Bila dianggap perlu, Konsultan Pengawas dapat merevisi
garis-garis / kemiringan dan meminta Kontraktor / Pemborong untuk membetulkan
patok-patok itu. Kontraktor / Pemborong harus mengajukan pemberitahuan mengenai
rencana pematokan atau penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu,
tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

12

19.1.2

19.1.3
19.1.4
19.1.5

19.1.6

Kontraktor / Pemborong harus membuat pengukuran atas pekerjaan pematokan dan
Konsultan Pengawas akan memeriksa pengukuran itu.
Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm. tertancap kuat ke
dalam tanah sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul diatas muka tanah cukup
untuk memberikan indikasi peil + 0,00 sesuai Gambar Kerja, dan diatasnya
ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian diatas peil + 0,00.
Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.
Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil
permukaan yang ada dantercantum dalam Gambar Kerja.
Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan
berlangsung.
Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan
dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari
Konsultan Pengawas untuk dibongkar.

19.2 PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK).
19.2.1 Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm. dan
lebar 15 cm., lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
19.2.2 Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 dengan jarak satu sama lain adalah 1,50
m. tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
19.2.3 Papan bangunan dipasang sejarak 2,00 m. dari as pondasi terluar atau sesuai dengan
keadaan setempat.
19.2.4 Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu dengan lainnya atau
rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
19.2.5 Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor / Pemborong harus
melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
19.2.6 Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak
papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.
Pasal 20
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
20.1 IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.
20.1.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor / Pemborong,
tetapi karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya
sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas / Direksi, harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang ditetapkan
oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
20.1.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor / Pemborong harus
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas / Ahli dari Konsultan Pengawas
untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
20.1.3 Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap
pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas
tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

13

memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor / Pemborong apa yang harus
dilakukan.
20.1.4 Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari
waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari
raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor /
Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
20.1.5 Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Direksi
berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki.
20.1.6 Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor / Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun
alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
20.2 KEMAJUAN PEKERJAAN
20.2.1 Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Kontraktor / Pemborong demikian pula metode / cara pelaksanaan pekerjaan harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.
20.2.2 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada
waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Konsultan
Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu
diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada
waktu yang telah ditentukan.
20.3 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN.
Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana
Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau
perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas pelaksana atau petugas yang
ditunjuk oleh Kontraktor / Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.
20.4 TOLERANSI.
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian
lainnya.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

14

BAB II
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH
Pasal 1
UMUM
1.1 LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan tidak terbatas pada :
• Pekerjaan pembongkaran bangunan existing dan pembersihan sebelum pelaksanaan.
• Pekerjaan perlindungan instalasi “existing”.
• Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah.
• Pekerjaan perbaikan / urugan kembali.
1.2 PERSIAPAN PELAKSANAAN.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor / Pemborong harus mempelajari dengan
seksama Gambar Kerja. Kontraktor / Pemborong harus sudah memperhitungkan segala kondisi
di lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada bangunan existing, saluran pipa-pipa, instalasi
existing lainnya. Kontraktor / Pemborong harus mengamankan / melindungi hasil paket
pekerjaan sebelumnya maupun yang sedang berjalan, bahan / komponen / instalasi existing yang
dipertahankan agar tidak rusak atau cacat. Rencana pengamanan, baik berupa penyangga,
penopang atau konstruksi khusus sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar,
harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 2
PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN
2.1 Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran / pembersihan /
pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site terhadap semua hal yang dinyatakan oleh
Konsultan Pengawas / Perencana dan Direksi tidak akan digunakan lagi, maupun yang dapat
mengganggu kelancaran pelaksanaan diantaranya :
• Pembongkaran dan pembersihan bangunan existing.
• Pembersihan material yang ada di lokasi.
2.2 Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat dilaksanakan
pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.
2.3 Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site konstruksi dan
dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas. Pada
dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dala pekerjaan, kecuali
apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 3
PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING
3.1 Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam tapak /
site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas masih berfungsi

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

15

dan akan digunakan lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas, Kontraktor / Pemborong harus
menjaga dan memeliharanya dari gangguan / cacat.
3.2 kabel dan pipa existing yang masih berfungsi harus dilindungi memakai buis beton ½ ∅ 30 cm.
Khusus pada bagian yang diperkirakan akan mendapat beban, maka pada dasar atau pipa yang
bersangkutan harus diberi alas dasar terbuat dari pasangan batu bata minimal 1 (satu) lapis, lebar
30 cm. sepanjang pembebanan tersebut.
3.3 Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi harus
dipindah, maka Kontraktor / Pemborong harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk
dari Konsultan Pengawas.
Pasal 4
PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk
pengurugan / pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :
• Pondasi Batu kali belah;
• Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
4.1 MACAM GALIAN.
Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu :
4.1.1 Galian tanah biasa.
Galian tanah biasa mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian konstruksi
atau galian material dan bahan baku lainnya.
4.1.2 Galian konstruksi.
Galian konstruksi / obstacle adalah semua galian selain dari galian tanah dan galian batu
dalam batas pekerjaan yang disebut dalam spesifikasi ini atau tercantum dalam Gambar
Rencana. Semua galian yang disebut sebagai galian konstruksi terdiri dari galian pondasi
bangunan atau sesuai dengan Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain,
mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil dan dimensi seperti yang dicantumkan dalam
Gambar Rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas.
4.2 Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap
dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa seta disetujui Konsultan
Pengawas.
4.3 Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug bekas
serta sisa bahan bangunan.
4.4 Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjukpetunjuk Konsultan
Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada kegiatan lainnya.
4.5 Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar / rata sesuai dengan Gambar Kerja dan harus
dibersihkan dari segala macam kotoran.
4.6 Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi atau seperti tercantum
dalam Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 10o kearah
luar pondasi dari As, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja, diperiksa serta
disetujui Konsultan Pengawas.
4.7 Apabila dan atau karena permukaan air tanah tinggi, Kontraktor / Pemborong harus
menyediakan pompa air secukupnya untuk menyedot air yang menggenangi galian. Disyaratkan
bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian, harus kering untuk pekerjaan-pekerjaan
selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan Pondasi batu kali dan Pengurugan serta pemadatan
tanah.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

16

Pasal 5
GALIAN STRUKTUR
5.1 LINGKUP PEKERJAAN.
5.1.1 Galian struktur merupakan penggalian tanah untuk bangunan struktur, sesuai dengan
batasan pekerjaan sebagaimana dijelaskan disini atau sebagaimana tampak pada gambar.
Pekerjaan galian yang dijelaskan dengan pasal-pasal lain dalam spesifikasi ini tidaklah
digolongkan sebagai galian struktur.
5.1.2 Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, berikut pembuangan bahan-bahan sisa, dan semua bahan serta
peralatan lainnnya untuk menghindarkan galian dari genangan air tanah dan air
permukaan.
5.1.3 Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan gambargambar dan spesifikasi.
5.2 PERSYARATAN PEKERJAAN.
5.2.1 Tata letak.
Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan
rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bench mark
yang bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan atau
pemindahan.
5.2.2 Pengawasan.
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor / Pemborong harus diwakili oleh
seorang pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan penggalian /
pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai
kontrak.
5.2.3 Pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.
a. Galian konstruksi / obstacle.
Kriteria galian konstruksi/obstacle adalah berupa konstruksi beton dan pasangan batu
kali belah.
a. Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing harus
segera dikeluarkan dari site dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Direksi /
Konsultan Pengawas.
b. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di lapangan
dalam keadaan siap pakai.
5.3 PENGGALIAN.
5.3.1 Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor / Pemborong harus :
• Memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu galian apapun, agar
elevasi penampang melintang dan pengukuran dapat diketahui dan dilakukan pada
tanah yang belum terganggu. Tanah yang berdekatan dengan struktur tidak boleh
diganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas. Dalam hal ini metoda pekerjaan secara
manual / dengan menggunakan tenaga buruh yang harus dilakukan.

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat

17

5.3.2 Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka bila
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus menggantinya
dengan material berbutir atau kerikil sebagaimana disyaratkan pada RKS ini. Material
penggganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal tiap
lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasar pondasi dengan kepadatan sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
5.3.3 Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan Pengawas
tanah dasar pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena kesalahan Kontraktor /
Pemborong dalam mengerjakan kewajibannya, maka Kontraktor / Pemborong harus
membuang dan mengganti tanah dasar pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau
menangguhkan pekerjaan galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut
memenuhi syarat.
5.3.4 Semua material hasil galian bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan sebagai material
urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan maka harus dibuang.
Pasal 6
URUGAN DAN PEMADATAN
6.1 PEKERJAAN URUGAN.
Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk :
• Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 2% atau sesuai
Gambar Kerja.
• Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 3%
atau sesuai Gambar Kerja.
• Terkecuali untuk tempat tertentu / khusus, kepadatan tanahnya seperti tercantum dalam
Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.
6.2 PENGURUGAN.
6.2.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari
humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa bongkaran dan bahan lain yang
dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.
6.2.2 Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran, dan
atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat diambil dari bekas
galian atau tanah yang did